Anda di halaman 1dari 21

PERUMUSAN

ZISWAF
MANAJEMEN
KELOMPOK 7
- Ericko Nolan Johannes
- Farhan Febriansyah
PEMBAHASAN

Membangun manajemen lembaga


01 Pengelolaan dana ZISWAF yang
ideal

Komparasi manajemen
02 beberapa lembaga
Pengelolaan dana ZISWAF
Pengertian
Zakat

Wakaf Infak

Shadaqah
Peranan manajemen pengumpulan dan
pendistribusian dana zakat, infaq,
shodaqah dan wakaf (ZISWAF)

a. Pengumpulan Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Pengumpulan berasal dari kata dasar kumpulan yang berarti
sesuatu yang telah dikumpulkan, himpunan, kelompok
sedangkang pengumpulan itu sendiri mempunyai arti
mengumpulkan atau penghimpunan.

b. Pendistribusian
Penghambat dan Pendukung manajemen
pengumpulan dan pendistribusian dana zakat, infaq,
shodaqah dan wakaf (ZISWAF)

Faktor Penghambat

Faktor Pendukung
Komparasi manajemen beberapa
lembaga Pengelolaan dana
ZISWAF
1. Baznas
untuk mencapai tujuan pengelolaan dana zakat yang efektif tidak akan
tercipta tanpa adanya pengelolaan atau manajemen yang baik. Suatu
pengelolaan atau manajemen yang baik dapat dilaksanakan dengan
mengukur atau mengarahkan berbagai sumber daya yang ada demi
tercapainya suatu tujuan. Sedangkan definisi pengelolaan zakat
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dang pengorganisasian dalam pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Jadi, pengelolaan dalam
organisasi zakat sampai pendistribusian tepat sasaran dengan
pengawasan sehingga sesuai dengan tujuan.
MODEL PENGELOLAAN

Dana yang terkumpul melalui sistem manajemen pengelolaan zakat


yang professional, amanah dan transparan disamping untuk bantuan
yang bersifat konsumtif bagi para mustahik juga merupakan sumber
yang potensial untuk dapat dimanfaatkan untuk pembiyaan usaha-
usaha produkif dalam rangka peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat. Pemberdayaan ekonomi melalui zakat untuk menghindari
intervensi politis keuangan Islam dan untuk pula membantu fakir miskin
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil produksi,
peghasilan dalam kekayaan yang dapat diwujudkan untuk mencapai
target perkembangan ekonomi serta sumbangsih dalam mengentaskan
pertumbuhan ekonomi, dengan cara melakukan pengembangan
ekonomi atau mengatur unsure-unsur hasil produksi.
RUANG LINGKUP DISTRIBUSI
Pendapat para ulama tentang ruang lingkup
penyaluran zakat terbagi menjadi 3 macam kriteria:

1. Zakat tidak boleh dipindahkan atau dengan kata lain zakat yang
dikumpulkan dari satu tempat seharusnya dibagi kepada yang
berhak pada tempat yang sama juga, kecuali jika keadaan darurat
menghendaki, maka boleh dipindah sebagiannya.
2. Zakat itu boleh dipindahkan, demikian pendapat yang dianut
Imam Malik r.a dalam soal ini dalil yang dipakai sandaran oleh
pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Adaruquthni
yang menceritakan Mu’adz mengatakan kepada penduduk Yaman:
beri aku baju atau pakaian sebagai pengganti jagung dan syiir
dalam berzakat.
3. Saham (hak) fakir miskin dibagi di tempat pengumpulan, sedang
saham-saham yang lain boleh dipindah sesuai dengan kebijakan
pemerintah.
SELANJUTNYA ADA
PENDISTRIBUSIAN
ZAKAT
PENDISTRIBUSIAN ZAKAT

Pendistribusian zakat adalah suatu aktifitas


atau kegiatan untuk mengatur sesuai dengan
fungsi manajemen dalam upaya penyaluran
dana zakat yang diterima dari pihak mujakki
kepada mustahik sehingga tercapai tujuan
organisasi secara efektif. Sistem
pendistribusian zakat dari masa ke masa
mengalami perubahan. Semula lebih banyak
disalurkan untuk kegiatan konsumtif tetapi
belakangan ini banyak pemanfaatan dana
zakat untuk kegiatan produktif. Dengan
upaya seperti ini dapat diharapkan dapat
tumbuh setara dari yang terendah
(mustahik) ke yang lebih tinggi (muzzaki).
MACAM-MACAM DISTRIBUSI ZAKAT
Sebagaimana yang dirancang dalam buku Pedoman Zakat yang diterbitkan
Ditjen Bimas Islam Haji Departemen Agama (2002:244), untuk pendayaan
dana zakat, bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam empat bentuk
berikut:
1. Distribusi bersifat “konsumtif tradisional”
2. Distribusi bersifat “konsumtif kreatif’
3. Distribusi bersifat “produktif tradisional”
4. Distribusi bersifat “produktif kreatif”
BADAN WAKAF
INDONESIA
Mengelola Wakaf layaknya
Beorientasi Bisnis Islami
Pengelolaan secara professional menempati posisi
penting dalam wakaf dan sangat menentukan agar
wakaf itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada
kepiawaian pengelolaannya, bagus atau buruk. Jika
pengelolaan wakaf selama ini hanya dikelola seada-
adanya Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf
Produktif— Veithzal Rivai Zainal 12 dengan
menggunakan managemen kepercayaan dan
sentralisme kepemimpinan yang mengesampingkan
pengawasan, maka dalam pengelolaan wakaf secara
modern harus menonjolkan sitem managemen yang
lebih professional. Dan asas profesionalitas
managemen seharusnya dijadikan semangat
pengelolaan wakaf dalam rangka mengambil
kemanfaatan yang lebih luas dan lebih nyata untuk
kepentingan masyarakat banyak.
Strategi Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf Berorientasi Bisnis
Pengelolaan wakaf secara professional ditandai dengan
pemberdayaan potensi masyarakat secara produktif,
keprofesionalan yang dilakukan meliputi aspek: Manjemen, SDM
kenadziran, pola kemitrausahan, bentuk benda seperti uang,
saham, dan surat berharga lainnya, dukungan pemerintah
secara penuh. Dalam mengelola wakaf secara professional
setidaknya, ada empat filosofi dasar yang yang ditekankan
ketika kita hendak memberdayakan wakaf secara produktif,
yaitu:
Pertama pola manajemennya harus dalam bingkai “ Proyek
terintegrasi”
Kedua, Asas kesejahteraan Nadzir
Ketiga, Asas Transparansi dan Accountabilitas
Keempat, sepatutnya seorang nadzir
LAZ DOMPET DHUAFA

Kinerja amil Dompet Dhuafa dilandaskan oleh nilai-nilai


Islam. Seluruh organisasi berperan penting dalam
menjaga amanah yang didedikasikan sepenuhnya
untuk ummat. Keragaman yang ada diinsyafi sebagai
rahmat. Dinamika yang ada dibawah kontrol
masyarakat adalah warna khas dari organisasi kerja
tersebut. Adapun manajemen pengelolaan dana ziswaf
Dompet Dhuafa yaitu, Perencanaan, Penghimpunan,
Pendayagunaan dan Pengawasan
PERENCANAAN
Perencanaan merupakan landasan pokok dari semua fungsi
manajemen. Dengan adanya perencanaan maka dapat menentukan
maksud dan tujuan serta harapan yang ingin dicapai. Perencanaan
dimaksudkan untuk memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang
dengan usaha yang efektif untuk mendapatkannya. Lembaga Amil
Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa penghimpun dana sosial yang
kemudian dana tersebut disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkannya. Dananya bersumber dari zakat, yang
mana zakat itu merupakan dana yang harus segera
disalurkan. Hanya saja dalam penyaluran dananya tidak
disalurkan atau dihabiskan begitu saja. Dana tersebut
dikelola, tetap disalurkan ke dhuafa tetapi dengan program
pemberdayaan dan harus sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
PENGHIMPUNAN

Penghimpunan dana ZIS dari para muzzaki dan


menjalin kerjasama dengan berbagai pihak adalah
tugas utama yang diperintahkan oleh Direktorat
Penghimpunan Dompet Dhuafa. Direktorat ini
melaksanakan manajemen sosialisasi ZIS, konsultasi
ZIS, layanan penerimaan dana, mencari donator,
menghimpun dana dari masyarakat berupa zakat,
infak, sedekah, wakaf maupun dana CSR dari
perusahaan-perusahaan. hingga layanan berkelanjutan
bagi muzzaki atau donator.
PENDAYAGUNAAN
Direktorat ini mengemban tugas memanfaatkan dana yang terhimpun
dengan efektif dan efisien bagi pemberdayaan dhuafa. Aktualisasinya
adalah program-program yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat terutama mustahik yang hidup dalam ketertinggalan.
Manajemen pendayagunaan dikonsentrasikan pola tiga bidang, yaitu
pengembangan sumber daya masyarakat (pengembangan insani),
pengembangan ekonomi, layanan sosial bagi kebutuhan masyarakat
dhuafa (Layanan dan Pengembangan Masyarakat). Manajemen
pendayagunaan merupakan inti dari pemanfaatan dana ZIS yang
diamanahkan muzzaki kepada Dompet Dhuafa. Melalui serangkaian
program yang bertumpu pada keandalan ide dan inovasi manajemen
Dompet Dhuafa, untuk mengupayakan hal tersebut diperlukan alternatif-
alternatif sosial bagi persoalan-persoalan kemanusiaan dhuafa. Tiga
pelayanan utama dilaksanakan Dompet Dhuafa yaitu, pengembangan
insani, pengembangan ekonomi, dan layanan pengembangan masyarakat.
PENGAWASAN

Pengawasan dilakukan dengan harapan dapat menjalin tercapainya


tujuan organisasi, karena pengawasan merupakan usaha untuk
mengembalikan, meluruskan dan mengantisipasi berbagai
penyimpangan agar sesuai dengan perencanaan. Pengawasan juga
bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan tugas-tugas yang
kemudian diadakan koreksi atau pembetulan dan mencegah
terjadinya kesalahan yang sama. Ada 8 fakta terkait arus
pengelolaan keuangan Dompet Dhuafa, salah satunya Kepercayaan
publik. Merupakan hal penting untuk suatu lembaga. Hal tersebut
terbangun salah satunya melalui transparansi dalam hal ini yang
paling penting adalah laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Novianti Putri. (2018). Manajemen Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Bogor Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat. Diakses 10
November 2021, dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Ummah Mufidatul. (2019). Analisis Pengelolaan Dana Ziswaf Dompet Dhuafa


Untuk Pemberdayaan Program Pendidikan. Diakses 11 November 2021, dari
Institut Ilmu Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Veithzal Rivai Zainal. (2020). Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif.


Visual Post: Jurnal Badan Wakaf Indonesia.

4. Rentasari. (2020). Manajemen ZIS Lembaga Zakat, Infak dan Sedekah


Muhammadiyah (LAZISMU) Lampung. Diakses 12 November 2021.

5. Muhammad Syukron, Syaifuddin Fahmi. (2018). ”Manajemen Pengumpulan,


Pendistribusian Dana Zakat, Infaq, Shodaqah dan Wakaf (Ziswaf) di Lembaga Amil
Zakat Nasional (Laznas) Yatim Mandiri”.
JAZAKUMULLAHU KHAIRAN!

Anda mungkin juga menyukai