Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM


( PEMIKIRAN EKONOMI MENURUT UMAR CHAPRA )

Dosen Pembimbing : Nurwanita S.Ag M.Ag

Ekonomi Syariah 1
Disusun oleh kelompok 6 :
Shoraya Sakinah 17.3.12.0001
Ivriyanti 17.3.12.0005
Milna 17.3.12.0016
Dian Andriani 17.3.12.0014
Khairatul Fitrah 17.3.12.0019

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Biografi Dr.M.Umar Chapra................................................................................3
B. Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Umar Chapra.............................................4
1. Konsep Falah dan Hayatan Thayyibatan.......................................................4
2. Konsep Negara Sejahtera Menurut Islam......................................................6
3. Ilmu Ekonomi Islam.........................................................................................8
C. Prinsip Pembelanjaan Menurut Umar Chapra..................................................12
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua negara muslim masuk dalam kategori negara-negara berkembang

meskipun diantaranya relatif kaya sementara sebagian yang lain sangat miskin.

Mayoritas negeri-negeri ini, terutama yang miskin, seperti halnya negara-negara

berkembang lainnya, dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sangat sulit.

Salah satu problemnya adalah ketidakseimbangan ekonomi makro yang

dicerminkan dalam angka pengangguran dan inflasi yang tinggi, defisit neraca

pembayaran yang sangat besar, depresi nilai tukar mata uang yang berkelanjutan,

dan beban utang yang berat.

Problem lainnya adalah kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang

sangat lebar diantara golongan-golongan yang sangat berbeda-beda dari setiap

negara dan juga antara negara muslim. Konsekuensinya, kebutuhan pokok bagi

setiap penduduknya belum dapat dipenuhi, sementara golongan kaya dan

menengah hidup dalam kemewahan. Hal ini cenderung merusak jaringan

solidaritas sosial dan merupakan salah satu penyebab utama ketidakstabilan

sosiopolitik.

Berbagai masalah ekonomi ini telah dipecahkan oleh seorang ekonom

bernama Umar Chapra. Umar Chapra adalah satu dari sedikit cendikiawan muslim

kontemporer yang fokus pada bidang ekonomi. Oleh karena itu, penulis ingin

membahas tentang pemikian ekonomi islam menurut Umar Chapra.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Umar Chapra ?

2. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Islam menurut Umar Chapra ?

3. Bagaimana prinsip pembelanjaan menurut Umar Chapra ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Biografi Umar Chapra

2. Untuk mengetahui apa saja pemikiran Ekonomi Islam menurut Umar

Chapra

3. Untuk mengetahui apa saja prinsip pembelanjaan menurut Umar

Chapra

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Dr.M.Umar Chapra

Umer Chapra dilahirkan pada tanggal 1 januari 1933 yang bertempat di

Pakistan. Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Ia terlahir dengan penuh

keberuntungan karena keluarganya adalah keluarga yang taat beragama, sehingga

dalam dirinya tertanam dan tumbuh menjadi orang yang berkepribadian baik.

Umer Chapra meneruskan pendidikan strata satu dan magister di Karachi,

Pakistan. Kemudian meraih gelar Ph.D., pada bidang ekonomi pada tahun 1961

dengan predikat cumlaude di Universitas Minnesota, Minneapolis, Amerika

Serikat. Kemudian dia kembali ke negara asalnya dan bergabung dengan Central

Institute of Islamic Research di tahun yang sama. Selama 2 tahun berada di dalam

lembaga tersebut Chapra aktif melakukan penelitian kajian yang sistematis

terhadap gagasan-gagasan dan prinsip-prinsip tradisi islam untuk mewujudkan

sistem ekonomi yang sehat. Hasil kajian itu, dia tuliskan dan dibukukan dengan

judul The Economic System of Islam: A Discussion of Its Goals and Nature,

diterbitkan di London tahun 1970. Selain itu, dia juga menjabat sebagai ekonom

senior dan Associate Editor pada Pakistan Development Review di Pakistan

Institute of Economic Development.

3
Pada tahun 1964, Chapra kembali ke Amerika dan mengajar di beberapa

sekolah tinggi ternama. Di antaranya adalah Harvard Law School, Universities of

Wiscousin, United States, Universitas Autonoma, Madrid, Universitas

Loughborough, U.K, Oxford Center for Islamic Studies, London School of

Economic, Universitas Malaga, Spanyol, dan beberapa Universitas di berbagai

negara lainnya. Kemudian dia bergabung dengan Saudi Arabian Monetary

Agency (SAMA), Riyadh, dan menjabat sebagai penasihat ekonomi hingga

pensiun pada tahun 1999. Selain itu dia juga menjabat sebagai penasehat riset di

Islamic Research and Training Institute (IRTI) di Islamic Development Bank

(IDB), Jeddah.

Umer Chapra juga bertindak sebagai komisi teknis dalam Islamic

Financial Services Board (IFSB) dan menentukan rancangan standar industri

keuangan Islam tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Atas kiprah dan jasanya

dalam dunia ekonomi Islam, dia mendapatkan penghargaan dari the Islamic

Development Bank untuk bidang Ekonomi Islam, dan penghargaan dari King

Faisal untuk bidang studi Islam, yang keduanya diraih pada tahun 1990. Selain

itu, dia juga mendapatkan penghargaan yang dianugrahkan langsung oleh

Presiden Pakistan, berupa medali emas dari IOP (Islamic Overseas of Pakistanis)

untuk jasanya terhadap Islam dan Ekonomi Islam, pada konferensi pertama IOP

di Islam abad.1

B. Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Umar Chapra

1
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer (Depok:
Gramata Publishing. 2005), hlm. 297-298. Lihat juga M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Corporate
Governance, Edisi terjemahan: Lembaga Keuangan Syariah. Penerjemah: Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta
Timur: PT. Bumi Aksara. 2008), hlm. 221.

4
Umer Chapra mempunyai kiprah yang tidak sedikit dalam dunia ekonomi

Islam. Menurutnya tujuan dari berekonomi adalah membantu manusia untuk

merealisasikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak sulit menemukan

buku yang merupakan buah dari pemikirannya. Beberapa pemikirannya yang

terkenal adalah mengenai konsep hayyatan thayyibatan, dan kebijakan moneter.

1. Konsep Falah dan Hayatan Thayyibatan

Dalam bukunya Islam and The Islamic Challenge yang kemudian

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Islam dan Tantangan

Ekonomi“ M. Umer Chapra menjelaskan bahwa setiap individu pelaku ekonomi

sudah pasti didominasi dengan worldview (pandangan) maupun asumsinya

mengenai alam, dan hakikat kehidupan manusia di dunia. Chapra mengibaratkan

pandangan dunia sebagai fondasi bagi sebuah bangunan yang memainkan peranan

yang sangat penting dan sangat menentukan. Sehingga strategi dari suatu sistem

yang merupakan hasil logis dari pandangan hidup, selayaknya selaras dengan

sasaran yang dipilih agar tujuan dapat dicapai dengan efektif.2

“Every society and system is dominated by its own worldview which is

based on a set of implicit or explicit assumptions about the origin of the universe

and the nature of the human life. It must also have an effective way of bringing

about socio-economic restructuring to enable a prompt transfer of resource from

one use to another until the most efficient and equitable allocation and distribution

have been attained. Unless the worldview and the Strategy of a system are in

harmony with its professed goals, the goals cannot be actualised.”3


2
M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challenge, (United Kingdom: The Islamic Foundation
and The International Institute of Islamic Thought, 1992). h. 4-5
3
Ibid.

5
“Setiap masyarakat atau sistem ekonomi pasti didominasi oleh pandangan

dunianya sendiri yang didasarkan pada sejumlah asumsi (kepercayaan) baik itu

implisit atau eksplisit mengenai asal muasal alam semesta dan hakikat manusia

didunia. Strategi ini harus memiliki jalan efektif untuk mengadakan restrukturisasi

sosio-ekonomi dengan tujuan mendorong transformasi sumber daya dari suatu

penggunaan kepada penggunaan lain, sehingga tercapailah alokasi dan distribusi

yang paling optimum dan merata. Apabila pandangan dunia dan strategi tersebut

tidaklah harmonis dengan sasaran yang dipilih, maka sasaran itu tidak akan dapat

diaktualisasikan.”

Chapra juga menjelaskan dalam buku ini mengenai aktualisasi konsep

falah dan hayatan thoyyibatan yang merupakan inti dari tantangan ekonomi bagi

negara-negara muslim. Sebab kedua konsep ini berasal dari Islam, diajarkan Islam

dan hendaknya pula diterapkan dalam kehidupan muslim untuk mewujudkan

kebahagiaan dunia-akhirat. Hal ini menuntut peningkatan moral, persaudaraan dan

keadilan sosio-ekonomi, dengan pemanfaatan sumber-sumber daya yang langka

untuk mengentaskan kemiskinan, memenuhi kebutuhan dan meminimalkan

kesenjangan pendapatan dan kekayaan.

Analisis Chapra tentang kemiskinan dan kesenjangan parah yang terjadi di

negara-negara berkembang diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan yang diambil

menurut perspektif strategi sekuler, baik berupa kapitalisme, sosialisme, atau

negara kesejahteraan. Sementara strategi-strategi tersebut sudah gagal

mewujudkan kebahagiaan bagi penganutnya. Sebab kebahagian adalah suatu

refleksi dari kedamaian pikiran atau an-nafs al-muthmainnah yang dimaksudkan

6
oleh al-Qur’an (al-Fajr, 89: 27), dan Chapra menegaskan, bahwa hal tersebut

tidaklah dapat dicapai kecuali kehidupan manusia selaras dengan dunia batinnya.

Kemudian Chapra menawarkan tiga strategi solusi bagi permasalahan-

permasalahan ekonomi yang dialami Negara-negara muslim. Antara lain:

a) mekanisme filter terhadap kepentingan penggunaan sumber daya langka,

sehingga tercipta efisiensi.

b) sistem motivasi penggunaan agar sesuai dengan mekanisme filter.

c) rekonstruksi sosio-ekonomi yang akan menegakkan kedua elemen

sebelumnya dan mengaktualisasikan hayatan thayyibatan.

2. Konsep Negara Sejahtera Menurut Islam

Konsep negara kesejahteraan adalah konsep yang ditawarkan sebagai

solusi dari kegagalan sistem kapitalisme dan sosialisme, dimana konsep ini

berusaha menyampurkan kedua sistem dan menemukan titik temu yang

melengkapi kelemahan keduanya. Negara kesejahteraan mengadopsi pendapat

Keynes tentang peran seimbang pemerintah dalam perekonomian, yang dalam

sistem kapitalisme, peran ini ditiadakan sebab keseimbangan perekonomian di

pasar diatur oleh invisible hand dalam pasar itu sendiri. Peran kesejahteraan

dengan ‘regulasi yang tepat’ dan pengeluaran untuk tujuantujuan kesejahteraan

juga dimasukkan ke dalam konsep ini. Namun, yang terjadi justru pengeluaran

untuk tujuan kesejahteraan yang terlalu besar tanpa dibarengi dengan pengurangan

pengeluaran sektor swasta dan pemerintah pada bidang-bidang lainnya, dan

menimbulkan klaim berlebihan pada sumber-sumber daya dan menjadi bumerang

bagi konsep ini.4


4
Ibid, h. 60-61

7
Sedangkan sistem sosialis, tidak mampu bertahan melawan arus inflasi,

pengangguran dan utang luar negri yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Negara-negara yang berusaha mengikuti teori sosialis semisal Yugoslavia,

Hungaria, Polandia dan Cina serta beberapa negara lainnya, tidak berhasil

memecahkan masalah-masalah perekonomian negara yang kian hari kian

memburuk.

Sosialisme Demokrat pada umumnya dipersamakan dengan negara

kesejahteraan (welfare state) dan penekanan pada demokrasi ekonomi dan politik

dan dikombinasikan dengan regulasi dan nasionalisasi industri-industri ’kunci’,

reformasi bidang perburuhan, dan pelayanan kesejahteraan seperti santunan

pengangguran, pendidikan subsidi atau garis, pelayanan transportasi dan

kesehatan serta jaminan kesejahteraan.

Tujuan utama dari welfare state ini adalah penghapusan kemiskinan,

penyediaan pelayanan sosial oleh negara, pemerataan kekayaan yang lebih besar,

kesempatan kerja penuh dan stabilitas ekonomi. Namun, pada akhirnya, meskipun

kekayaan ekonomi cukup besar, tapi kemiskinan tetap ada, ketidakseimbangan

dan ketidakstabilan ekonomi terus meningkat bersamaan dengan kesenjangan

pendapatan dan konsekuensi lainnya yang tidak sehat dalam perekonomian.5

Menilik dari kegagalan sistem Kapitalis sekuler dan Sosialis, Chapra

menegaskan, kewajiban negara Islam dalam mewujudkan negara sejahtera adalah

menciptakan standar hidup yang layak bagi rakyatnya dan membantu mereka

yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun, konsepsi Islam

dalam pemeratan pendapatan dan distribusi kekayaan tidak menyamaratakan


5
Ibid, h. 102-105

8
kepemilikan bagi semua orang, tetapi mengakui perbedaan yang dibatasi oleh hak-

hak kaum miskin dengan zakat untuk mewujudkan keadilan. Untuk melaksanakan

kewajiban tersebut, maka negara memerlukan adanya sumber-sumber

penghasilan. Sumber-sumber tersebut antara lain: zakat, penghasilan dari sumber

alam, pemungutan pajak dan pinjaman.

Makna dari sejahtera haruslah diperjelas. Menurut Chapra, ‘sejahtera’

bukan berarti ‘yang kaya’ namun ‘yang ideal’ yaitu keadaan dimana terjadi

keseimbangan antara keadaan material dan spiritual yang diperoleh dari sumber-

sumber daya yang ada. Oleh karena itu, negara Islam dapat dikatakan menjadi

negara yang sejahtera atau ideal bilamana martabat batin dan moral masyarakat

meningkat, kewajiban-kewajiban masyarakat sebagai khalifah di bumi terhadap

sumber daya alam telah ditunaikan, dan tegaknya keadilan serta lenyapnya

penindasan. Negara Sejahtera menurut Islam, bukanlah negara kapitalis ataupun

sosialis, akan tetapi negara dengan konsep islam dan kehidupan Islami.6

3. Ilmu Ekonomi Islam

Umar Chapra mendefenisikan ekonomi Islam sebagai suatu cabang ilmu

pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui suatu

alokasi dan distribusi sumber-sumber ekonomi selaras dengan maqasidh syari’ah,

tanpa mengekang kebebasan individu. Ekonomi Islam ditetapkan bertujuan untuk

memelihara kemaslahatan hidup manusia yang berkembang secara dinamis. Untuk

menjamin survivalisasi dan tercapainya maslahat tersebut, maka diperlukan

strategi, variable dan kebijakan-kebijakan yang mendukung antara lain7:


6
Ibid, h. 418
7
https://www.academia.edu/9575307/2._Umar_Chapra_Zaki_Suadi di akses pada hari selasa,
tanggal 21 Mei 2019, pada pukul 08:43

9
a. Melaksanakan Prinsip-prinsip Paradigma Islam yaitu:

1. Rational Economic Man atau Multiple Ownership : di mana

keinginan manusia harus berlaku secara rasional dalam menggunakan sumber

daya alam karena itu milik Allah, sedang manusia hanya diberi amanah untuk

mengelolanya. Jadi manusia hanya sebagai pemilik sekunder.

2. Positivisme : Dalam ekonomi konvensional memiliki arti

kenetralan mutlak antara seluruh tujuan atau “beban dari posisi etika atau

pertimbangan-pertimbangan normatif’. Hal ini, berbeda jauh dari Islam. Para

ulama telah mengakui bahwa al-Qur’an dan Sunnah telah menjelaskan

bahwaseluruh sumber daya adalah amanah dari Allah dan manusia akan dimintai

peratnggunjawabannya.

3. Keadilan (social justice) : Negara/pemerintah bertanggung jawab

menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat dan menciptakan

keseimbangan antara yang kaya dan yang miskin. Dengan keadilan, negara akan

berkembang makmur karena semua memperoleh hak sesuai porsinya.

Harun Ar-rasyid mengatakan bahwa memperbaiki kesalahan dengan

menegakkan keadilan dan mengikis ketidakadilan akan meningkatkan pendapatan

pajak, mengeskalasi pembangunan negara, serta akan membawa berkah yang

menambah kebajikan di akhirat.Ibnu Khaldun juga mengatakan bahwa mustahil

bagi sebuah negara untuk dapat berkembang tanpa keadilan.

4. Pareto Optimum : Dalam Islam penggunaan sumber daya yang

paling efisien diartikan dengan maqashid. Setiap perekonomian dianggap telah

mencapai efisiensi yang optimum bila telah menggunakan seluruh potensi sumber

daya manusia dan materi yang terbatas sehingga kualitas barang dan jasa

maksimum dapat memuaskan kebutuhan.

10
5. Intervensi Negara : Intervensi negara untuk memelihara

kemaslahatan yang lebih besar tetap diperlukan. Al-Mawardi menyatakan bahwa

keberadaaan suatu pemerintahan yang efektif dibutuhkan untuk mencegah

kedzaliman dan pelanggaran. Tugas negara adalah menjamin keadilan dan

mewujudkan kemakmuran masyarakat luas.

b. Keuangan Publik (Zakat dan Pajak).

Zakat merupakan kewajiban religius bagi seorang muslim sebagaimana

shalat, puasa dan naik haji, yang harus dikeluarkan sebagai proporsi tertentu

terhadap kekayaan atau output bersihnya. Potensi zakat sangat besar untuk

mensejahterakan umat khususnya golongan lemah. Karenanya zakat harus

dikelola secara profesional sehingga benar-benar bisa bermanfaat secara efektif

bagi kaum dhuafa’, mengurangi kesenjangan dan bisa digunaan untuk pelatihan

atau permodalan bagi usaha-usaha kecil sehingga lebih mandiri. Sementara pajak

harus dilakukan secara adil, digunakan untuk kepentingan/maslahah yang lebih

besar.

Pajak merupakan sumber daya atau pendapatan yang sdah ada diperoleh

pada masa Nabi dan para sahabatnya bisa bersumber dari pajak seperti kharaj,

ushr, jizyah, fa’i, ghanimah dan tarif cukai. Perekonomian pada masa itu

bertumpu pada pertanian, oleh karenanya, pajak seperti kharaj dan ushr

merupakan pajak, utama atas output-output pertanian. Akan tetapi, para ulama

klasik justru tidak membolehkan pemungutan pajak. Alasan utamanya adalah

karena pemerintahannya korup. Sebab dengan mengijinkan pemerintah untuk

memungut pajak maka menurut mereka cenderung akan memperkuat

pemerintahan yang korup.

c. Kebijakan Moneter

11
Kebijakan Moneter sudah ditetapkan sejak zaman Rasulullah saw. Bangsa

Arab sebagai jalur perdagangan antara Romawi-India-Persia, serta Sam dan

Yaman, telah menjadikan Dinar dan Dirham sebagai alat tukar resmi. Maka

pertukaran valuta asing, penggunaan cek dan promissory notes, kegiatan impor-

ekspor serta factoring atau anjak piutang, sudah dikenal dan banyak digunakan

dalam perdagangan. Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Rasulullah saw

antara lain adalah pelarangan riba dan tidak digunakannya sistem bunga. Sehingga

stabilitas ekonomi terjaga dan pertumbuhan ekonomi terdorong maju dengan lebih

cepat dengan pembangunan infrastruktur sektor riil. Rasulullah saw juga melarang

transaksi tidak tunai sehingga menutup kemungkinan untuk melakukan riba dan

ikhtikar atau penimbunan.

Monzer Kahf dalam bukunya Ekonomi Islam, Telaah Analitik terhadap

fungsi Sistem Ekonomi Islam, memberikan gambaran mengenai uang dan otoritas

moneter. Dimana uang sebagai media barter yang disahkan oleh Nabi saw sebagai

satuan moneter yang menjembatani transaksi-transaksi agar menjadi seimbang

dan adil. Uang diposisikan hanya sebagai alat tukar dan tidak bisa memainkan

peran sebagai barang yang layak diperjual-belikan. Kuantitas uang memberikan

pengaruh langsung terhadap berbagai transaksi lainnya.Sejalan dengan apa yang

dinyatakan Kahf, Chapra mengajukan mekanisme kebijakan moneter yang terdiri

dari enam elemen.8

1. Target Pertumbuhan dalam M dan Mo

2. Saham Publik Terhadap Deposito Unjuk (Uang Giral)

3. Cadangan Wajib Resmi

8
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000) h. 141-150. Edisi
terjemahan, oleh Ikhwan Abidin Basri, dari judul asli; Towards a Just Monetary System.

12
4. Pembatas Kredit

5. Alokasi Kredit yang Beralokasi pada Nilai

6. Teknik Yang Lain (kontak personal, konsultasi dan rapat-rapat dengan

bank komersial).

C. Prinsip Pembelanjaan Menurut Umar Chapra

Prinsip-prinsip pengeluaran negara sudah banyak dalam tulisan klasik

namun tidak ada perhatian yang memadai terhadap prinsip-prinsip belanja negara

pada masa modern sekarang(al-Mawardi, 2015).Maka enam prinsip umum berikut

dapat dijabarkan untuk membantu memberikan dasar yang rasional dan konsisten

mengenai belanja publik menurut Umer Chapra(2000) adalah sebagai berikut:

1. Kriteria utama untuk semua alokasi pengeluaran adalah

sejahteranya masyarakat.

2. Penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan di

atas penyediaan rasa tentram.

3. Kepentingan mayoritas yang lebih besar harus lebih diutamakan di

atas kepentingan rasa tentram.

4. Pengorbanan dan kerugian individu dapat dilakukan untuk

menyelamatkan pengorbanan dan kerugian publik, dan pengorbanan

ataupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan menjatuhkan

pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.

5. Siapa pun yang menerima manfaat harus menanggung biayanya.

6. Sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tidak dapat terpenuhi

merupakan suatu kewajiban untuk pengadaan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Umar Chapra adalah seorang pemikir ekonomi islam abad modern. Beliau

sangat berperan dalam perkembangan ekonomi islam. ide ide cemerlangnya

banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Umar Chapra mendefenisikan

ekonomi islam sebagai suatu cabang pengetahuan yang membantu merealisasikan

kesejahteraan manusia melalui suatu alokasi dan distribusi sumber-sumber daya

langka yang seirama dengan maqasid, tampa mengekang kebebasan individu,

menciptakan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi yang

berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas keluarga dan social serta jaringan

moral masyarakat. Adapun Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Umar Chapra

yaitu:

1. Konsep Falah dan Hayatan Thayyibatan : Chapra menawarkan tiga

strategi solusi bagi permasalahan-permasalahan ekonomi yang dialami Negara-

negara muslim. Antara lain: Mekanisme filter terhadap kepentingan penggunaan

sumber daya langka, sehingga tercipta efisiensi, Sistem motivasi penggunaan agar

sesuai dengan mekanisme filter, Rekonstruksi sosio-ekonomi yang akan

menegakkan kedua elemen sebelumnya dan mengaktualisasikan hayatan

thayyibatan.

2. Kebijakan Moneter: Chapra mengajukan mekanisme kebijakan

moneter yang terdiri dari enam elemen. Diantaranya: Target pertumbuhan dalam

M dan Mo, Saham publik terhadap deposito unjuk (uang giral), Cadangan wajib

14
resmi, Pembatas kredit, Alokasi kredit yang berorientasi kepada nilai , dan Teknik

yang lain.

3. Konsep Negara Sejahtera menurut Islam: Menurut Chapra,

‘sejahtera’ bukan berarti ‘yang kaya’ namun ‘yang ideal’ yaitu keadaan dimana

terjadi keseimbangan antara keadaan material dan spiritual yang diperoleh dari

sumber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu, negara Islam dapat dikatakan

menjadi negara yang sejahtera atau ideal bilamana martabat batin dan moral

masyarakat meningkat, kewajiban-kewajiban masyarakat sebagai khalifah di bumi

terhadap sumber daya alam telah ditunaikan, dan tegaknya keadilan serta

lenyapnya penindasan.

4. Ilmu Ekonomi Islam: Ekonomi Islam ditetapkan bertujuan untuk

memelihara kemaslahatan hidup manusia yang berkembang secara dinamis. Untuk

menjamin survivalisasi dan tercapainya maslahat tersebut, maka diperlukan

strategi, variable dan kebijakan-kebijakan yang mendukung antara lain :

1. Melaksanakan prinsip-prinsip paradigma Islam

2. Intervensi Negara.

3. Restrukturisasi Ekonomi.

4. Keuangan Publik (Zakat dan Pajak).

15
DAFTAR PUSTAKA

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam; Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer (Depok: Gramata Publishing. 2005.

M. Umer Chapra dan Habib Ahmed, Corporate Governance, Edisi terjemahan:


Lembaga Keuangan Syariah. Penerjemah: Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta
Timur: PT. Bumi Aksara. 2008).

M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challenge, (United Kingdom: The
Islamic Foundation and The International Institute of Islamic Thought,
1992).

M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)

https://www.academia.edu/9575307/2._Umar_Chapra_Zaki_Suadi

16
17

Anda mungkin juga menyukai