KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Yang telah
memberi kami kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta
keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari
kemudian.
Buku ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami
yaitu Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Perbankan Syariah. Kami
berharap penyusunan dalam bentuk buku ini akan memberi banyak manfaat
dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Dan kami menyadari didalam penyusunan ini mungkin masih
belum sempurna dan terdapat kesalahan dalam penyusunannya, Kami
mohon untuk bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha
ini merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian
sampai hari kemudian.
S1 Perbankan Syariah C
2
NAMA PENULIS
1. AJENG ISTYQOMAH 1804101004
3
24. NOVIA DARMAYANI 1804101068
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
NAMA PENULIS.....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................v
PEMBAHASAN
A. Teori dan Konsep Dasar Manajemen .................................................................................1
B. Implementasi Manajemen Pada Perbankan.........................................................................13
C. Mengenal Konsep Manajemen Pemasaran dan Implikasi Pada Pemasaran Syariah
.............................................................................................................................................24
D. Etika Bisnis dan Etika Pemasaran Secara Syariah .............................................................37
E. Bank Syariah........................................................................................................................50
F. Manajemen Bank Syariah....................................................................................................62
G. Produk-Produk Bank Syariah..............................................................................................73
H. Mengembangkan Strategi Marketing .................................................................................102
I. Analisis Market dan Perilaku Client....................................................................................112
J. Mengidentifikasi Segmen Pasar dan Pasar Sasaran.............................................................125
K. Menghadapi Persaingan.......................................................................................................135
L. Pengembangan Produk dan Memahami Customer..............................................................145
M. Komunikasi dan Promosi.....................................................................................................155
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manajemen?
2. Bagaimana fungsi-fungsi manajemen?
3. Bagaimana tingkatan manajemen?
4. Bagaimana rintangan terhadap perkembangan manajemen?
5. Bagaimana proses manajemen?
6. Bagaimana konsep manajemen dalam islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep manajemen.
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen.
3. Untuk mengetahui tingkatan manajemen.
4. Untuk mengetahui rintangan terhadap perkembangan manajemen.
5. Untuk mengetahui proses manajemen.
6. Untuk mengetahui konsep manajemen dalam islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Lilis Sulastri, Manajemen Sebuah Pengantar Sejarah, Tokoh, Teori, dan Praktik, Lo
Goods Publishing, 2014, hal. 9-10
2
oleh perbedaan latar belakang penulis, keadaan dan sudut penalaran yang
dilakukan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari semua definisi diatas yaitu
diantaranya:
Manajemen adalah perpaduan antara ilmu pengetahuan dan seni.
Manajemen adalah proses yang sistematis, terkoordinasi dan koperatif
dalam usaha-usaha memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumber-
sumber lainnya.
Manajemen mempunyai tujuan tertentu, berhasil tidaknya tujuan itu
tergantung pada kemampuan mempergunakan segala potensi yang ada.
Manajemen hanya dapat diterapkan pada sekelompok manusia yang
bekerja sama secara formal serta mempunyai tujuan yang sama pula.
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan efektif
dan efisien.
Dalam manajemen, kepemimpinan merupakan faktor yang sangat
dominan.
Manajemen merupakan sistem kerja sama yang koperatif da rasional.
Manajemen didasarkan pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab
yang teratur. 2
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris
management. Akar kata tersebut adalah manage atau managiare, yang
memiliki makna: melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Selanjutnya
dalam kata manajemen tersebut terkandung tiga makna, yaitu pikiran (mind),
tindakan (action) dan sikap (attitude) (Masyhud, 2014) dalam bahasa arab
manajemen diartikan sebagai idaarah, yang berasal dari kata adaara, yaitu
mengatur (Ma’shum dan Abidin, 1997). 3
2
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, Dasar-Dasar Manajemen Mengoptimalkan
Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien, Perdana Publishing, Medan, Agustus 2016,
hal. 14-17
3
Husaini, dan Happy Fitria, Manajemen Kepemimpinan Pada Lembaga Pendidikan
Islam, Universitas PGRI Palembang, JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
Pendidikan), Palembang, Vol. 4, No. 1, Juni 2019, hal. 44-45
3
B. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi manajemen menurut George R. Terry dan Liesli W. Rue
mencangkup sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning), menentukan tujuan yang hendak dicapai selama
suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat
mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Pengorganisasian (Organizing), mengelompokan dan menentukan
berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3. Kepegawaian (Staffing), menentukan keperluan-keperluan sumber daya
manusia, pengarahan, penyaringan, latihan, dan pengembangan tenaga
kerja.
4. Penggerakan (Motivating), mengarahkan atau menyalurkan perilaku
manusia kearah tujuan-tujuan.
5. Pengawasan (Controlling), mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
menentukan sebab-sebab penyimpangan dan pengambilan tindakan-
tindakan korelatif.4
Dari kelima fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R.
Terry, dapat disimpulkan dan disaring bahwa fungsi utama manajemen dibagi
menjadi 3, yaitu perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.5
Didalam pemasaran fungsi manajemen terdapat kegiatan menganalisis
yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui pasar dan lingkungan
pemasarannya, sehingga dapat diperoleh seberapa besar peluang untuk
merebut pasar dan seberapa besar ancaman yang harus dihadapi.6
4
Syamsuddin, Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, Jurnal Idaarah, Makasar, Vol. 1, No. 1,
Juni 2017, hal. 67
5
Fathul Maujud, Implementasi Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Lembaga Pendidikan
Islam (Studi Kasus Pengelolaan Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta’allim Pagutan), Jurnal
Penelitian Keislaman, Vol. 14, No. 1, 2018, hal. 33
6
Agustina Shinta, Manajemen Pemasaran, Universitas Brawijaya Press, Malang, 2011,
hal. 2
4
C. TINGKATAN MANAJEMEN
7
Aun Falestien Faletehan, Pengantar Ilmu Manajemen, (Surabaya: Fakultas Dakwah
UIN Sunan Ampel Surabaya), hal. 23.
8
Isnaeni Rokhayati, “Perkembangan Teori Manajemen dari Pemikiran Scientific
Management Hingga Era Modern Suatu Tinjauan Pustaka”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume
15. Nomor 02. September 2014, hal. 4.
5
paling rendah dalam suatu organisasi dan mereka tidak membawahi
manajer yang lain.9 Keahlian yang terutama perlu dimiliki dalam level
ini adalah keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu.
9
Fuad Riyadi, “Urgensi Manajemen Dalam Bisnis Islam”, Jurnal Bisnis dan Manajemen
Islam, BISNIS, Vol. 3, No. 1, Juni 2015, hal. 72
10
Heri Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2010), hal. 20-21
11
6
E. PROSES MANAJEMEN
7
3. Pengarahan
Pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan semangat
(motivation) pada karyawan agar dapat bekerja keras dan giat serta
membimbing mereka dalam melaksanakan rencana untuk mencapai
tujuan yang efektif dan efisien. Fungsi pengarahan merupakan usaha
yang berkaitan dengan segala sesuatu agar seluruh anggota organisasi
atau lembaga dapat melaksanakan bagian pekerjaannya dan bekerja sama
untuk mencapai tujuannya.15 Melalui pengarahan, seorang manajer
menciptakan komitemen, mendorong usaha-usaha yang mendukung
tercapainya tujuan.
4. Pengendalian
Bagian terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian
(controlling). Pengendalian dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan
organisasi sudah sesuai dengan rencana sebelumnya. Fungsi
pengendalian mencakup empat kegiatan, yaitu (1) menentukan standar
prestasi; (2) mengukur prestasi yang telah dicapai selama ini; (3)
membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi; dan
(4) melakukan perbaikan jika terdapat penyimpangan dari standar
prestasi yang telah ditetapkan. 16
Parameter yang digunakan untuk menilai kesuksesan sebuah organisasi
terletak pada berjalannya proses atau fungsi-fungsi manajemen tersebut, di
samping adanya integritas dan keterpaduan antara fungsi yang satu dengan
yang lain. Seluruh fungsi-fungsi manajemen merupakan tindakan simultan dan
saling berhubungan.
Proses manajemen merupakan kerja kolektivitas yang terarah, dan tidak
bertujuan memunculkan figur yang memonopoli semua pekerjaan.17
15
Meutia, “Proses Manajemen, Struktur Formal dan Penggunaan Informasi, Jurnal
Manajemen”, Volume XXI, No.01, Februari 2017, hal 123.
16
Semuel Batlajery, “Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen pada Aparatur
Pemerintahan Kampung Tambat Kabupaten Merauke”, Jurnal Ilmu Ekonomi & Sosial, Vol.VII,
No. 2, Oktober 2016, hal 140.
17
Aun Falestien Faletehan, Pengantar Ilmu Manajemen, (Surabaya: Fakultas Dakwah UIN
Sunan Ampel Surabaya), hal. 20.
8
F. KONSEP MANAJEMEN DALAM ISLAM
18
Hendra Safri, “Manajemen dan Organisasi Dalam Pandangan Islam”, Journal of
Islamic Education Management, Vol.2, No.2 Oktober 2017, hal. 163-164
9
KESIMPULAN
10
hendaknya memperhatikan apa yang telah diperbuat pada masa yang telah lalu
untuk merencanakan hari esok.
11
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Adanya perubahan dalam tatanan kehidupan termasuk dibidang
kesehatan membuat semua orang harus berubah terutama dalam
implementasi menejement di butuhkan adanya kewenangan yang jelas
yaitu pada seseorang yang dapat dipercaya dan mempunyai
kemampuan yang sangat mendukung. Sehingga dapat
mengembangkan kompetensinya dan dapat mengelola keuangan serta
dapat diterapkan pada pengelolaan perlengkapan sehingga dapat
meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu pengelompokan fungsi ?
2. Apa itu tanggung jawab ?
3. Apa itu garis wewenang ?
4. Apa itu jangkauan pengawasan ?
5. Apa itu hubungan staf dan garis ?
6. Apa itu saling hubungan dari kesatuan organisasi ?
7. Apa itu spesifikasi dan prosedur ?
8. Apa itu staffing struktur dan organisasi ?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengelompokan fungsi
2. Untuk mengetahui konsep manajemen
3. Untuk mengetahui garis wewenang
4. Untuk mengetahui hubungan staf dan garis
5. Untuk mengetahui saling hubungan dari kesatuan organisasi
6. Untuk mengetahui spesifikasi dan prosedur
7. Untuk mengetahui staffing struktur dan organisasi
12
13
BAB 11
PEMBAHASAN
A. PENGELOMPOKAN FUNGSI
tambat kabupaten merauke”. Juenal ilmu ekonomi & sosial Vol VII, No 2, Oktober 2016, hal 138
14
Pengarahan adalah proses untuk menumbuhkan semangat (motivation)
pada karyawan agar dapat bekerja keras dan giat serta membimbing mereka dalam
melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan yang efektif dan efesian. Mealui
pengarahan, seorang manajer menciptakan komitmen, mendorong usaha-usaha
yang mendukung tercapainya tujuan.
4. Pengendalian
15
memberikan penjelasan atau alasan mengapa tugas yang dibebankannnya
tidak terselesaikan.22
22
Yayat M.herujito “ Dasar-dasar manajemen” Grasindo, hal 41
23
Dedy Takkdir Syaifuddin,loc. Cit.
16
menghubungkan manajemen puncak sampai ke manajemen tigkat
bawah. Wewenang lini akan berbeda dari satu organisasi ke organiasi
lainnya tergantung tujuan organisasi. Pada perusahaan kecil
barangkali semua manajer merupakan manajer lini, pada saat
perusahaan tumbuh menjadi besar , staf yang lebih spesialis
diperlukan untuk membatu manajer lini
2) Wewenang staf, wewenang staf dilakukan oleh orang atau kelompok
orang yang memberikan jasa atau nasehat kepada manajer lini,
biasanya disebut Staf ahli karena spesialisasi yang dipunyai
memberikan nasehat kepada manajer. Dimana nasehat tersebut
kemudian dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan
oleh manajer.
3) Wewenang Fungsional. Kadang-kadang organisasi mempunyai
manajer atau departemen yang mempunyai wewenang fungsional,
fungsi keuangan dan akutansi sering diberikan wewenang
fungsioanal.24
D. JANGKAUAN PENGAWASAN
24
Ibid., dasar-dasar manajemen, hal 40
25
Dedy Takdir Syaifuddin, Loc. Cit hal. 45
17
Adapun keuntungan dari Desentrasi yaitu menurunkan biaya
operasi karena gaji karyawan yang tidak di perlukan dapat dihapus,
mempercepat proses pembuatan keputusan karena karyawan tingkat lebih
bawah di beri lebih banyak kekuasaan. Sedangkan kerugiannya yaitu
memaksakan para manajer untuk mebuat keputusan besar meskipun
mereka memiliki pengalaman dan kemampuan untuk itu, kemungkinan
para pengemban tugas tidak mampu untuk menyelesaikan tugas mereka.
18
secara langsung tetapi hanya memberikan bantuan pelayanan , saran-
saran untuk mempermudah tugas wewenang lini.26
26
Mansur Tanjung, “Fungsi Organisasi dalam Manajemen Proyek”. Jurnal Mantik
Penusa. Vol 1 N. 1 Juli 2017, hal. 23
27
Yayat M. Herujuto, “Dasar-Dasar Manajemen”. ( Grasindo hal. 24
28
Candra Wijaya dan Muhammad Rifa’i, “Dasar-Dasar Manajemen”. (Medan: Perdana
Publishing, 2016), hal. 57
19
Keburukan organisasi Line dan Staff
a. Rasa solidaritas bawahan tidak begitu tinggi karena sibuk dengan
kegiatannya masing-masing.
b. Jika koordinasi di tingkat staff tidak baik, dapat membingungkan unit-
unit pelaksana dan dapat juga merupakan hambatan dalam pelaksana
tugas.
29
Ibid, hal. 25
30
Yayat M. Herujuto, Ibid , hal. 25
20
pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian, dalam
rangka mencapai suatu tujuan suatu ekonomis.31
Bagian berikut ini menjelaskan lebih lanjut masing – masing fungsi
manajemen tersebut32:
1. Perencanaan (Planning)
Proses perencanaan meliputi gagasan bahwa manajemen
mengantisipasi berbagai kondisi seperti peluang dan kendala di masa
depan, dan berusaha menetapkan lebih dulu apa yang harus mereka
lakukan dan apa yang akan mereka capai.33
Perencanaan diperlukan untuk mengarahkan kegitan organisasi.
Beberapa manfaat perencanaan adalah34:
a.) Mengarahkan kegiatan organisasi yang meliputi penggunaan
sumber daya dan penggunaannya untuk mencapai tujuan
organisasi;
b.) Memantapkan konsistensi kegiatan anggota organisasi agar sesuai
dengan tujuan organisasi; dan
c.) Memonitor kemajuan organisasi.
31
Setyahbudi Indartono, Pengantar Manajemen: Character Inside, (Fakultas Ekonomi
Universitas Negri Yogyakarta: Yukaprint, Yogyakarta), h. 7
32
Mamduh Hanafi, Konsep Dasar Dan Perkembangan Teori Manajemen,
(EKMA4116/MODUL 1), h. 1.12
33
Ibid, PengantarManajeme: Character Inside, h. 7
34
Ibid, Konsep Dasar Dan Perkembangan Teori Manajemen, h. 1.12
35
Ibid, PengantarManajeme: Character Inside, h. 7
36
Ibid, Konsep Dasar Dan Perkembangan Teori Manajemen, h. 1.12 – 1.13
21
3. Pengarahan (Leading)
Langkah selanjutnya adalah membuat bagaimana orang – orang
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Menejer perlu
“mengarahkan” orang – orang tersebut. Lebih spesifik lagi pengarahan
meliputi kegiatan memberi pengarahan (directing), memengaruhi
orang lain (influencing), dan memotivasi orang tersebut untuk bekerja
(motivating). Pengarahan biasanya dikatakan sebagai kegiatan
manajemen yang paling menantang dan paling penting karena
langsung berhadapan dengan manusia.
37
Ibid, Konsep Dasar Dan Perkembangan Teori Manajemen, h. 1.14
38
Ibid, PengantarManajeme: Character Inside, h. 7
22
d.) Melakukan perbaikan jika ada penyimpangan dari standar yang
ditentukan. Kemudian, kembali lagi ke fungsi perencanaan untuk
periode berikutnya.39
39
Ibid, Konsep Dasar Dan Perkembangan Teori Manajemen, h. 1.15
40
Ibid, h. 1.16
23
manajemen didefinisikan sebagai mengisi posisi – posisi dalam struktur
organisasi melalui indentifikasi kebutuhan tenaga kerja,
menginventarisasi tenaga – tenaga yang tersedia, perekrutan
(recruitment), seleksi, penempatan promosi, penilaian (appraisal),
pengaian (compensation), dan latihan bagi tenaga – tenaga yang
dibutuhkan. Jelaslah bahwa staffing itu harus berkaitan erat dengan
organizing, yaitu penepatan dengan sengaja struktur peranan – peranan
dan posisi – posisi.41
41
M. Anang Firmansyah dan Budi W. Mahardika, Pengantar Manajemen, (CV BUDI
UTAMA: Yogyakarta, 2018), h. 98
42
Ibid, h. 102
24
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tahap implementasi fungsi-fungsi manajemen merupakan tahap
penting untuk melihat dan mengevaluasi apakah sesuai dengan
perencanaan dan target bisnis. Dengan tahap implementasilah fungsi
manajemen strategi mampu untuk dilaksanakan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan sebagaimana mestinya.
Pihak pihak yang mengimplementasikan fungsi manajemen
sangat berperan dalam menentukan sukses atau tidaknya implementasi
strategi perusahaan, meskipun mereka hanya sedikit dilibatkan dalam
pengembangan strategi perusahaan. Kebijakan-kebijakan perusahaan yang
harus di implementasikan harus dikomunikasikan secara transparan kepada
seluruh manajer, dengan demikian maka manajer mampu mempengaruhi
manajemen puncak dan manajemen menengah dalam melakukan setiap
proses perumusan maupun implementasi untuk mencapai kinerja
perusahaan yang lebih optimal.
Dalam pengembangan fungsi implementasi manajemen
dibutuhkan kerjasama dari beberapa pihak yang mungkin berpengaruh
dalam manajemen organisasi yang harus mendapat perhatian dari
manajemen puncak. Untuk mencapai tujuan sebuah organisasi manajemen,
pengamatan lingkungan sekitar merupakan salah satu faktor dalam
pengembangan pencapaian organisasi, baik itu lingkungan internal
maupun eksternal organisasi untuk landasan dalam pengambilan tindakan
selanjutnya dalam organisasi.
25
26
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi manajemen pemasran?
2. Bagaimana teori manajemen pemasaran dipraktekkan?
3. Bagaimana manajemen dalam Islam?
4. Bagaimana Sustainable Marketing Enterprise (SME)?
5. Bagaimana Implikasi/aplikasi manajemen pemasaran dan manajemen
pemasaran pada perbankan?
C. Tujuan Masalah
Mengetahui definis manajemen syariah, cara mempraktekkan manajemen
syraiah. Dan mengetahui bagaimana manajemen dalam islam, mengetahui
tentang Sustainable Marketing Enterprise (SME), serta aplikasi
manajemen pemasran dan manajemen pemasaran pada perbankan.
27
28
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pemasaran
Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktifitas yang
dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai ( value
creating activities) yang memungkinkan siapapun yang melakukannya
bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandai atas
kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keiklasan sesuai dengan proses yang
berperinsip pada akad bermuamalah islami atau perjanjian transaksi bisnis
dalam islam. Pemasaran berhubungan dan berkaitan dengan suatu proses
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah
satu dari definisi pemasaran yang terpendek adalah memenuhi kebutuhan
secara menguntungkan.
Pemasaran menurut fikih islam disebut wakalah atau perwaklian.
Wakalah atau perwakilan berarti penyerahan, pendelegasian atau memberikan
mandat. Wakalah daapat juga didefinisikan sebagai penyerahan dari
seseorang (pihak pertama/ pemberi perwakilan) apa yang boleh dilakukan
sendiri dan dapat diwakikannya kepada yang lain ( pihak kedua) untuk
melakukan semasa ia ( pihak pertama) masih hidup. Pemasaran secara umum
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang merancang dan menawarkan
sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan alam rangka
memberikan kepuasan yang optimal kepada pelanggan.43
Definisi pemasaran menurut philip kotler (marketing) pemasaran
adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan untuk memehuni kebutuhan
dan keinginan melalui proses pertukaran. Pemasaran adalah suatu proses dan
manajerial dimana indivudu atau kelompok memeperoleh apa yang mereka
inginkan dan yang mereka butuhkan dengan menciptakan dan saling
mempertukarkan produk atau jasa serta nilai antara seseorang dengan yang
lainnya.
Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial dimana indivudu atau
kelompok memeperoleh apa yang mereka inginkan dan yang mereka
butuhkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk atau jasa
serta nilai antara seseorang dengan yang lainnya. 44
Marketing Management menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller
dalam bukunya yaitu pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasikan
dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat.45
43
Tammamudin, mereflekasikan teori pemasaran kedalam praktik pemasaran syariah,
jurnal hukum islam vol.12 No.2, desember 2014. Hal. 274
44
Ibid, hal. 276
45
Andriyanto, M. Anang Firmansyah, Manaejmen Bank Syariah (Implementasi Teori
dan Praktek, (Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), hal 124
29
Menurut w stanton, pemasaran adalah sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.
Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau
jasa hingga ketangan konsumen tetapi juga bagaimana produk dan jasa
tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan
laba. Pemasaran ini mencangkup promosi, penjualan, dan pengiriman produk
kekonsumen.
Pemasaran suatu barang atau produk ini memiliki secara umum
sasaran. Sasaran dari pemasaran ini adalah menarik pelanggan baru dengan
menjanjikan nilai suuperior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan
produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan
pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan
pelanggan. Sehingga suatu manajemen pemasaran tidak hanya
menyampaikan produk atau jasa hingga sampai kepada konsumen. Para
konsumen akan lebih mudah untuk menemukan produk yang mereka
inginkan atau butuhkan. Ketika pemasaran ini sesuai dengan targetnya,
pedagang akan mendapatkan banyak pembeli dan keuntungan bisa kita
dapatkan.46
B. Manajemen pemasaran
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajmen dan
pemasaran. Menurut kotler amrstrong pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasidan pengendalian program-program yang
dirancang umtuk menciptakan, membangundan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan
Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan,
mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan
pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara
efektif dan efesien. Sedangkan manajemen adalah suatu proses perencanaan,
perorganisasian, pergerakan, dan pengawasan.
Dapat diartikan bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi.47
46
Ade priangani, memperkuat manajemen pemasaran dalam konteks persaingan global,
jurnal kebangsaan vol.2 No. 4, juni 2013. Hal. 1-2
47
Masnia mahardi, nurul qomariah, dan budi antoso, dampak kualitas produk, harga,
promosi dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan optik marlin cabang jember, jurnal
30
Konsep inti pemasaran terdiri dari beberapa konsep, konsep
pemasaran ini antara lain:
1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia.
Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilanga, dan manusia
mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang
kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan,pakaian,
perumahan, dan lain-lainnya.), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, dan kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari
masyarakat konsumen, bila tidak pua, konsumen akan mencari produk atau
jasa yang dapat memuaskan kebutuhannya.
2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian
individual dinamkaan keinginan. 48Keinginan digambarkan dalam bentuk
obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah
hasrat akan penawar kebutuhan yang spefisik. Masyarakat yang semakin
berkemban, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana,
waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa
memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan
menebus keterbatasan tersebut, paling tidak menimalisasi keterbatasan
sumber. Contohnya manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk
memuaskan lapar tersebut tergantung budayanya dan lingkungan
tumbuhnya. Seperti orang jogja akan memenuhi kebutuhan makannya
dengan gudeg, sedangkan orang lampung akan memenuhi kebuthuan
makannya dengan pindang.
3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut,
ahirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan
manfaat yang paling memuaskan. Sehingga munculan istilah permintaan,
yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukunga oleh
kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
4. Produk
48
Ibid, hal. 67
31
Produk-produk yang diciptakan haruslah produk yang unggul dan
memiliki kualitas, karena dalam berbisnis persaingan itu selalu ada. 49Jika
produk yang diciptakan tidak memiliki keunggulan, maka siap-siap saja
produk yang diciptakan akan mengalami penurunan dalam penjualan. Jika
suatu usaha mengalami penurunan penjualan, maka bisnis tersebut harus
berusaha untuk melakukan langkah-langkah atau cara perbaikan untuk
menyelamatkan bisnis yang sedang dijalankan.
Sejalan dengan munculnya kebutuhan, keinginan dan permintaan,
perusahaan berusaha keras untuk mempelajarinya, mereka melakukan riset
pemasaran, mengamati prilaku konsumen, menganalisis keluhan yang
dialami konsumen, mencari jawaban produk dan jasa apa yang sedang
disukai atau bahkan produk apa yang tidak disukai, dan lain-lain50
5. Nilai pelanggan
Perusahaan membuat pilihan pembeli berdasarkan persepsi mereka
mengenai nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa ini. Nilai bagi
pelanggan adalah selisih antara nilai total yang dinikmati pelanggan
karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya total yang
meneyertai produk tersebut. Nilai total antara lain nilai produk, jasa
personil pemasar, biaya waktu, biaya energi yang dikeluarkan, biaya
praktis. Setelah pemberian nilai, konsumen akan mengevaluasi dan hasil
evaluasi ini akan mempengaruhi kepuasan dan peluang untuk membeli
ulang produk tersebut.
6. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan tergantung pada kinerja dalam menyerahkan nilai
relative terhadap pembeli. Apabila kinerja atau prestasi sesuai atau bahkan
melebihi harapan, pembelinya merasa puas. Perusahaan yang cerdik
mempunyai tujuan membuat gembira pelanggan dengan menjanjikan apa
yang mereka serahkan, kemudian menyerahkan lebih banyak dari yang
mereka janjikan.
7. Mutu/Kualitas
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, yang saat ini ada istilah
total quality management ( TQM) yaitu program yang dirancang untuk
memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara terus
menerus. TQM memiliki komitmen antara lain:
- Fokus terhadap pelanggan
- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.
49
Ita Nurcholifah, Strategi Marketing Mix Dalam Prespektif Syariah, Jurnal
Khatulistiwa- journal Of Islamic Studies Vol. 4 No. 1 Maret 2014,hal. 74
50
Cynthia V, Djodjobo, H.N Tawas, Pengaruh Orintasi Kewirausahaan, Jurnal EMBA
Vol. 2 No. 3 ISSN 2303-1174 3September 2014, hal. 1217
32
- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
- Memiliki komitmen jangka panjang, membutuhkan kerjasama tim dan
memperbaiki proses
- Memperbaiki proses secara kesinambungan
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk karyawan
8. Pertukaran
Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh barang yang dikehendaki
dari seseorang dengan dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Ada
kondisi yang harus dipenuhi agar pertukaran dapat terjadi:
- Terdapat sedikitnya dua pihak
- masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain.
- Masing-masing pihak mampu berkomunitas dan melakukan
penyerahan.
- Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran
pertukaran.
- Masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah
layak dan bermanfaat (negosiasi).
9. Transaksi
Transaksi adalah perdagangan antara dua pihak yang paing sedikit
melibatkan dua macam nilai, persetujuan mengenai kondisi, waktu dan
tempat.
10. Hubungan
Proses menciptaan, memelihara, dan meningkatkan hubungan erat yang
semakin bernilai dengan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepentingan
yang lain dengan kata hubungan adalah praktik membangun hubungan
jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak pelanggan ,
pemasok (supplier), penyalur (distributor), guna untuk mempertahankan
bisnis jangka panjang mereka
Konsep inti pemasaran adalah
- Proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran.
- Pendapatan harga dan promosi.
33
- Penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.51
Strategi pemasaran yang digerakan oleh pelanggan,langkah-langkah
suatu perusahaan untuk merancang strategi pemasaran yang unggul:
1. Memutuskan siapa yang akan dilayaninya.
2. Perusahaan melakukan hal dengan membagi pasar menjadi segmen
pelanggan ( segmentasi pasar.
3. Memlih segmen mana yang akan dituju (target pemasaran)
4. Perusahaan hatus memutuskan bagaimana melacani pelanggan.
5. Perusahaan menyediakan kebutuhan dengan mengedepankan proposi
nilai, sekumpulan keuntungan yang dijanjikan mereka kepada pelanggan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
6. Proposisi nilai terpenuhi melalui penawaran pasar yang memberikan nilai
dan kepuasan pelanggan, meghasilkan hubungan timbal-balik jangka
panjang dengan pelanggan.
Perusahaan pemasaran terkemuka berusaha lebih jauh mempelajari
dan memahami kebutuha,keinginan,dan permintaan pelanggannya.
pemahaman ini membantu mereka merancang penawaran pasar yang
memuasakan keinginan dan membangun beban nilai hubungan pelanggan
yang dapat dipakai untuk menangkap nilai seumur hidup pelanggan dan
pangsa pelanggan yang lebih besar. Hasilnya adalh peningkatan ekuaitas
jangka panjang pelanggan bagi perusahaan. 52
51
Agustina shinta, manajemen pemasaran, (malang:penerbitan elektronik, 2011), hal. 9-
12
52
Darmanto dan sri wardaya, manajemen pemasaran untuk mahasiswa, usaha mikro,
kecil dan menengah, (yogyakarta: deepublish, 2016), hal. 5-7
53
Yayan Fauzi, “Manajemen Pemasaran Perspektif Maqasid Syariah”. Junal Ilmiah
Ekonomi Islam Vol. 01 No. 03, November 2015, Hal 143.
34
Marketing syariah diartikan sebagai suatu disiplin unit bisnis strategis
yang diarahkan kepada suatu proses dimana terdapat perubahan nilai serta
penawaran dari satu penggagas kepada bagian yang lain dalam
keseluruhannya sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan muamalah dalam
Islam.54
a) Tujuan Marketing Syariah:55
1. Memudahkan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan
secara berulang-ulang.
2. Memaksimalkan kepuasan konsumen melalui berbagai pelayanan
yang diinginkan.
3. Memaksimumkan pilihan (diversifikasi produk) dalam arti perusahaan
menyediakan berbagai jenis produk sehingga konsumen memiliki
beragam pilihan.
4. Memaksimalkan kualitas dengan memberikan berbagai kemudahan
kepada konsumen.
b) Konsep Marketing Syariah
Konsep pemasaran syariah menekankan bahwa perlunya
menerapkan manajemen profesional, artinya dengan melakukan
kegiatan tersebut maka semua produk atau jasa yang dihasilkan pasti
dapat memiliki positioning tersendiri. Kompetitor bukanlah
merupakan suatu penghalang yang harus ditakuti atau dimusuhi.
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tujuan marketing bisnis
dengan prinsip syariah adalah dengan penerapan prinsip-prinsip etika
atau berlandaskan kepada entitas nilai-nilai Islam sebagai penciptaan
kepuasan duniawi dan ukhrawi bagi para stakeholders perusahaan.
c) Hal-hal yang terlarang dalam bisnis syariah56:
1. Gharar (Penipuan)
Suatu akad yang mengandung unsur penipuan karena tidak ada
kepastian, baik atau tidaknya objek akad, besar kecilnya jumlah,
maupun kemampuan menyerahkanobjek yang disebutkan dalam akad
tersebut.
2. Maisir (Gambling)
54
Ahmad Miftah, “Mengenal Marketing Dan Marketers Syariah”. Jurnal Ekonomi Islam
Vol. 6 No. 2, Juli 2015, Hal 16.
55
Ibid, 17.
56
Yayan Fauzi, “Manajemen Pemasaran Perspektif Maqasid Syariah”. Junal Ilmiah
Ekonomi Islam Vol. 01 No. 03, November 2015, Hal 147.
35
Alquran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-
91). Alquran menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari
kata usr (kemudahan dan kesenangan). penjudi berusaha
mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini istilah itu diterapkan
secara umum pada semua bentuk aktivitas judi.
3. Riba (Bunga)
Riba menurut pengertian bahasa berarti (az-ziyadah) berkembang
(an-numuw), meningkat (al-irtifa), dan membesar (al-uluw). Dengan
kata lain riba adalah penambahan, perkembangan, peningkatan dan
pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman
dari peminjam sebagi imbalankarenamenangguhkanatau berpisah dari
sebagian modalnya selma periode waktu tertentu.Adapun larangan
riba ada terdapat pada Al-quran surat (Al-baqarah (2): 278-279) dan
surat (Ali-imron (3): 130).
4. Haram (Komoditi)
Haram adalah sesuatu yang dilarang mengerjakannya. Menurut
imam gazali haram adalah sesuatu yang dituntut oleh syar’i untuk
ditinggalkan melalui tuntutan secara pasti dan mengikat.
5. Dzalim (Aniaya)
Adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Di
dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan
kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq
orang lain.
6. Risywah
Berasal dari kata bahasa arab rasya, yarsyu, rasywan, yangberarti
sogokan, bujukan suap atau disebut dengan uang pelicin. Menurut ali
bin muhammad as sayyid as syarif al jurjani riswa adalah sesuatu
pemberian kepada seseorang untuk membatalkan sesuatu hak (benar)
atau membenarkan yang batil.
7. Maksiat (porno aksi, sex komnersial)
Maksiat berarti durhaka, tidak patuh atau sesuatu perbuatan yang
tidak mengikuti apa yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Strategi pemasaran syariah tidak lain merupakan strategi bisnis syariah
yang mengarah pada proses penawaran, penciptaan terhadap stakeholder
sebagai satu inisiator berprinsip Al-Qur’an dan Al-Hadits menggunakan akad
57
yang baik. Stategi pemasaran tidaklain merupakan strategi bisnis yang
mengarah terhadap proses penciptaan, perubahan nilai terhadap stakeholder
57
Ibid, hal. 150
36
dan sebuah penawaran dalam proses menggunakan prinsip muamalah (bisnis)
syariah terhadap pemenuhan hidup konsumen terhindar dari kebatilan.58
Hal ini tertera Dalam surat Annisa (4) ayat 29, Allah SWT berfirman:
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman ! janganlahkamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah maha penyayang
kepadamu”. Pada ayat di atas memberi prinsipterhadap perusahaan untuk
transparan, tidak berbohong dan menipu terhadap konsumen.
Konsep pemasaran Islam haruslah didasari oleh filsafat dasar Islam. Dan
konsep dasar filsafat Islam adalah Tauhid atauoneness. Dari konsep dasar ini
kemudian akan melahirkan karakteristik pemasaran Islam. Menurut
Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya, pemasaran Islam memiliki
empat karakteristik. Pertama adalah spiritualitas dimana setiap kegiatan
pemasaran harus sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Seorang
pemasar Islam harus meyakini bahwa hukum Islam adalah hukum terbaik
yang harus dipakai dalam menjalankan aktifitas pemasaran. Karakteristik
kedua adalah etika, dimana etika Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits harus dijalankan oleh setiap pemasar Islam.59
Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa pemasaran Islam adalah aktifitas dalam menjalankan kegiatan bisnis,
mulai perencanaan, penciptaan, hingga penawaran kepada konsumen
berdasarkan ajaran Islam. Pemasaran Islam merupakan seluruh aktivitas
pemasaran yang nilai, prinsip dan dasar pemasarannya dilandaskan kepada
hukum syariah. Gharar, maisyir, riba, haram, dzalim, risywah dan maksiat
merupakan tindakan yang harus dihindari oleh marketers dalam dalam
menjalankan aktifitas pemasarannya.
D. Sekilas tentang Sustainable Marketing Enterpice (SME)
58
Chusnul Muali, Khoirun Nisa, “Pemasaran Syariah Berbantuan Media Sosial:
Kontestasi Strategi Peningkatan Daya Jual”. Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 05 No. 02, April 2019.
Hal 174.
59
M Anwar Fathoni, ”Konsep Pemasaran Dalam Perspektif Hukum Islam”. Jurnal
Hukum dan Syariah Vol. 9 No. 1 2018. Hal 136.
37
Sebuah perusahaan tentu harus menjadi perusahaan yang
sustainable, perusahaan yang mampu bertahan dan sukses, tidak hanya
pada saat ini, tetapi juga di masa mendatang.
Selama puluhan tahun, dunia hanya mengenal sistem ekonomi
kapitalisme. Namun pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an sistem
ekonomi islam atau yang dikenal juga sebagai sistem ekonomi syariah
mulai bermunculan di negara-negara Timur Tengah. Dengan memakai
kerangka kerja Sustainable Marketing Enterpirise (SME)
Saat ini, sistem ekonomi syariah kembali berkembang dan menjadi
alternatif bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem kapitalisme
yang mengutamakan kekayaan pribadi dan berdampak pada
ketidakmerataan distribusi kekayaan.Sistem ekonomi syariah memang
baru bangkit kembali dan dikenal luas pada era 1970-an, tetapi sebenarnya
prisip-prinsip yang terkandung di dalamnya bukanlah hal baru. Larangan
terhadap riba bukan hanya baru ada sejak munculnya agama islam,
melainkan bahkan sudah disebut dalam kitab Injil.
Konsep pemasaran disini tidaklah berarti pemasaran sebagai sebuah
fungsi atau departemen dalam perusahaan, tetapi bagaimana kita bisa
melihat pasar secara kreatif dan inovatif. Pemasaran bukanlah hanya
seperti anggapan orang, yaitu studi untuk menjual. Atau, seprti yang
dipahami beberapa kalangan hanyalah marketing-mix semata, yaitu
pembuatan strategi untuk produk (product), harga (price),
tempat/distribusi (place), atau promosi (promotion). 60Namun, pengertian
terhadap pemasaran itu sendiri cakupannya lebih luas. Pemsaran saya
definisikan sebagai sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarah proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada
stakeholders-nya.61
Setelah membahas tentang sustainable dan marketing (pemasaran)
dari model SME, selanjutnya adalah definisi enterprise yaitu komponen-
komponen inspirasi, kultur dan institusi dari sebuah perusahaan. Ketiga
komponen ini ini saling berhubungan dan harus berjalan secara
terintegrasi.62
Sustainable market-ing enterprice dapat dipandang sebagai strategi
pemasaran industri yang komprehensif, yang dapat membentuk
kemampuan bersaing berkelanjutan yang didukung tiga pilar, yaitu
keberlanjutan, pemasaran secara menyeluruh, serta menjaga kepentingan
60
Budi Rahayu Tanama, Manajrmrn Pemasaran, (Denpasar: Universitas UDAYANA,
2017), hal. 15
61
Hermawan Kartajaya dan M Syakir Sula, Marketing Syariah, (Bandung: Mizan Pustaka,
2006), hal. 139.
62
Ibid,. 140
38
perusahaan. Strategi pemasaran demikian diharapkan dapat menaikkan
kinerja industri di Indonesia.63
Untuk menjadi perusahaan berbasis syariah, budaya perusahaan
tentulah harus berdasarkan nilai-nilai islami. Institusi pun harus
mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah. Values atau nilai-nilai
islami ini memegang peranan penting untuk membentuk kepribadian suatu
institusi.
63
Cahyo Purnomo, “Industrri Indonesia: Pendekatan Dari Sustainable Marketing
Enterprice”. Jurnal Ilmu-ilmu Kemaritiman, Manajemen dan Transportasi Vol. 8 No. 21. 2015.
Hal 59.
64
Agustina Shinta, Manajemen Pemasaran, (Malang, Universitas Brawijaya Press (UB
Press): 2011), hal.4
39
Dengan menyusun rancangan aktivitas menjadi strategi pemasran
bertujuan untuk sebagai perhatian khusus perusahaan merencanakan
aktivitas dijadikan target pembelian untuk kenaikan keuntungan. Proses ini
meliputi market segmentation, market targeting, positioning dan
differentiation. 65
1. Market Segmentation
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok pembeli
yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku
yang berbeda dan kemungkinan memerlukan produk atau program
pemasaran yang terspisah.
2. Market Targeting
Market Targeting merupakan proses evaluasi setiap segmen pasar
yang
menarik dan memilih satu atau lebih segmen untuk dimasuki.
3. Positioning
Positioning adalah memposisikan suatu produk dengan jelas, tepat dan
berbeda untuk bersaing di pikiran target konsumen.
4. Differentiation
Membuat suatu pembeda kepada target konsumen dengan
menciptakan
nilai yang berbeda di benak konsumen.
40
dilakukan perusahaan dengan memanfaatkan fasilitas internet dengan
system kritikkan, saran, dan pendapat. Alat yang dipakai menggunakan
Mikroblogging, content, dan bookmark social.
Perkembangan pesat teknologi komputer, telekomunikasi,
informasi, transportasi, dan teknologi lain telah menciptakan cara baru
yang menarik untuk mempelajari dan melacak pelanggan dan menciptakan
produk dan jasa yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
perorangan Perubahan sangat cepat dalam pemasaran globalisasi. Dalam
dunia yang semakin kecil, saat ini banyak pemasar yang terhubung secara
global dengan pelanggan dan mitra pemasaran mereka. Saat ini, hampir
semua perusahaan, besar maupun kecil, tersentuh oleh kompetisi global.
Proses pemasaran yang sederhana maupun kompleks digambarkan sebagai
berikut:
67
67
Darmanto, Sri Wardaya, Manajemen Pemasaran Untuk Mahasiwa, Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, (Yogyakarta, Deepublish: 2016), hal. 5
68
Nilam Sari, Manajemen Marketing (Pemasaran) Produk Jasa Keuangan Perbankan
Dalam Prespektif Islam, Jurnal Media Syariah Vol. XIV No. 2 Juli – Desember 2012, hal. 206
41
2. Penjualan perorangan, presentasi perorangan oleh wiraniaga (orang
dibagian sales dan marketing) perusahaan untuk penjualan dan hubungan
dengan pelanggan
3. Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek untuk mendorong,
mencoba atau membeli suatu produk. Bentuknya antara lain adalah
pemberian sampel, kupon, hadiah, demonstrasi, dan lain sebagainya.
4. Hubungan masyarakat adalah suatu program yang didesain untuk
mempromosikan atau melindungi imej perusahaan atau produk perusahaan
secara individual, dan membangun hubungan baik dengan khalayak untuk
mendapatkan publikasi.69
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
perusahaannya, untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus memberikan kepuasan kepada konsumen jika
menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai
pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan. manajemen pemasaran ini
berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran organisasi tergantung pada
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan
didambakan itu lebih efektif dan efisien daripada pesaing. Kemungkinan
konsep ini membingungkan bila dibandingkan dengan konsep penjualan di
dalam islam manajemen pemasaran juga disebut marketing syariah yang
merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada
stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan
prinsi-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.
69
M. Anang Firmansyag, Pemasaran Produk Dan Merek (Planning dan Strategy),
(Suarabay, CV. Qiara Media: 2019), hal.54
42
43
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis,
yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan
dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat
membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang
baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika
sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat
menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen
dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang profesional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Implikasi Etika dan Fungsi-fungsi Bisnis?
2. Bagaimana Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Yang Lain?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Etika Bisnis Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Implikasi Etika dan Fungsi-fungsi Bisnis
2. Untuk mengetahui Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain
3. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Etika Bisnis Islam
44
45
BAB II
PEMBAHASAN
46
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan,karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture.
2. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
3. Bagi perusahaan yang telah go public dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatkan kepercayaan para investor.
4. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan.71
71
Saban Echdar dan Maryadi, “Business Ethics and Enterpreneurship”.(CV Budi
Utama),hal 21
47
untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan prinsip keadilan
dan kejujuran.72
Menurut Kotler definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar
sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.Sehingga dapat dikatakan
bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari satu
perusahaan.
Etika pemasaran Islam didasrkanpada maksimalisasi nilai yang
memerlukan empati terhadap orang lain dan menghargai ciptaan-ciptaan
Allah, yang menyiratkan menahan diri dari perilaku merugikan orang lain
dan mencegah merebaknya praktik-praktik pemasaran yang tidak etis.
Kepatuhan terhadap kerangka etika Islam yang didasarkan pada kejujuran
dan keadilan menjamin martabat dan kebebasan baik manusia (konsumen
maupun produsen), pikiran, hati nurani mereka dari semua jenis
perbudakan.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan
oleh para pengusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya, berkembang dan untuk mendapatkan laba. Penafsiran yang
sempit tentang pemasaran ini terlihat pula dari definisi American
Marketing Assocation 1960, yang menyatakan pemasaran adalah hasil
prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang
dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Di samping penafsiran ini
terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan pemasaran
merupakan proses kegiatan yang mulai jatuh sebelum barang-barang/
bahan-bahan masuk dalam proses produksi. Daam hal ini banyak
keputusan pemasaran yang harus dibuat jauh sebelum produk itu
dihasilkan, sepeti keputusan mengenai produk yang dibuat, pasarnya,
harga dan promosinya.73
72
Abdul Hamid dan Muhammad Kamal Zubair, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Parepare, Implementasi Etika Islam Dalam Pemasaran Produk Bank Syariah, (Jurnal Balance Vol 1
No. 1 Januari-Juni 2019), h. 21
73
Ibid, h. 22
48
Inti dari pemasaran (marketing) adalah mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik
dan singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara
yang menguntungkan”. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat
tetap hidup dan berkembang; tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui
usaha mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan/ laba
perusahaan.Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya, melalui usaha mencari
dan membina langganan, serta usaha mengasai pasar.
Etika perilaku penjualan dapat memainkan peran penting dalam
pembentukan dan pemeliharaan hubungan jangka panjang dengan para
nasabah, dan dapat menimbulkan masalah laporan pertanggungjawaban
organisasi tenaga penjualan bauk sengaja maupun tidak sengaja.74
Muhammad Syakir Sula dan Hermawan Kartajaya dalam buku
Marketing Syariah, mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah disiplin
bisnis strategis yang mengarahkan pada proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan nilai dari suatu inisiator kepada para pemegang sahamnya, yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip
muamalat bisnis dalam islam.
Kegitan Pemasaran Islami merupakan bentuk muamalah yang
didasarkan pada firman Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW,
maka dalam kegiatannya tentu tidak boleh ada kegiatan yang bertentangan
dalam akad danprinsip-prinsip muamalah.Pemasaran Islam pada dasarnya
memiliki 4 (empat) prinsip dasar yang dapat menjadi panduan bagi para
tenaga pemasar.75
Sedangkan etika pemasaran adalah prinsip-prinsip syariah moneter
yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran secara Islam, yaitu memiliki
kepribadian spiritual (takwa), jujur (transparan), berlaku adil dalam bisnis
74
Ibid, h. 23
75
Ibid, h. 24
49
(Al-Adl), brsikap melayani, menepati janji, dan jujur (Fajarani, A. H,
2017).
Prinsip Etika Pemasaran Islami
Etika pemasaran yang menjadi prinsip-prinsip Syariah Marketing
dalam menjalankan fungsi pemasaran, (Fajarani, A. H,2017) yaitu:
1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)
2. Berlaku baik simpatik (Shidiq)
3. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl).76
76
Tati Handayani, S.E., M.M. dan Muhammad Anwar Fathoni, Lc., M.A., Manajemen
Pemasaran Islam, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA, September 2019), h. 171
50
b)Penimbunan dan manipulasi harga
c)Penjualan barang palsu atau rusak
d)Bersumbah palsu untuk mendukung sebuah penjualan
e)Membeli barang curian
f)Larangan mengambil bunga atau riba
3. Pesaing
Pesaing adalah orang atau pihak lain yang memilki maksud dan
tujuan yang sama untuk menjual produknya dengan pasar sasaran yang
sama. Dalam dunia yang penuh persaingan Sang pelaku bisnis tidak boleh
bermain kotor dengan sesama pelaku bisnis. Maksudnya adalah, dalam
berbagai kiat ataupun strategi yang dikembangkan di dalam bisnis tidak
boleh merugikan apalagi mematikan pelaku bisnis yang lain.
Menjadi direktur atau karyawan, dimanapun bekerja butuh
kebersamaan, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan menjadi yang
baik. Islam mendorong terwujudnya hubungan kemitraan. Seperti:
a. Al-Mudharabah, yaitu pemilik modal atau Bank Islam dipahami
sebagai pemilik modal yang diinvestasikan, sementara sang
wirausahawan memberikan keahlian dan keterampilannya. Kedua
belah pihak harus bersepakat terlebih dahulu mengenai bagaimana
mereka akan membagi semua keuntungan atau kerugian.
b. Syirkah, bank Islam menyediakan sebagian modal yang diperlukan
oleh mitranya, sementara sang pengusaha menyediakan sisanya. Sang
pengusaha juga harus bertanggung jawab dalam hal pengawasan dan
manajemen. Kedua belah pihak bersepakat untuk membagi
keuntungan ataupun kerugian berdasarkan perbandingan keikutsertaan
investasi mereka.
c. Musyarakah, Kedua belah pihak bersepakat untuk bekerjasama baik
dalam pengelolaan modal tetap maupun modal bergerak. Keduanya
juga bersepakat mengenai bagaimana mereka akan membagi semua
51
keuntungan yang diperoleh. Kerugian akan dibagi berdasarkan
perbandingan modal yang dijalankan.
d. Murabahah, Bank membeli barang-barang tertentu dari pemasok atas
nama pengusaha dengan harga tetap sebagaimana persetujuan
mengenai margin keuntungan. Dalam hal ini kedua belah pihak harus
mengetahui harga pembelian awal serta harga kenaikan keuntungan.
Manakala barang-barang tersebut dikirim, maka kedua belah pihak
akan menandatangani kontrak jual beli.77
e. Qard Hasan “pinjaman kebajikan” yang tidak dikenakan biaya dan
tanpa bunga. Jenis pinjaman ini diberikan kepada para konsumen atau
pengusaha yang mengalami situasi yang sulit atau pengeluaran yang
tidak direncanakan.
77
Darmawati “CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM PERSPEKTIF ISLAM”.MAZAHIB: Vol.
XIII, No. 2, Desember 2014 hal 132-133
52
antara lain: memberikan kesadaran dalam setiap pelaku bisnis akan adanya
dimensi etis dalam bisnis, memperkenalkan argumentasi-argumentasi
moral di bidang ekonomi maupun bisnis serta bagaimana cara
penyusunannya, serta membantu untuk menentukan sikap moral yang
tepat dalam menjalankan profesi (Arifin, 2008: 160).
Etika bisnis merupakan ilmu yang dibutuhkan banyak pihak tetapi
masih bersifat problematis dari sisi metodologis.Ilmu ini dibutuhkan untuk
mengubah perfomen dunia bisnis yang dipenuhi oleh praktik-praktik mal-
bisnis.Yang dimaksud praktik mal-bisnis adalah mencakup baik business
tort sebagai perbuatan bisnis yang melanggar etika (Fauroni, 2003: 92).78
Menurut Muhammad Saifullah (2011: 132) etika bisnis adalah
seperangkat prinsip-prinsip etika yang membedakan yang baik dan yang
buruk, harus, benar, salah, dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum
yang membenarkan seseorang untuk mengaplikasikannya atas apa saja
dalam dunia bisnis. Dalam arti lain, etika bisnis berarti seperangkat prinsip
dan norma yang mana para pelaku bisnis harus menjunjungnya dalam
bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnis
dengan selamat (Marzuqi dan Latif, 2010: 4).79
Karena kegiatan bisnis adalah kegitan yang menyangkut manusia,
berhubungan dengan manusia yang mempunyai perasaan. Ini berarti
norma atau nilai berlaku baik atau dianggap baik dimasyarakat, mau tidak
mau juga harus dibawa ikut dalam kegiatan dan kehidupan bisnis
seseorang (Hafizah, 2012: 166).
Jadi dapat dipahami bahwa etika bisnis merupakan aturan-aturan main
yang berhubungan dengan norma dan prinsip-prinsip umum yang berlaku
di dalam masyarakat yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan
nyaman bagi pihak-pihak yang melakukan aktifitas bisnis yang
78
H. Fakhry Zamzam dan Havis Arafik, Etika Bisnis Islam Seni Berbisnis Keberkahan,
(Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA, 2020), h. 1
79
Ibid, h. 2
53
didalamnya terdapat aspek hukum,kepemilikan, pengelolaan dan
pendistribusian harta.80
Salah satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis.
Pengertian etika adalah a code or of principles which people live (kaidah
atau seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia. Dalam konteks
etika pemasaran yang bernuansa Islami, dapat dicari pertimbangan dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an memberikan dua persyaratan dalam proses bisnis
yakni persyaratan horizontal (kemanusiaan) dan persyaratan vertical
(spiritual). Surat Al-Baqarah menyebutkan “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak
ada yang diragukan didalamnya. Menjadi petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa”. Ayat ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam etika
marketing:
1. Allah memberi jaminan terhadap Al-Qur’an, sebagai reability product
guarantee.
2. Allah menjelaskan manfaat Al-Qur’an sebagai produk karyaNya, yakni
menjadi hudan (petunjuk).
80
Ibid, h. 4
81
Achyar Eldine, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Jurnal Hukum Islam (JHI) Vol 9, No 2,
Desember 2011), h. 3
54
Dalam Islam etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai
literatur dan utamanya adalah Alqur’an sunnah rasul. Pelaku-pelaku bisnis
diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktifitasnya. Karena
menurut A. Kadir (2013: 88) setiap usaha bisnis yang dilakukan orang
islam bisa menjadi ibadah yang berpahala, apabila dimaksudkan untuk
mendapatkan keridaan Allah semata. Kaidah fiqihnya menyebutkan; Al-
umuru bi mawashidiha (semua urusan (perkara) itu tergantung kepada
tujuannya).82
Bisnis dalam Islam atau bisnis syariah adalah bisnis yang berdasarkan
pada Alquran dan hadis di mana terdapat kesesuaian kegiatan bisnis
dengan syariah Islam sebagai ibadah kepada Allah Taala untuk
mendapatkan rida-Nya (Agustin, 2017: 7). Dalam kata lain, etika bisnis
dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al Islamiyah)
yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan
haram. 83
Bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai
bentuknya yang tidak dibatasi sejumlah kepemilikan (barang/jasa)
termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehya dan
pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram (QS.Al-Baqarah
[2]: 188) (Rivai dan Buchairi, 2013: 234). Maka, akan tidak bijaksana jika
seorang muslim hanya bekerja mencari nafkah, dengan memisahkan antara
bisnis dan ibadah. Bentuk apresiasi seorang muslim kepada sepiritualisme
materi seharusnya bisa membimbing manusia untuk hidup berkecukupan
secara materi, dan materi tersebut juga berkecukupan untuk membantu
penyempurnaan dalam beribadah (Mufraini, 2012: 12).84
Islam tidak mempercayai kehidupan yang hanya berorientasi pada
akhirat tanpan memikirkan kehidupan duniawi, ataupun sebaliknya hanya
dunia akhirat. Begitu dalam menjalankan sebuah usaha (bisnis),
82
Ibid, h. 8
83
Nik Lestari,Setijo Budiadi,Etika Bisnis dan Perilaku Etis Manajer,(Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Vol.1 No.1,Agustus 2018) hal 6
84
Muchtar Samad,Etika Bisnis Syariah,(Yogyakarta:Sunrise),hal 3
55
keseimbangan kedua nilai tersebut senantiasa menjadi pegangan bagi
setiap pebisnis muslim yang menginginkan kesuksesan. Paradigm
menganggap bahwa dalam berbisnis segala cara halal digunakan demi
mendapatkan keuntungan harus dibuang jauh-jauh. Sementara bisnis
dengan berlandaskan etika Islam, bersumber dari Alquran dan Hadis harus
selalu menjadi prioritas utama dalam langakah bisnis (Arifin, 2008: 150).85
Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika dan
moral karena keduanya merupakan kebutuhan yang harus dimiliki. Pelaku
usaha atau perusahaan yang ceroboh dan tidak menjaga etika, tidak akan
berbisnis secara baik sehingga dapat mengancam hubungan sosial dan
merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri. Etika bisnis Islam
menunjang tinggi semangat saling percaya, kejujuran, dan keadilan,
sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembang semangat
kekeluargaan (brotherhood) (Rivai dan Buchairi, 2013: 237).86
85
Ibid, h. 10
86
Ibid, h. 11
56
2. Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan prinsip etis
yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis (QS.
2:195; QS. 25:67-68, 72-73, QS. 17:35, QS. 54:49, QS. 23:67).
Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada kecurigaan dalamtakaran dan timbangan.
b. Penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar yang normal.
3. Free Will (Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan disini adalah bebas memilih atau bertindak sesuai etika atau
seballiknya: “Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu, barang siapa yang menghendaki (beriman) hendaklah
ia beriman dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah ia kafir”
(QS. 18:29). Jadi, jika seseorang menjadi muslim maka ia harus
menyerahkan kehendaknya kepada Allah. Aplikasinya dalam bisnis :
a. Konsep kebebasan dalam Islam lebih mengarah pada kerja sama,
bukan persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain.
Kalaupun ada persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan
dalam berbuat kebaikan atau fastabiq al-khairat (berlomba-lomba
dalam kebajikan).
b. Menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun kontrak
kerja dengan pekerja. “Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah janji-janji” (QS. 5:1).87
4. Rensponbility (Tanggung Jawab)
Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap tindakan.Prinsip
pertanggungjawaban menurut Sayid Quthb adalah tanggung jawab
yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa
dan raga, antara orang dan keluarga, antara individu dan masyarakat
serta antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Aplikasinya
dalam bisnis :
87
Desi Efilianti, Etika Bisnis Dalam Pandangan Islam: Konsep dan Iplementasi Pada
Pelaku Usaha Kecil, (ESA Jurnal Ekonomi Syariah, Vol 1, No 2, November 2018), h. 180
57
a. Upah harus disesuaikan dengan upah minuman regional (UMR).
b. Economic return bagi pemberi pinjam modal harus dihitung
berdasarkan perolehan keuntungan yang tidak dapat dipastikan
jumlahnya dan tidak bisa ditetapkan terlebih dahulu seperti
dalam system bunga.
c. Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar, sistem
ijon, dan sebagainya.
5. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran disini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Maksud dari
kebenaran adalah niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan
berbagai proses baik itu proses transaksi, proses memperoleh
komoditas, proses pengembangan produk maupun proses perolehan
keuntungan. Aplikasinya dalam bisnis menurut Al-Ghazali :
a. Memberikan zakat dan sedekah.
b. Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila
perlu mengurangi beban utangnya.
c. Menerima pengembalian barang yang telah dibeli.
d. Membayar utang sebelim penagihan datang.
e. Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang
melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.
f. Adanya sikap rumah, toleran, baik dalam menjual, membeli dan
menagih hutang.
g. Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.
h. Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis. 88
88
Ibid, h. 181
58
KESIMPULAN
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku
manusia. Perkembangan tentang pemikiran moral sekarang telah terarah kepada
masalah-masalah konkret. Etika bisnis merupakan study yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Di Dalam zaman keterbukaan dan luasnya
informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat
dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat
umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di
dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa
pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis. Akan tetapi jika
berdasarkan konsep Bisnis dalam Islam : Islam memiliki pedoman dalam
mengarahkan umatnya untuk melaksanakan amalan. Pedoman tersebut adalah Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi. Sebagai sumber ajaran Islam, setidaknya dapat
menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya
dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan
dimensi ruang dan waktu.
59
60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam
aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank
akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar
terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu
terkait dengan komoditas, antara lain:
1. Memindahkan uang.
2. Menerima dan menyebarkan kembali uang dalam rekening koran.
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
6. Memberi jaminan bank
61
62
BAB II
PEMBAHASAN
89
Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni, dan Tira Nur Fitria, “PERKEMBANGAN BANK
SYARIAH DI INDONESIA”, STIE-ASS SURAKARTA Vol. 01, No. 02, juli 2015
63
Antonio dan Perwata Atmadja membedakannya menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip
syari’ah Islam.
a. Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam
b. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan
Al-Qur’an dan Hadits.
64
pendapatan bunga mereka. Setiap rencana bisnis yang diajikan kepada
mereka selalu diukur dengan kriteria ini.90
90
Setia Budhi Wiladdjo, “Pengertian, Penerapan dan Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia,” t.t., hlm 2-4.
65
c. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara
dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum
Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi.91
91
Diana Yumiati, “Bank Syariah: Gambaran Umum”, Pusat Pendidiksn dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) BI, 2005, No. 14
66
sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah,
khususnya yang tertuang dalam guidelines dan fatwa-fatwa DSN.
Dari hasil pengawasan tersebut DPS akan membuat pernyataan
secara berkala tentang kesesuaian operasi bank dengan prinsip
syariah, yang biasanya dimuat dalam laporan tahunan bank yang
bersangkutan. Selain itu, DPS juga meneliti dan merekomendasi
produk baru dari bank yang diawasinya, dari segi kesesuaian
dengan prinsip syariah, terutama dengan guidelines dan fatwa-
fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.92
c. Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)
BASYARNAS adalah lembaga yang menengahi perselisihan
antara bank dan nasabahnya, sesuai dengan tata cara dan hukum
syariah. Lembaga ini pertama kali didirikan bersama oleh
Kejaksaan Agung Repbulik Indonesia dan MUI dengan nama,
Badan Arbitrase Muamalah Indonesia. Kemudian diubah mnejadi
Badan Arbitrase Syariah Nasional. Apabila terjadi perselisihan
antara bank dan nasabahnya, mereka pertama kali biasanya
memilih mendatangi BASYARNAS, sebelum ke pengadilan negeri
karena cara ini lebih efesian dalam hal biaya dan waktu.
d. Bank Indonesia (BI)
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-ndang
Republik Indonesia No. 3 tahun 2004, bahwa dalam rangka
pengendalian moneter dengan cara-cara yang termasuk, tetapi tidak
terbatas pada Operasi Pasar Terbuka (OPT), penetapan tingkat
diskonto, penempatan cadangan wajib minimun dan pengaturan
kredit atau pembiayaan berlaku juga berdasarkan prinsip syariah.
Peran BI tidak dapat dipisahkan dari perkembangan perbankan
syariah nasional saat ini. BI telah melakukan langkah-langkah
kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif,
92
Ibid
67
kompetitif, efesien, dan hati-hati bagi industri perbankan syariah.
Semua ini dilakukan untuk mendukung sektor rill melalui
pembiayaan bagi hasil yang selanjutnya akan memberikan dampak
kesejahteraan bagi negara.
93
Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni dan Tiara Nur Fitria, “Perkembangan Bank
Syariah di Indonesia,” 2015 01, No. 02 (t.t.).
68
Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Muamalat
pada tahun 199194. Bank Muamalat didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Ikatan Cendekiawan Indonesia (ICMI), pengusaha muslim dan
pemerintah. Bank Syariah pada awalnya dikembangkan sebagai bentuk
respon dari kelompok ekonomi dan praktisi perbankan muslim, yang
berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan
agar tersedia jasa transaksi keuangan, yang pelaksanaannya sejalan dengan
nilai moral dan prinsip-prinsip syariah Islam95.
69
1. Wadiah (titipan)
2. Mudharabah (investasi)
3. Pembiayaan Al-Musyarakah
4. Pembiayaan Mudharabah
5. Pembiayaan Muzar’ah
6. Pembiayaan Murabahah
7. Pembiayaan As Salam
8. Pembiayaan Istishna
9. Ijarah (Pembiayaan sewa menyewa)
10. Hawalah (pengalihan hutang)
11. Rahn (Gadai)
12. Sharf (valuta asing)
13. Qard (pinjaman)
14. Wakalah (perwakilan)
15. Kafalah (garansi)
96
Luhur Prasaetyo, “Perkembangan Bank Syariah Pasca UU 21 Tahun 2008,” Ponorogo
Vol. 12 Mei 2012 (t.t.).
70
istilahnya saja yang berbeda. Seperti sistem bunga di bank konvensional dan
bagi hasil atau nisbah di bank syariah. Namun banyak yang meyakini bahwa
praktik, fungsi dan penambahannya sama saja. Tetapi para ilmuan bank
syariah mengganggap bahwa hal ini adalah ketidakpahaman mereka terhadap
sistem bagi hasil.
Dari realitas yang kontra terasebut, pemerintah menetapkan
landasan hukum baru yaitu mengesahkan undang-undang perbankan syariah
dengan No. 21 Tahun 2008. Tujuan ditetapkannya undang-undang tersebut
adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningaktkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Prospek perkembangan bank syariah di Indonesia dipengaruhi oleh
3 hal, yaitu97:
1. Penduduk, mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam hal ini
pemicu terkuat bagi perkembangan bank syariah di Indonesia.
2. Sumber Daya Manusia (SDM), banyaknya upaya untuk meningkatkan
kualitas SDM khususnya di bidang ekonomi Islam. Hal ini mempengaruhi
produktivitas dan profesionalitas bank syariah sendiri.
3. Pemerintah, dukungan pemerintah sangat besar untuk perkembangan
perbankan syariah. Hal ini terbukti setelah dikeluarkannya Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008.
97
Muammar Arafat Yusmad, “Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktik,”
t.t.
71
Lembaga Keuangan Syariah sebagai penyedia dana, menanggung
semua kerugian akibat dari mudharabah, kecuali jika mudharib (nasabah)
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib, maka
mudharabah dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana mudharib
diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi
yang dikendaki, sedangkan jenis yang lain adalah mudharabah
muqayyaddah dimana arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana
sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana atau pengelola.
2. Prinsip Musyarakah
3. Prinsip Wadiah
72
Prinsip jual beli terdiri dari :
a. Murabahah, yaitu akad jual beli antara dua belah pihak, dimana
pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga
beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual.
Murabahah dapat dilakukan secara tunai ataupun secara angsuran.
b. Salam, yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan
barang diserahkan kemudian.
c. Isthisna’, yaitu pembelian barang melalui pesanan dan pembayaran
dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap99
99
Arifin Zainul, Strategi Pengembangan Perbankan Bagi Hasil di Indonesia, (Bank
Indonesia : 1998)Hal. 4-5
73
golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa meminta imbalan
kecuali dengan pengembalian pokok hutang.100
100
Ibid.,Hal.6
74
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank syariah adalah bank yang kegiatn operasionalnya menggunakan
sistem bagi hasil dan menjauhi sistem bunga. Lembaga dalam perbankan
syariah dibagi menjadi tiga, yaitu: Bank Umum Syariah((BUS), Unit Usaha
Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Untuk menjaga agar
operasional perbankan syariah menghindari yang haram, maka perbankan
syariah memiliki beberapa dewan pengawas perbankan syariah, meliputi:
Dewan Syariah Nasional (DSN), Dewan Pengawasan Syariah (DPS), Badan
Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) dan Bank Indonesia (BI).
Berdirinya bank syariah adalah sebagai bentuk respon dari kelompok
ekonomi dan praktisi perbankan muslim, yang berupaya mengakomodasi
desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi
keuangan, yang pelaksanaannya sejalan dengan nilai moral dan prinsip-
prinsip syariah Islam. Awalnya bank syariah kurang populer tetapi karena
adanya krisis moneter bank ini menjadi eksis sampai sekarang.
75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Praktek perbankan berdasarkan prinsip syariah dilakukan di indonesia
setelah diberlakukannya Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah di ubah dengan UU No.10 tahun 1998. Dengan
diperkenalkannya jenis bank berdasarkan prinsip syariah, maka sistem perbankan
Indonesia saat ini disamping bank konvensioanl yang kita kenal selama ini, bank
dapat pula memilih kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah dalam pengelolaannya atau kegitannya sehari-hari tidak luput
dengan yang namanya manajemen. Baik manjemen dan bank syariah, manjemen
badan usaha, industri dan jasa. Manajemen haruslah diselenggarakan dengan
efisien, sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer dimanapun
mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik maupun organisasi
perbankan.101
Maka dari itu kita sebagai masyarakat ataupun sebagai orang ekonomi harus
tahu bagaimana dan apa saja impilkasi menajemen dalam syariat islam, prinsip
etika bisnis islam yang harus terimplementasikan dalam manajmen dan bagaiman
struktur organisasi bank syariah dalam sistem kerja, penjelas tersebut seputar
manejemen bank syariah akan kami bahas dalam makalah kami ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implikasi manajemen dalam syariat islam?
2. Bagaimana prinsip etika bisnis islam yang harus terimplementasikan dalam
manajemen?
3. Bagaimana struktur organisasi bank syariah dalam sistem kerja?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui implikasi manajemen dalam syariat islam.
2. Agar mengetahui apa saja prinsip etika bisnis islam yang harus
terimplementasikan dalam manajemen.
101
Nurma Sari, ” Manajemen Dana Bank Syariah”, Jurnal Ilmu Syariah: Al-Maslahah:
2016, Pontianak, hal. 2.
76
3. Agar mengetahui struktur organisasi bank syariah dalam sistem kerja.
77
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implikasi Manajemen Syariah Islam
Perbuatan manusia menurut pendekatan syariah dapat berbentuk ibadah dan
bisa berbentuk muamalah, suatu perbuatan ibadah pada asalnya tidak boleh
dilakukan kecuali ada dalil atau ketentuan yang terdapat dalam Al-quran dan
Hadits yang menyatakan bahwa perbuatan itu harus atau boleh dilakukan. Sedang
dalam muamalah pada aslanya semua perbuatan boleh dilakukan kecuali ada
ketentuan dalam al-quran dan Hadits yang melarangnya. Untuk melaksanakan
kewajiban tersebut tersebut para penguasa atau pengusaha harus menjalankan
manajemen yang baik dan sehat. Manajemen yang baik harus memenuhi syarat-
syarat yang tidak boleh ditinggalkan (conditio sine qua non) demi mencapai hasil
tugas yang baik. Oleh karena itu para penguasa atau pengusaha wajib mempelajari
ilmu manajemen, apalagi bila prinsip atau teknik manajemen itu terdapat atau
diisyaratkan dalam al-Quran atau Hadits.102
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan secara luas, manajemen berarti sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran atau tujuan secara efektif dan efisien. Dalam islam
sendiri manajemen sangat dibutuhkan dalam memudahkan kehidupan segari-hari
terutama manajemen sesuai dengan syariat islam, dalam hal ini nilai-nilai islam
haru diikut sertakan dengan tolak ukur yang sesuai dengan hukum-hukum islam.
Menurut ketua dewan penasehat majelis ulama indonesia, Prof KH Ali
Yafie dalam islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang
harus bertitik tolak dari niat baik, niat baik tersebut akan memunculkan motivasi
aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama.
Manajemen dalam prespektif islam ada etika dalam manajemen presfetif
islam ini etika sendiri ada empat pilar yahg pernah dicontohkan oleh nabi
102
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Tanggerang: Azkia Publisher,
2009), hal. 100.
78
Muhammad SAW yaitu tauhid, adil, berkehendak, bebas, dan tanggung jawab.
Ketika empat pilar tersebut dilakukan akan menyebabkan manjajemen yang fair
ketika dilakukan pada zaman ini dimana manajemen yang dilakukan sekarang
lebih kearah konvensional dan tidak sering membuat rugi atau tidak fair.
Manajemen islam juga tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi)
berdasarkan suku, agama, dan ras. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah
bertransaksi bisnis denga kaum Yahudi, ini menunjukan bahwa islam
menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen. Proses dan sistem
manajemen yang diterapkan Rasulullah bersifat tidak mengikat bagi para
pemimpin dan umat setelahnya, persoalan hidup terus berkembang dan berubah
searah dengan putara waktu dan perbedaan tempat. Yang dituntut oleh syariat
adalah para pemimpun dan umatnya harus berpegang teguh pada asas manfaat dan
maslahah serta tidak menyia-nyiakan ketentuan nash syar’i. Namun, mereka tidak
terikat untuk mengikuti sistem manajemen Rasul dalam pemilihan pegawai,
misalnya kecuali jika metode itu memberikan asas mashlahah yang lebih, maka ia
harus mengikutinya, jika ia menolaknya ini merupakan bentuk pengkhianatan
amanah dan dalam hal ini diharamkan oleh allah an Rasul-Nya.
Dapat disimpulkan manajemn syariah adalah seni dalam rangka mengelola
semua sumber daya yang dimiliki dengan metode syariah yang telah tercantum
dalam kitab suci atau yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Konsep
syariah yang di ambil dari hukum Al- Quran sebagai dasar pengelolaa unsur-unsur
manajemn agar dapat menggapai target yang ditujui, yang membedakan
manajemen syariah dengan manajemen umum adalah konsep ilahiyah dalam
implementasi sangat berperan.103
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk dikategorikan sebagai manajemen
islami, yaitu:
a. Manajmen islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak-akhlak islami.
b. Kompensasi ekonomis penekanan terpenuhi kebutuhan dasar pekerja.
79
c. Faktor kemanusian dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi
ekonomis.
d. Sistem dan struktur organisasi sama pentingnya.104
Manajemen dalam aliran islam memiliki dua pengertian, yakni:
1. Sebagai ilmu.
2. Sebagai aktivitas.
Manajemen dipandang sebagai salah satu ilmu umum yang tidak berkaitan
dengan nilai, dan peradaban sehingga hukum mempelajarinya adalah fardu
kifayah, sedangkan sebagai aktivitas ia terikat pada peraturan syara’ nilai atau
hadlarah islam.
104
Ibid., hal. 217
105
Rahman El Junusi, “ Impelementasi Syariah Governance serta implikasinya terhadap
reputasi dan kepercayaan bank syariah”, Jurnal Pemikiran Islam Al-Tahrir, Vol.12, No. 1 Mei
2012, hal. 96.
106
Ade Sofyan Mulazid, “Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank Syariah (Studi Kasus
Pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta”, Jurnal Madania, Vol. 20, No. 1, Juni 2016
80
1. Menurut para ilmuwan
Menurut Djakfar yaitu jujur, menjual barang yang baik mutunya, dilarang
menggunakan sumpah, longgar dan bermurah hati, membangun hubungan baik
antar konsumen, tertib administrasi dan etika menetapkan harga. Menurut Al-
Khateeb terdiri dari tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan dan tanggung
jawab. Menurut Nawatmi yaitu kesatuan, keseimbangan, keadilan, kebebasan
berkehendak, tanggung jawab dan kebenaran.107 Dalam melakukan bisnis
hendaknya pelaku bisnis bertumpu pada prinsip-prinsip etika bisnis yaitu yang
menyangkut yang baik dan tidak baik, apa-apa yang boleh dan tidak boleh,
halal dan haram dilakukan dalam berbisnis. 108
2. Jujur dalam takaran (quantity)
Dalam Islam, kejujuran tidak hanya merupakan kunci sukses seorang
pelaku bisnis. William C. Byham mengatakan bahwa etika bisnis membangun
kepercayaan, dan kepercayaan adalah dasar dari bisnis modern.
3. Menjual barang yang baik mutunya (quality)
Pelaku bisnis wajib memberi barang yang mutunya baik dan tidak
mengabaikan tanggung jawab moral dalam dunia bisnis.
4. Dilarang menggunakan sumpah
Dalam Islam perbuatan tersebut tidak dibenarkan karena akan
menghilangkan keberkahan.
5. Ramah dan Murah Hati
Seorang pebisnis diharapkan dapat bersikap ramah dan murah baik kepada
setiap client karena dengan begitu pebisnis akan mendapatkan berkah.
6. Membangun hubungan baik antar kolega
Islam menekan hubungan konstruktif dengan siapa pun, inklud antar
sesama pelaku bisnis. Islam tidak menghendaki dominasi pelaku yang satu di
atas yang lain baik monopoli, oligopoly dan lain-lain.
7. Menetapkan harga dengan transparan
107
Juliana, M. Faathir & M.A. Sultuhan, “Implementasi Etika Bisnis Islam Pelaku Usaha
Mikro: Studi Kasus Pada Pelaku Usaha Mikro Syari’ah Puspa Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat
Di Bandung Tahun 2017”, Jurnal Strategic, Vol. 19 No. 1, Tahun 2019, hal. 39.
108
Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta :Gema Insani Press, 2002), hal. 17
81
Menentukan harga yang transparan dan wajar sangat dihormati dalam
Islam agar tidak terjerumus dalam riba. 109
8. Customer Oriented
Dalam bisnis, Rasulullah selalu menerapkan prinsip customer oriented,
yaitu prinsip-bisnis yang selalu menjaga kepuasan pelanggan. Untuk
menerapkan prinsip tersebut Rasulullah menerapkan kejujuran, keadilan serta
amanah dalam melaksanakan konrak bisnis.
9. Persaingan yang sehat
Islam melarang persaingan bebas yang menghalalkan segala cara karena
bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam. Islam memerintahkan
umatnya untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Persaingan tidak lagi
berarti sebagai usaha mematikan pesaing lainnya, tetapi dilakukan untuk
memberikan sesuatu yang terbaik bagi usahanya. 110
10. Tanggung jawab (Responsibility)
Segala kebebasan melakukan bisnis oleh manusia tidak lepas dari
pertanggung jawaban yang harus diberikan atas aktivitas yang dilakukan sesuai
dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an Surat Annisa ayat 85.111
109
Muhammad Fahmul Iltiham & Danif, “Penerapan konsep Etika Bisnis Islam Pada
Manajemen Perhotelan di PT Syari’ah Guest House Malang”, Jurnal MALIA, Vol. 7 No. 2, Juni
2016, hal. 7
110
Norva dewi, “Bisnis Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam AL-
TIJARY, Vol. 1, No. 1, Desember 2015 hal. 38
111
Leli Rosiana, Zainul Arifin & Sunarti, “Implementasi Etika Bisnis yang Islami”, Jurnal
Administrasi Bisnis, Vol. 53 No. 1, Desember 2017, hal. 197
82
Struktur organisasi harus memberikan kebebasan bagi setiap pejabat
pemutus untuk menyampaikan opini dan keputasannya atas suatu permohonan. 112
Struktur organisasi yang terdiri atas unit kerja yang terpisah-pisah dan memiliki
tugas dan fungsi masing-masing diharapkan dapat mencapai target bisnis bank
secara keseluruhan.113
Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig struktur dapat diartikan sebagai
pola hubungan komponenn atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan
sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas dan
kelompok agar tercapai tujuan.114
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan
antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-
produknya agar sasuai dengan garis-garis syariah.115
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan diposisi setingkat Dewan
Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini
yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. 116 Karena itu, biasanya penetapan
anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi
dari Dewan Syariah Nasional.
83
ulama dalam Dewan Pengawas Syariah adalah mengawasi jalannya operasional
bank sehari-hari agar selalu sesaui dengan ketentuan-ketentuan syariah. Hal ini
karena transaksi-transaksi yang berlaku didalam bank syariah sangat khusus jika
dibandingkan dengan bank konvensianal.
Tugas lain dari Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Oleh karenanya Dewan
Pengawas Syariah bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk
diteliti kembali dan ditawarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
118
Muhammad Syafi’i Antoni, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hal. 31.
119
Ibid., hal. 32.
84
Peran DPS (dan DSN- Dewan Syariah Nasional) sangat sentral dalam
sistem jaminan “Syariah Compliance (Kepatutan Syariah)” karena hal berikut
ini.120
1. Nasabah memiliki banyak keterbatasan keahlian, waktu, dan akses informasi
serta kewengan masuk dalam operasional bank.
2. Pengelola bank memilki kecenderungan memaksimalkan keuntungan serta
mendorong kepraktisan yang terkadang mengabaikan aspek syariah
compliance.
3. Unsur lainnya: internal syariah reviewer, external syariah auditor, dan lembaga
advokasi konsumen syariah bulum ada / efektif.
4. Sifat delegasi wewenang yang meberikan nasabah kepada DPS adalah amanah
sehingga dimensi tanggung jawab DPS selain bersifat formal kelembagaan
juga bertanggung jawab kepada Allah Swt.
120
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), hal.
66.
85
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen islam juga tidak mengenal perbedaan
perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, dan ras. Nabi Muhammad
SAW bahkan pernah bertransaksi bisnis denga kaum Yahudi, ini menunjukan
bahwa islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.
Penerapan good corporate governance (GCG) dan penerapan prinsip-
prinsip syariah (shariah governance) menjasi keharusan bagi perbankan syariah
dalam upaya memperbaiki reputasi dan kepercayaan pada perbankan syariah, serta
melindungi kepentingan stakeholders dalam rangka mencitrakan sistem perbankan
syariah yang sehat dan terpercaya. Salah satu pilar terpenting dalam
pengembangan bank syariah adalah shariah compliance dimana untuk menjamin
teraplikasinya prinsip-prinsip syariah di lembaga perbankan, diperlukan
pengawasan syariah yang diperankan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig struktur dapat diartikan sebagai
pola hubungan komponenn atau bagian suatu organisasi. Struktur merupakan
sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan tugas dan
kelompok agar tercapai tujuan.
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan
antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-
produknya agar sasuai dengan garis-garis syariah.
86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berbasis agama. Didalam
dunia perbankan tentunya banyak sekali praktik-praktik didalamnya. Pembiayaan
merupakan aktivitas bank syariah dalam meyalurkan dana kepaada nasabah atau
pihak lain. penyalulran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada
penerimaan dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti
akan terbayar.
Pembiayan dapat dilakukan dengan berbagai akad yang ada didalam Bank
Syariah. Dengan ketentuan dan syarat-syarat tertentu di masing-masing produk
yang akan digunakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Akad AL-Wadiah?
2. Apa yang dimaksud dengan Akad Murabahah?
3. Apa yang dimaksud dengan Akad Salam?
4. Apa yang dimaksud dengan Akad Istishna?.
5. Apa yang dimaksud dengan Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik?.
6. Apa yang dimaksud dengan Akad Musyarakah?
7. Apa yang dimaksud dengan Akad Mudharabah?
8. Apa yang dimaksud dengan Akad Qard?
87
9. Apa yang dimaksud dengan Akad Jual Beli?
10. Apa yang dimaksud dengan Akad Al-Ja’alah?
11. Apa yang dimaksud dengan Akad Musaqah?
12. Apa yang dimaksud dengan Akad Rahn?
13. Apa yang dimaksud dengan Akad Hiwalah?
14. Apa yang dimaksud dengan Akad Wakalah ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad AL-Wadiah.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Murabahah.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Salam.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Istisha.
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Ijarah Muntahiya
Bittamlik.
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Musyarakah.
7. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Mudharabah.
8. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Qard.
9. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Jual Beli.
10. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad AL-Ja’alah.
11. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Musaqah.
12. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Rahn.
13. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Hiwalah.
14. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akad Wakalah.
15.
88
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL-Wadiah
Wadiah dapat diartikan sebagai titipaan dari satu pihak ke ihak lain, baik
individu mapun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penyimpan menghendakinya. Tujuan dari perpanjian tersebut adalah untuk
menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecuarian dan
sebagainya. Yang dimaksud dengan “barang” disini adalah suautu yang berharga
seperti uang, barang, dokumen, surat berharga, barang lain yang berharga disisi
Islam.121
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dnegan prinsip wadiah
adalah:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan/penitip
c. Orang yang menerima titipan/ penerima titipan
d. Ijab Qobul
89
Yaitu dimana harta boleh digunakan atau dimanfaatkan oleh yang
dititipi.122 Penerima dari ahrta yang dititipkan boleh digunakan atau
dimanfaatkan oleh penerima barang titipan, penerima memiliki
tanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang tersebut,
semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak
penerima titipan, sebagai imbalan kepada pemilik barang atau dana
dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak bersyarat
sebelumnya.
122
PKES Publishing, Perbankan Syariah, Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah,
2008, hlm 60
123
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah DaRI Teori KE Praktik, Jakarta: Ctk
Pertama, Gema Insani Press, 2001, hlm 101
90
ditambah keuntungan bagi pihak bank yang telah disepakati antara pihak bank dan
pihak nasabah sebelum transaksi jual-beli dilakukan.124
Syarat dalam jual beli Murabahah sebagai beriku:
a. Mengetahui harga pokok, dalam jual beli murabahah syarat ini adalah
syarat sah dalam jual beli murabahah.
b. Mengetahui keuntungan, karena margin keuntungan tersebut termasuk
bagian dari harga. Sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah
jual beli.
c. Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan
ditimbang, baik pada waktu terjadi jual beli dengan penjual yang
pertama atau setelahnya.125
91
Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli jual
beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan penjual.
Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati diawal adad,
sedangkan pembayaran dilakukan dimuka secara penuh.
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menjelaskan, salam adalah akad atas
barang pesanan dengan spesifikasi tertentu yang ditangguhkan penyerahannya
pada waktu tertentu, dimana pembayaran dilakukan secara tunai dimajlis akad.126
Rukun jual beli salam sebagai berikut:
a. Muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan memesan
barang
b. Muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasokk barang pesanan.
c. Modal atau uang
d. Muslan fiih adalah barang yang dijual belikan
e. Shigat atau ijab dan qabul
92
2) Penjual hendaklah berusaha memenuhkan syarat-syarat yang telah
ditetapkan itu.
3) Pemeli janganlah coba menolak barang-barang yang telah dijanjikan,
itu dengan membuat berbagai-bagai alasan palsu.
4) Sekiranya barang yang dibawa itu berkurang sedikit dari pada syarat-
syarat telah dibuat, masing-masing hendaklah bertolak ansur dan
mencari keputusan yang sebaik-baiknya.
D. Istishna
Istisha adalah suatu akad yang dilakukan seorang produsen dengan
seorang pemesan untuk mengerjakan sesuatu yang dinyatakan dalam perjanjian,
127
Juhaja Pradja, Ekonomi Syariah, Bandung: Pustaka Setia, 2012, hlm 209
93
yakni pemesan membeli sesuatu yang dibuat oleh seorang produsen dan barang
serta pekerjaan dari pihak produsen.
Akad istishna biasanya dipraktikan pada pembiayaan perbankan syariah
dalam proyek konstruksi, maka hal ini sangat cocok dengan kebutuhan nasabah
unutk membangun suatu konstruksi salah satunya membangun rumah dll.128
Adapun menurut MUI Dalam fatwa DSN-MUI nomor 06/DSN-
MUI/IV/2000 menjelaskan bahwa ada 3 ketentuan dibolehkan dalam pembiayaan
istishna:
1) Ketentuan tentang pembayaran, dimana alat bayar harus diketahui
jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat,
pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan tidak
boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
2) Ketentuan tentang barang, harus jeals ciri-cirinya dan dapat diakui
sebagai hutang, dapat dijelaskan spesifikasinya , penyerahan barang
dilakukan kemudian, waktu dan tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan, pembeli tidak boleh menjual
barang sebelum menerimanya, tidak boleh menukar barang, kecuali
dengan sejenis sesuai kesepakatan, dan dalam hal terdapat cacat atau
barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar
untuk melanjutkan atau membatalkan akad.
3) Ketentuan Lain yaitu: Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai
dengan kesepakatan, hukumnya mengikat, semua ketentuan dalam jual
beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada jual beli
istishna, jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui BAS setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
E. Ijarah Muntahiya Bittamlik
128
Muhammad Rizki Hidayah, Khilil NAWAWI, Suyud ARIF, Anallisa Implementasi
Akad Istishna Pembiayaan Rumah, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 9, No. 1, Mei 2018, hlm 4
94
Akad Ijarah merupakan akad klasik yang masih juga relevan sampai
sekarang untuk pendayagunaan harta wakaf. Menurut terminology ijarah adalah
akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dan waktu tertentu dengan
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri .
Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Jika jual beli objek transaksinta
adalag barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah hak guna. Artinya,
ijarah memberi kesempatan kepada penyewa untuk mengambil pemanfaatan dari
barang sewaan untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah
disepakati bersama.129
Rukun dan Syarat Ijarah
a. Pihak-pihak yang berakad, yaitu musta’jir (penyewa atau pengguna jasa),
dan mu’jir (pemilik objek sewa atau pemberi sewa)
b. Objek akad, yang meliputi ma’jir atau aset yang disewakan baik berupa
manfaat atau jasa dan ujrah atau uang sewa.
c. Sighat yaitu ijab dan qabul.
F. Musyarakah
1. Pengertian Musyarakah
Pengertian Syirkah secara terminologi, syirkah yaitu sebagai salah satu
bentuk akad kerjasama antara dua orang atau lebih dalam menghimpun harta
untuk suatu usaha tertentu dengan bagian keuntungan sesuai kesepakatan. Syirkah
termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan rukun dan syarat tertentu.
Ulama fiqih mendefinisikan Syirkah dengan redaksi yang berbeda-beda, di
antaranya: Secara etimologis syirkah berarti ikhtilath (percampuran), yakni
bercampurnya satu harta dengan harta yang lain, sehingga tidak bisa dibedakan
antara keduanya130.
129
Murtadho Ridwan, Al-Ijarah Al-Mutana Qishah: Akad Alternative Untuk
Pemberdayaan Tanah Wakaf, Jurnal Equilibrium, Vol. 3, No. 1, Juni 2015, hlm 146
130
Sri Sudiarti, “Fiqh Muamalah Kontemporer”, (Medan: FEBI UIN-SU Press, 2018), h.
143
95
a) Menurut Malikiyah
Syirkah adalah izin untuk mendayagunakan (melakukan dan atau tidak
melakukan perbuatan hukum) bagi kedua belah pihak termasuk masing-
masingnya, yakni salah satu pihak dari dua pihak yang melakukan perserikatan
mengizinkan kepada pihak yang lain untuk melakukan perbuatan hukum atau
tidak melakukan perbuatan hukum terhadap harta yang dimiliki dua orang (atau
lebih), serta hak untuk melakukan perbuatan hukum itu tetap melekat terhadap
masing-masingnya.
b) Menurut Syafi’iyah
Syirkah adalah merupakan ketetapan adanya hak pada sesuatu bagi dua
belah pihak atau lebih atas dasar perserikatan tertentu. Definisi ini substansinya
menegaskan bahwa syirkah itu adalah akad atau perikatan perserikatan, yang
memiliki akibat hukum adanya hak yang sama kepada kedua belah pihak atau
lebih, baik dalam hal perserikatan harta kekayaan maupun perserikatan
pekerjaan atau kedua-duanya.
c) Menurut Hanafiyah
sebagai akad kerjasama bisnis antara dua pihak di mana masing-
masing pihak memberikan konstribusi modal, dan keuntungan dibagi sesuai
dengan kesepakatan.
d) Menurut Hanabilah
Syirkah adalah merupakan perhimpunan hak-hak atau pengolahan
(harta kekayaan). Menurut definisi ini, syirkah lebih berkonotasi merupakan
badan usaha yang dikelola oleh banyak orang, setiap orang memiliki hak-hak
tertentu sesuai peran dan fungsinya dalam mengolah dan mengelola harta yang
dimiliki badan usaha itu.
Jadi dapat disimpulkan dari pendapatan para ahli di atas bahwa
musyarakah atau syirkah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil yang
didefinisikan sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
‘amal) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
96
1. Dasar Hukum Syirkah atau Musyarakah
Para ulama fiqh sepakat terhadap kebolehan akad syirkah, hal ini
berdasarkan kepada firman allah dalam surat al-Nisa’(QS. 4:12) yang berbunyi:
97
demikian itu sebagai) syari’at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Penyantun”. (Q.S. Al-Nisa 4:12)
Dalam ayat lain Allah berfirman dalam surah Shad (QS.38:24) yang
berbunyi:131
98
berkah dan bantuan tersebut dicabut Allah. Rasulullah Saw juga bersabda,
"Tangan Allah berada pada dua orang yang bersyarikat selama tidak
berkhianat"( Disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni : 5/1).
Para ulama telah konsensus (ijma’) membolehkan syirkah, meskipun ada
perbedaan pendapat dalam persoalan-persoalan detailnya. Atas dasar ayat, hadits
dan ijma’ di atas para ulama’ fiqh menyatakan bahwa akad syirkah mempunyai
landasan yang kuat dalam hukum Islam, sehingga sebagaimana yang dinyatakan
Ibn Al-Mundzir bahwa kebolehan syirkah telah disepakati ulama (Sabiq,
1989:354).
2. Rukun dan Syarat Musyarakah atau Syirkah
Menurut jumhur ulama rukun syirkah ada tiga macam:132
1) Pihak yang berkontrak (’aqidani).
Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten (cakap secara hukum) dalam
bertransaksi dan tentunya berkompeten dalam memberikan atau menerima
kekuasaan perwakilan (Sabiq, 1989:388).
2) Obyek yang diakadkan (ma’qud ’alaih)
Obyek yang diakadkan dalam syirkah ini adalah dana (modal). Dana
(modal) yang diberikan harus uang tunai. Tapi sebagian ulama yang lain
memberikan kemungkinan bila modal berwujud asset perdagangan, seperti
barang-barang, properti, dan sebagainya. Bahkan bisa dalam bentuk hak yang non
fisik, seperti lisensi dan hak paten (Antonio, 1999: 191).
3) Sighat (ijab dan qabul)
Dalam ijab qabul terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi , ulama
fiqh menuliskannya sebagai berikut :
Adanya kejelasan maksud antara kedua belah pihak.
Adanya kesesuaian antara ijab dan qabul
Adanya pertemuan antara ijab dan qabul (berurutan dan menyambung).
Adanya satu majlis akad dan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak,
tidak menunjukkan penolakan dan pembatalan dari keduannya.
132
Ibid, h. 147
99
3. Pembagian Musyarakah
Syirkah dari segi jenisnya, dapat dibedakan kepada beberapa
macam yaitu:
1) Syirkah Amla’ ; yaitu dua orang atau lebih memiliki benda/harta, yang bukan
disebabkan akad syirkah. Perkongsian pemilikan ini tercipta karena warisan,
wasiat, membeli bersama, diberi bersama, atau kondisi lainnya yang berakibat
pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih.
2) Syirkah ’Ukud, yaitu transaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk
berserikat dalam permodalan dan keuntungan.
Setiap syirkah tersebut terdiri dari dua macam syirkah, yaitu syirkah
mufawadhah dan syirkah ’inan. Sehingga seluruhnya berjumlah enam jenis
syirkah. Sedangkan menurut Malikiyah dan Syafi’iyah syirkah ada empat macam
yaitu:
Syirkah Inan, yaitu kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja.
Syirkah Mufawadhah, yaitu dua orang atau lebih melakukan serikat bisnis
dengan syarat adanya kesamaan dalam permodalan, pembagian
keuntungan dan kerugian, kesamaan kerja, tangunggung jawab dan beban
hutang.
Syirkah Abdan, yaitu kontrak kerja sama dua orang atau lebih untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu, seperti tukang jahit, tukang besi, tukang kayu, arsirtek, dll.
Syirkah Wujuh, yaitu kontrak bisnis antara dua orang atau lebih yanag
memiliki reputasi dan prestise baik, di mana mereka dipercaya untuk
mengembangkan suatu bisnis tanpa adanya modal.
G. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah yaitu suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan
pengusaha, dimana pihak pemilik modal menyediakan seluruh dana yang
100
diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atau usaha.133 Istilah
mudharabah oleh ulama fiqh Hijaz menyebutkan dengan Qiradh. Kata
mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Suatu kontrak disebut
mudharabah, karena pekerja (mudharib) biasanya membutuhkan suatu perjalanan
untuk menjalankan bisnis. Menurut defenisi ini, mudharabah adalah pemilik harta
(modal) menyerahkan modal kepada pengusaha untuk berdagang dengan modal
tersebut, dan laba dibagi diantara keduanya berdasarkan persyaratan yang
disepakati. Dengan demikian, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang)
saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain
untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan,
seperti setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah Akad syirkah dalam laba, satu
pihak pemilik harta dan pihak lain pemilik jasa. Menurut malikiyah berpendapat
bahwa mudharabah adalah Akad perwakilan, di mana pemilik harta mengeluarkan
hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang
ditentukan (emas dan perak). Mudharabah atau qiradh termasuk dalam kategori
syirkah. Di dalam Al-Quran, kata mudharabah tidak disebutkan secara jelas
dengan istilah mudharabah. Alqur’anhanya menyebutkannya secara musytaq dari
kata dharaba yang terdapat sebanya 58 kali, namun bagaimanapun ayat-ayat
tersebut memiliki kaitan dengan mudharabah, meski diakui hubungannya agak
jauh karena menunjukkan arti “perjalanan” atau “perjalanan untuk tujuan
dagang”.
133
Nurul Mahmudah, Hukum Perbankan Islam, Modul, Fkultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, IAIN Metro,h.56
101
2. Dasar Hukum Mudharabah
Dasar hukum yang biasa digunakan oleh para Fuqaha tentang kebolehan
bentuk kerjasama ini adalah firman Allah dalam Surah al- Muzzammil :20 dan al-
Baqarah :198 :134
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perdagangan) dari Tuhanmu....”. (Q.S. Al-Baqarah :198).
134
Siah Khosyi’ah, “Fiqh Muamalah Perbandingan”, (Bandung: CV PUSTAKA
SETIA, 2014), h. 152
102
juga jangan menempuh lembah-lembah, dan tidak boleh dibelikanhewan ternak
yang sakit tidak dapat bergerak atau berjalan. Jika (ketiga)hal itu dilakukan, maka
pengelola modal dikenai ganti rugi. Kemudian syarat yang dikemukakan Abbas
Ibn Abd al-Muthalib ini sampai kepada Rasulullah SAW, dan Rasul
membolehkannya”. (HR. Ath-Tabrani).
3. Rukun dan Syarat mudharabah
Dalam hal rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan pendapat
antara Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul. Sedangkan
Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas
orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja dan kad; tidak hanya terbatas pada
rukun sebagaimana yang dikemukakan Ulama Hanafiyah, akan tetapi,Ulama
Hanafiyah memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain
Ijab dan Qabul sebagai syarat akad mudharabah. Dari beberapa pendapat tersebut
maka rukun dari akad mudharabah terdiri atas:135
1) Shahibul maal/rabulmal (pemilik dana/nasabah).
2) Mudharib (pengelola dana/pengusaha/bank).
3) Amal (usaha/pekerjaan).
4) Ijab Qabul.
Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang
dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah:
1) Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai
wakil.
2) Mengenai modal disyaratkan : berbentuk uang, jelas jumlahnya, tunai,
diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola). Oleh karenanya jika
modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena
sulit untuk menentukan keuntungannya.
3) Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan
harus jelas dan bagian masing-masing diambil darikeuntungan dagang itu.
135
Any Widayatsari, “Akad Wadiah dan Mudharabah dalam Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga Bank Syariah”, Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 1, 2017,
h. 10
103
4. Mudharabah dalam Pengumpulan Dana Perbankan Syariah
Dilihat dari segi kuasa yang diberikan kepada pengusaha, mudharabah
terbagi atas 2 jenis yaitu Mudharabah Mutlaqah (investasi tidak terikat) dan
Mudharabah Muqaidah atau Muqayyadah (investasi terikat). Prinsip mudharabah
ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka. 136
Mudharabah Mutlaqoh (Investasi tidak terikat) yaitu kontrak yang memungkinkan
pelanggan untuk menginvestasikan uang mereka dalam berbagai bentuk
pembiayaan melalui bank syariah. Kontrak ini memberikan kebebasan bank
syariah untuk memilih potensi pembiayaan tanpa ada batasan dari pemilik dana.
Sedangkan mudharabah muqayyadah yaitu dalam prinsip penghimpunan dana ini
pemilik dana (shahibul maal) membatasi atau memberi syarat kepada mudharib
dalam pengelolaan dananya, ia akan menetapkan sarat-sarat seperti misalnya
hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara tertentu, waktu, dan
tempat yang tertentu.
H. Qardh
1. Pengertian Qardh
Qardh secara Bahasa yaitu al-qath’u yang berarti memotong. Qardh adalah
bentuk masdar yang berarti memutus. Dikatakan qaradhtu asy-syai’a bil-miqradh,
aku memutus sesuatu dengan gunting. Al-Qardh adalah sesuatu yang diberikan
oleh pemilik untuk dibayar.Harta yang disodorkan kepada orang yang berhutang
disebut qardh, karena merupakan potongan dari harta orang yang memberikan
hutang. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Menurut pengikut Mazhab Hanafi, Ibn Abidin, mengatakan bahwa qardh
adalah harta yang diberikan seseorang dari harta mitsil (yang memiliki
perumpamaan) untuk kemudian dibayar atau dikembalikan. Atau dengan
ungkapan yang lain, qaradh adalah suatu perjanjian yang khusus untuk
menyerahkan harta (mal mitsil) kepada orang lain untuk kemudian dikembalikan
persis seperti yang diterimanya. Menurut Mazhab Maliki mengatakan qardh
136
Ibid, h. 12
104
adalah: pembayaran dari sesuatu yang berharga untuk pembayaran kembali tidak
berbeda atau setimpal. Sedangkan menurut Bank Indonesia (1999), qardh adalah
akad pinjaman dari bank. (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang
wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.
Dalam perjanjian Qardh pemberian pinjama memberikan pinjaman kepada
pihak penerima pinjaman dengan ketentuan bahwa penerima pinjaman tersebut
akan memngembalikan pinjamannya sesuai dengan jangka waktu yang telah
dijanjikan dengan jumlah yang sama dengan pinjaman yang diterima.137
137
Muhammad, Sistem dan Prosedur Opezaslomal Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press,
2000,h. 42
105
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
(Q.S. Al-Maidah :2)138
2) Hadist
Dari Anas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Pada malam
peristiwa Isra’ aku melihat di pintu surga tertulis ’shadaqoh (akan diganti) dengan
10 kali lipat, sedangkan Qardh dengan 18 kali lipat, aku berkata : “Wahai jibril,
mengapa Qardh lebih utama dari shadaqah?’ ia menjawab “karena ketika
meminta, peminta tersebut memiliki sesuatu, sementara ketika berutang, orang
tersebut tidak berutang kecuali karena kebutuhan”. (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi
dari Abas bin Malik ra, Thabrani dan Baihaqi meriwayatkan hadits serupa dari
Abu Umamah ra).139
Hadis lainnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud berbunyi,
“Dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “tidak ada seorang muslim
yang meminjamkan kepada seorang muslim qaradh dua kali, kecuali yang satunya
adalah senilai sedekah.” (HR. Ibn Majah dan Ibn Hibban)
3) Ijma'
Para ulama menyatakan bahwa qardh diperbolehkan. Qardh bersifat
mandub (dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi
muqtaridh (orang yang berutang) kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia
yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada
seorangpun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu,
pinjam meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
139
Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”, (Jakarta:
GEMA INSANI, 2001), h. 131
106
3. Rukun dan Syarat Qardh
Rukun qardh ada tiga yaitu:
1) Akad (Muqridh dan Muqtaridh). Dalam hal ini disyaratkan:
Muqridh harus seorang Ahliyat at-Tabarru’, maksudnya orang yang
mempunyai kecakapan dalam menggunakan hartanya secara mutlak
menurut pandangan syariat.
Tidak adanya paksaan
Muqtaridh atau orang yang berhutang haruslah orang yang Ahliyah
mu’amalah, artinya orang tersebut harus baligh, berakal waras, dan tidak
mahjur (bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan mengatur
sendiri hartanya karena factor-faktor tertentu).
2) Qardh (barang yang dipinjamkan)
Barang yang dihutang harus sesuatu yang bisa diakad salam. Segala
sesuatu yang bisa diakad salam, juga sah dihutangkan, begitu juga
sebaliknya.
Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat,
tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah
akad terhadap harta.
Barang yang diambil manfaatnya tidak rusak karena pemakaian yang
disetujui dalam perjanjian.140
3) Ijab qabul
Ungkapan serah terima harus jelas dan bisa dimengerti oleh kedua belah
pihak, sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman di kemudian hari.. Akad
qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qabul seperti halnya dalam
jual beli.
140
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zukrul Hakim,
2007, h.27
107
Jual beli merupakan transaksi yang umum dilakukan masyarakat, baik
untuk memenuhi kebutuhan harian maupun untuk tujuan investasi. Bentuk
transaksinya juga beragam, mulai dari yang tradisional sampai dengan bentuk
modern melalui lembaga keuangan. Jika ditelusuri teks- teks tentang jual beli,
secara etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).
Menurut terminologi, jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual
(yakni pihak yang menyerahkan atau menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak
yang membayar atau membeli barang yang dijual).
Menurut ulama Hanafiyah Jual beli adalah pertukaran harta (benda)
dengan harta berdasarkan cara khusus yang dibolehkan. Sedangkan menurut
Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta
untuk kepemilikan. Dari berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa jual
beli ialah pertukaran harta dari penjual kepada pembeli sesuai dengan harga yang
disepakati. Pada masa Rasullullah SAW harga barang itu dibayar dengan mata
uang yang terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari perak
(dirham).141
2. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun dan syarat jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli
yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum Islam) yaitu:
1) Orang yang melaksanakan akad jual beli (penjual dan pembeli)
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah:
Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap tidak sah.
Baliqh, jual belinya anak kecil yang belum baliqh dihukumi tidak sah.
Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz (mampu membedakan baik
atau buru), dibolehkan melakukan jual beli terhadap barang-barang yang
harganya murah seperti : Permen,Kue, Kerupuk.
Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak berhak menggunakan
harta milik orang yang sangat bodoh (idiot) tidak sah jual belinya.
2) Sighat atau Ungkapan Ijab dan Kabul
141
Harun, Fiqh Muamalah, Surakarta: Universitas Muhamadiyah Press, 2017, h.66
108
Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kerelaan
antara penjual dan pembeli. Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah :
Orang yang melakukan ijab kabul telah akil baliqh.
Kabul harus sesuai dengan ijab, dalam suatu majlis.
3) Barang dan Nilai Tukar
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang
diharuskan, antara lain:
Barang yang diperjual-belikan itu halal.
Barang itu ada manfaatnya.
Barang itu ada ditempat, atau tidakada tapi ada ditempat lain.
Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.
Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan
jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun sifat- sifatnya.
J. Al-Ju’alah
1. Pengertian Al-Ju’alah
Kata ju’alah secara bahasa artinya mengupah. Wahbah al Zuhaili
mendefinisikan al Ju’alah secara bahasa yaitu apa saja yang dijadikan(imbalan)
bagi seseorang atas suatu pekerjaan atau apa saja yang diberikan seseorang untuk
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Imam Syamsyuddin Muhammad ibnu al
Khatib asy Syarbini yang juga diikuti oleh. Wahbah al Zuhaili dalam kitabnya
mendefinisikan al Ju’alah yaitu suatu kelaziman(tanggung jawab) memberikan
imbalan yang disepakati atas suatu pekerjaan tertentu atau pekerjaan yang belum
pasti bisa dilaksanakan.142
Istilah ji’alah dalam kehidupan sehari-hari diartikan oleh fuqaha yaitu
memberi upah kepada orang lain yang dapat menemukan barangnya yang hilang
atau mengobati orang yang sakit atau menggali sumur sampai memancarkan air
atau seseorang menang dalam sebuah kompetisi. Jadi, ji’alah bukan terbatas pada
barang yang hilang namun dapat setiap pekerjaan yang dapat menguntungkan
seseorang.
2. Rukun dan Syarat Al-Ju’alah
142
ibid,234
109
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam ju’alah:
a) Lafal: lafal itu mengandung arti izin kepada yang akan bekerja dan tidak
ditentukan waktunya. Jika mengerjakan ju’alah tanpa seizin orang yang
menyuruh (punya barang) maka baginya tidak berhak memperoleh imbalan
jika barang itu ditemukan.
b) Orang yang menjanjikan memberi upah: Dapat berupa orang yang kehilangan
barang atau orang lain.
c) Pekerjaan: Mencari barang yang hilang.
d) Upah harus jelas.
Syarat-syarat ju’alah adalah :
a) Pihak-pihak yang berju‘alah wajib memiliki kecakapan bermu‘amalah
(ahliyyah al-tasharruf), yaitu berakal, baligh, dan rasyid (tidak sedang dalam
perwalian). Upah (ja’il) yang dijanjikan harus disebutkan secara jelas
jumlahnya.
b) Aktivitas yang akan diberi kompensasi wajib aktivitas yang mubah, bukan
yang haram dan diperbolehkan secara syar’i.
c) Kompensasi (materi) yang diberikan harus jelas diketahui jenis dan jumlahnya
(ma‘lum), di samping tentunya harus halal.
K. AKAD MUSAQAH
Menurut bahasa musaqah diambil dari kata al-saqah, yaitu seseorang
bekerja pada pohon tamar, anggur (mengurusnya). Atau pohon-pohon yang
lainnya yang mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari
hasil yang diurus sebagai imbalan.143 Musaqah berasal dari kata as-saqa. Kata as-
saqaini di gunakan karena pepohonan penduduk hijaz amat membutuhkan saqi
(penyiraman) ini dari sumur-sumur.144
Akad musaqah adalah sebuah bentuk kerja sama antara pemilik kebun dan
petani penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara, dan dirawat sehingga
memberikan hasil yang maksimal, kemudian hasil tersebut sebagian menjadi
bagian (upah) bagi penggarap yang mengurusnya sesuai dengan kesepatakan yang
143
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 145.
144
Emily Nur Saidy dan Ilman, Implementasi Al-Musaqah Terhadap Kesejahteraan Buruh
Petik Cengkeh Di Desa Kombo, Toli-Toli, LAA MAISYIR,Volume 6, Nomor1, 2019, 22.
110
mereka buat.145 Kerjasama dalam bentuk musaqah ini berbeda dengan mengupah
tukang kebun untuk merawat tanaman, karena hasil yang diterimanya adalah upah
yang telah pasti ukurannya dan bukan dari hasilnya yang belum tentu. 146
Penggarap disebut musaqi. Dan pihak lain disebut pemilik pohon. Yang disebut
kata pohon dalam masalah ini adalah: Semua yang ditanam agar dapat bertahan
selama satu tahun keatas, untuk waktu yang tidak ada ketentuannya dan akhinya
dalam pemotongan/penebangan. Baik pohon itu berbuah atau tidak.147
Menurut Malikiyah, al-musaqah ialah Sesuatu yang tumbuh ditanah. Yaitu
dibagi menjadi lima macam:
a. Pohon-pohon tersebut berakar kuat (tetap) dan berbuah. Buah itu dipetik
serta pohon tersebut tetap ada dengan waktu yang lama, misalnya pohon
anggur dan zaitun.
b. Pohon-pohon tersebut berakar tetap, tetapi tidak berbuah seperti pohon
kayu keras, karet, dan jati.
c. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat, tetapi berbuah dan dapat dipetik.
d. Pohon-pohon tersebut tidak berakar kuat dan tidak ada buahnya yang
dapat dipetik, tetapi memiliki kembang yang bermanfaat, seperti bunga
mawar.
e. Pohon-pohon yang diambil hijau dan basahnya sebagai suatu manfaat,
bukan buahnya, seperti tanaman hias yang ditanam di halaman rumah dan
di tempat lainnya.148
145
Ghufron Abduldan SapiudinS, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2015), 128.
146
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, ( Bogor: Kencana, 2003), 243.
147
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT.Alma’arif, 1987), 183.
148
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,. 145
111
menjelaskan tentang perintah Allah kepada hamba-hambanya yang beriman untuk
saling tolong-menolong dalam perbuatan baik dan meninggalkan kemungkaran.
Dengan wujud saling tolong-menolong orang berilmu membantu orang dengan
ilmunya, orang kaya membantu dengan kekayaannya.
Menurut Ulama Syafi’iyah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam
rukun-rukun musaqah, sebagai berikut :
a. Sighat, ijab qabul yang kadang-kadang berupa terang-terangan dan kadang
mendekati terang (sindiran).
b. Dua orang yang bekerjasama (aqidaini) sebab perjanjian kerjasama
musaqah tak bisa berwujud kecuali dengan adanya pemilik tanah dengan
penggarap yang keduanya disyaratkan agar benar-benar memiliki
kelayakan kerjasama, karena kerjasama ini tidak sah dilakukan dengan
orang gila, anak kecil sebagaimana yang dijelaskan di bab Jual Beli.
c. Ada sasaran penggarapan yaitu pohonnya, sebab kerjasama musaqah tidak
akan terwujud kecuali dengan adanya pohon tersebut.
d. Adanya pekerjaan dan pengolahan, sebab kerjasama musaqah tidak akan
terwujud tanpa adanya pekerjaan yang akan dimulai dari penggarapan
sampai masa panen.
149
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 283
112
Selain itu di dalam melakukan musaqah disyaratkan terpenuhinya hal-hal
sebagai berikut:
a. Bahwa akad itu dilangsungkan sebelum nampak baiknya buah/hasil.
Karena dalam keadaan seperti ini, pohon memerlukan penggarapan.
Adapun sesudah kelihatan hasilnya, menurut sebagian Ahli Fiqih adalah
bahwa musaqah tidak dibolehkan.
b. Apabila satu syarat dari syarat-syarat ini tidak terpenuhi, akad dinyatakan
fasakh dan musaqah menjadi fasad .
c. Bahwa imbalan yang diterima oleh penggarap berupa buah itu diketahui
dengan jelas. Misalnya separuh atau sepertiga. Kalau dalam perjanjian ini
disyaratkan untuk si penggarap atau si pemilik pohon mengambil hasil dari
pohon-pohon tertentu saja, atau kadar tertentu, maka musaqah tidak sah. 150
150
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah., 185.
113
pekerjaan petani harus dilanjutkan. Jika kedua boleh pihak yang berakad
meninggal dunia, kedua belah pihak ahli waris boleh memilih antara
meneruskan akad atau menghentikannya.
L. RAHN
Gadai dalam bahasa Arab disebut rahn, yang berarti tetap, kekal, dan
jaminan. Secara syara, rahn adalah menyandera sejumlah harta yang diserahkan
sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan.151 Rahn
Disebut juga dengan al-habsu yang artinya menahan. sedangkan menurut syari’at
islam gadai berati menjadikan barang yang memiliki nilai menurut syari’at
sebagai jaminan hutang, hingga orang tersebut dibolehkan mengambil hutang atau
mengambil sebagian manfaat barang tersebut. Akad rahn bertujuan agar pemberi
pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang. Pemeliharaan dan
penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak yang
menggadaikan (rahn), namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima
barang gadai (murtahin) dan biayanya harus ditanggung rahin. Besarnya biaya ini
tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
Akad rahn diperbolehkan oleh syara’ dengan berbagai dalil Al-Qur’an
ataupun Hadits nabi SAW. Begitu juga dalam ijma’ ulama’. Diantaranya firman
Allah dalam Qs.Al-baqarah; 283. Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Dalam dunia finansial,
barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan atau collateral atau objek
pegadaian. Unsur-unsur rahn ada empat yaitu
a. Rahin (pemilik barang)
b. Murtabin (pemegang barang)
c. Marhun atau rahn (barang gadai)
d. Marhun bih (hutang) 152
151
Surepno, Studi Implementasi Akad Rahn (Gadai Syariah) Pada Lembaga Keuangan
Syariah, Tawazun: Journal of Sharia Economic Law, Volume 1, Nomor 2, September 2018, 175
152
Wiroso, Produk Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2011), 439
114
Pendapat lain mengatakan bahwa rukun Rahn adalah Pemilik barang gadai
disebut rahin dan orang yang mengutangkan yaitu orang yang mengambil barang
tersebut serta menahannya disebut murtahin, sedangkan barang yang di gadaikan
disebut rahn.153
Akad rahn (gadai) dianggap sah apabila memenuhi syarat anatara lain:
a. Berakal
b. Baligh
c. Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan ) itu ada pada saat akad
sekalipun tidak satu jenis.
d. Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian
(murtahin) atau wakilnya.
Skema rahn
Pemberi
hutang
Penerima Pemberi
barang/murtahin barang/peminjam/rahn
Keterangan:
1. Pemberi pinjaman menyepakati akad rahn/rahn tajlisi dengan
pinjaman
2. Pemberi pinjaman menerima barang/surat berharga atas barang
3. Penerima barang-barang akan mengembalikan barang yang
dijaminkan ketika akad selesai. 154
153
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah,. 187
154
Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
256.
115
M. HIWALAH/HAWALAH
Hawalah atau Hiwalah adalah akad pengalihan hutang dari pihak yang
berhutang kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar)-nya.155 Al-
hiwalah secara bahasa artinya al-Intiqal (pindah), diucapkan, Halaanilahdi,
(berpindah, berpaling, berbalik dari janji), Sedangkan secara istilah, definisi al-
Hiwalah menurut ulama Hanafiyyah adalah memindah (al-Naqlu) penuntutan atau
penagihan dari tanggungan pihak yang berutang (al-Madin) kepada tanggungan
pihak al-Multazim (yang harus membayar utang, dalam hal ini adalah al-Muhal
alaihi).
Berbeda dengan al-Kafalah yang artinya adalah al-Dham-mu
(menggabungkan tanggungan) di dalam penuntutan atau penagihan, bukanal-
Naqlu (memindah). Maka oleh karena itu, dengan adanya al-hiwalah, menurut
kesepakatan ulama, pihak yang berutang (dalam hal ini maksudnya adalah al-
Muhil) tidak di tagih lagi.156 Pendapat lain menyatakan hiwalah adalah akad
pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dengan demikian di
dalamnya terdapat tiga pihak, yaitu pihak yang berutang (muhilatau madin), pihak
yang memberi utang (muhalatau da‟in), dan pihak yang menerima pemindahan
(muhal ‟alaih).157
Landasan hukum hiwalah dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 282,
menerangkan bahwa dalam utang-piutang atau transaksi yang tidak kontan
hendaklah dituliskan sehingga ketika ada perselisihan dapat dibuktikan. Dalam
kegiatan ini pula diwajibkan untuk ada dua orang saksi yang adil dan tidak
merugikan pihak manapun, saksi ini adalah orang yang menyaksikan proses
utang-piutang secara langsung dari awal.
Rukun hawalah menurut mazhab Hanafi Ijab dari muhil (yang berutang
yang memindahkan utangnya) dan Qabul dari muhal (pemberi utang) dan muhal
155
Wiroso, Produk Perbankan Syariah., 423.
156
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 6, Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani,
dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 84-85
157
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), 153
116
alaih (yang menerima pemindahan). hawalah menurut jumhur selain mazhab
Hanafi punya enam syarat: muhil (madin), muhal alaih (da’in) yang punya
kewajiban atas utang, muhal (pemilik harta), muhal bihi: utang muhil kepada
muhal dan utang muhal alaih kepada muhil dan shighat.158 Dalam fatwa Dewan
Syariah Nasional nomor 12/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000
disebutkan rukun hawalah adalah muhil yakni orang yang berhutang dan sekaligus
berpiutang, muhal atau muthai yakni orang yang berpiutang kepada muhil, muhal
alaih yakni orang yang berhutang kepada muhil dan wajib membayar hutang
kepada muhtal, muhal bih yakni hutang muhil kepada muhtal, dan sighat (ijab
qabul).
Beberapa prinsip dari hiwalah yaitu:
a. Tolong-menolong
b. Tidak boleh menimbulkan riba
c. Tidak digunakan untuk transaksi objek yang haram atau maksiat.
117
c. Jika Muhal alaih telah melaksanakan kewajibannya kepada Muhal. Ini
berarti akad hiwalah benar-benar telah dipenuhi oleh semua pihak.
d. Meninggalnya Muhal sementara Muhal alaih mewarisi harta hiwalah
karena pewarisan merupakan salah satu sebab kepemilikan. Jika akad ini
hiwalah muqoyyadah, maka berakhirlah sudah akad hiwalah itu menurut
madzhab Hanafi
e. Jika Muhal menghibahkan atau menyedekahkan harta hiwalah kepada
Muhal Alaih dan ia menerima hibah tersebut.
f. Jika Muhal menghapus bukan kewajiban membayar hutang kepada Muhal
Alaih.
N. WAKALAH
160
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,Cet. III, 2002), 20.
161
Wiroso, Produk Perbankan Syariah,. 400
162
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama, 2009), 529
118
Akad wakalah pada hakikatya adalah akad yang digunakan oleh seseorang
apabila dia membutuhkan orang lain atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat
dilakukannya sendiri dan meminta orang lain untuk melaksanakannya.163 rukun
dan syarat wakalah adalah :
a. Pemberi kuasa (Muwakil)
Dengan syarat :
1. Seseorang yang mewākilkan atau pemberi kuasa harus yang memiliki
hak atau mempunyai wewenang untuk bertasharruf pada bidang-
bidang sesuatu yang di wākilkannya. Karena itu seseorang tidak sah
jika mewākilkan sesuatu yang bukan hak nya
2. Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang di kuasakannya
3. pemberi kuasa sudah cakap bertindak atau mukallaf.
b. Penerima kuasa (Wakil)
Dengan syarat:
1. Penerimaan kuasa harus memiliki kecakapan akan suatu aturan yang
mengatur proses akad wakalah, sehingga cakap hukum menjadi salah
satu syarat yang di wakilkan
2. penerimakuasa adalah orang yang bisa menjaga amanah yang di
berikan oleh pemberi kuasa. Ini berarti bahwa Al-wakiltidak
diwajibkan menjamin sesuatu yang di luar batas, kecuali karena
kesengajaannya.
c. Obyek yang dikuasakan (Taukil)
Dengan syarat:
1. Obyek harus berbentuk pekerjaan yang pada saat dikuasakan adalah
merupakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan pemberi kuasa (al-
muwakkil).
2. Pekerjaan yang dikuasakan harus jelas spesifikasi dan kriterianya,
meskipun hanya dari satu tinjauan.
163
Indah Nuhyatia, Penerapan Dan Aplikasi Akad Wakalah Pada Produk Jasa Bank Syariah,
Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, 2013, 96.
119
3. Obyek harus dari jenis pekerjaan yang boleh dikuasakan pada orang
lain.
d. Ijab Qabul (Sighat)
Dengan syarat :
1. ahasa dari pemberi kuasa harus mewakili kerelaan nya menyerahkan
kuasa kepada al-wākil.
2. Dari pihak penerima kuasa (al-wākil) hanya cukup menerimanya
(qabul) meskipun tidak ada ucapan ataupun tidakan.
3. Bahasa penyerahan kuasa tidak dikaitkan dengan syarat tertentu
4. Sighat wakalah boleh dengan pembatasan masa tugas al-wākil
Dalam akad Wakalah ini para ulama sudah sepakat mengenai bolehnya
akad wakalah karena dalam prakteknya di perbankan syariah akad ini
dipergunakan untuk kegiatan tolong menolong.164 Salah satu dasar dibolehkannya
Wakalah adalah firman Allah SWT yang berkenaan dengan kisah Ash-habul
Kahfi yaitu dalam QS Al-Kahfi : 19, surat An-Nissa ayat 35, QS. Yusuf : 55.
Ayat-ayat tersebut menyimpulkan bahwa dalam hal muamalah dapat dilakukan
perwakilan dalam bertransaksi, ada solusi yang bisa diambil manakala manusia
mengalami kondisi tertentu yang mengakibatkan ketidak sanggupan melakukan
segala sesuatu secara mandiri, baik melaui perintah maupun kesadaran pribadi
dalam rangka tolong menolong, dengan demikian seseorang dapat mengakses atau
melakukan transaki melauijalan Wakalah.
Wakalah dapat dibedakan menjadi: Al-Wakalah Al-Ammahdan Al-
Wakalah Al-Khosshoh, Al-wakalah al-muqoyyadoh dan al-wakalah mutlaqoh.
a. Al-wakalah al-khosshoh, adalah prosesi pendelegasian wewenang untuk
menggantikan sebuah posisi pekerjaan yang bersifat spesifik dan
spesifikasinya pun telah jalas.
b. Al-wakalah al-ammah, adalah prosesi pendelegasian wewenang bersifat
umum, tanpa adanya spesifikasi.
164
Syafii Antonio, Bank syariah : Wacana Ulama dan Cendikiawan, (Jakarta:Bank Indonesia
& STIE TAZKIA, 1999), 240-243
120
c. Al-wakalah al-muqoyyadoh dan al-wakalah mutlaqoh. Adalah akad
dimana wewenang dan tindakan si wakil dibatasi dengan syarat-syarat
tertentu. Sedangkan Al-wakalah al-muthlaqoh adalah akad wakalah
dimana wewenang dan wakil tidak dibatasi dengan syarat atau kaidah
tertentu, misalnya jualah mobil ini, tanpa menyebutkan harga yang
diinginkan.
165
Wiroso, Produk Perbankan Syariah,. 403.
166
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqh Muamalah dan aplikasinya pada lembaga
keuangan Syariah, (Jakarta: lembaga penelitian UIN Jakarta, 2011), 184.
121
Menurut Wiroso wakalah berakhir dengan selesainya tugas-tugas yang
diwakili. Wakalah tidak boleh diwarisi, karena itu Wakalah bubar jika salah satu
pihak meninggal. Wakalah batal jika kelayakan salah satu pihak hilang.167
167
Wiroso, Produk Perbankan Syariah,. 404.
122
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produk-produk Bank Syariah diantaranya yaitu, Al-Wadiah (titipan),
Mudarabah, Salam (jual beli yang pembayarannya di bayar diawal secara penuh),
Istishna (jual beli yang dalam pemesanannya harus secara detail), Ijara(jual beli
wakaf) Mutahiya Bittamlik, Musyarakah, Murabahah, Qard, Jual beli, Musaqah,
Rahn, Hiwalah, dan Wakala.
Dari pemaparan di atas yaitu bahwa banyak sekali produk pdroduk bank
syariah yang dapat diterapkan pada dunia perbankan khususnya perbankan
syariah.
Selain pengertian, dalam makalh ini juga menjelaskan rukun dan syarat
dari masing-masing produk.
123
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam Manajemen Pemasaran banyak melibatkan pihak dalam sebuah
perusahaan, oleh karena itu pemasaran merupakan prestasi kerja dalam suatu
kegiatan usaha dengan mengalirnya suatu barang atau jasa dari produsen ssampai
ke konsumen. Selain itu juga pemasaran merupakan serangkaian kegiatan mulai
dari proses dalam pembuatan, mengkomunikasikan mengenalkan dan
menawarkan transaksi yang mempunyai nilai bagi konsumen, klien, partner, dan
masyarakat pada umumnya.
Maka dari itu pengembangkan srategi marketing atau strategi pemasaran
sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan untuk mencapai target pemasaran
barang atau produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain strategi pemasaran
yang harus diperhatikan hal lain yang perlu diperhatika adalah hubungan
pemasaran pelanggan juga perlu diperhatian perusahaan. Bagaimana konsumen
menilai produk yang dihasilkan perusahaan sampai pengaruh adanya relationship
marketing atau hubungan pemasaran.
Dalam manajemen pemasaran ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaannya, seperti bagaimana menarik minat pelanggan sampai bagaimana
manajemen penjualan produk yang dihasilkan.
4. Tujuan Masalah
i. Bagaimana Marketing Mempengaruhi Customer value ?
j. Bagaimana Realtionship Marketing atau pemasaran marketing ?
k. Bagaimana Strategic Plening Dilaksanakan pada Tingkat-tingkat yang
Berbeda pada Organisasi?
5. Rumusan Masalah
5. Untuk mengetahui marketing mempengaruhi customer value.
6. Untuk mengetahui relationship marketing atau pemasaran marketing.
124
7. Untuk mengetahui strategic plening dilaksanakan pada tingkat-tingkat
yang berbeda pada organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
168
Dio Bramantio dan Diah Dharmayanti, Pengaruh Experiential Marketing Dan
Customer Value Terhadap Customer Satisfaction Café My Kopi-O Surabaya Town Square, Jurnal
Manajemen Pemasaran Vol. 1, No. 2, 2013, hlm 2
169
Geanida Khaerani Zahra dan Harrie Lutfie, Pengaruh Customer Experience dan
Customer Value Terhadap Cutomer Satification, Jurnal e-Proceeding of Applied Sciene Vol. 3,
No. 2, Agustus 2017, hlm 3
125
dengan harga. Selanjutnya, rumus ini bisa berkembang karena adanya dua aspek.
Aspek tersebut adalah harga dan kualitas. Selain itu, Customer value merupakan
keseluruhan penilaian pelanggan tentang kegunaan suatu produk atau jasa yang
berdasarkan pada persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan.
Selain itu definisi Customer value adalah rasio antara manfaat yang
didapatkan oleh konsumen baik secara ekonomi, fungsional maupun psikologis
terhadap sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh manfaat-manfaat
tersebut, yaitu manfaat produk berhubungan dengan keandalan daya tahan, kinerja
dadn nilai jual kembali dari produk atau jasa yang ditawarkan.170
Customer value yaitu sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap
utilitas sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan
apa yang diberikan. Selain itu pengertian Customer value yang lain, adalah
sebagai selisih nilai pelanggan total adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan
oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu dan biaya pelanggan total adalah
sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan untuk
mengevaluasi mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk atau jasa.
Pada customer value terdapat satu komponen yaitu, service value yaitu
sebagai bentuk pelayanan pada konsumen agar konsumen dapat puas terhadap
suatu produk dan jasa. Hal ini semakin dapat di perjelas bahwa terdapat hubungan
yang cukup erat antara customer value terhadap customer satisfaction. Hal ini
turut diperkuat oleh Goostain (Tjiptono,2005:297) yang mengatakan bahwa
terdapat ikatan emosional antara pelanggan dan produsen setelah mereka
menggunakan produk dan jasa tersebut sehingga mereka puas.
Customer value yaitu suatu perusahaan akan mempengaruhi tingkat
kepuasan konsumen tersebut terhadap perusahaan.171 Dimana customer value
suatu proses strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk memikat pelangga
agar tertarik dengan produk yang dijual.
170
Yenny Logiawan dan Hartono Subagio, Analisa Customer Value Terhadap Customer
Loyality Dengan Customer Satification Sebagai Variabel Intervening Pada Restoran Bandar
Jakarta Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 2, No. 1, 2014, hlm 3
171
Angeline Steviani, Hatane Semuel, Pengaruh Customer Value Terhadap Loyalitas
Konsumen Dengan Customer Satisfaction Sebagai Variabel Intervening Terhadap Salon Shinjuku,
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol. 2, No. 1, 2015, hlm 5
126
Customer Value mengacu pada kemampuan perusahaan untuk membuat
dan menambahkan nilai pada barang dan jasa, terutama untuk layanan yang
mereka tawarkan kepada pelanggan atau aspek layanan bisnis mereka. Customer
value pada dasarnya terdiri dari 4 bagian yaitu: service, quality, image dan price.
Maka dari itu marketing atau pemasaran dapat mempengaruhi customer
value karena tujuan keduanya adalah sama sama memikat pelanggan agar terpikat
dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
5. Realtionship Marketing
Kata relationship sudah sering didengar oleh masyarakat. Relationship
marketing ini bertujuan untuk membangun hubungan yang baik dan
berkesinambungan. penggunaan relationship tidak hanyak digunakan didalam
ruang lingkup bisnis namun juga digunakan di ruang lingkup yang lebih luas serta
agar dapat bertahan dan berjuang di ruang lingkung didalam zona persaingan
maka dibutuhkan hubungan yang baik antara satu pihak dengan pihak lain. Hal ini
lah yang disebut dengan relationship marketing. Pada saat ini relationship
menjadi topic utama dalam aktivitas bisnis. Dimana kebanyakan suatu
perusahaan, entah secara financial, memiliki tujuan ingin mendapatkan profit
yang maksimal dari hasil operasinya dengan memaksimalkan nilai saham. Disisi
lain pula dalam pemasaran, loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan
merupakan tujuan setiap perusahaan.172
Relationship marketing sebagai pengenalan setiap nasabah secara lebih
dekat dan memuaskan dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan
mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan anatra nasabah dan
perusahaan.
Relationship marketing sebagai pengenalan setiap nasabah secara lebih
dekat dan memuaskan dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan
mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan anatra nasabah dan
perusahaan.
172
Franky Susanto, dan Prof. Dr. Hatane Semuel, Pengaruh Relantionship Marketing
Terhadap Loyalitas Pelanggan PT Mitra 10 Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 1, No.
1, 2013, hlm 2
127
Strategi bisnis Relationship Marketing memiliki keterkaitan yang erat
dengan kepuasan dan loyalitas nasabah. Relationship marketing mengarah kepada
pembentukan sikap kepuasan untuk memperhatikan konsep realtionshipmarketing
dalam menghadapi persaingan bisnis. Pada dasarnya relationship marketing
adalah hubungab ikatan jangka panjang antara produsen, konsumen, pamsaok,
serta para pelaku lainnya. Esensi relationship marketing paling tidak menyangkut
hubungan yang langgeng dan pertukaran yang terus-menerus dan dituntut untuk
saling kepercayaan dan ketergantungan. Sehingga dalam konsep relationship
marketing pemasar sangat menekankan pentingnya hubungan baik jangka panjang
dengan konsumen, dan instruktur pemasaran, yang dapat menciptakan kesadaran
dalam bentuk hubungan dan komitmen yang menyeluruh.
Relationship Marketing bertujuan untuk dapat membangun hubungan yang
baik dan berkesinambungan. Penggunaan relationship tidak hanya di dalam ruang
lingup bisnis tetapi juga dalam ruang lingkup yang lebih luas. Agar perusahaan
dapat bertahan dalam zona persaingan maka dibutuhkan hubungan yang baik
antara satu pihak dengan pihak yag lain. Hal inilah yang biasa disebut dengan
relationship marketing
Maka dari itu relationship marketing ini memiliki peran yang cukup tinggi
dalam dunia bisnis untuk menunjang nilai saham yang lebih tinggi. Akan tetapi
dengan adanya relationship marketing ini perusahaan harus menjaga hubungan
baik dalam jangka panjang kepada konsumen dari pada mencari pelanggan-
pelanggan baru.
Apabila perusahaan tidak menjaga hubungan dengan para pelanggan
seperti yang ditakutkan, pelanggan akan berpindah ke perusahaan yang lain, yang
mungkin lebih menguntungkan bagi mereka, sehingga perusahaan sangat
diharapkan untuk berhubungan baik dengan pelanggan dalam jangka waktu yang
panjang.
Pemasaran hubungan pelanggan merupakan suatu proses untuk
mendapatkan, mempertahankan, dan mengembangkan pelanggan yang
menguntungkan dan memerlukan fokus yang jelas terhadap atribut suatu jasa yang
128
dapat menghasilkan nilai kepada pelanggan sehingga dapat menghasilkan
loyalitas.
173
Nia Rahmatin Nikmah, Hubungan Relationship Marketing Customer Statification dan
Customer Loyalty, Jurnal Kompetensi, Vol. 11, No. 2Oktober 2017, hlm 3
174
Hajar Aswat Kandon, Pengaruh Relantionship Marketing Terhadap Loyalitas Nasabah
Di PT.Bank Mandiri KC. Dotulolong Lasut Manado, Jurnal Administrasi Bisnis , 2017, hlm 3
129
6. Financial benefit (manfaat keuangan atau ekonomis). Pendekatan yang
pertama ini untuk membangun suatu hubungan nilai dengan pelanggan
adalah dengan memberikan manfaat keuangan atau ekonomi. Manfaat
ekonomi ini dapat berupa penghematan biaya yang dikeluarkan leh
pelanggan, pemberian discount-discount khusus pada saat-saat tertentu,
serta manfaat ekonomi lainnya.
7. Sosial benefit (manfaat sosial). Manfaat ekonomis diatas memang sangat
perlu tetapi tidak cukup sampai disini sja karena akan mudah ditiru badan
usaha yang lainnya, sehingga perlu pendekatan yang laun yaitu dengan
pendekatan manfaat sosial. Pada manfaat sosial ini dapat membantu badan
usaha untuk mreningkatakan hubungan dengan mempelajari kebutuhan
dan keingan dari pelanggan, bahkan dari manfaat sosial ini juga dapat
memberikan sesuatu yang bersifat pribadu atau perindividu. Hal ini
betujuan untuk mengetahui secara lebih detail apa yang sekarang di
butuhkan oleh para pelanggan tersebut.
8. Sosial benefit adalah relational benefit tingkat dua dimana penyedia
layanan tidak hanya menggunkan insentif harga, tetapi mencari suatu
usaha untuk membangun ikatan sosial antara penyedia layanan dengan
pelanggan.
Relationship marketing telah di uji secara empiris sehingga memiliki
pengaruh yang kuat terhadap loyalitas konsumen. Manajemen suatu perusahaan
akan lebih baik bila memahami hubungan pelanggan dan akan mencapai loyalitas
konsumen pada level yang tinggi.175
130
Dalam Relantionship marketing, sangat penting dengan adanya
komunikasi sebagai pandangan untuk selalu menyediakan waktu dan informasi
yang dapat dipercaya. Hal ini merupakan hal penting dalam relantionship
marketing menjadi pandangaan baru seperti dialog interaktif antara perusahaan
dengan pelanggan. Komunikasi yang baik akan mempengaruhi semua aspek yang
ada dalam relationship marketing termasuk loyalitas, dimana komunikasi
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menciptakan loyalitas.
6. Strategi Marketing
Strategi adalah keseluruhan konsep bagaiamana sebuah perusahaan
mengatur dirinya sendiri dan semua kegiatan dengan tujuan agar bisnis yang
dijalankan berhasil, melakukan persaingan, dan melakukan imbal hasil kepada
pemegang saham.176
Pemasaran merupakan serangkaian kegiatan mulai dari proses dalam
pembuatan, mengkomunikasikan mengenalkan dan menawarkan transaksi yang
mempunyai nilai bagi konsumen, kllien, partner dan masyarakat pada umumnya.
Selain pengertian pemasaran diatas adapun pngertian pemasaran yang lain,
pemasaran yaitu dimana banyak melibatkan pihak dalam perusahaan, oleh karena
itu pemassaran merupakan prestasi kerja dalam suatu kegiatan usha dengan
mengalirnya suatu barang atau jasa dari produsen sampai konsumen
Maka dari itu pemasaran, lebih dari fungsi bisnis lainnya, yang dalam
prakteknya banyak berhubungan dengan pelanggan. Definisi paling sederhana
mengenai pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelnggan yang
menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan
menjanjikan keunggulan nilai serta menjaga dan menumbuhkan pelanggan
yangada dengan memberikan kepuasan.
Strategi pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan usaha
melalui perencanaan, penentuan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan pembeli. 177
176
Bamfor Charles E, Strategi: Sustainable Advance and Performance, Canada: South
Western Cengage Learning, 2010, hlm 9
177
Basu Swasta, Manajemen Pemasaran Modern, Ypgyakarta :Liberty, 2008, hlm 5
131
Sedangkan menurut Assauri, Strategi pemasaran yaitu seranglaian tujuan
dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha
pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan, acuan
serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi
lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.178
Ada tiga langkah pertama dalam proses pemassaran yaitu memahami pasar
dan kebutuhan pelanggan, merancang strategi pemaaran yang digerakan
pelanggan, dan membangun program pemasaran, semua mengarah ke langkah
keempat yang merupakan langkah yang paling penting, yaitu membangun
hubungan pelanggan yang menguntungkan.179
178
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Rajawali Pers 2013, hlm 15
179
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jakarta; Erlangga,
2008, hlm 15
180
Ir. Agustina Shinta, Manajemen Pemasaran, Malang: Penerbit Univesitas Brawijaya
Press Tahun 2011, hlm 19
132
elemen yaitu produk, harga, promosi, dan tempat. Untuk pemasaran jasa perlu
bauran pemasaran yang diperluas dengan penambahan tiga unsur, yaitu orang,
fasilitas dan proses sehingga menjadi 7P. Ketujuh elemen tersebut saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dikombinasikan sesuai dengan
lingkungan, baik di dalam maupun di luar perusahaan agar tujuan perusahaan
tercapai.181
Bauran Pemasaran terdiri dari segala kemungkinan yang dapat dilakukan
perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-
kemungkinan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang
dikenal dengan “Four P”, yaitu:
5. Product
Product adalah kombinasu barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada target market. Produk yang ditawarkan dapat
berupa barang, jasa, pelayanan, maupun informasi.
6. Place
Price (Distribyusi) tidak hanya mewakili tempat dimana produk
tersebut dapat ditemukan, tetapi juga meliputi aktivitass yang
dilakukan perusahaan agar produk mudah didapatkan oleh konsumen
sasarannya dan selalu tersedia bagi target market.
7. Price
Price (Harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh
konsumen untuk memperoleh produk.
8. Promation
Promosi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan keuanggulan produk serta membunjuk pelanggan
sasara agar membeli produk.
133
mempersembahkan value kepada konsumen. Bauran pemasaran menciptakan
seperangkat alat untuk membangun posisi yang kuat dalam pasar sasarannya.182
Pengembangan Strategi Pemasaran Baru Pada PT. Simex Pharmaceutical Untuk Meningkatkan
Brand Awareness Produk Vipro-G, Jurnal of Business Srategy and Executive Vol. 1, No. 1
November 2008, hlm 140
134
BAB III
PENUTUP
4. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa marketing
mempengaruhi customer value. Maka dari itu marketing atau pemasaran dapat
mempengaruhi customer value karena tujuan keduanya adalah sama sama
memikat pelanggan agar terpikat dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Relationship marketing yaitu sebagai pengenalan setiap nasabah secara
lebih dekat dan memuaskan dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan
mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan anatra nasabah dan
perusahaan.
135
BAB I
PENDAHULUAN
7. Latar Belakang
Pasar merupakan kumpulan konsumen potensial yang memiliki kebutuhan
dan keinginan tertentu serta bersedia untuk turut serta dalam pertukaran untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan tersebut. Pada dasarnya tujuan dalam
memasarkan produknya, yaitu bila perusahaan dapat menjual produknya dengan
harga yang menguntungkan pada tingkat kualitas yang diharapkan, serta mampu
mengatasi tantangan dari para pesaing terutama dalam bidang pemasaran.
Agar konsumen melakukan pembelian, maka perusahaan harus bisa
menerapakan suatu strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisin pasar yang
dihadapi. Keberhasilan strategi pemasaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah analisis pasar (market). Hal ini bertujuan agar target suatu
perusahaan bisa berjalan dengan mulus dan berjalan sesuai yang direncanakan.
Dengan memeperdalam mengenai status pasar dan juga perlu untuk
menganalisisnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Perilaku Nasabah (Consumer Behavior)?
2. Apa yang dimaksud dengan Model Of Buyer Behavior (Model Perilaku Nasabah)?
3. Apa Yang Dimaksud Participant In The Business Buying Process?
4. Faktor Apa Saja yang Ada dalam Analisis Market?
5. Apa yang dimaksud dengan Buying Process ?
8. Tujuan
Tujuan dari rumusan makalah adalah :
4. Umtuk mengetahui pengertian dari perilaku nasabah (Consumer Behavior).
5. Untuk mengetahui pengertian dari model of buyer behavior (Model Perilaku
Nasabah).
6. Untuk mengetahui pengertian dari Participant in The Business Buying Process.
7. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi analisis market.
8. Untuk mengetahui pengertian dari Buying Process.
136
BAB II
PEMBAHASAN
183
Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya Terhadap Kep
utusan Pembelian, Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang, Jurnal Ekonomi MODERNISASI,
Vol. 3, No. 3, Oktober 2007, hal. 166-167
137
D. Faktor-faktor kebudayaan, yaitu seperti nilai-nilai dasar, persepsi, ke
inginan, dan perilaku yang di pelajari anggota suatu masyarakat dari ke
luarga dan institusi penting.
E. Faktor-faktor sosial, yaitu mencerminkan penghasilan, tetapi juga ind
icator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal.
F. Faktor pribadi, yaitu keputusan pembelian konsumen juga dipengaru
hi oleh karakterisitik pribadi atau individu, karakteristik itu meliputi :
umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hid
up, dan kepribadian dan konsep diri.
G. Faktor-faktor psikologis, yaitu pembelian konsumen di pengaruhi ole
h motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.184
138
an lingkungan masuk dalam kesadaran pembeli. Sedangkan karakteristik dan pros
es pengambilan keputusan dilakukan oleh pembelian tersebut. Contoh model prila
ku konsumen yaitu :
D. Stimulasi Pemasaran, meliputi empat unsur bauran pemasaran (pro
duk, harga, distribusi, promosi).
E. Stimulasilainnya, meliputi keadaan (ekonomi, teknologi, politik, bu
daya).
F. Karakteristik pembeli, meliputi faktor (budaya, sosial, pribadi, psik
ologis).
G. Proses keputusan pembelian, meliputi (pengenalan masalah, pencar
ian inforrmasi, keputusan pembeli, perilaku purna beli).
H. Keputusan pembeli, meliputi (pilihan produk, pilihan merek, piliha
n pemasok, penentuan saat pembelian, jumlah pembelian).186
Model prilaku konsumen menurut Assael (1992), yaitu terdapat tiga faktor
yaitu sebagai berikut :
7. Konsumen individual, yaitu bahwa pilihan untuk membeli barang a
tau jasa di pengaruhi oleh hal-hal yang pada diri konsumen seperti
kebutuhan, persepsi, sikap, kondisi, geografis, gaya hidup, dan kara
kteristik kepribadian individu.
8. Lingkungan, yaitu bahwa pilihan konsumen terhadap barang atau j
asa di pengaruhi oleh lingkungan yang mengintarinya. Contoh dari
faktor ini yaitu ketika konsumen ingin membeli barang atau jasa di
dasari oleh karena ingin meniru temannya.
9. Penerapan strategi pemasaran, yaitu stimuli pemasaran yang di ken
dalikan oleh pemasaran atau pelaku bisnis. Dan hal ini biasanya sti
mulasinya yaitu dengan memasang iklan dan sejenisnya agar konsu
men bersedia memilih produk yang di tawarkan.
186
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran, Jakarta : Rajawali Pers,
2013, hal. 112
139
Setelah mengenali tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memb
uat keputusan, selanjutnya terjadinya pembuatan keputusan konsumen, dan yang t
erakhir adanya tanggapan konsumen.187
Pusat pembelian
Adalah semua individu atau kelompok yang berpartisipasi dalam proses
pembelian, yang mencakup beberapa sasaran dan resiko yang timbul dari
keputusan tersebut. Pusat pembelian terdri dari semua anggota organisasi yang
memainkan saah satu dari enam peranan dalam proses pembeian:
l. Pengguna {user}
Anggota organisasi pembelian yang benar benar menggunakan produk
atau jasa yang di beli.
m. Orang yang mempengaruhi{influenser}
Orang-orang yang berada dalam pusat pembelian organisasi yang
mempegaruhi keputusan pembelian: mereka sering membantu menetapkan
spesifikasi dan juga memberikan informasi untuk mengevaluasi alternatif.
n. Pembeli {buyer }
Orang-orang di dalam pusat pembeian organisasi yang melakukan
pembelian sesungguhnya.
o. Pengambi keputusan {deciders}
Orang-orang di dalam pusat pembelian organisasi yang mempunyai
kekuatan resmi atau tidak resmi untuk memiih atau menyetujui pemasok
akhir188
187
Sudarmiatin, Model Perilaku Konsumen dalam Perspektif Teori dan Empiris pada jasa
Pariwisata, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1, m
aret 2009, hal. 3
188
Kolter, Philip. Manajeman Pemasaran. PT. Glokar Aksara Pratama.1996
140
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar bisnis dalam
membeli
a. Faktor budaya
141
kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebihformal dan kurang reguler.
Inimencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasiprofesional dan
serikat pekerja.
2) Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yangpaling penting
dalam masyarakat dan telah diteliti secaramendalam, pemasar tertarik dalam peran
dan pengaruh suami,istri, dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan
jasa(Kotler, 2001: 182).
10. Peran dan status
Menurut Kotler (2001: 183) menyatakan bahwa, peran terdiri dari aktivitas
yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya.
Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yangdiberikan
oleh masyarakat. Orang sering memilih produk yang menunjukkan statusnya
dalam masyarakat.
189
c. Faktor pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologisseseorang
yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkantanggapan yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadaplingkungan (Kotler, 2001: 186). Keputusan
membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
1) Umur dan tahap daur hidupMenurut Kotler (2001: 186), orang
mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Membeli
juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui
oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar sering menentukan sasaran
pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai
serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.
2) Pekerjaan
189
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran, Jakarta :
Rajawali Pers, 2013.
142
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya.
Menurut Kotler (2001: 187) menyimpulkan bahwa pemasar berusaha mengenali
kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa
mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam
memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
3) Situasi ekonomi
Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihanproduk. Pemasar
yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan
pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi,
pemasar dapat mengambil langkah untuk merancang ulang, memposisikan
kembali dan mengubah harga produknya (Kotler, 2001: 189).
4) Gaya hidup
Menurut Kotler (2001: 1991) menjelaskan bahwa polakehidupan
seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga,
kegiatan sosial),minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih
dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan
pola bereaksi dan berinteraksi
seseorang secara keseluruhan di dunia.190
5) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya.
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi yang menyebabkan respons
yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri.
Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri,
dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan
menyesuaikan diri, dan keagresifan (Kotler, 2001: 191).
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungandimana ia
tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa
190
Totok Murdoyo, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen dalam
Pengambilan Keputusaan pembelian
143
lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan datang. Pilihan barang yang
dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhioleh faktor psikologi, yaitu:
g. Motivasi
144
Menguraikan kecenderungan orang untuk meng-intepretasikan informasi
dengan cara yang akan mendukungapa yang telah konsumen yakini.
c) Ingatan selektif Orang cenderung lupa akan sebagian besar hal yang
mereka pelajari. Konsumen cenderung akan mempertahankanatau mengingat
informasi yang 191
mendukung sikap dankeyakinan mereka, karena adanya ingatan
selektif.
3) Pengetahuan
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkahlaku individual
yang muncul dari pengalaman. Pentingnya praktik dari teori pengetahuan bagi
pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk
denganmenghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk
yang membangkitkan motivasi, dan memberikan peranan positif. Menurut Kotler
(2000: 157) bahwa pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku
individual yang muncul dari pengalaman. Pembelajaran berlangsung melalui
saling pengaruh dorongan, rangsangan, petunjuk respon, dan pembenaran.
4) Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapatkankeyakinan dan
sikap. Keduanya ini, pada waktunyamempengaruhi tingkah laku membeli.
Keyakinan adalahpemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai
sesuatu.Keyakinan didasarkan pada pengetahuan yang sebenarnya, pendapat atau
kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi atau mungkin tidak. Pemasaran
tertarik pada keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk dan
jasa spesifik, karenakeyakinan ini menyusun citra produk dan merk
yangmempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagiankeyakinan yang salah
dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan usaha untuk
mengkoreksinya atau evaluasi.Menurut Kotler (2000: 157)keyakinan adalah
pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan ini
mungkin didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau kepercayaan
dan mungkin menaikkan emosi dan mungkin tidak.
145
6. Jenis-Jenis Tingkah Laku Keputusan Pembelian
Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanyasemakin
banyak pertimbangannya untuk membeli. Menurut Kotler (2000:160) adapun
jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan
dan tingkat perbedaan antara mereka, yaitu: a) tingkah laku membeli yang
komplek.
b) tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan.
c) tingkah laku membeli yang mencari variasi.
d) tingkah laku membeli yang menjadi kebiasan
192
Totok Murdoyo, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen dalam
Pengambilan Keputusaan pembelian
146
B. Keputusan tentang merek produk
5. Memberikan dasar bagi manajemen dalam membandingkan kekuatan dan
kelemahan produk perusahaan dan produk pesaing
6. Mmemberikan pemikiran meluncurkan produk baru untuk melayani
kebutuhanyang belum terpenuhi193
Dengan demikian, semakin penting dan beresiko suatu produk yang akan
dibeli, konsumen semakin mempertimbangkan berbagai merk dan mencari
berbagai informasi yang dibutuhkan.195
193
194
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. PT.Glora Aksara Pratama.1996
147
3. Tahapan Proses Pembelian Bisnis
Proses pembelian adalah proses pengambilan keputusan oleh pembeli
bisnis untuk menentukan produk dan layanan yang perlu dibeli oleh organisasi
mereka, kemudian menemukan, mengevaluasi dan memilih di antara pemasok
yang tersedia.
f. Pengenalan masalah
Adalah proses dimana pembeli memilih pemasok yang terbaik dari yang
sudah mengumpulkan proposal.
Spesifikasi pesanan rutin
195
Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2006.
148
diperlukan, waktu pengiriman yang diinginkan, kebijakan pengembalian dan
jaminan.196
Penilaian kerja
Adalah proses pembelian bisnis di mana pembeli menilai kinerja pemasok
dan memutuskan untuk melanjutkan, memodifikasi atau meninggalkan suatu
kesepakatan. Pembeli dapat menilai pemasok berdasarkan beberapa kriteria
dengan menggunakan metode penilaian tertimbang. Pembeli dapat menjumlahkan
biaya kinerja yang jelek untuk menghasilkan biaya pembelian yang disesuaikan,
termasuk harga. Penilaian kinerja dapat mengarahkan pembeli untuk terus
menggunakan, memodifikasi, atau meninggalkan pemasok. Pemasok harus
memonitor variabel-variabel yang sama dengan yang digunakan oleh pembeli atau
pemakai produk.197
149
KESIMPULAN
150
151
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya pasar memiliki sifat yang heterogen dan sangat luas
yang mempunyai berbagai kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda.
Perusahaan tidak bisa menawarkan suatu jenis produk untuk dapat memenuhi
kebutuhan konsumen yang bermacam-macam. Artinya satu jenis produk hanya
diperlukan kelompok pasar tertentu saja. Untuk itu perusahaan perlu mengadakan
pemilahan atau pengelompokan pasar yang sangat luas sehingga produk yang
ditawarkan benar-benar dapat memuaskan kelompok pasar yang dituju atau sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Maka dari itu, dari itu untuk memenuhi
hal tersebut, diperlukan suatu strategi pemasaran untuk mencapai arah yang dituju
sehingga sangat perlu untuk mengetahui mengenai targeting, dan segmantasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimakasud Target Marketing?
2. Apa yang dimaksud pola segmentasi?
C. TUJUAN
1. Untuk menegatahui mengenai targeting
2. Untuk mengetahui penetapan pasar sasaran
3. Untuk mengetahui pola segmentasi pasar
152
BAB II
PEMBAHASAN
A. TARGET MARKETING
Menurut Keegan (1996) tiga kriteria dasar untuk menilai peluang di pasar
target global serupa dengan menetapkan sasaran di satu negara yaitu:
1) Besarnya Segmen Yang Ada dan Potensi Pertumbuhan
198
Rosida P. Adam, “Target Pasar Dan Strategi Memposisilan Produk Teh Di Pasar
Global”, (Media Litbang Sulteng IV (2) : 125 – 136 , Desember 2011), h. 128.
153
3) Kecocokan dan Kelayakan
Para pemasar internasional harus memiliki kesesuaian antar sumber-
sumber daya, sasaran-sasaran , dan sumber-sumber keunggulan bersaing yang
dimiliki perusahaan.199
199
Ibid., 129.
154
Differentiated marketing adalah suatu usaha yang dilakukan
perusahaan dalam rangka mengidentifikasi kelompok-kelompok pembeli tertentu
dengan membagi pasar dalam dua kelompok atau lebih. Untuk hal ini, perusahaan
harus membuat produk yang berbeda-beda untuk masing-masing segmen pasar
yang ada. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah penjualan barang dan
jasa, serta untuk mendapat kedudukan yang kuat di setiap segmen pasarnya.200
Sebagai pengikut pasar (market follower) menurut Tjiptono (1999) ada
tiga cara yang dapat digunakan untuk memperluas pangsa pasar : (1) mencari
pemakai baru, yakni : menawarkan produk teh kepada mereka yang tidak
mengkonsumsi tetapi memiliki potensial; (2) mencari kegunaan baru, yakni :
memperluas pasar dengan jalan menemukan dan mengenalkan kegunaan atau
manfaat dengan minum teh; dan (3) penggunaan yang lebih banyak, yakni :
meyakinkan konsumen agar mengkonsumsi produk teh lebih banyak pada setiap
kesempatan.
Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan
dalam menjalankan marketing sebaiknya lebih fokus (faktor internal) terhadap
aspek; (1) keunggulan operasional (operational excellence), yakni : aspek kualitas,
harga, dan pelayanan; (2) kepemimpinan produk (product leadership), yakni :
melakukan pengembangan dan inovasi; (3) keakraban dengan pelanggan
(customer intimacy), mengandung arti bahwa perusahaan berusaha selalu
menyusuaikan produk maupun jasanya dengan kebutuhan setiap pelanggan.201
Penentuan sasaran pasar, yaitu menentukan pasar mana saja yang akan
dituju dalam pelaksanaan pemasaran. Tentunya sebelum melakukan pemasaran,
harus jelas siapa yang akan dituju agar nantinya pemasaran dapat berjalan efektif
dan sesuai dengan yang diinginkan.
200
Mumuh Mulyana, “INISIASI III Segmentasi Pasar, Penargetan Pasar dan Pemosisian”,
(Universitas Terbuka: Materi Tutorial Online EKMA 4216 Manajemen Pemasaran, 2019), h. 27.
201
Ibid., h. 130.
155
Menurut Purnama, terdapat tiga penentuan pasar sasaran yang digunakan
dalam strategi pemasaran yaitu penentuan pasar sasaran segmen tunggal,
penentuan pasar sasaran selektif, dan penentuan pasar sasaran ekstensif.
Penentuan pasar sasaran yang pertama adalah penentuan pasar sasaran
tunggal. Strategi penentuan pasar sasaran ini hanya fokus kepada satu kelompok
konsumen dengan kebutuhan yang sama. Kelebihannya, perusahaan tidak perlu
membutuhkan sumber daya yang banyak dan dapat bersaing dengan mudah.
Kerugiannyayaitu menyebabkan ketergantungan kepada satu kelompok konsumen
saja.
Penentuan pasar yang kedua adalah penentuan pasar sasaran selektif.
Pasar sasaran selektifmengarah pada lebih dari satu segmen konsumen. Hal ini
tidak menyebabkan ketergantungan pada satu segmen seperti halnya pasar sasaran
segmen tunggal. Tetapi penentuan pasar sasaran selektif mudah diserang
perusahaan besar dalam persaingan.
Penentuan pasar sasaran yang terakhir adalah penentuan pasar sasaran
ekstensif. Pada penentuan ini, perusahaan berada pada posisi pasar yang dominan
yang terdiri dari berbagai macam karakteristik konsumen. Oleh karena itu, hal ini
memerlukan strategi penentuan pasar sasaran yang ekstensif.202
Strategi penetapan pasar sasaran menggunakan strategi penetapan
majemuk ( Multisegment Targeting Strategy) yaitu perusahaan menganut
sistem pemasaran majemuk, dimana perusahaan menciptakan beberapa jenis
perawatan dan produk berbeda dalam memenuhi kebutuhan seluruh konsumen.
Menetapkan pasar sasaran diawali dengan proses mengevaluasi daya
tarik dari masing-masing segmen pasar dan memili satu atau lebih segmen
yang palingmenguntungkan untuk dimasuki. Berdasarkan Kotler (2003), ada
lima pola yang dapat digunakan ketika memasuki pasar sasaran, yaitu :
1) Konsentrasi segmen tunggal (single-segment concentration)
202
M, Faisal.Winda, Dewi. Heldy, Ramadhan, “Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan di
SMA Islam Panglima Besar Soedirman 1 Bekasi” , (Jurnal Improvement. Vol. 4 no. 2, Desember
2017), h.162.
156
Dengan berkonsentrasi pada hanya satu segmen, perusahaan mendapatkan
pengetahuan yang kuat terhadap kebutuhan segmen pasar yang dituju dan
mendapatkan mindset yang kuat dari konsumen di segmen tersebut. Namun, pola
ini memiliki resiko yang cukup tinggi, dimana apabila terjadi kejenuhan pada
segmen ini, maka perusahaan menghadapi resiko kehilangan keseluruhan pasar.
2) Spesialisasi selektif (Selective specialization)
Pola ini mirip pola pertama, hanya pada pola ini perusahaan memilih
beberapa segmen yang dianggap paling menguntungkan. Kelebihan dari pola ini
adalah kemampuan perusahaan untuk mengurangi resiko menjadi lebih besar.
3) Spesialisasi Produk (Product Specialization)
203
Andry, Kusnadi. Ryan, Sastradijardja, “Pengembangan Strategi Pemasaran Baru Pada
PT. Simex Pharmaceutical Untuk Meningkatkan Brand Awareness Produk Vipro-G”, (Binus
Businees School), hal . 141
157
C. POLA SEGMENTASI
158
Manfaat atau kegunaan dari segmentasi pasar adalahs ebagai berikut:
1) Dapat mengidentifikasi peluang pengembangan produk baru. Analisis
yang cermat terhadap beberapa segmen pasar potensial menunjukkan
adanya satu atau dua kelompok pasar yang memiliki kesamaan
kebutuhan yang spesifik. Misal penawaran laptop computer atau
komputer jinjing. Produk ini tercipta karena adanya pasar yang terdiri
dari orang-orang sibuk yang menginginkan komputer dalam bentuk
yang praktis, bisa dibawa kemana-mana.
2) Dapat membantu mendesain program pemasaran dengan lebih efektif
dalam meraih kelompok pasar yang homogen atau memiliki kesamaan-
kesamaan karakteristik.
3) Dapat mengembangkan strategi pengalokasian sumber-sumber
pemasaran dengan lebih baik. Dengan melakukan segmentasi pasar
yang memfokuskan investasi pada segmen pasar yang spesifik maka
akan didapat keuntungan jangka panjang dalam memenangkan
ersaingan yang kompetitif.207
207
Mumuh Mulyana, "Inisiasi III SegmentasiPasar, Penargetan Pasar dan Pemosisian",
(Universitas Terbuka: Materi Tutorial Online EKMA 4216 Manajemen Pemasaran, 2019), hal 24
159
agama guna untuk memudahkan jangkauan dan relative lebih murah untuk
mengidentifikasi pasar sasaran.
3) Segmentasi Psikikografis
208
Dr. Heri Sudarsono, Op.cit, hal. 18.
160
pada segmen terbesar atau pemasaran terkonsentrasi, atau mungkin
mengembangkan beberapa merk masing-masing ditempatkan pada segmen yang
berbeda (differentiated). 209
209
Alvan Nurul Hidayat, Op.cit, hal. 3 dan 8.
210
Widi Winarso, "Analisa Strategi Marketing Dalam Mengidentifikasi Dan Memilih
Pasar Sasaran Perusahaan", (Fakultas Ekonomi (FE)-Universitas Bhayang kara Jaya), hal. 4.
161
Agar segmen pasar dapat berhasil maka harus dipenuhi 6 persyaratan.
Segmen harus:
1) Dapat diukur, artinya varibel-variabel dalam menentukan segmen
pasar harus dapat diperhitungkan secara kuantitatif.
2) Accessible, artinya dapat dicapai karena didukung oleh sumber daya
yang dimiliki.
3) Substantial, artinya besaran dan nilai segmen pasar dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap perusahaan.
4) Unik, artinya segmen pasar suatu perusahaan harus dapat dibedakan
dari segmen pasar perusahaan lain.
5) Cocok dengan sasaran-sasaran dan sumber daya yang dirniliki
perusahaan.
6) Stabil, artinya perilaku pasar di masa datang dapat diprediksi.211
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
211
Ni Ketut Yulia Agustini, "Segmentasi Pasar, Penentuan Target Dan Penentuan Posisi",
(Equilibrium, JurnalEkonomi-Manajemen-Akuntansi, Vol. I No.2 Agustus 2003: 91-1 06), hal. 96.
162
pasar yang bersifat heterogen dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar yang
bersifat homogen. Bedasarkan definisi diatas segmentasi pasar dapat diartikan
sebagai proses membagi pasar yang heterogen kedalam kelompok-kelompok yang
lebih homogen, yang memiliki kesamaan kebutuhan atau karakteristik dan proses
terhadap program pemasaran. Dalam kegiatan bisnis, segmentasi pasar digunakan
untuk memilih pasar sasaran, mencari peluang, menggrogoti segmen pemimpin
pasar, merumuskan pesan, komunikasi, melayani lebih baik, menganilasis
perilaku konsumen, mendisain produk dan lain-lain.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBerlakang
Luasnya pasar untuk suatu produk ataupun jasa tidak memberikan
kemudahan kepada perusahaan-perusahaan yang hendak memasuki
luasnya pasar juga ketatnya persaingan yang memungkinkan perusahaan
hanya memiliki kemungkinan kecil untuk bias berhasil. Oleh karena itu,
untuk memasuki sebuah pasarterutama perusahaan-perusahaan yang baru
akan merintis usahanya sangat perlu untuk melakukan riset pasar demi
mengetahui ancaman juga peluang yang akan dihadapi oleh perusahaan.
Tujuan dari riset pasar juga untuk mengetahui seberapa besar luas
pasar, siapa saja yang akan menjadi konsumen produk perusahaan, dan
untuk mengetahui seperti apa pesaing-pesaing yang akan di hadapi oleh
perusahaan. Dengan melakukan riset pasar diharapkan perusahaan akan
menciptakan strategi untuk menghadapi berbagai persaingan. Dengan
163
mengetahui keunggulan dan juga kelemahan pesaing maka perusahaan
akan dapat dengan mudah melakukan berbagai serangan terhadap
kelemahan pesaing dan juga memungkinkan perusahaan untuk tetap
bertahan jika pesaing melakukan serangan kepada perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi pesaing?
2. Bagaimana cara menganalisis pesaing?
3. Bagaimana cara memperkirakan tujuan pesaing?
4. Bagimana cara merancang sistem intelegen persaingan?
5. Bagimana cara memilih pesaing untuk diserang atau dihindari?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara mengidentifikasi pesaing
2. Mengetahui cara menganalisis pesaing
3. Mengetahui cara memperkirakan tujuan pesaing
4. Mengetahui cara merancang sisitem intelegen persaingan
5. Mengetahui cara memilih pesaing untuk diserang atau dihindari
164
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Pesaing
Identifikasi pesaing merupakan hal yang harus dilakukan oleh
perusahaan untuk mendefinisikan perusahaan pesaing yang menawarkan
produk serupa dan melayani pelanggan yang sama dengan harga yang
212
tidak jauh berbeda. Sedangkan dari sudut pandang dan pasar dilakukan
dengan cara melihat pesaing dari sudut:
1. Pesaing yang kuat atau yang lemah, dalam hal ini dilakukan dengan
melihat potensi sumber daya dan pangsa pasar pesaing
2. Pesaing dekat atau jauh (dalam hal mutu produk), dalam hal ini
perusahaan akan bersaing dengan pesaing yang paling mirip dengan
perusahaan mereka.
3. Pesaing berperilaku baik atau kah pengacau.213
Identifikasi pesaing dapat memepengaruhi pandangan perusahaan
dalam mengembangkan strategi perusahaan. Dalam mengidentifikasi
perusahaan pesaing, maka akan ditentukan pesaing-pesaing absolut
berdasarkan tingkat perusahaan-perusahaan pesaingnya dan jumlah
perusahaan-perusahaan pesaing ini akan berubah sejalan dengan waktu.
Perusahaan besar akan dianggap sebagai pesaing karena dua alasan. Yang
pertama, perusahaan-perusahaan besar pada dasarnya memiliki sumber
daya lebih yang dapat digunakan sebagai senjata kompetitif. Kedua,
perusahaan besar yang dianggap kurang sukses pun akan tetap dianggap
sebagi pesaing karena perusahaan yang besar lebih banyak diliput oleh
persdanan alisis investasi serta memiliki tempat yang cukup lumayan di
212
Moch. Affif & Berto Mulia, “Analisis Peta Kompetitor Industri Mobile Payment di
Indosnesia” Juenal Sains dan Seni vol.8, no. 1 2019. Hal.22
213
Arisma A, dkk,”Strategi Promosi Penjualan Dalam Menghadapi Pesaing di Era
Digitasl”, JIAGABI. Vol.9 No.8, Agustus 2020, hal. 130-131
165
pasar sehingga ini harus menjadi pertimbangan dalam membuat strategi
persaingan.214
Dalam menghadapi persaingan pasar, setiap pesaing memiliki
strategi tersendiri untuk menghadapi lawannya. Semakin ketat persaingan
yang dihadapi maka akan semakin canggih pula strategi-strategi yang
dimilikioleh para pesaing. Bukan tidak mungkin, strategi-strategi yang
dijalankan memiliki kemiripan. Oleh sebab itu, perusahaan harus pandai
memilih kapan waktu untuk memulai dan kapan waktunya untuk berhenti.
Secaraumum, strategi yang bisa dilakukan oleh para pesaing adalah
menyerang pesaing yang lemah terlebih dahulu, atau bisa juga langsung
menyerang lawan yang cukup kuat. Penyerangan secara gerilya terhadap
kelemahan yang dimiliki oleh pesaing juga dapat diterapkan. Strategi lain
yang dapat dilakukan adalah dengan cara bertahan terhadap setiap
serangan yang dilakukan oleh pesaing atau mengimbangi serangan-
serangan yang dilakukan oleh pesaing. 215
Untuk mengetahui kekuatan serta kelemahan pesaing yang
dimiliki, maka perlu membuat peta persaingan yang lengkap. Langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mengidentifikasi pesaing adalah
sebagai berikut:
1) Jenis produk yang ditawarkan
Mengidentifikasi secara benar dan lengkap tentang produk-
produk apa saja yang dimiliki oleh para pesaingnya. Mengidentifikasi
pesaing utama yang terdekat dan juga pesaing-pesaing lainnya yang
berpotensi mengancam perusahaan baik di masa sekarang maupun
masa depan.
2) Melihat besarnya pasar yang dikuasai (market share) pesaing
Identifikasi ini dilakukan untuk melihat besarnya pasar yang
dikuasi oleh pesaing. Hal ini dapat dilakukan melalui segmen pasar
214
DewiPrapti W, “Analisis Pengaruh Identifikasi Pesaingdan Kreativitas Program
Pemasarn sebagai Strategi Bersaing Terhadap Kinerja Pemasaran Ekspor”, Jurnal Sains
Pemasaran Indonesaia. Vol. IV No. 3, Desember 2005, hal. 282-283
215
Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta: Kencana,2004), hal.205-206
166
yang akan dimasuki. Perusahaan harus menmgesrimasi besarnya pasar
dan marker share masing-masing pesaing. Market share yang harus
diketahui adalah untuk sekarang dan masa yang akan datang baik
yang dikuasi oleh pesaing maupun secara keseluruhan.
3) Identifikasi peluang dan ancaman
Identifikasi ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi
besrnya market share. Dengan cara ini maka akan terlih ancaman
serta peluang seperti apa yang mungkin akan datang di masa sekarang
maupun masa depan.
4) Identifikasi kelemahan dan keunggulan
Identifikasi ini dilakukan dengan cara memetakan atau
mencaritahu keunggulan serta kelemahan yang dimiliki oleh pesaing.
Identifikasi ini dilakukukan dalam berbagai bidang seperti, harga,
distribusi, produk, mutu, kemasan dan juga cara mereka
mempromosikanproduknya.216
Dalam mengidentifikasi pesaing, perlu diketahui terlebih dahulu industry
dari perusahaan tersebut berada. Oleh karena itu ada 4 faktor yang perlu
diketahui:
1. Intensitas penjual dan pembeli, apakahperusahaannyaberadapadapasar
monopoli murni, oligopoly, persaingan monopolistic, ataukah
persaingan murni
2. Hambatan masuk dan keluar dari, serta mobilitas dalam industry
tersebut
3. Struktur biaya dari industry tersebut
4. Derajat integrase vertikalnya serta derajat globalisasi nya217
B. Menganalisis pesaing
Perusahaan yang berhasil selalu berusaha mengenali pesaingnya
sebaik mungkin seperti yang dilakukannya terhadap para konsumen.
216
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2012) Cetakanke 7, hal.282
217
Leokadia R, “PersainganTakBisaDielakan”, Bina Ekonomi. Vol. 8 No. 2, Agustus 2004,
hal. 41
167
Pesaing dalam suatu perusahaan dapat dikategorikan pesaing yang kuat
dan pesaing yang lemah atau pesaing yang dekat yang memiliki produk
yang sama atau memiliki produk yang mirip.218
Analisis dan evaluasi persaingan akan membantu manajemen
untuk memutuskan dimana akan bersaing dan bagaimana menentukan
posisi menghadapi pesaingnya pada setiap pasar sasaran. Sammon
William, L., Kurland Mark, A & Spitalnic Robert mendefinisikan analisis
pesaing sebagai suatu proses mengidentifikasi pesaing kunci, mengukur
atau mengetahui tujuan pesaing, mengetahui strategi dan mengetahui
kekuatan serta kelemahannya serta pola-pola reaksi yang dilakukan serta
memilih pesaing yang menjadi ancaman perusahaan.
Analisis karakter pesaing menyediakan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan kapan memasuki pasar yang baru atau
keluar dari pasar yang sekarang. Pemahaman tentang kelemahan pesaing
memberikan jalan untuk mendapatkan keunggulan bersaing karena
kelemahan pesaing adalah kekuatan perusahaan. Analisis tentang
keunggulan bersaing berguna untuk menetapkan strategi pemasaran yang
efektif sebagai kekuatan perusahaan dalam dunia persaingan.219
Pesaing merupakan unsur yang sangat dibutuhkan dalam dunia
berwirausaha. Adanya persaingan akan melahirkan manusia-manusia yang
lebih berkualitas. Tanpa adanya pesaing maka keseimbangan berwirausaha
akan terganggu, karena dengan adanya pesaing justru akan menimbulkan
semangat yang lebih dalam berwirausaha serta memicu perusahaan untuk
terus melakukan strategi marketing yang terbaik.
Sebelum menentukan prioritas persaingan, hendaknya perlu
dianalisis terlebih dahulu perusahaan pesaingnya. Hal-hal yang perlu
diketahui untuk menganalisis pesaing adalah sebagai berikut:
218
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), Cetakan ke-7, Hlm.
279
219
Alfredo Slamet Saputro, Kadarismanhidayat, Edy Yulianto, Perencanaan Strategi
Pemasaran Paket Data Kampus Dalam Persaingan Di Bidang Paket Data Internet (Studi Kasus
Pada PT. Telkomsel Cabang Malang), Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang,
Jurnal Administrasi Bisnis (Jab)|Vol. 36 No. 1 Juli 2016, Hlm. 164
168
Strategi yang digunakan oleh pesaing. Hal ini dapat diidentifikasi
dengan menggunakan peta strategicgroup.
Tujuan pesaing.
Kekuatan dan kelemahan pesaing. Dengan demikian, dapat diketahui
perusahaan tersebut merupakan pesaing dominan, kuat (strong), rata-
rata (favorable), cukup (tenable), lemah (weak) atau buruk (nonviable).
220
Loekadia Retno Adriani, Persaingan Tak Bisa Dielakkan, Bina Ekonomi Vol.
8.No.2, 2004, Hlm. 42
221
H. Yoyon Bahtiar Irianto, Membina Loyalitas Pelanggan dan Analisis Pesaing, Rajawali
Pers, Modul 6,Hlm. 283
169
Internet merupakan sumber informasi yang paling lengkap.
Setiap perusahaan biasanya memuat profil perusahaannya di situs
resminya. Cara ini tentu sangat murah, tidak memerlukan waktu yang
lama, dan melibatkan SDM yang banyak.
2) Kunjungan personal ke perusahaan pesaing
Kunjungan ke perusahaan pesaing dapat dilakukan dengan cara
studi banding atau silaturahmi biasa. Di sana nantinya kita bisa
mengetahui bagaimana para karyawan berinteraksi dengan pelanggan,
mengamati bagaimana produk tersebut ditawarkan kepada pelanggan,
dan juga mengamati bagaimana kebijakan mengenai harga yang
ditetapkan.
C. Memperkirakan Tujuan Pesaing
Masing-masing pesaing mempunyai bauran tujuan yang berbeda-
beda. Dengan mengetahui bauran tujuan pesaing, kepuasan pesaing atas
situasi saat ini dan bagaimana pesaing bereaksi terhadap tindakan
kompetitif yang berbeda akan terungkap. Perusahaan juga harus
mengawasi tujuan pesaing untuk berbagai segmen. Jika perusahaan
menemukan bahwa pesaing telah menemukan segmen baru atau akan
berpindah ke segmen yang dilayani perusahaan, perusahaan dapat
mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut.
Pesaing dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pesaing terdekat
dan pesaing jauh. Pesaing terdekat adalah perusahaan yang mempunyai
produk yang hampir sejenis, sedangkan pesaing jauh merupakan
perusahaan yang memiliki produk yang mirip. Setelah mengetahui jenis
pesaing dan market share yang telah dikuasai, maka selanjutnya
perusahaan perlu mengetahui sasaran dari pesaing dan siapa yang menjadi
target mereka selanjutnya.
Sasaran pesaing antara lain memaksimalkan laba, memperbesar
market share, meningkatkan mutu produk, atau mungkin juga mematikan
170
atau menghambat pesaing lainnya.222Untuk menarik pelanggan,
perusahaan perlu meningkatkan mutu produk dengan memberikan
berbagai kelebihan baik itu dari segi pelayanan ataupun kelebihan lainnya
dibandingkan dengan produk pesaing.223
222
Anonymous,2010. Analisis Persaingan. (Available on:http://repository.uin-suska.ac.id)
(diakses pada: 20 November 2020)
223
Hasna Feliz Sausan, Strategi Lembaga Dalam Menghadapi Persaingan Usaha Pada
Industri Bordir Komputer Bapak Didik Di Desa Kates Kecamatan Kauman Kabupaten Tulung
Agung,IAIN Tulung Agung, 2020, Hlm. 11
171
Dapat disimpulkan sistem dari intelijen pemasaran mendeskripsikan dari
lingkungan bisnis maka bentuk keterkaitan akan digunakan seperti kemampuan
perusahaan untuk mengelola sistem intelijen pemasaran dan data luar dari
pesaing.224
Sumber dalam Intelijen Pemasaran
Pengenalan dalam sistem intelijen pemasaran membuat para
perusahaan merancang setiap sumber yang terikat dalam intelijen
pemasaran. Lamb (2001:379) mengatakan terdapat dua sumber dalam
intelijen pemasaran yaitu komponen internal dan eksternal dalam
perusahaan.
Sumber Intelijen Pemasaran Internal
Sumber intelijen persaingan adalah komponen yang bergerak di
dalam perusahaan untuk memproses data-data pesaing di dalam
perusahaan yang menganalisis pengumpulan data dari sumber intelijen
pemasaran eksternal. (1) Karyawan perusahaan. (2) Database yang
independen. (3) Kumpulan studi riset pemasaran.
Sumber Intelijen Pemasaran Eksternal225
Sumber dalam intelijen pemasaran internal menjelaskan proses
intelijen pemasaran di dalam perusahaan, Lamb dalam bukunya
(2001:280) juga mendeskripsikan intelijen pemasaran eksternal yang
lain, seperti: (1) Pakar-pakar. (2) Konsultan intelijen pemasaran. (3)
Pemasok. (4) Agen pemerintah. (5) Foto-foto. (6) Koran dan publikasi
lainnya.
Tiga langkah penting dalam sistem intelejen pesaing yaitu,
mengumpulkan dan analisis informasi, pemberian tanggung jawab,dan
patok duga ( bench marking)
224
M.H.Furqon.,W.J.F.A.Tumbuan.,M.Ch.Raintung, " Intelejensi Pemasaran Dalam Upaya
Mempertahankan Keunggulan Kompetitif Pada PT. Pegadaian Syariah UPS Mantos " Jurnal
Emba, Vol.7 No.1 Januari 2019, Hal. 561 – 570
225
Miftahus Syukron, Slamet, Intelejensi Dalam Upaya Mempertahanka Keunggulan
Kompetitif Istishoduna Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, hlm 146
172
Empat langkah utama merancang sistem intelejen pesaing yaitu,
pembentukan system, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data,
menyebarluaskan informasi dan pemberian tanggapan226
226
Nurhayani, Deni Sunaryo, Strategi Bersaing Kontemporer (Serang: CV QIARA MEDIA,
2019), hlm124
227
M. Suyanto, Marketing Strategy, Yogyakarta: Andi Offset, 2007, Hlm. 106
173
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesaing dalam suatu perusahaan dapat dikategorikan
pesaing yang kuat dan pesaing yang lemah atau pesaing yang
dekat yang memiliki produk yang sama atau memiliki produk yang
mirip. Identifikasi pesaing dapat memepengaruhi pandangan
perusahaan dalam mengembangkan strategi perusahaan. Dalam
mengidentifikasi perusahaan pesaing, maka akan ditentukan
pesaing-pesaing absolut berdasarkan tingkat perusahaan-
perusahaan pesaingnya dan jumlah perusahaan-perusahaan pesaing
ini akan berubah sejalan dengan waktu.
Masing-masing pesaing mempunyai bauran tujuan yang
berbeda-beda. Sasaran pesaing antara lain memaksimalkan laba,
memperbesar market share, meningkatkan mutu produk, atau
mungkin juga mematikan atau menghambat pesaing lainnya.
Intelijen pasar diperlukan ketika memasuki pasar luar
negeri. Dengan demikian dapat diartikan intelijen pasar adalah
langkah kunci dalam pembuatan strategi ekspor. Suatu alat yang
bermanfaat untuk menilai kekuatan dan kelemahan pesaing adalah
analisis nilai pelanggan (custome value analysis). Tujuan analisis
ini adalah menetapkan manfaat yang dinilai tinggi oleh nasabah
sasaran dan bagaimana menghargai nilai relatif dan berbagai
tawaran bank pesaing.
B. Saran
Demikianlah penulisan makalah ini, apabila masih terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan makalah ini, penulis
ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna, namun penulis
174
berharap isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
dan penulis sendiri tentunya, mengenai gambaran pentingnya
strategi bersaing bagi suatu perusahaan.
175
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran mengajak manusia mempercayai dan mengamalkan
tuntunan-tuntunannya sering kali dengan menggunakan istilah-istilah yang
dikenal oleh manusia, seperti dalam dunia bisnis, jual beli, untung rugi dan
sebagainya. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, ilmu ekonomi Islam memiliki
tiga prinsip dasar yaitu tauhid, akhlak, dan keseimbangan. Dua prinsip
yang pertama pasti tidak ada dalam landasan dasar ekonomi konvensional.
Prinsip keseimbanganpun, dalam praktiknya, justru yang membuat
ekonomi konvensional semakin dikritik dan ditinggalkan orang. Ekonomi
Islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani karena sistem
ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia.
Maslahah dapat dicapai hanya jika manusia hidup dalam
keseimbangan (equilibrium), sebab keseimbangan adalah sunnatullah.
Pembangunan yang hanya mengutamakan kepentingan individu tanpa
memperhatikan dimensi sosial akan mengakibatkan ketidakharmonisan,
dan pada akhirnya dapat mengganggu pembangunan itu sendiri. Untuk itu
sebelumnya Penulis akan menggambarkan posisi lembaga perbankan
dalam sistem ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pengembangan Produk?
2. Apa saja Produk Bank Dalam Ekonomi Islam?
3. Bagaimana Al-Qur’an Sebagai Landasan Aktivitas Produk Bank?
4. Bagaimana Customer Dalam Ekonomi Islam?
5. Bagaimana Al-Quran Sebagai Landasan Aktivitas Customer?
C. Tujuan Makalah
1. Agar Mahasiswa dapat memahami Bagaimana Pengembangan produk
di Perbankan Syariah.
176
2. Agar Mahasiswa dapat memahami Bagaimana customer dalam
ekonomi islam.
177
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Produk
Pengembangan produk adalah proses perubahan yang dilakukan
terhadap produk yang sudah ada sekaligus proses pencarian inovasi untuk
menambah nilai terhadap barang lama dengan mengkonversikannya ke
dalam produk tersebut. Dengan adanya pengembangan produk berarti
perusahaan sudah memahami tentang kebutuhan dan keinginan pasar.
Berikut definisi dan pengertian pengembangan produk dari beberapa
sumber buku:
Menurut Tjiptono (2008), pengembangan produk adalah strategi
untuk produk baru meliputi produk orisinil, produk yang
disempurnakan, produk yang dimodifikasi, dan merek baru yang
dikembangkan melalui usaha riset dan pengembangan.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jilid II., Ed. 12., Terj.
228
178
Menurut Alma (2002), pengembangan produk adalah semua
kegiatan yang dilakukan oleh pabrikan atau produsen dalam
menentukan dan mengembangkan produknya, memperbaiki produk
lama, memperbanyak kegunaan dari produk yang sudah ada dan
mengurangi biaya produksi dan biaya pembungkus.
B. Produk Bank Dalam Ekonomi Islam
Penerapan sistem bagi hasil dan resiko oleh bank syariah,
diterapkan melalui pola kemitraan pasif (mudharabah) dan kemitraan aktif
(musyarakah). Pada kemitraan pasif, bank tidak ikut secara aktif
menjalankan manajemen usaha yang dikelola, sedangkan pada kemitraan
aktif, bank dan nasabah bersama-sama mengelola manajemen usaha.
Dalam pelaksanaan sistem perbankan syariah di Indonesia didesain
berbagai bentuk skim produk perbankan, yang dapat digambarkan sebagai
berikut ini:
1. Mudharabah
Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam
modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan
bagi hasil.
Dalam mengaplikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai shahib al-mal, sedangkan pihak bank bertindak sebagai
mudharib (pengelola). Pihak bank akan mempergunakan uang yang
terkumpul untuk melakukan transaksi murabahah, ijarah, dan juga
mudharabah. Hanya saja apabila pihak bank menggunakan dana untuk
akad mudharabah, maka pihak bank bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang terjadi.
Apabila terjadi kerugian (negative return), maka shahib al-mal
akan menanggung seluruh kerugian permodalan, sedangkan mudharib
tidak mendapat bagian pendapatan apapun. Mudharib menanggung
kerugian tenaga, pikiran, dan manajemen yang telah dicurahkan untuk
menjalankan kegiatan bisnis. Dalam kasus tidak terdapat keuntungan dan
179
kerugian (zero return), maka tidak ada pembagian apapun di antara
keduanya. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 252 Perma Nomor 2
tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yang
menentukan bahwa: “Kerugian usaha dan kerusakan barang dagangan
dalam kerja sama mudharabah yang terjadi bukan karena kelalaian
mudharrib, dibebankan kepada pemilik Modal”.
Prinsip yang digunakan dalam mudharabah adalah al-ghunm bi’l-
ghurm atau al-kharãj bi’l-damãn, yang berarti bahwa tidak ada bagian
keuntungan tanpa ambil bagian dalam risiko, artinya seorang mudharib
dan shahib al-mal, berhak mendapatkan keuntungan sesuai dengan resiko
yang ia tanggung. 229
2. Musyarakah
Musyarakah atau sirkah adalah kerja sama antara dua orang atau
lebih dalam permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang
disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat. Musyarakah merupakan
istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan syariah. Istilah
ini berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah syirkah yang lebih umum
digunakan dalan fikih Islam.
Skema model musyarakah menunjukkan masing-masing pihak
memberikan kontribusi dalam pemodalan. Mereka sepakat untuk
melakukan profitloss sharing. Formula menentukan nisbah bagi hasil dapat
dibagi menjadi dua model, yakni: (1) nisbah bagi hasil di antara partner
ditentukan berdasarkan porsi masing-masing dalam permodalan dan (2)
nisbah bagi hasil di antara partner ditentukan atas pertimbangan kontribusi
230
dalam organisasi dan kewirausahaan.
229
Muchlis Yahya dan Edy Yusuf Agunggunanto, Teori Bagi Hasil (Profit and Loss
Sharing) dan
Perbankan Syariah dalam Ekonomi Syariah, Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan.
230
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara”,
Bank
Indonesia, Agustus 2006: hal. 38
180
Prinsip bagi hasil dan resiko ini sangat menguntungkan dan tidak
saling membebani, karena pola kerja sama dijalani dengan sistem
kemitraan serta yang terpenting adalah berdasakan produktifitas nyata,
bukan asumsi (spekulasi). Keberadaan lembaga perbankan Islam sangat
cocok untuk membangun sektor usaha kecil dan menengah di tengah
masyarakat.231
Selain skim mudharabah dan musyarakah, pada perbankan syariah juga
ditemukan skim produk yang lain, dimana beberapa skim tersebut dapat
disimpulkan dengan uraian sebagai berikut:232
a) Pola Titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah
yaddhamanah.
Wadi’ah yad amanah adalah titipan murni dari pihak penitip
(muwaddi’) yang mempunyai barang/aset kepada pihak
penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan,
namun penerima titipan tidak diharuskan bertanggung jawab
jika sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau
kerusakan pada barang/aset titipan, selama hal ini bukan
akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang/aset titipan.
Wadi’ah yad dhamanah, berbeda dengan wadi’ah yad
amanah, dalam skim wadi’ah yad dhamanah, penerima
titipan (mustawda’) diharuskan bertanggung jawab jika
sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau kerusakan
pada barang/aset titipan. Artinya dalam skim yad dhamanah,
si penerima titipan telah mendapat izin dari si pemberi
titipan untuk mengunakan barang titipan tersebut.
231
Ali Mutasowifin, Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Pasar Non
Muslim,
urnal Universitas Paramadina, Vol. 3, Nomor 1, September 2003.
232
Ascarya, loc.cit.: hal. 40.
181
b) Pola Pinjaman, seperti qardh dan qardhul hasan, merupakan akad
pinjaman tanpa bunga yang diterapkan di perbankan syariah, lebih
qardhul hasan merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat
komersial. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan
dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok
pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu
tertentu.
233
Ibid.: hal. 41-42
182
e) Pola Lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan
rahn
Wakalah (deputyship) atau biasa disebut perwakilan, adalah
pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (muwakil) kepada
pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat meminta
imbalan tertentu dari pemberi amanah.
Kafalah (Guaranty) adalah jaminan, beban, atau tanggungan
yang diberikan oleh penanggung (kaafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makful). Kafalah dapat juga berarti
mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
penjamin. Atas jasanya penjamin dapat meminta imbalan
tertentu dari orang yang dijamin.
Hiwalah adalah akad pemindahan piutang nasabah (muhil)
kepada bank (muhal ‘alaih) dari nasabah lain (muhal).
Muhil meminta muhal ‘alaih untuk membayarkan terlebih
dahulu piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang
tersebut jatuh tempo muhal akan membayar kepada muhal
‘alaih. Muhal ‘alaih memperoleh imbalan sebagai jasa
pemindahan.
Ujr adalah imbalan yang diberikan atau yang diminta atas
suatu pekerjaan yang dilakukan.
Sarf adalah adalah jual beli suatu valuta dengan valuta lain
Rahn adalah akad penyerahan barang/harta (marhun) dari
nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan
sebagian atau seluruh hutang.234
234
Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad
Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah”, Pasal 1 ayat (11).
183
C. Al-Qur’an Sebagai Landasan Aktivitas Produk Bank
Beberpa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Bank syariah,
antara lain :
QS An-Nisa’ ayat 29
Salah satu landasan hukum islam tentang bank syariah
adalah surat An-Nisa ayat 29 yang memiliki arti “hai orang-orang
beriman janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan sukarela diantara kalian.” Dalam artian ini
bisa ditafsirkan bahwasannya bank syariah dalam melaksanakan
tugasnya tidak boleh menyeleweng dari ajaran islam (batil) namun
harus selalu tolong menolong demi menciptakan suatu
kesejahteraan. Kita tahu banyak sekali tindakan-tindakan ekonomi
yang tidak sesuai dengan ajaran islam hal ini terjadi karena
beberapa pihak tidak tahan dengan godaan uang serta mungkin
mereka memiliki tekanan baik kekurangan dalam hal ekonomi atau
yang lain, maka bank syariah harus membentengi mereka untuk
tidak berbuat sesuatau yang menyeleweng dari islam.
184
ekonomi tanpa kecurangan atau kebohongan sedikitpun. Bisa
dibilang harus terbuka dan transparan. 235
235
A. Qadri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat: Meneropong Prospek Berkembangnya
Ekonomi Islam, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.69
185
fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim adalah keyakinan
terhadap adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, kebajikan,kebenaran
dan ketakwaan kepada Allah SWT merupakan kunci moralitas Islam.
kebajikan dan kebenaran dapat dicapai dengan perilaku yang baik dan
bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan, harta
merupakan alat untuk mencapai tuuan hidup jika diusahakan dan
dimanfaatkan dengan benar.236
Perilaku konsumsi orang yang beriman akan berbeda dalam
mengkonsumsi barang/jasa jika di bandingkan dengan orang yang lebih
rendah tingkat keimanan dan kepatutannya kepada Allah SWT. Orang
yang mempunyai keimanan dan patuh terhadap aturan-aturan yang telah di
gariskan didalam Al-Qur’an dan hadits mengetahui batasan-batasan mana
hal yang diperbolehkan dan mana yang tidak boleh untuk di laksanakan.
Jika kebutuhannya sudah dirasa cukup maka konsep berbagi kepada
sesama akan ikut serta dilaksanakan. Melihat lingkungan sekitar yang
masih banyak masyarakat yang mengalami kekurangan atas kebutuhan dan
memberikan bantuan dan bimbingan agar kedepannya bisa memenuhi
kebutuhannnya secara mandiri. Dengan kata lain tidak mengoptimalkan
kebutuhan dan keinginan pribadi.237
236
Vinna Sri, Ekonomi Mikro syariah,(Bandung: Pustaka Setia, 2016), hal. 86.
237
Ibid.hal.86
186
“َُّ لَ ُك ْم َواَل تَ ْعتَ ُدوا إِ َّن هللََّ اَلZت َما أَ َح َّل ُهلل
ِ یَا أَیُّھَا الَّ ِذینَ آ َمنُوا اَل تُ َحرِّ ُموا طَیِّبَا
“َُّ َحاَل اًل طَیِّبًا َواتَّقُوا هللََّ الَّ ِذيZك لُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم ُهلل ُ ) َو87 ( َیُ ِحبُّ ْال ُم ْعتَ ِدین
88 َأَ ْنتُ ْم بِ ِھ ُم ْؤ ِمنُون
238
Assobar, Al-Kitabul Akbar Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Timur: Akbar
Media), hal.122.
239
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Erlangga, 2012), hal. 95.
187
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa:
Pengembangan Produk Pengembangan produk adalah proses
perubahan yang dilakukan terhadap produk yang sudah ada sekaligus
proses pencarian inovasi untuk menambah nilai terhadap barang lama
dengan mengkonversikannya ke dalam produk tersebut.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, Kami sadar masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan dan penyampain dalam
makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
188
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
189
konsumen, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan kehilangan
banyak kesempatan untuk menjaring konsumen dan produk yang
ditawarkan akan sia-sia. Dalam pembuatan makalah ini akan dibahas
tentang komunikasi dan promosi pemasaran yang akan dibahas pada
bab selanjutnya.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
a. Mengetahui proses komunikasi
b. Mengetahui bauran promosi
190
BAB II
PEMBAHASAN
“KOMUNIKASI DAN PROMOSI”
A. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah merupakan “suatu proses dalam mana seseorang atau
beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.240 Marketing
adalah sebuah konsep yang dimunculkan untukmenghasilkan sebuah penjualan sehingga
bisa mendatangkan keuntungan bagi perusahaan ataupun individu.
Komunikasi pemasaran adalah salah satu dari empat elemen utama bauran
pemasaran perusahaan. Pemasar harus tahu bagaimana menggunakan iklan, promosi
penjualan, publisitas, yang dituju/target. 241 Komunikasi pemasaran (marketing
communication) adalah sarana di mana perusahaan berusaha menginformasikan,
membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang
produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran mempresentasikan “suara”
perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana di mana perusahaan dapat membuat
dialog dan membangun hubungan dengan konsumen.
Proses komunikasi pemasaran harus melalui empat tahap yaitu harus ada
sumbernya, encoding, trasmisi, dan decoding. Detailnya sebagai berikut:
240
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
241
M. Suyanto, Marketing Strategy (Yogyakarta: CV. Andi Offset, tt), h. 141.
191
Hamb Mendef Pesan yang Kejang Ikla
atan inisikan tujuan tidak sesuai dengan galan n yang tidak
komunikasi dan konsep kebutuhan atau menjangkau bias
yang buruk iklan yang buruk target dipercaya
konsumen/ atau iklan
meningkatnya yang tidak
pesaingan menarik
dalam iklan
Hambatan yang terjadi pada proses encoding, hambatan yang sering terjadi
adalah pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan target market, placement media dan
ketidak sesuaian antara iklan yang disampikan dan kebutuhan target market. 243 Hambatan
yang terjadi pada proses transmisi adalah pemahaman konsumen dalam menangkap pesan
iklan yang tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh pemasang iklan. Atau, akibat iklan
yang buruk dan menyinggung produk pesaing yang menyebabkan timbulnya reaksi
terhadap iklan yang ditayangkan sehingga semakin meningkatnya perang iklan yang
242
Freddy Rangkuti, Strategi Promosi Yang Kreatif (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), hal. 55
243
Ibid hal 60
192
saling menjatuhkan. Hambatan yang terjadi pada proses decoding adalah timbulnya
reaksi negatif akibat iklan yang tidak bisa dipercaya atau iklan yang tidak menarik. 244
244
Ibid hal 63
245
Ibid hal 68
193
simbolis. Contoh Jika pesan disampaikan melaui radio, yang harus
diperhatikan adalah memilih kata-kata, mutu suara, dan voklais suara
sumber pesan. Jika pesan melalui TV, yang harus diperhatikan adalah
judul, kata-kata, ilustrasi, warna, dan lain-lain.
- Sumber pesan : Siapa seharusnya mengatakannya, faktor kredibilitas
sumber pesan meliputi, keahlian, dapat dipercaya, kemampuan untuk
disukai, dan pengalaman.246
246
Juhaya S. Pradja, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2013), h. 377-379.
247
https://alvanlovi.wordpress.com/2013/11/23/12/
248
194
1) Metode sesuai kemampuan
2) Metode presentasi penjualan
3) Metode keseimbangan persaingan
4) Metode Tujuan dan tugas
195
lebih baik dibandingkan produk lain. Komunikator harus berusaha
membangun preferensi konsumen dengan membandingkan kualitas, nilai,
kinerja, dan fitur lain terhadap pesaing.
- Keyakinan : Komunikator harus membangun dan memperkuat keyakinan
dan minat konsumen sasaran untuk membeli.
- Pembelian : Konsumen sasaran memiliki keyakinan dan minat yang kuat,
namun tidak cukup tergerak untuk membeli.
Sebagai contoh Talangan haji merupakan salah satu produk pembiayaan yang
memberikan bantuan dana bagi nasabah/calon jamaah haji yang memiliki kesulitan dana
pada saat jatuh tempo pendaftaran haji. Produk ini menyasar konsumen yang ingin
menunaikan ibadah haji tetapi dana yang dimiliki untuk mendapatkan porsi haji tidak
mencukupi dan konsumen yang memiliki dana cukup untuk mendapatkan porsi haji akan
tetapi dana itu digunakan untuk keperluan bisnis atau usahanya. Dan untukmendapatkan
pembiayaan ini calon nasabah dalam mendaftar hanyadengan membawa KTP (Kartu
Tanda Penduduk) saja. Untuk mengajukanproduk pembiayaan jenis ini, Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan memberikan alternatif nominal talangan haji diantaranya:
250
Opcit, https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_pemasaran
196
B. Menentukan Bauran Promosi (Promotion Mix)
Promosi adalah suatu aktivitas komunikasi dari pemilik produk atau jasa yang
ditujukan kepada masyarakat, dengan tujuan supaya produk atau jasa, merek dan nama
perusahaan dapat dikenal masyarakat sekaligus mempengaruhi masyarakat supaya mau
membeli serta menggunakan produk atau jasa perusahaan.
251
http://www.pengertianku.net/2015/12/pengertian-promosi-dan-tujuannya.html,
252
Juhaya S. Pradja, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, h. 380
197
2. Sifat-sifat Promotion Tools ( Marketing Communication Mix)
a. Sifat Advertising :
- Presentasi Umum, artinya advertising yg bersifat umum tsb memberikan
semacam keabsahan pada produk dan menyarankan tawaran yang
terstandarisasi.
- Tersebar Luas, artinya advertising adalah media yg berdaya sebar luas
yang me-mungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali. Advertising
juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari
berbagai pesaing.
- Ekspresi yang lebih kuat, artinya periklanan memberikan peluang untuk
mendramatisir perusahaan dan produknys melalui penggunaan cetakan,
suara, dan warna yang penuh seni.
- Tidak bersifat pribadi, artinya audience sasarannya tidak merasa wajib
untuk mem-berikan perhatian & menanggapi advertising. Iklan hanya
mampu melakukan monolog, bukan dialog, dengan audiens.
b. Sifat Sales Promotion (Promosi Penjualan).
- Komunikasi, artinya promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya
memberikan informasi yg dapat mengarahkan konsumen ke produk yang
bersangkutan
- Insentif, artinya promosiu penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan
dorongan , atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
- Ajakan, artinya promosi penjualan merupakan ajakan unt melakukan
transaksi pembelian sekarang.
c. Sifat Public Relation & Publicity
- Kredibilitas yang tinggi, artinya ceritera dan gambar mengenai beritanya
lebih otentik dan dipercaya oleh pembaca dibandingkan dengan iklan.
- Kemampuan menangkap pembeli yang tidak dibidik sebelumnya, artinya
humas dapat menjangkau anyak calon pembeli yg cenderung menghindari
wiraniaga dan iklan.
- Dramatisasi, artinya humas memiliki kemampuan untuk mendramatisasi
suatu perusahaan atau produk.
198
d. Sifat Personal Selling.
- Konfrontasi Personal, artinya personal selling mencakup hubungan yg
hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing2 pihak
dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat.
- Mempererat, artrinya personal selling memungkinkan timbulnya berbagai
jenis hubungan, mulai dari hubungan penjualan sampai dgn hubungan
persahabatan.
- Tanggapan, artinya personal selling membuat pembeli merasa berkewa-
jiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.
e. Sifat Direct Marketing
- Nonpublik, artinya pesan melalui direct marketing biasanya ditujukan
kepada orang tertentu
- Disesuaikan, artinya pesan melalui direct marketing dapat menarik orang
yg dituju.
- Terbaru, artinya melalui direct marketing pesan dapat disiapkan dengan
sangat cepat.
- Interaktif, artinya pesan melalui direct marketing dapat diubah tergantung
pada tanggapan orang tersebut.253
253
Ibid., h. 382.
199
b. Strategi Dorong Lawan Strategi Tarik
Bauran promosi sangat dipergunakan oleh apakah suatu perusahaan akan memilih
strategi dorong atau strategi tarik guna menciptakan penjualan. Strategi dorong (push
strategy) mencakup produsen yang menggunakan tenaga penjual dan promosi dagang
untuk membujuk perantara suapaya mengambil, mempromosikan dan menjual produk
kepada pemakai akhir. Strategi dorong sangat tepat digunakan jika kesetiaan merek dalam
suatu kategori rendah, pilihan merek dilakukan di took, produk itu merupakan barang
implus, dan manfaat produk sangat jelas. Strategi tarik (pull strategy) mencakup produsen
yang menggunakan iklan dan promosi konsumen guna mendorong pemakai akhir untuk
meminta produk tersebut kepada perantara dan dengan demikian mendorong perantara
memesan produk itu dari produsen.
254
Ibid hal 839
200
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
201
DAFTAR PUSTAKA
202
Sutanto Heri dan Umam Khaerul, Manajemen Pemasaran Bank Syariah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2010)
Syamsuddin, Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, Jurnal Idaarah,
Makasar, Vol. 1, No. 1, Juni 2017
Wijaya Chandra dan Muhammad Rifa’i, Dasar-Dasar Manajemen
Mengoptimalkan Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien, Perdana
Publishing, Medan, Agustus 2016
Yayan Fauzi. 2015. “Manajemen Pemasaran Perspektif Maqasid Syariah”. Junal Ilmiah
Ekonomi Islam Vol. 01 No. 03. Yogyakarta.
Ahmad Miftah. 2015.“Mengenal Marketing Dan Marketers Syariah”. Jurnal
Ekonomi Islam Vol. 6 No. 2. Banten.
Chusnul Muali, Khoirun Nisa. 2019.“Pemasaran Syariah Berbantuan Media
Sosial: Kontestasi Strategi Peningkatan Daya Jual”. Jurnal Ekonomi
Syariah Vol. 05 No. 02. Probolinggo.
M Anwar Fathoni. 2018.”Konsep Pemasaran Dalam Perspektif Hukum Islam”.
Jurnal Hukum dan Syariah Vol. 9 No. 1. Jakarta.
203
Cahyo Purnomo. 2015.“Industrri Indonesia: Pendekatan Dari Sustainable
Marketing Enterprice”. Jurnal Ilmu-ilmu Kemaritiman, Manajemen dan
Transportasi Vol. 8 No. 21. Yogyakarta.
Hermawan Kartajaya dan M Syakir Sula.2006.Marketing Syariah. Bandung:
Mizan Pustaka.
Andriyanto, & Firmansyah, M. A. (2019). Manajemen Bank Syariah
(Implementasi Teori dan Praktek). Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media.
Darmanto, & Wardaya, S. (2016). Manajemen Pemasaran Untuk
Mahasiswa, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Yogyakarta: Deepublish.
Firamnsyah, M. A. (2019). Pemasarab Produk Dan Merk (Planning dan
Strategy). Surabaya: CV. Qiara Media.
Mahardi, M., Qomariah, N., & Santoso, B. (Juni 2017). Dampak kualitas
produk, harga, promosi, dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
optik cabang jember. Jurnal manajemen dan bisnis Indonesia Vol. 3 No. 1 , 60-65.
Muali, C., & Nisa, K. (2019). Pemasaran Syariah Perbantuan Media Sosial
: Kontestasi Strategis Peningkatan Daya Jual. An-Nisbah Jurnal Ekonomi Syariah
Vol. 05 No. 02 .
Nurcholifah, N. (2014). Strategi Marketing Mix Dalam Prespektif Syariah.
Jurnal Khatulistiwa-Journal Islamic Studies Vol. 4 No. 1 .
Pringani, A. (2013). Memperkuat manajemen pemasaran dalamkonteks
persaingan global . jurnal Kebangsaaan Vol. 2 No. 4 , 1-2.
Sari, N. (2012). Manajemen Marketing (Pemasaran) Produk Jasa
Keuangan Perbankan Dalam Prespektif Islam. Jurnal Media Syariah .
Shinta, A. (2011). Manajemen Pemasaran. Malang: Universitas Brawijaya
Press (UB Press).
Tammamudin. (2014). Merefleksikan Teori Pemasaran Kedalam praktik
pemasaran syariah. Jurnal Hukum Islam Vol. 12 No.2 , 270-274.
Tanama, B. R. (2017). Manajemen Pemasaran. Denpasar: Universitas
UDAYANA.
V, C., Djodjobo, & H.N, T. (2014). Pengaruh Orientasi Kewiraushaan.
Jurnal EMBA Vol.2 No. 3 ISSN 2303-1174 , 1214-1224.
204
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Djakfar, “Etika Bisnis”.(Plus Imprint)
Saban Echdar dan Maryadi, “Business Ethics and Enterpreneurship”.(CV Budi
Utama)
Abdul Hamid dan Muhammad Kamal Zubair, Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Parepare, Implementasi Etika Islam Dalam Pemasaran Produk Bank Syariah,
(Jurnal Balance Vol 1 No. 1 Januari-Juni 2019)
Tati Handayani, S.E., M.M. dan Muhammad Anwar Fathoni, Lc., M.A.,
Manajemen Pemasaran Islam, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA,
September 2019)
Darmawati “CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM PERSPEKTIF ISLAM”.MAZAHIB: Vol.
XIII, No. 2, Desember 2014
H. Fakhry Zamzam dan Havis Arafik, Etika Bisnis Islam Seni Berbisnis
Keberkahan, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA, 2020),
Achyar Eldine, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Jurnal Hukum Islam (JHI) Vol 9,
No 2, Desember 2011
Nik Lestari,Setijo Budiadi,Etika Bisnis dan Perilaku Etis Manajer,(Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Vol.1 No.1,Agustus 2018)
Muchtar Samad,Etika Bisnis Syariah,(Yogyakarta:Sunrise)
Desi Efilianti, Etika Bisnis Dalam Pandangan Islam: Konsep dan Iplementasi
Pada Pelaku Usaha Kecil, (ESA Jurnal Ekonomi Syariah, Vol 1, No 2, November 2018),
Abdul Ghofur Ansori. “Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah
di Indonesia dan Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional.” Yogyakarta Vol.
II, No.2 (Desember 2008).
Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni dan Tiara Nur Fitria.
“Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.” 2015 01, No. 02 (t.t.).
Ali Syukron. “Dinamika Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.”
STAIN Darul Ulum Banyuwangi Vol. 3, No. 2 (2013).
“Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke Praktik,” t.t.
Diana Yumanita. “Bank Syaria: Gambaran Umum.” Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PSAK), 2005.
Luhur Prasaetyo. “Perkembangan Bank Syariah Pasca UU 21 Tahun
2008.” Ponorogo Vol. 12 Mei 2012 (t.t.).
205
Setia Budhi Wiladdjo. “Pengertian, Penerapan dan Perkembangan Bank
Syariah di Indonesia,” t.t., hlm 2-4.
Budiono Arief. “Jurnal Law and Justice” Universitas Muhammadiyah Ponorogo:
2017. Vol.2 No.1. Hal.54
Arifin Zainul. “Strategi Pengembangan Perbankan Bagi Hasil di Indonesia”.
Bank Indonesia : 1998.
Antoni., Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Tanggerang: Azkia
Publisher, 2009.
Danupranata, Gita. Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Dewi, Norva. “Bisnis Dalam Perspektif Islam.” Penerapan Konsep Rtika Bisnis
Islam Pada Mahsiswa Perhotelan di PT Syari'ah Guest House Malang,
2016: 38.
Harahap, Sunarji. “Implementasi Manajemen Syariah Dalam Fungsi-Fungsi
Manajemn.” AT-TAWASSUTH:Jurnal Ekonomi Islam, 2017: 22.
Iltiham, Muhammad Fahmul, dan Danif. “Penerapan konsep Etika Bisnis Islam
Pada Manajemen Perhotelan di PT Syari’ah Guest House Malang.” Jurnal
MALIA, 2016: 7.
Juliana, Faathir, dan Sultan. “Implementasi Etika Bisnis Islam Pelaku Usaha
Mikro: Studi Kasus Pada Pelaku Usaha Mikro Syari’ah Puspa Bank
Indonesia Wilayah Jawa Barat Di Bandung Tahun 2017.” Jurnal Strategic,
2019: 39.
Junusi, Rahman El. “Impelementasi Syariah Governance serta implikasinya
terhadap reputasi dan kepercayaan bank syariah.” Jurnal Pemikiran Islam
Al-Tahrir, 2012: 96.
Kamidah, Nurul. “Analisis Siste, Manajemen Syariah Pada Bank Syariah Mandiri
KC Banyumanik Semarang.” 22 Juni 2017: 38.
Mulazid, Ade Sofyan. “Pelaksanaan Sharia Compliance Pada Bank Syariah (Studi
Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, Jakarta.” Jurnal Madania, 2016 .
206
Nst, Muhammad Lathief Ilhamy. “Budaya Organisasi Dalam Mengelola Bisnis
Pembiayaan Pada Bank Syariah.” Jurnal Human Falah, 2017: 143.
Rosiana, Leli, Zainal Arifin, dan Sunarti. “Implementasi Etika Bisnis yang
Islami.” Jurnal Administrasi Bisnis, 2017: 197.
Sar, Nurma. “Manajemen Dana Bank Syariah.” Jurnal Ilmu Syariah: Al-
Maslahah, 2016: 2.
Yumanita, Ascarya dan. Bank Syariah: Gambaran Umum. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Kebansentralan (PPSK) BI, 2005.
Yusanto, Ismail. Menggagas Bisnis Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
207
Siah Khosyi’ah, “Fiqh Muamalah Perbandingan”, (Bandung: CV PUSTAKA
SETIA, 2014)
Any Widayatsari, “Akad Wadiah dan Mudharabah dalam Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga Bank Syariah”, Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam,
Vol. 3, No. 1, 2017
Abdul, Ghufron dan Sapiudin S. Fiqh Muamalat. (Jakarta: Kencana, 2015)
Nuhyatia, Indah. Penerapan Dan Aplikasi Akad Wakalah Pada Produk Jasa Bank
Syariah, Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2, 2013.
Rais, Isnawati dan Hasanudin. Fiqh Muamalah dan aplikasinya pada lembaga
keuangan Syariah. (Jakarta: lembaga penelitian UIN Jakarta, 2011).
208
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 2007).
209
Charles E,Bamfor (2010),Strategi: Sustainable Advance and Performance,
Canada: South Western Cengage Learning
Assauri,Sofjan, (2013),Manajemen Pemasaran, Jakarta: Rajawali Pers
T. Prastyo Hadi Atmoko, (2018),Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan
Volume Penjualan di Cavinton Hotel Yogyakarta, Jurnal of Indonesia
Toursim, Hospitality and Recreation, Vol. 1, No. 2
Andry Kusnadi, Ryan Sastradiharja, Frida Findriani, Timotheus Lesmana
Wanadjaja, (2008),Pengembangan Strategi Pemasaran Baru Pada PT.
Simex Pharmaceutical Untuk Meningkatkan Brand Awareness Produk
Vipro-G, Jurnal of Business Srategy and Executive Vol. 1, No. 1
Shinta Agustina, (2011),Manajemen Pemasaran, Malang: Penerbit Univesitas
Brawijaya Press
Logiawan, Yenny dan Hartono Subagio, (2014), Analisa Customer Value
Terhadap Customer Loyality Dengan Customer Satification Sebagai
Variabel Intervening Pada Restoran Bandar Jakarta Surabaya, Jurnal
Manajemen Pemasaran, Vol. 2, No. 1
Steviani, Angeline, Hatane Semuel, (2015),Pengaruh Customer Value Terhadap
Loyalitas Konsumen Dengan Customer Satisfaction Sebagai Variabel
Intervening Terhadap Salon Shinjuku, Jurnal Manajemen Pemasaran Petra
Vol. 2, No. 1
Swasta, Basu, (2008),Manajemen Pemasaran Modern, Ypgyakarta
:Liberty
Kotler, Phili, dan Gary Armstrong, (2008),Prinsip-prinsip Pemasaran, Jakarta;
Erlangga
Rahmatin, Nia Nikmah, (2017,)Hubungan Relationship Marketing Customer Statification
dan Customer Loyalty, Jurnal Kompetensi, Vol. 11, No. 2
Andi Hafifah dan Okta Nofri, Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan
Online Shopping Di Kota Makassar, FEBI UIN Alaudin Makassar, Jurnal Manajemen,
Ide, Insiprasi (MINDS), Vol 5, No. 1, Juni 2018.
M.Anang Firmansyah, Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran),
Yogyakarta : CV Budi Utama, 2018.
210
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran, Jakarta : Rajawali
Pers, 2013.
Totok Subianto, Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya Terhad
ap Keputusan Pembelian, Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang, Jurnal Ekono
mi MODERNISASI, Vol. 3, No. 3, Oktober 2007.
211
Sudarsono, D. H. (2020). Buku Ajar: Manajemen Pemasaran. Jember: CV Pustaka
Abadi.
Winarto, W. (2018). Analisa Strategi Marketing Dalam Mengidentifikasi Dan
Memilih Pasar Sasaran Perusahaan. Fakultas Ekonomi(FE)-Universitas
Bhayangkara Jaya , 4.
Alfredo Slamet Saputro, Kadarismanhidayat, Edy Yulianto, Perencanaan Strategi
Pemasaran Paket Data Kampus Dalam Persaingan Di Bidang Paket
Data Internet (Studi Kasus Pada PT. Telkomsel Cabang Malang), 2016,
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, Jurnal
Administrasi Bisnis (Jab)|Vol. 36 No. 1
Anonymous,2010. Analisis Persaingan, (Available on:http://repository.uin-
suska.ac.id) (diakses pada: 20 November 2020)
Arisma A, dkk,”Strategi Promosi Penjualan Dalam Menghadapi Pesaing di Era
No. 3
Leokadia R, “Persaingan Tak Bisa Dielakan”, 2004, Bina Ekonomi. Vol. 8 No. 2
212
Miftahus Syukron, Slamet, Intelejensi Dalam Upaya Mempertahanka
Keunggulan Kompetitif Istishoduna, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam
Moch. Affif & Berto Mulia, “Analisis Peta Kompetitor Industri Mobile Payment
di Indosnesia” Juenal Sains dan Seni vol.8, no. 1 2019.
Ria Triani Putri, Dwi Novirani, Dwi Kurniawan, Formulasi Strategi Menghadapi
Persaingan Industri Kuliner Pada Eins Bistro & Boutique Di Bandung,
2015, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional,Institut Teknologi
Nasional (Itenas)Bandung
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Ed.
12., Terj. Benjamin Molan. (Jakarta: Prenhallindo, 2007).
Muchlis Yahya dan Edy Yusuf Agunggunanto. Teori Bagi Hasil (Profit
and Loss Sharing) dan Perbankan Syariah dalam Ekonomi Syariah. Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan.
Ascarya. “Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di
Beberapa Negara”. Bank Indonesia. Agustus 2006.
Ali Mutasowifin. Menggagas Strategi Pengembangan Perbankan Syariah
di Pasar Non Muslim,jurnal Universitas Paramadina. Vol. 3, Nomor 1. September
2003.
Bank Indonesia. “Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang
Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”, Pasal 1 ayat (11).
213
A. Qadri Azizy. Membangun Fondasi Ekonomi Umat: Meneropong
Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam, cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004).
Vinna Sri. Ekonomi Mikro syariah.(Bandung: Pustaka Setia, 2016).
Assobar. Al-Kitabul Akbar Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta
Timur: Akbar Media)
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Erlangga, 2012)
Suyanto, M. Marketing Strategy. Yogyakarta: CV. Andi Offset, tt.
214
215