Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI PRODUKSI ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Pengantar Ekonomi Mikro Syariah
Semester: II (Dua) Tahun Akademik 2019/2020
Dosen Pengampu: Zulkadrin, M.E

Disusun oleh Kelompok 6:

ARJUN ALMIRACH
NIM: 19.1.21.052
SITI NUR KHOLIFAH
NIM: 19.1.21.04

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SANGATTA
KUTAI TIMUR
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Sehingga, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Pengantar Ekonomi Makro Syari’ah yang berjudul
“Teori Produksi Islam”. Sholawat serta salam tak lupa juga kita limpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw.

Dengan rasa kesungguhan, penyusunan makalah ini dihadapkan pada


pengetahuan dan kemampuan serta waktu terbatas, sehingga kami sadar bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan.

Berhasilnya penyusunan ini tentunya berkat kerja sama dan terima kasih
khususnya kepada pak Zulkadrin, M.E. selaku dosen Pengantar Makro Ekonomi
Islam yang telah membimbing saya. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya dengan senang hati
menerima segala saran dan masukkan yang bersifat membangun. Harapan saya
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sangatta, 12 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
A. Pengertian produksi....................................................................
B. Faktor Produksi..........................................................................
C. Fungsi Produksi..........................................................................
D. Prinsip-prinsip dan kaidah produksi dalam Islam......................
BAB III PENUTUP....................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandangan ini tersirat dari bahasan ekonomi yang dilakukan oleh
Hasan Al Banna. Beliau mengutip firman Allah SWT., yang mengatakan:
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk kepentinganmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
dan meyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS.
Lukman:20).
Semua sumber daya uang terdapat di langit dan di bumi disediakan
Allah SWT untuk kebutuhan manusia, agar manusia dapat menikmatinya
secara sempurna, lahir dan batin, material dan spiritual. Apa yang
diungkapkan oleh Hasan Al Banna ini semakin menegaskan bahwa ruang
lingkup keilmuwan ekonomi islam lebih luas dibandingkan dengan
ekonomi konvensional. Ekonomi islam bukan hanya berbicara tentang
pemuasan materi yang bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang
pemuasan materi yang bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan
dengan posisi manusia sebagai hamba Allah SWT..
Al-Qur’an juga telah memberikan tuntunan visi bisnis yang jelas
yaitu visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan
sesaat tetapi “merugikan” melainkan mencari keuntungan yang secara
hakikat baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya (pengaruhnya).
Salah satu aktivitas bisnis dalam hidup ini adalah adanya aktifitas produk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor produksi dalam Islam ?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dan kaidah produksi dalam Islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan
jasa, yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis, produksi
adalah proses mentransformasi input menjadi output. Definisi produksi
dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas karena produksi mencakup
tujuan kegiatan menghasilkan output beserta karakter-karakter yang
melekat padanya.
Beberapa ahli ekonomi Islam kontemporer memberikan definisi
yang berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun subtansinya sama.
Karf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam
sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik
materilnya, tetapi juga moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan
hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan
dunia dan akhirat.1 Rahman (1995) menekankan betapa pentingnya
keadilan dan kemerataan produksi (distribusi secara merata).2
Teori produksi merupakan alat melihat hubungan antara input dan
output. Adanya teori produksi juga diharapkan dapat memberikan
penjelasan yang terjadi dalam fase produksi. Fungsi produksi adalah
hubungan teknis antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi
(output).
Dari pengertian diatas produksi dimaksudkan untuk mewujudkan
suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik
tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain
produksi dimaksudkan untuk menciptakan mashlahah bukan hanya
menciptakan materi.

1 White Lay Karf, The Costumer Driver Company, (New York:Wexley publishing
Co.,1992),hlm.221
2 Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Jilid I,Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995),
hlm.177

2
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan
materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi untuk
mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu untuk mencakupi
berbagai kebutuhannya.
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi
dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, berbeda dengan
tujuan produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam
islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamanya adalah
memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama
berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah
dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah. Keuntungan
bagi produsen biasanya adalah laba (profit), yang diperoleh setelah
dikurangi oleh beberapa faktor produksi. Sedangkan berkah berwujud
segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi produsen sendiri
dan manusia secara keseluruhan.
Keberkahan ini dapat dicapai jika produsen menerapkan prinsip
dan nilai islam dalam kegiatan produksinya. Dalam mencari upaya berkah
dalam jangka pendek akan menurunkan keuntungan, tetapi dalam jangka
panjang kemungkinan justru meningkat keuntungan, karena meningkatnya
permintaan.
B. Faktor Produksi

Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat menjadi


dua bagian yaitu, perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional
terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi
ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batasan-
batasan syari’ah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi
yang dapat digunakan. Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi Islam
dengan konvensional tidak berbeda, yang dapat dibedakan menjadi 3
bagian:

3
1. Faktor produksi tenaga kerja
2. Faktor bahan baku dan bahan penolong
3. Faktor produksi modal

Diantara ketiga faktor produksi, modal memerlukan perhatian


khusus karena dalam ekonomi konvensional diberlakukan sistem bunga.
Pengenaan bunga terhadap modal ternyata membawa dampak yang luas
bagi tingkat efisiansi produksi. Prakonsep kapitalis yang menyatakan
bahwa bunga adalah harga modal yang ada dibalik pikiran sejumlah
penulis. Negara merupakan faktor penting dalam produksi, yakni melalui
pembelanjaannya yang akan mampu meningkatkan produksi dan melalui
pajaknya akan melemahkan produksi. Pemerintah akan membangun pasar
terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama bagi semua
pembangunan. Penurunan belanja Negara tidak hanya menyebabkan
kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya keuntungan, tetapi juga akan
mengakibatkan penurunan dalam penerimaan pajak. Semakin besar
perekonomian karena belanja yang tinggi memungkinkan pemerintah
untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan bagi penduduk dan menjamin
stabilitas hukum, peraturan, dan politik. Oleh karena itu, untuk
mempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada dekat dengan
masyarakat dan memsubsidi modal bagi mereka seperti layaknya air
sungai yang membuat hijau dan mengaliri tanah disekitarnya.

Faktor terpenting untuk proses usaha adalah meringankan seringan


mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan kegiatan
bisnis dengan menjamin keuntungan yang lebih besar (setelah pajak).
Pajak dan bea cukai yang ringan akan membuat rakyat memiliki dorongan
umtuk lebih aktif berusaha sehingga bisnis akan lebih maju. Pajak yang
rendah akan membawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan
berdampak kepada penerimaan pajak yang meningkat secara total dari
keseluruhan penghitungan pajak.

4
C. Fungsi Produksi

Produksi merupakan usaha untuk meningkatkan manfaat dengan


cara mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat (place utility),
dan menyimpan (store utility). Fungsi produksi adalah hubungan teknis
antara input dan output. Hubungan teknis yang dimaksud adalah produksi
hanya dapat dilakukan dengan menggunakan faktor produksi.

Untuk memproduksi, dibutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat


atau sarana umtuk melakukan proses produksi. 3 Faktor-faktor produksi,
antara lain manusia (tenaga kerja = TK), modal (uang atau alat modal
seperti mesin = M), SDA (tanah = T), dan skill (tekhnologi = T). Tanpa
faktor produksi, maka tidak akan ada produksi. Produksi yang paling
utama adalah manusia dan tanah (SDA). Ada dua macam produksi, yaitu
dihasilkan tanpa penggunaan tekhnologi, modal dan manusia yang disebut
produksi alami, yaitu produksi yang dilakukan oleh proses alam, dan
produksi yang menggunakan modal, tekhologi, dan manusia yang disebut
produksi rekayasa.

Produksi alami bersifat eksternal, efisiensi, dan efektivitasnya tidak


dapat dikontrol oleh manusia sehingga kelebihan atau kekurangan
merupakan hal yang harus diterima oleh pemakai. Kebutuhan produsen
adalah cara menghasilkan barang dengan menggunakan biaya yang
relative kecil untuk mendapatkan output yang relative lebih besar
(memuaskan).

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan


teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah
faktor-faktor produksi yang dipergunakan dan jumlah produk yang
dihasilkan per satuan waktu tanpa memerhatikan harga, baik harga faktor
produksi maupun harga produk. Fungsi ini masih bersifat umum karena

3 Sri Kusumadewi, Analisis dan Desain Sysytem Fuzzy, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2002),hlm.114.

5
hanya mampu menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan bergantung
pada faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa
memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan
faktor-faktor produksi tersebut.

D. Prinsip-prinsip dan Kaidah Produksi dalam Islam

Al-Qur’an dan hadits memberikan arahan tentang prinsip-prinsip


produksi, yaitu sebagai berikut :

1. Memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya;


2. Mendorong kemajuan di bidang produksi melalui penelitian,
eksperimen, dan perhitungan dalam proses pengembangan
produksi;
3. Menyerahkan teknik produksi kepada keinginan dan kemampuan
manusia;
4. Menyukai kemudahan, menghindari mudarat, dan memaksimalkan
manfaat.

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi adalah :

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan


produksi;
2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk mambatasi polusi,
memelihara keserasian, ketersediaan SDA;
3. Memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai
kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan
prioritas yang ditetapkan agama, yaitu berkaitan dengan kebutuhan
untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal, dan
keturunan/kehormatan serta kemakmuran materiil;
4. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan
kemandirian umat;
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik kualitas
spiritual, mental, maupun fisik.

6
Menurut Mannan (1993), perilaku produksi tidak hanya
menyandarkan pada kondisi permintaan pasar, tetapi juga berdasarkan
pertimbangan kemaslahatan.4

Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas


yaitu meyakinkan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi
suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia.
Artinya, barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia,
bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak
sesuai kebuthan manusia.

Pada prinsipnya, kegiatan produksi berkaitan seluruhnya dengan


syariat Islam, yaitu seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan
dari konsumsi. Konsumsi seorang Muslim dilakukan untuk mencari falah
(kebahagian), demikian pula produksi dilakukan menyediakan barang dan
jasa untuk falah tersebut.

Konsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata


bermotif maksimalkan keuntungan dunia, tetapi juga untuk mencapai
maksimalisasi keuntungan akhirat. Al-Qur’an surat Al-Qashas ayat 77
mengingatkan manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa
melupakan urusan dunia. Artinya, urusan dunia merupakan sarana
memperoleh kesejahteraan akhirat. Orang dapat berkompetisi dalam
kebaikan untuk urusan dunia, tetapi mereka sedang berlomba-lomba
mencapai kebaikan di akhirat.

E. Nilai-nilai Islam dalam Berproduksi

Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari


tiga nilai utama dalam ekonomi Islam, yaitu khilafah, adil, dan takaful.

Secara terperinci nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:

4 Op.cit.,Mannan,Islamic….,1993,hlm.249

7
1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan
akhirat;
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal
maupun eksternal;
3. Memenuhi takaran,ketetapan, kelugasan, dan kebenaran;
4. Berpegang teguh pada kedisiplin dan dinamis;
5. Memuliakan prestasi/produktivitas;
6. Mendorong ukhuwah antar-sesama pelaku ekonomi;
7. Menghormati hak milik individu;
8. Mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi;
9. Adil dalam bertransaksi;
10. Memiliki wawasan social;
11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;
12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam
Islam.

Penerapan nilai-nilai tersebut dalam produksi tidak hanya


mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan
berkah.5

5 Vinna Sri Yuniarti,Ekonomi Mikro syariah, (Bandung:CV PUSTAKA SETIA, 2016), hlm.126

8
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan
materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk
mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai
kemanfaatan. Apa yang bisa dilakuan manusia dalam “memproduksi”
tidak sampai pada merubah subtansi benda. Yang dapat dilakukan manusia
berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan
mengeksploitasi.
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi
dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Berbeda dengan
tujuan produksi dalam ekonomi Konvensional, tujuan produksi dalam
islam yaitu memberikan maslahah yang maksimum bagi konsumen.

9
DAFTAR PUSTAKA

M.A. Mannan,”The Behavior of The Firm and its Objektiv in an Islamic


Framework”. Reading in Microeconomics: An Islamic perspektif, longman
Malaysia (1992).

Yuniarti, Vinna Sri. Ekonomi Mikro Syariah. Bandung:CV PUSTAKA SETIA.


2016.

Catatan:

1. Antara footnote dengan daftar Pustaka belum singkron. Daftar Pustaka


sumbernya masih kurang.
2. Daftar pustaka perbaiki penulisannya dengan format paragraph terbalik.
(Penulis, Judul buku, Kota Terbit: Penerbit, Tahun terbit.)
3. Tambahkan teks arab penulisan dalilnya
4. Kesimpulan harus menjawab rumusan masalah

10

Anda mungkin juga menyukai