Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Peradaban Ekonomi Islam

Pemikiran
Al-Makhrizi dan Syah
Waliyullah

Kelompok 7
Siti Fatimah
180105020285
Tuzahra

Siska Dwi Hastuti 180105020255

Raudatun Nisa 180105020231


PEMIKIRAN EKONOMI AL-MAQRIZI
( 766-845 H/ 1364-1442 )

Riwayat Hidup Al-


Maqrizi

Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Abdul Qadir Al-Husaini


lahir di Barjuwan, Kairo pada 766 H. Keluarganya berasal dari
Maqarizah, sebuah desa yang terletak di kota Ba’labak. Karena itu,
ia lebih banyak dikenal dengan sebutan Al-Maqrizi.
Kondisi ekonomi ayahnya yang lemah menyebabkan
pendidikan masa kecil dan remaja Al-Maqrizi berada di bawah
tanggungan kakeknya dari pihak ibu, Hanafi ibn Sa’igh, seorang
penganut mazhab Hanafi. Al-Maqrizi muda pun tumbuh berdasarkan
pendidikan mazhab ini. Setelah kakeknya meninggal dunia pada
tahun 786 H (1384 M), Al-Maqrizi beralih ke mazhab Syafi’I,
bahkan dalam perkembangan pemikirannya, ia terlihat cenderung
menganut mazhab Dzahiri.
Semasa hidupnya, Al-Maqrizi sangat produktif menulis berbagai
bidang ilmu, terutama sejarah Islam, baik berbentuk buku kecil
maupun besar. Buku-buku kecilnya memiliki urgensi yang khas
serta menguraikan berbagai macam ilmu yang tidak terbatas pada
tulisan sejarah. Al-Syayyal mengelompokkan buku-buku kecil
tersebut menjadi empat kategori.

1. Pertama, buku yang membahas beberapa peristiwa sejarah


Islam umum.
2. Kedua, buku yang berisi ringkasan sejarah beberapa penjuru
Dunia Islam yang belum terbahas oleh sejarawan lainnya.
3. Ketiga, buku yang menguraikan biografi singkat para raja.
4. Keempat, buku yang mempelajari beberapa aspek ilmu murni
atau sejarah beberapa aspek sosial dan ekonomi di Dunia Islam
pada umumnya, dan di Mesir pada khususnya.
Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi

Dalam hal itu, Al-Maqrizi


merupakan pemikir ekonomi
Islam yang melakukan studi secara kronologis, dapat
khusus tentang uang dan inflasi. dikatakan bahwa Al-
Fokus perhatian Al-Maqrizi Maqrizi merupakan
terhadap dua aspek yang di cendikiawan Muslim abad
masa pemerintahan Rasulullah
pertengahan yang terakhir
dan Khulafa Al-Rasyidun tidak
menimbulkan masalah ini, mengamati permasalahan
tampaknya dilatarbelakangi oleh tersebut, sekaligus
semakin banyaknya mengkorelasikannya
penyimpangan nilai-nilai Islam, dengan peristiwa inflasi
terutama dalam kedua aspek
yang melanda suatu
tersebut, yang dilakukan oleh
para kepala pemerintahan Bani negeri.
Umayyah dan selanjutnya.
Syah Waliallah
(1114-1176H/1703-1762M)
Riwayat Hidup Syah Waliallah
Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-
Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin Mu’azam bin Mansur
bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia
dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau
4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota kecil di dekat Delhi
dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki
“Shah Waliullah” yang berarti sahabat Allah karena
kesalehan yang ia miliki. Dia memulai studinya di usia lima
tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran
pada usia tujuh. Dia adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal
Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.
Karya-karya Syah Waliallah

Shah Waliallah adalah seorang penulis yang


produktif dan menulis secara menyeluruh di Fiqh
dan Hadis. Dia akhirnya menulis 51 buku; 23 di
Arab dan 28 dalam Bahasa Parsi. Di antara yang
terkenal adalah karya Hujjat-Ullah-il-Balighah dan
Izalat-ul-Khifa.
Karya Syah Waliullah Al Hujjatullah Al
Balighah fi Asrar Asy Syar’iyah (The conclusive
argument from God) berisi tentang rahasia syari’at
dan filsafat hukum Islam.
Pemikiran Ekonomi Syah Waliallah

Pemikiran ekonomi Shah Waliallah dapat ditemukan dalam


karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia
banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi
perilaku manusia dan pembangunan masyarakat.
Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial
sehingga harus melakukan kerja sama antara satu orang dengan
orang lainnya. Kerja sama usaha (mudharabah, musyarakah), kerja
sama pengelolaan pertanian, dan lain-lain. Islam melarang kegiatan-
kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya perjudian
dan riba.
Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak
adil, eksploitatif, mengandung ketidakpastian yang tinggi, dan
beresiko tinggi.
Sekian dan
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai