PEMIKIRAN EKONOMI AL-MAQRIZI ( 766-845 H/ 1364-1442 )
Riwayat Hidup Al-
Maqrizi
Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Abdul Qadir Al-Husaini
lahir di Barjuwan, Kairo pada 766 H. Keluarganya berasal dari Maqarizah, sebuah desa yang terletak di kota Ba’labak. Karena itu, ia lebih banyak dikenal dengan sebutan Al-Maqrizi. Kondisi ekonomi ayahnya yang lemah menyebabkan pendidikan masa kecil dan remaja Al-Maqrizi berada di bawah tanggungan kakeknya dari pihak ibu, Hanafi ibn Sa’igh, seorang penganut mazhab Hanafi. Al-Maqrizi muda pun tumbuh berdasarkan pendidikan mazhab ini. Setelah kakeknya meninggal dunia pada tahun 786 H (1384 M), Al-Maqrizi beralih ke mazhab Syafi’I, bahkan dalam perkembangan pemikirannya, ia terlihat cenderung menganut mazhab Dzahiri. Semasa hidupnya, Al-Maqrizi sangat produktif menulis berbagai bidang ilmu, terutama sejarah Islam, baik berbentuk buku kecil maupun besar. Buku-buku kecilnya memiliki urgensi yang khas serta menguraikan berbagai macam ilmu yang tidak terbatas pada tulisan sejarah. Al-Syayyal mengelompokkan buku-buku kecil tersebut menjadi empat kategori.
1. Pertama, buku yang membahas beberapa peristiwa sejarah
Islam umum. 2. Kedua, buku yang berisi ringkasan sejarah beberapa penjuru Dunia Islam yang belum terbahas oleh sejarawan lainnya. 3. Ketiga, buku yang menguraikan biografi singkat para raja. 4. Keempat, buku yang mempelajari beberapa aspek ilmu murni atau sejarah beberapa aspek sosial dan ekonomi di Dunia Islam pada umumnya, dan di Mesir pada khususnya. Pemikiran Ekonomi Al-Maqrizi
Dalam hal itu, Al-Maqrizi
merupakan pemikir ekonomi Islam yang melakukan studi secara kronologis, dapat khusus tentang uang dan inflasi. dikatakan bahwa Al- Fokus perhatian Al-Maqrizi Maqrizi merupakan terhadap dua aspek yang di cendikiawan Muslim abad masa pemerintahan Rasulullah pertengahan yang terakhir dan Khulafa Al-Rasyidun tidak menimbulkan masalah ini, mengamati permasalahan tampaknya dilatarbelakangi oleh tersebut, sekaligus semakin banyaknya mengkorelasikannya penyimpangan nilai-nilai Islam, dengan peristiwa inflasi terutama dalam kedua aspek yang melanda suatu tersebut, yang dilakukan oleh para kepala pemerintahan Bani negeri. Umayyah dan selanjutnya. Syah Waliallah (1114-1176H/1703-1762M) Riwayat Hidup Syah Waliallah Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al- Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Shah Waliullah” yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia memulai studinya di usia lima tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi. Karya-karya Syah Waliallah
Shah Waliallah adalah seorang penulis yang
produktif dan menulis secara menyeluruh di Fiqh dan Hadis. Dia akhirnya menulis 51 buku; 23 di Arab dan 28 dalam Bahasa Parsi. Di antara yang terkenal adalah karya Hujjat-Ullah-il-Balighah dan Izalat-ul-Khifa. Karya Syah Waliullah Al Hujjatullah Al Balighah fi Asrar Asy Syar’iyah (The conclusive argument from God) berisi tentang rahasia syari’at dan filsafat hukum Islam. Pemikiran Ekonomi Syah Waliallah
Pemikiran ekonomi Shah Waliallah dapat ditemukan dalam
karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah al-Baligha, di mana ia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat. Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus melakukan kerja sama antara satu orang dengan orang lainnya. Kerja sama usaha (mudharabah, musyarakah), kerja sama pengelolaan pertanian, dan lain-lain. Islam melarang kegiatan- kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya perjudian dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif, mengandung ketidakpastian yang tinggi, dan beresiko tinggi. Sekian dan terimakasih