Anda di halaman 1dari 12

PEMIKIRAN EKONOMI KHURSID AHMAD

DAN
MUHAMMAD NEJATULLAH SIDDIQI

A. KHURSID AHMAD
1. Biografi Khursid Ahmad

Khurshid Ahmad (Urdu : ‫احمد‬ ‫; خورشید‬ b. 23 Maret 1932) adalah


seorang ekonom, filsuf, politisi, dan aktivis Pakistan yang membantu
mengembangkan yurisprudensi ekonomi Islam sebagai disiplin akademis dan
salah -founders The Islamic Foundation di Leceister, UK.

Seorang tokoh senior konservatif, ia telah lama menjadi pekerja partai dari
partai Jamaat-e-Islami (JeI) Islamis, di mana ia berhasil mencalonkan diri
untuk Senat dalam pemilihan umum yang diadakan pada tahun 2002 di
platform Muttahida Majlis-e-Amal ( MMA). Ia menjabat di Senat hingga 2012. Ia
memainkan perannya sebagai penasihat kebijakan di pemerintahan Zia ketika
ia memimpin dengan Komisi Perencanaan , dengan fokus pada
peran islamisasi negara perekonomian nasional pada 1980-an.

Ahmad dilahirkan dalam keluarga berbahasa Urdu di Delhi, India Inggris,


pada tanggal 23 Maret 1932. Dia masuk di Anglo-Arabic College di
Delhi. Setelah partisi dari India pada tahun 1947, keluarganya pindah
ke Pakistan dan menetap di Lahore , Punjab , setelah itu, ia terdaftar
di University College Pemerintah untuk studi bisnis dan ekonomi pada tahun
1949. Pada tahun 1949, Ahmad menerbitkan artikel bahasa Inggris pertamanya
di Ekonom Muslim.

Dia mendapatkan kelulusannya di BA dalam kehormatan kelas


satu di bidang Ekonomi 1952. Dia mulai membaca karya filosofis Abul A'la
Maududi dan seorang pekerja partainya, Jamaat-e-Islami (JeI). Pada tahun
1952, ia mengikuti ujian pengacara dan masuk dalam program
hukum GCU dengan penekanan kuat pada hukum dan yurisprudensi Islam. Di
universitasnya, ia tetap menjadi pekerja mahasiswa untuk JeI sambil
menawarkan bimbingan belajar Islam. Sebagai akibat dari kerusuhan hebatdi
Lahore, Ahmad meninggalkan GCU untuk menghindari penangkapan dan
penahanan besar-besaran para pekerja JeI oleh Departemen Kepolisian Punjab,
dan pindah ke Karachi secara permanen. Ahmad mendaftar di Universitas
Karachi dan lulus dengan gelar MSc dengan Hons in Economics setelah berhasil
mempertahankan tesisnya yang berisi karya mendasar Adam Smith si Tangan
Tak Terlihat dan Kapitalisme pada tahun 1958.

Pada tahun 1962, Ahmad lulus dengan


gelar MA dengan Hons dalam studi Islam dari Universitas Karachi dan
memenangkan beasiswa untuk mengejar gelar doktor di Inggris pada tahun
1965. Ahmad mendaftar di Universitas Leicester dan bergabung dengan
Fakultas Ekonomi untuk doktornya. studi. Dia berhasil mempertahankan tesis
doktoralnya untuk gelar PhD di bidang Ekonomi pada tahun 1967-1968. Tesis
doktoralnya adalah tentang yurisprudensi ekonomi Islam. Pada tahun 1970,
layanannya untuk mempromosikan literasi diakui oleh Universitas Leicester,
Yang menghormatinya dengan gelar doktor kehormatan dalam Pendidikan. Pada
tahun 1970, ia pindah ke Inggris dan bergabung dengan jurusan filsafat untuk
mengajar filsafat kontemporer di Universitas Leicester.

2. Pemikiran Ekonomi Khursid Ahmad


a. Konsep Pembangunan Ekonomi Islami
Konsep pembangunan ekonomi islami adalah meningkatnya
produktifitas ekonomi secara keseluruhan maupun para pekerja rata-rata dan
juga meningkatnya perbandingan antara pendapatan dengan jumlah total
penduduk.
Islam sangat memperhatikan masalah pembangunan ekonomi, namun
tetap menempatkanya sebagai bagian dari persoalan yang lebih besar, yaitu
pembangunan umat manusia. Fungsi utama Islam adalah membimbing
manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat. Semua aspek yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan
pembangunan manusia secara keseluruhan. Dasar filosifis pembangunan
yang Islami dapat dijelaskan sebagai berikut;
1) Tauhid, yang meletakkan dasar-dasar hubungan antara Allah dengan
manusia dan manusia dengan sesamanya.
2) Rububiyah,yang menyatakan dasar-dasar hukum Allah untuk mengatur
model pembangunan yang bernafaskan Islam.
3) Khalifah, yang menjelaskan status dan peran manusia sebagai wakil Allah
di muka bumi. Pertanggungjawaban ini menyangkut manusia sebagai
seorang muslim maupun sebagai anggota umat manusia.
4) Tazkiyah, misi utama utusan Allah adalah menyucikan manusia dalam
hubunganya dengan Allah, sesamanya, alam lingkungan, masyarakat dan
negara.
Konsep pembangunan Islami sebenarnya dapat ditarik dari konsep
tazkiyah, yang berarti penyucian terhadap sikap dan hubungan tersebut di
muka bumi. Hasil dari tazkiyah adalah falah yaitu sukses di dunia maupun di
akhirat. Sehingga dapat dijelaskan;
1) Konsep pembangunan Islami bersifat komprehensif dan mengandung
unsur spiritual, moral dan material. Aspek moral dan material, ekonomi
dan sosial, spiritual dan fisikal tidak dapat dipisah-pisahkan. Kebahagian
yang dicari adalah didunia dan akhirat sehingga tidak dapat dipisah-
pisahkan. Dimensi inilah yang hilang dari konsep pembangunan ekonomi
modern.
2) Fokus usaha dan jantung pembangunan adalah manusia. Hal ini berarti
bahwa pembangunan adalah pembangunan manusia dengan lingkungan
sosial kulturalnya. Dalam ekonomi modern pembangunan hanya pada
lingkungan, fisik, alam dan kelembagaannya yang menjadi objek aktivitas
pembangunan. Sedangkan dalam islam menegaskan bahwa wilayah
operasi pembangunan adalah manusia didalam maupun diluar. Misal;
sikap-sikap manusia, insentif, selera aspirasi sebanding dengan sumber
fisik, modal, tenaga kerja, pendidikan, keterampilan, organisasi dan lain
sebagainya. Dengan demikian Islam memperluas target dan isntrumen
dari model ekonomi yang hendak dikembangkan. Konsekuensi lainnya
adalah sebanyak mungkin melibatkan partisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan maupun implementasi perencanaan.
3) Pembangunan ekonomi adalah aktivitas yang multidimensional. Dalam
islam, semua usaha harus diarahkan kepada keseimbangan dari berbagai
aspek dan tidak ada ketimpangan di antaranya.
4) Pembangunan ekonomi menimbulkan sejumlah perubahan secara
kuantitatif maupun kualitatif.
5) Diantara prinsip-prinsip islam yang dinamis ada dua hal yang ditekankan;
pertama memanfaatkan sumber daya yang telah diberikan Allah dengan
seoptimal mungkin. Kedua, memanfaatkannya melalui pembagian,
peningkatannya secara merata berdasarkan prinsip keadilan dan
kebenaran.

b. Tujuan Kebijakan Pembangunan


Dari konsep yang telah dikemukakan dapat dirumuskan rincian tujuan
kebijakan pembangunan dan target yang lebih spesifik untuk tujuan
pembangunan masyarakat Islam:
1) Pembangunan sumber daya insani harus merupakan tujuan pertama dari
kebijakan pembangunan.
2) Perluasan produksi yang bermanfaat, meningkatnya produksi nasional
secara berkelanjutan merupakan tujuan yang penting. Tiga hal yang perlu
dipriositaskan:
a) Produksi dan tersedianya bahan makanan dan kebutuhan pokok
dalam jumlah yang melimpah (termasuk bahan-bahan konstruksi untuk
perumahan) pada harga yang murah.
b) Perlunya pertahanan dunia Islam
c) Swasembada di bidang produksi kebutuhan primer
3) Perbaikan kualitas hidup, semua usaha harus diarahkan pada perbaikan
tingkat hidup semua orang dan tercapainya kesejahteraan moral, sosial
dan ekonomi. Hal ini menyarankan dua prioritas utama :
a) Terciptanya lapangan kerja, dengan segala penataan struktural,
teknologi, investasi, regional dan pendidikan.
b) Sistem keamanan sosial yang luas dan efektif yang menjamin
kebutuhan dasar untuk mereka yang kebetulan tidak beruntung
mendapatkan pekerjaan yang layak dan perlu bantuan dari orang lain.
Zakat merupakan inti dari sistem ini.
4) Pembangunan yang berimbang, yakni pembangunan yang berimbang dan
harmonis antar daerah yang berbeda-beda dalam suatu negara dan antar
berbagai sektor dan ekonomi.
5) Teknologi baru, yaitu berkembangnya teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kondisi, kebutuhan, aspirasi negara-negara Islam.
6) Berkurangnya ketergantungan pada dunia luar dan kian menyatunya
dunia Islam.

c. Perkembangan pemikiran ekonomi Islam kontemporer


Khursid Ahmad membagi perkembangan pemikiran ekonomi Islam
kontemporer menjadi 4 fase sebagai berikut:;
1) Fase pertama, pada pertengahan 1930-an banyak muncul analisis-
analisis ekonomi sosial dari sudut syariah Islam sebagai wujud kepedulian
terhadap dunia Islam yang secara umum dikuasai oleh negara-negara
Barat.
2) Fase kedua, pada sekitar tahun 1970-an banyak ekonom Muslim yang
berjuang keras mengembangkan aspek tertentu dari ilmu ekonomi Islam,
terutama dari sisi moneter. Mereka banyak mengetengahkan pembahasan
tentang Bunga dan riba dan mulali menawarkan alternatif pengganti
bunga. Berbagai pertemuan internasional diselenggarakan untuk
akselerasi pengembangan dan memperdalam cakupan ekonomi Islam.
Buah dari kajian tersebut adalah didirikannya Islamic Development Bank
(IDB) di Jeddah pada tahun 1975 sebagai bank Islam pertama, kemudia
diikuti oleh pendirian bank-bank Islam lainnya.
3) Fase ketiga, perkembangan pemikiran ekonomi Islam selama satu
setengah dekade terakhir menandai fase ketiga dimana banyak berisi
upaya-upaya praktikal operasional bagi realisasi perbankan tanpa bunga,
baik di sektor publik maupun swasta.
4) Fase keempat, pada saat ini perkembangan ekonomi Islam sedang
menuju kepada sebuah pembahasan yang lebih integral dan
komprehensif terhadap teori dan praktek ekonomi Islam.

B. Muhammad Nejatullah Siddiqi


1. Biografi Muhammad Nejatullah Siddiqi
Lahir di India pada tahun 1931, kemudian sekolah di Aligarh Muslim
University serta Rumpur University dan Azamgarh University. Kemudian juga
menjabat sebagai Asosiasi Profesor Ekonomi dan Profesor Studi Islam di Aligarh
Muslim University dan sebagai Profesor Ekonomi di King Abdul Aziz University,
Jeddah, Arab Saudi di pusat Penelitian Ekonomi Islam. Juga menjadi anggota di
Pusat Studi Timur Dekat di University of california, Los Angeles dan Visiting
Scholar di The Islamic Reseach dan Training Intitute, Islamic Development Bank,
Jeddah.
Karya yang paling terkenal dan banyak di baca yakni Banking Without
Interest yang diterbitkan dalam 27 edisi pada tahun 1973 sampai 2000 dalam 3
bahasa. Ia menulis setidaknya 10 buku dalam bahasa Inggris. Karya-karya
tentang perbankan Islam telah ditulis dalam bahasa Inggris. Di antaranya adalah
Recent Theories of Profit: A Critical Examination (1971), Economic Enterprise in
Islam (1972), muslim Economic Thinking (1981), Banking Without Interest
(1983), Issues in Islamic Banking, Selected Papers (1983), Patnership and Profit-
Sharing in Islamic Law (1985), Insurance in an Islamic Economy (1985), Role of
State in Islamic Economy (1996), Dialogue in Islamic Economics (2002), dan
Islam’s View on Property (1969)
2. Pemikiran Ekonomi
Mencari kemajuan di bidang ekonomi tidaklah bertentangan dengan
pandangan Islam. Berbagai jalan yang dapat ditempuh, salah satunya dengan
konsep-konsep keberhasilan yang terkait dengan nilai-nilai moral. Ciri-ciri
ekonomi Islam menurut Nejatullah Siddiqi;
Pertama, ekonomi Islam adalah hak relatif dan terbatas bagi individu,
masyarakat, dan negara. Menurutnya setiap orang diberi kebebasan untuk
memiliki, memanfaatkan dan mengatur hak miliknya. Namun itu semua
merupakan kewajiban manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.
sehingga dengan demikian kepemilikan merupakan suatu hak individu selama ia
melaksanakan kewajibanya serta tidak menyalahgunakan haknya itu.
Kedua, sistim ekonomi Islam menurut Siddiqi adalah negara memiliki peranan
yang positif dan aktif dalam kegiatan ekonomi. Siddiqi mendukung terhadap
peran aktif dan positif negara dalam sistim ekonomi. Pada dasarnya menurut
Siddiqi, pasar harus berfungsi dengan baik. Jika pasar gagal mencapai keadilan,
negara mempunyai hak untuk melakukan intervensi. Dalam keadaaan ini negara
berkewajiban menyediakan kebutuhan dasar bagi semua orang. Dan juga
lembaga hisbah berkewajiban untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar di
pasar
Ketiga, ciri selanjutnya menurut Siddiqi adalah mengimplementasikan zakat dan
pelarangan riba. Bahkan lebih tegas ia mengatakan bahwa bunga itu adalah riba,
dan seharusnya sudah dihilangkan. Sebagai gantinya adalah akad mudharabah.
Dengan mengimplementasikan akad ini diperbankan, maka banak tidak hanya
berfungsi sebagai lembaga perantara melainkan juga sebagai agen ekonomi dan
harus terlibat secara langsung dalam penciptaan kegiatan ekonomi.
Keempat, harus adanya jaminan kebutuhan dasar bagi manusia. Jaminan
kebutuhan dasar ini dapat diimplementasikan dengan cara mendistribusikan aset
dan kekayaan yang berimplikasi pada perolehan pendapatan yang adil dan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Dalam masalah distribusi, Siddiqi berpendapat distribusi merupakan
konsekuensi dari kegiatan konsumsi dan produksi. Kepemilikan individual
terbatas dalam pengertian bahwa hak itu ada jika kewajiban-kewajiban sosial
sudah ditunaikan. Kekayaan swasta dipandang suatu hal yang mengandung
maksud tertentu yakni untuk memberi kebutuhan materiil kepada manusia pada
waktu yang sama bekerja bagi kebaikan masyarakat. Kekayaan swasta harus
bersamaan dengan norma-norma kerja sama, persaudaraan, simpati, dan
pengorbanan diri. Perilaku seperti penimbunan, eksploitasi, dan penyalahgunaan
akan menyebabkan hilangnya hak memiliki. Negara dan masyarakat adalah
penjaga kepentingan sosial.
Dalam hal produksi, pandangan Siddiqi dibangun dari paradigma
neoklasik. Baginya memaksimalkan laba bukanlah satu-satunya motif dan bukan
pula motif yang utama dalam produksi. Tujuan utama dari produksi adalah
pemenuhan kebutuhan seseorang secara sederhana, mencukupi tanggungan
keluarga, persedian untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan masa depan,
persedian untuk keturunan dan pelayanan sosial, serta infak di jalan Allah SWT.

3. Tujuan Utama Ekonomi Islam

              

              
Artinya; Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah
tahun ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin, Maka Allah nanti akan
memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Surat at-Taubah:
28)

                 

            


Artinya; Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami
beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu
secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala
puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui. (Surat An
Nahl: 75)
Berdasarkan ayat-ayat diatas maka tujuan utama kegiatan ekonomi dalam
Islam menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi yaitu:
a. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang
1) Merupakan tanggung jawab agama untuk memenuhi kebutuhan
2) Usaha yang dilakukan untuk mencari rezeki merupakan bentuk dari
ibadah
b. Memenuhi kebutuhan keluarga
Tanggung jawab terhadap keluarga baik istri, anak-anak, orang tua, maupun
kerabat terdekat sah dari segi hukum.
c. Memenuhi kebutuhan jangka panjang
Islam juga mengakui perlunya manusia untuk menyimpan barang kebutuhan
untuk digunakan pada saat tertentu.
d. Menyediakan kebutuhan bagi keluarga yang ditingalkan
Dengan adanya hukum waris dalam al-Quran sehingga harta yang
ditingalkan ketika mati akan menjadi hukum waris bagi keluarga yang
ditingalkan
e. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan berdasarkan jalan Allah SWT.
Masalah pendapatan dan pengeluaran, dan masalah ini merupakan aspek
yang penting dalam aktivitas perekonomian manusia.
f. Keadilan sebagai dasar berekonomi
Kezaliman adalah konsep yang berlawanan dengan keadilan, nilai keadilan
serta nilai kemurahan hati akan menentukan tingkah laku yang bersifat islam.
Pada saat menentukan usaha ekonomi yang benar, nilai-nilai ini menyatakan
dan menyelaraskan aspek ekonomi, sosial dan politik. Hal inilah yang dianut
dalam ekonomi islam
1) Ide islam mengenai ekonomi
Keadilan merupakan prinsip dasar dalam perekonomian islam. Prinsip ini
menyentuh setiap individu, namun yang terutama dari prinsip ini
adalahakibat yang ditimbulkanya terhadap kehidupan sosial. Apabila
mengadakan hubungan sosial dengan individu lainya, maka persoalan
keadilan ini merupakan hal yang harus ada. Persoalan keadilan ini akan
lebih jelas lagi jika dikaitkan dengan aspek ekonomi.

           

     

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Surat an Nahl: 90)
2) Akibat yang ditimbulkan oleh sistim keadilan yang berkesinambungan
a) Kejujuran dan kebenaran
Kejujuran dan kebenaran merupakan hal yang sangat penting
sehingga penipuan, sikap mengeksploitasi orang yang tidak bersalah
dan membuat pernyatan palsu merupakan perbuatan yang dilarang
b) Sistim jual beli yang mencurigakan dan meragukan
Penipuan dan ketidakjujuran merupakan hal yang terdapat dalam
sistim jual beli yang tidak menentu. Dalam jual beli ini seorang pembeli
dan penjual akan mengalami kerugian. Kerugian ini tidak kelihatan dan
tidak dapat diramalkan
c) Perdagangan berbentuk judi
Perdagangan dalam bentuk perjudian yakni spekulasi yang melibatkan
resiko dan ketidakpastian, merupakan bentuk perdagangan yang
berbeda dengan perdagangan lainya. Karena perdagangan ini
termasuk perdagangan yang meragukan, sehingga dilarang dalam
islam
d) Perdagangan yang bersifat riba
Perdagangan yang adil harus terbebas dari unsur riba
e) Kebijakan yang mengunakan sistim paksaan
Untuk menghapuskan sistim paksaan ini adalah jika kedua belah pihak
berhenti untuk melakukanya
f) Pasar dibawah pengaruh semangat islam
i. Fungsi mekanisme pasar
Pasar mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistim
ekonomi bebas. Dalam ekonomi kapitalis, pasarlah yang
menentukan jenis dan jumlah komoditi yang hendak diproduksi.
Konsumen merupakan faktor yang penting dan menentukan
kedudukan pasar tersebut, konsumen akan menentukan barang
dan jasa yang mereka kehendaki. Dalam hal ini, pendekatan islam
dalam mekanisme pasar adalah;
 Menyelesaikan masalah ekonomi yang asasi, pengunaan
produksi dan pembagian dikenal pasti sebagai mekanisme
pasar
 Dengan berpedoman pada ajaran islam, konsumen diharapkan
bertingkah laku yang sesuai, yang menjadikan mekanisme
pasar dapat mencapai tujuan yang benar
 Campur tangan pemerintah diangap sebagai unsur penting
yang memperbanyak atau mengantikan mekanisme pasar,
untuk memastikan agar tujuan ini benar-benar tercapai
ii. Sifat-sifat konsumen yang dipengaruhi oleh semangat islam
Konsumen harus puas terhadap kehidupanya yang mengikuti
norma-norma islam untuk mendapat kepuasanya.
iii. Aktifitas perusahaan di bawah pengaruh semangat islam
Islam mencela usaha memaksimumkan keuntungan sebagai satu-
satunya tujuan pengusaha. Seorang pengusaha islam tidak boleh
semata untuk mengejar keuntungan dengan alasan bahwa ia
memiliki kemampuan untuk menegakkan keadilan dan kebijakan
yang diinginkan oleh agama islam.
Aspek utama motivasi pengusaha dalam islam yakni;
 Berdasarkan ide keadilan islam sepenuhnya
 Membantu masyarakat dengan cara mempertimbangkan
kebijakan orang lain pada saat pengusaha membuat keputusan
yang berkaitan dengan kebijaksanaan perusahaan
 Membatasi pemaksimuman keuntungan berdasarkan batas-
batas yang telah ditetapkan dalam islam.

Referensi :
1. Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010
2. Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Rasulullah Hingga Masa
Kontemporer, Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2016
3. https://en.wikipedia.org/wiki/Khurshid_Ahmad_(scholar). Diakses Jumat, 22
november 2019, pukul 07.55

Anda mungkin juga menyukai