Anda di halaman 1dari 37

EKONOMI ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH, ABBASIYAH dan

TURKI UTSMANI
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Siti Aminah Caniago, M.Si

Disusun Oleh:

1. Tamara Naila Zulfa (2013115481)


2. Muhammad Iffan (2013116259)
3. Indi Rohmatika (2013116261)
4. M. Haris Maula (2013116266)

Kelas G

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul
“EKONOMI ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH, ABBASIYAH dan TURKI
UTSMANI” dengan berbagai pembahasan didalamnya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada mereka, kedua orang
tua, dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, dan segenap
keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang
sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini
bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih
baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa
kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang
tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 5 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6

A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah ........................... 6


1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah.............................................................. 6

2. Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah .............................................................. 8

3. Perekonomian Masa Kekhalifahan Bani Umayyah ........................................ 9

4. Kejayaan Dinasti Bani Umayyah .................................................................. 11

5. Kehancuran Dinasti Umayyah ...................................................................... 15

B. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Abbasiyah ................................ 16


1. Pendirian Bani Abbasiyah ............................................................................. 16

2. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah ........................................................... 18

3. Faktor-Faktor Berdirinya Dinasti Abbasiyah ................................................ 18

4. Sumber Pemasukan Negara .......................................................................... 19

5. Anggaran Pengeluaran Negara...................................................................... 20

6. Kemajuan Dinasti Abbasiyah........................................................................ 20

7. Kemunduran Dan Hancurnya Sistem Kekhalifahan .................................... 24

C. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Turki Usmani ........................... 25


1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani .................................................. 25

2. Raja-Raja Turki Usmani ............................................................................... 27

3. Kemajuan Turki Usmani ............................................................................... 32

4. Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani .............................................................. 34

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 35

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 35
B. Saran .................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 37

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan ajaran islam tentang pemberdayaan akal pikiran dengan tetap
berpegang teguh pada al-qur.an dan haits Nabi, konsep dan teori ekonomi islam pada
hakikatnya merupakan respon para cendekiawan muslim terhadap berbagai
tantangan ekonomi pada waktu tertentu. Pemikiran tentang ekonomi islam telah
muncul sejak islam diturunkan melalui Nabi Muhammad Saw yang kemudian
dilanjutkan pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai
berpengaruh pada dunia, karena para Khalifah sudah melakukan perluasan wilayah
keluar daerah Arab. Setelah Khulafaur Rasyidin kemudian muncul daulah Umayyah
dan Abbasiyah. Berdasarkan catatan sejarah, Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat saat kepemimpinan bani Umayyah dan Abbasiyah. Sehingga peradaban
islam memberi pengaruh yang besar kepada dunia saat ini. Para sejarawan menyebut
saat itu dengan The Golden Age. Pada masa ini Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan
pemerintahan, sains dan teknologi termasuk dalam bidang Ekonomi. Berdasarkan
uraian diatas yang menyatakan bahwa pada masa Umayyah dan Abbasiyah
mengalami kemajuan di beberapa bidang, maka di makalah ini akan disajikan sedikit
tentang masa daulah Umayyah dan Abbasiyah yang menitik beratkan pada
pemikiran-pemikiran ekonominya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peradaban, pemikiran dan ruang lingkup ekonomi islam pada
masa khalifah Daulah Umayyah, Abbasiyah dan Turki Utsmani?
2. Bagaimana kondisi dan kebijakan yang dilakukan pada masa khalifah
Daulah Ummayah, Abbasiyah dan Turki Utsmani?

4
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui konsep peradaban , pemikiran dan ruang lingkup ekonomi
islam pada masa khalifah Daulah Umayyah, Abbasiyah, dan Turki
Utsmani
2. Mengetahui tentang kondisi dan kebijakan yang dilakukan pada masa
khalifah Daulah Umayyah, Abbasiyah, dan Turki Utsmani

5
BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah


1. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Dinasti Umayyah diambil dari penisbatan nama Umayyah bin Abd Syams bin Abdu
Manaf. Ia merupakan salah seorang tokoh yang penting dalam masyarakat Quraisy pada
zaman Jahiliah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf sering bertarung untuk
memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Pendiri dinasti Umayyah dipelopori oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah adalah orang yang mendirikan daulah
Bani Umayyah ia juga orang yang pertama menjadi khalifah. demi kepentingan
politiknya ia juga memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
Sebagian besar sejarawan awalnya memandang negatif pembangunan dinasti Muawiyah
ini, hal ini dikarenakan kesuksesannya mendapatkan legalitas atas kepemimpinan dalam
perang saudara di Siffin dengan menggunakan cara yang licik. Selain itu, Muawiyah juga
dituduh sebagai pengkhianat prinsip- prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena
dialah yang mula- mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat
menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity). Jika dilihat
semuanya dari sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan, Muawiyah tergolong
pemimpin besar yang berbakat dan memiliki pribadi yang sempurna, pada dirinya
terdapat jiwa seorang penguasa, administrator, dan politikus.1
Muawiyah dibesarkan sebagai pemimpin. Pengetahuan politik pada dirinya telah
membuat kebijaksanaan- kebijaksanaan dalam memerintah, dimulai dari memimpin
pasukan di bawah komando panglima Abu Ubaidah bin Jarrah yang sukses merebut
wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari kekuasaan Imperium Romawi yang telah
menduduki ketiga daerah tersebut sejak tahun 63 SM. Selanjutnya Muawiyah menjabat
sebagai kepala wilayah di Syam yang menaungi Suriah dan Palestina dan bermarkas di
Damaskus dengan jangka waktu kira-kira 20 tahun sejak dinobatkan oleh Khalifah Umar.
Khalifah Utsman telah mengangkat dirinya sebagai “Amir Al-Bahr” (Prince of the sea)
yang memimpin pasukan besar dalam penyerangan ke kota Konstantinopel walaupun
tidak sukses.2
Muawiyah sukses membangun dinasti Umayyah bukan hanya disebabkan
kesuksesan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, tetapi sejak awal gubernur

1
Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 118.
2
Ibid. hlm. 119.

6
Suriah itu mempunyai “basis rasional” yang kokoh bagi landasan pembentukan politiknya
di masa depan adalah sebagai berikut :
a. Muawiyah mendapat dukungan yang kuat dari rakyat Suriah dan dari keluarga
Bani Umayyah sendiri. Penduduk Suriah yang telah lama dipimpin oleh
Muawiyah memiliki armada pasukan yang kuat, terlatih, dan disiplin dalam
peperangan menghadapi Romawi. Mereka beserta dengan kaum bangsawan kaya
Mekah dari keturunan Umayyah sepenuhnya mendukung Muawiyah dan sebagai
pemasok sumber-sumber kekuatan yang terus menerus dan tidak ada habisnya,
baik itu moral, tenaga manusia, maupun kekayaan. Tanah Suriah sendiri dikenal
makmur serta menyimpan sumber daya alam yang melimpah, ditambah lagi bumi
Mesir yang berhasil dikuasai, sehingga sumber-sumber kemakmuran dan suplay
bertambah bagi Muawiyah.3
b. Muawiyah adalah seorang administrator yang sangat bijaksana dalam meletakkan
para pegawainya pada jabatan penting. Pembantu Muawiyah yang sangat
berpengaruh pada kepemimpinannya dan patutlah mendapat perhatian khusus
adalah Amr bin Ash, Mugirah bin Syu’bah, dan Ziyad bin Abihi. Ketiga
pembantu Muawiyah tersebut merupakan politikus yang sangat mengagumkan di
kalangan muslim Arab. Mereka sangat berpengaruh dalam membina perpolitikan
Muawiyah. Amr bin Ash sebelum dia memeluk Islam dikagumi oleh bangsa
Arab, karena kepintarannya dalam mediator antara Quraisy dan suku-suku Arab
lainnya jika terjadi perselisihan. Dia masuk Islam hanya beberapa bulan sebelum
penaklukan Mekah, Nabi dengan segera mengambil manfaat dari kepandaiannya
itu dan dia diangkat sebagai pemimpin militer dan diplomat. Amr bin Ash tokoh
besar yang dikenang sebagai penakluk Mesir dan menjabat gubernur pertama di
wilayah itu di zaman Umar. Semenjak wafatnya Khalifah Utsman, Amr
mendukung Muawiyah dan dia ditunjuk sebagai mediasi pada peristiwa tahkim.
Amr bin Ash hanya dua tahun mendampingi Muawiyah. Tokoh besar kedua ialah
Mugirah bin Syu’bah, dia adalah seorang politikus independen. Karena
kepandaian politiknya yang besar, Muawiyah melantiknya sebagai gubernur di
Kufah yang memiliki daerah Persia bagian utara, yaitu jabatan yang pernah
dipimpinnya kira-kira satu atau dua tahun pada masa pemerintahan Umar.
Kesuksesan Mugirah yang paling utama adalah keberhasilan menciptakan situasi
aman dan mampu meredam gejolak politik penduduk Kufah yang sebagian besar
adalah pendukung Ali. Selanjutnya orang ketiga yang berpengaruh pada

3
Didin Saefuddin Buchori. 2009. Sejarah Politik Islam. hlm. 54.

7
Muawiyah bernama Ziyad bin Abihi, ia adalah seorang pemimpin yang
kharismatik yang bersifat netral, dia dipilih untuk menduduki jabatan sebagai
gubernur di Basrah dengan pekerjaan yang cukup penting di Persia Selatan. Sifat
politiknya yang sangat tegas, adil, serta bijaksana membuat kekuasaan Muawiyah
makin kokoh di wilayah provinsi paling timur itu yang dikenal sangat gaduh dan
sulit diatur.
c. Muawiyah mempunyai keahlian yang sangat menonjol sebagai negarawan sejati,
bahkan mencapai tingkat “hilm”, sifat yang tertinggi biasa dimiliki oleh para
pembesar Mekah zaman dahulu. Seorang manusia hilm seperti Muawiyah mudah
menguasai diri secara mutlak serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang
sangat krusial untuk ditentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi dari
berbagai pihak.
Penjelasan dari sifat yang sangat mulia dalam jiwa Muawiyah tersebut setidaknya
sudah jelas dalam keputusannya yang berani mewariskan jabatan khalifah secara turun-
temurun. Keadaan Muawiyah naik ke tahta kekhalifahan mendapat berbagai kesulitan.
Tindakan kriminal dan anarkisme yang tidak bisa lagi ditahan oleh ikatan agama dan
moral membuat hilangnya persatuan umat. Persatuan yang terjalin sangat efektif melalui
asas keagamaan sejak masa khalifah Abu Bakar tidak dapat dipertahankan dirusak oleh
peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman dan bergolaknya perang saudara sesama umat
muslim di masa pemerintahan Ali. Dengan membangun wibawa pemerintahan dan juga
menjamin integritas kepemimpinan yang sukses di masa-masa yang akan datang,
Muawiyah secara tegas membangun kesuksesan yang damai, dengan penobatan putranya
Yazid, beberapa tahun sebelum khalifah meninggal dunia.4

2. Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah


Kekuasaan dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya yaitu selama 90 tahun,
dengan dipimpin oleh 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama kali dari dinasti
Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sofyan, dan khalifah yang terakhir dari dinasti
Umayyah adalah Marwan bin Muhammad. Khalifah-khalifah Umayyah adalah sebagai
berikut:
a. Muawiyah bin Abi Sufyan 41 H/661 M-60 H/679 M,
b. Yazid bin Muawiyah 60 H/679 M-64 H/683 M,
c. Muawiyah II bin Yazid 64 H/683 M,
d. Marwan I bin Hakam 64 H/683 M-65 H/684 M,

4
Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 121.

8
e. Abdul Malik bin Marwan 65 H/684 M-86 H/705 M,
f. Al-Walid I bin Abdul Malik 86 H/705 M-96 H/714 M,
g. Sulaiman bin Abdul Malik 96 H/714 M- 99 H/717 M,
h. Umar bin Abdul Aziz 99 H/717 M-101 H/719 M,
i. Yazid II bin Abdul Malik 101 H/719 M-105 H/723 M,
j. Hisyam bin Abdul Malik 105 H/723 M-125 H/742 M,
k. Al-Walid II bin Yazid II 125 H/742 M-126 H/743 M,
l. Yazid bin Walid bin Malik 126 H/743 M,
m. Ibrahim bin Al-Walid II 126 H/743 M-127 H/744 M,
n. Marwan II bin Muhammad 127 H/744 M-132 H/750 M.5

3. Perekonomian Masa Kekhalifahan Bani Umayyah


Pada era sebelum Islam, uang dari Romawi dan Persia banyak dipakai di wilayah
Hijaz, di samping itu di pakai juga beberapa uang perak Himyar yang bergambar burung
hantu Attic. Umar, Muawiyah dan para khalifah lainnya yang terdahulu sudah merasa
cukup dengan memakai mata uang asing yang sudah beredar di masyarakat, dan mungkin
pada beberapa kasus, terdapat kutipan ayat Al-Quran tertentu pada koin-koin itu.
Bermacam-macam uang emas dan perak sudah pernah dicetak sebelumnya pada masa
Abd Al-Malik, namun pencetakan itu hanya sebuah tiruan dari mata uang Bizantium dan
Persia. Pada tahun 695 M, Abd Al-Malik mulai mencetak dinar emas dan dirham perak
yang asli hasil dari karya orang Arab. Wakilnya di wilayah Irak, Al-Hajjaj, selanjutnya
berusaha mencetak uang perak di Kufah pada tahun selanjutnya.6
Selain membuat mata uang emas Islam, dan berusaha menerapkan arabisasi pada
administrasi kerajaan, Abd Al-Malik juga mengembangkan sistem pelayanan pos, dengan
memanfaatkan alat trasnfortasi kuda antara Damaskus dan juga untuk menjangkau
ibukota provinsi lainnya. pelayanan itu dibuat untuk melengkapi keperluan transportasi
pejabat pemerintah serta permasalahan surat-menyurat mereka. Seluruh kepala pos
bekerja untuk mencatat serta mengirimkan surat- menyurat kepada khalifah tentang
peristiwa penting yang terjadi disemua wilayah mereka masing-masing. Ketika berkaitan
dengan pergantian mata uang, kita perlu mengingatkan perbaikan sistem keuangan dan
administrasi yang dialami pada masa ini. Pada hakikatnya, tidak ada seorang muslim
ataupun, bangsa lain yang wajib dibebani untuk membayar pajak, selain zakat ataupun
santunan untuk orang-orang miskin walaupun pada pelaksanannya, hak istimewa kadang

5
Ajid Thohir. 2009. Perkembangan Peradaban...., hlm. 34.
6
Boedi Abdullah. 2010. Peradaban Pemikran Ekonomi....., hlm. 124

9
diserahkan untuk segelintir orang Islam-Arab. dari teori itu, banyak orang yang berusaha
masuk Islam, terutama masyarakat dari Irak dan Khurasan, mereka meninggalkan desa
sebagai tempat mereka bekerja bertani, dan kemudian pergi ke kota-kota, demi harapan
dapat bergabung menjadi seorang prajurit mawali (klien). Fenomena tersebut
menimbulkan kerugian ganda pada perbendaharaan kerajaan. Hal ini dikarenakan setelah
mereka masuk Islam, penerimaan pajak mulai berkurang dan kemudian setelah menjadi
prajurit mereka berhak memperoleh bantuan. Al- Hajjaj selanjutnya membuat kebijakan
penting supaya bisa mengembalikan orang-orang itu ke ladang mereka masing- masing,
supaya mewajibkan mereka unruk membayar pajak seperti yang mereka kerjakan sebe-
lum masuk Islam, diantaranya, pajak tanah (kharaj) dan pajak kepala (jizyah). bahkan dia
menwajibkan orang-orang Arab yang menguasai tanah di wilayah wajib pajak untuk
membayar pajak tanah.7
Ketidakpuasan yang merebak di kalangan Muslim baru Khalifah Umar II 717 M-720
M berusaha menghentikan dengan menata ulang prinsip lama para pendahulunya bahwa
seorang muslim, baik Arab maupun mawla, tidak perlu membayar pajak apa pun, akan
tetapi dia menyatakan bahwa tanah kharaj adalah milik bersama komunitas Islam. Jadi,
setelah 100 H/718 M- 719 M, dia melarang penjualan tanah kharaj kepada orang Arab
dan orang Islam, serta menyatakan bahwa jika pemilik tanah itu masuk Islam, maka tanah
miliknya wajib diserahkan kepada komunitas kampung dan ia bisa terus
menggunakannya dengan posisi sebagai pemilik tanah.
Sekalipun berdasarkan atas niat yang sangat baik, kebijakan Umar tidak berjalan
dengan baik. Kebijakan itu mengurangi pemasukan negara dan meningkatkan jumlah
klien (mawla) di perkotaan. Bahkan banyak orang Barbar dan Persia yang mencoba
masuk Islam berusaha untuk menikmati keistimewaan finansial dari pemerintahan.
Pelaksanaan selanjutnya kembali kepada sistem yang dibuat oleh Al-Hajjaj, dengan
sedikit perbedaan. Sejak itulah, akhirnya dibuat perbedaan antara jizyah, kewajiban
karena “tidak menerima agama Islam”, dan kharaj. dikarenakan jizyah diambil cuma dari
beberapa jenis barang saja, kantor bendahara negara melanjutkan kebijakan untuk
mendapat pemasukan dari kharaj, supaya dalam jangka yang panjang pemerintah tidak
akan mengalami kekurangan dana. Perbaikan budaya dan pertanian juga dihubungkan
pada kreativitas dan kecerdasan yang dilakukan Al-Hajjaj. dia menggali sejumlah kanal
dan memperbaiki kanal besar antara Tigris dan Efrat. Dia juga bahkan mengeringkan dan
membajak tanah persawahan dan tanah terlantar.8

7
Didin Saefuddin Buchori. 2009. Sejarah Politik Islam, hlm. 55.
8
Boedi Abdullah, Ibid, hlm. 126.

10
4. Kejayaan Dinasti Bani Umayyah
Masa bani Umayyah dikenal sebagai suatu pemerintahan zaman agresif, hal ini
dikarenakan perhatian terfokus pada persoalan perluasan wilayah kekuasaan dan
penaklukan yang sempat terhenti sejak zaman kedua khulafaur rasyidin terakhir. Dalam
jarak waktu 90 tahun, banyak bangsa diempat penjuru mata angin beramai-ramai masuk
ke dalam kekuasaan Islam, yang meliputi daerah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara,
Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India
dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan
yang termasuk Soviet Rusia.
Dinasti penaklukan militer di zaman Umayyah mencakup tiga sektor penting, yaitu
sebagai berikut :
a. Front memerangi bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama
pengepungan ke ibukota Konstantinopel dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut
Tengah.
b. Front Afrika Utara. Selain menaklukan wilayah hitam Afrika, pasukan muslim
juga mengarungi Selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.
c. Front timur menundukkan wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini
dibagi menjadi dua arah. Satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai
Jihun (Ammu Darya). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri Sind,
wilayah India bagian barat.9
Yang paling berkesan dalam ekspansi ini adalah terjadi pada paruh pertama dari
seluruh masa kekuasaan khalifah Bani Umayyah, yaitu ketika kekuasaan diduduki oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan dan juga pada tahun-tahun terakhir dari kekuasaan Abdul
Malik. Di luar masa-masa tersebut, usaha penaklukan menghadapi degradasi atau hanya
menggapai kemenangan- kemenangan kecil. Pemerintahan khalifah Muawiyah diraih
dengan kemajuan sangat besar dalam perluasan wilayah, meskipun ada beberapa tempat
masih bersifat rintisan. Peristiwa yang sangat menonjol adalah keberaniannya
memblokade kota Konstantinopel memulai ekspedisi yang dipusatkan di pelabuhan kota
Dardanela, setelah terlebih dahulu menguasai pulau-pulau di Laut Tengah seperti Kreta,
Rodhes, Sicilia, Cyprus dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari ibu kota
Romawi Timur itu. Di belahan timur Muawiyah berhasil melumpuhkan kekuasaan
Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan. Ekspansi ke timur yang dilakukan
oleh khalifah Muawiyah disempurnakan juga oleh khalifah Abdul Malik. Di bawah
pimpinan Gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf, para tentara umat Muslimin menyeberangi

9
Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 130.

11
sungai Ammu Darya dan menaklukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana dan
Samarkand. Tentara Islam juga melalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind dan Punjab
sampai ke Multan, Islam menduduki wilaya India untuk pertama kalinya.
Masa kemenangan yang luas bani Umayyah ketika tampuk kekuasan di pegang oleh
Al-Walid I. ketidakberhasilan pengepungan kota Konstantinopel di zaman Muawiyah,
dilakukan kembali dengan melakukan penyerangan yang cukup kuat. Meskipun
keinginan untuk menguasai ibukota Romawi tetap saja belum berhasil, namun gerakan itu
sedikit banyak berhasil menggusur tapal batas pertahanan umat Islam lebih jauh ke depan,
dengan mengatasi pertahanan militer kerajaan Romawi di Mar’asy dan ‘Amuriyah.
Prestasi Al-Walid yang lebih besar dicapai yaitu di sektor Afrika Utara dan sekitarnya.
Setelah seluruh tanah Afrika bagian utara dikuasai, di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad
pasukan umat muslim menyeberangi Selat Gibraltar masuk ke Spanyol. Dengan segera
merebut ibu kota Cordova menyusul kemudian kota-kota lain seperti Sevilla, Elvira, dan
Toledo. Gubernur Musa bin Nushair kemudian melengkapi penaklukan di tanah Eropa
dengan menyisir kaki Pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolingian Prancis.
Selain kesuksesan tersebut, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan
diberbagai bidang, baik politik maupun sosial dan kebudayaan. Di bidang politik, bani
Umayyah menyusun aturan pemerintahan yang semuanya baru, guna memenuhi petunjuk
perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan agar semakin kompleks. Selain
menjadikan Majelis Penasihat sebagai pendamping, khalifah bani Umayyah juga
didampingi oleh beberapa sekretaris untuk membantu pelaksanaan tugas, yang
diantaranya yaitu:
a. Katib Ar-Rasail, sebagai sekretaris yang bertugas untuk mengatur administrasi
dan surat-menyurat dengan para pembesar setempat.
b. Katib Al-Kharraj, menjabat sebagai sekretaris yang bertugas mengatur
pemasukan dan pengeluaran negara.
c. Katib Al-Jundi, adalah sekretaris yang bertugas mengatur berbagai hal yang
bersentuhan dengan ketenteraman.Katib Asy-Syurtah, bertugas sekretaris sebagai
penyelenggara penjagaan keamanan dan ketertiban umum.
d. Katib Al-Qudat, sekretaris yang bertugas mengatur tertib hukum dengan badan-
badan peradilan dan hakim setempat.10
Bani Umayyah dalam bidang sosial budaya, telah membuka terjadinya hubungan
antar negara Muslim (Arab) dengan negeri- negeri taklukan yang dikenal mempunyai
budaya yang luhur seperti Mesir, Persia, Eropa, dan sebagainya. Jalinan tersebut

10
Ibid, hlm. 132.

12
kemudian menghasilkan kreativitas baru yang luar biasa di bidang seni dan ilmu
pengetahuan. Di bidang seni, misalnya seni bangunan (arsitektur), bani Umayyah
mencatat suatu kesuksesan yang gemilang, seperti Dome of the Rock (Qubah Ash-
Shakhra) di Yerusalem menjadi monumen terbaik yang dikagumi orang. Atensi terhadap
seni sastra juga meningkat pesat di zaman tersebut, dibuktikan dengan lahirnya tokoh-
tokoh besar seperti Al- Ahtal, Farazdag, Jurair, dan lain-lain. Walaupun masa dinasti
Umayyah dinilai banyak negatifnya, tetapi di bidang ilmiah, bahasa, sastra, dan lainnya
dinasti Umayyah tetap maju, menonjol dan mengambil kedudukan yang layak. Bangsa
Arab adalah ahli syair dan para pengagumnya rakyat serta orang-orang kaya memberikan
kedudukan khusus bagi para penyair itu dengan memuaskan. Pada waktu itu para penyair
memiliki kedudukan penting dalam pemerintahan terutama di masa Jahiliah.
Abul Aswad Ad-Duali Pada masa. 681 M mengarang gramatika Arab dengan
memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah yang semula tidak bertitik. Usaha ini sangat
berarti dalam melebarkan dan memperluas bahasa Arab, serta mempermudahkan dalam
membaca dan mempelajarinya, menjaga barisan untuk menetapkan gerak kata dan bunyi
suara serta ayunan iramanya, sehingga dapat diketahui maknanya. Kerajaan menerapkan
ilmu pengetahuan dengan berbagai buku terutama buku-buku bahasa Yunani dan Kopti
(Kristen Mesir). Hisyam bin Abdul Malik 105 H/724 M-125 H/743 M merupakan raja
bani Umayyah yang paling terkenal di bidang ilmu pengetahuan dengan meletakkan
perhatian besar pada ilmu pengetahuan.11
Dengan melanjutkan tradisi kejayaan dalam semua bidang yang telah dilaksanakan pada
masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur rasyidin. Pada bidang
peradaban dinasti Umayyah banyak menemukan cara yang lebih ke arah pengembangan
dan perluasan disemua bidang ilmu pengetahuan yang menggunakan bahasa Arab sebagai
media utama. Berbagai macam kemajuan pada bidang peningkatan ilmu pengetahuan
diantaranya sebagai berikut :
a. Pengembangan dalam Bahasa Arab
Penguasa dari dinasti Umayyah sudah membentuk Islam menjadi daulah (negara),
selanjutnya diterapkan dan ditingkatkanlah bahasa Arab di wilayah kerajaan Islam. Usaha
ini dilaksanakan untuk menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara dan
pemerintahan maka pembukuan dan surat- menyurat harus menggunakan bahasa Arab
yang pada masa sebelumnya memakai bahasa Romawi atau bahasa Persia di wilayah
bekas taklukan mereka dan juga di Persia sendiri.
b. Pusat Kegiatan Ilmu di kota Marbad

11
Ibid, hlm. 133

13
Pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan didirikan oleh dinasti Umayyah di
sebuah kota kecil. sebagai Pusat kegiatan ilmu dan kebudayaan kota itu dinamakan
Marbad ialah kota kecil di Damaskus. Di kota Marbad inilah bergabung sejumlah
pujangga, filsuf, ulama, penyair, cendekiawan dan lainnya, maka kota ini disebut ukadz-
nya Islam.
c. Bidang Ilmu Qiraat
Ilmu qiraat ialah ilmu yang mempelajari tentang seni baca Al- Quran. Ilmu qiraat ini
juga merupakan ilmu syariat yang tertua dan sudah dibangun semenjak zaman khulafaur
rasyidin. Selanjutnya pada masa dinasti Umayyah dikembangkan sehingga menjelma
menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada saat itu lahirla sejumlah ahli qiraat
ternama seperti Abdullah bin Qusair tahun 120 H dan Ashim bin Abi Nujud tahun 127 H.
d. Bidang Ilmu Tafsir
Untuk mempelajari kitab suci Al-Quran diperlukan tafsiran atau pemahaman secara
komprehensif. keinginan menafsirkan Al-Quran di lingkungan umat Islam makin
bertambah. Pada waktu pengembangan ilmu tafsir ulama yang melakukan pembukuan
ilmu tafsir adalah Mujahid tahun 104 H.
e. Bidang Ilmu Hadits
Disaat umat Muslimin sudah berupaya untuk memahami Al-Quran, ternyata ada hal
yang juga perlu mereka butuhkan, yaitu perkataan Nabi yang disebut hadits. Oleh sebab
itu, lahirlah upaya untuk mengumpulkan semua hadits, meneliti asal usulnya dan
kemudian menjadi satu bidang ilmu pengtahuan yang berdiri sendiri dan dinamakan ilmu
hadits. Pada masa dinasti Umayyah diantara semua ahli hadits yang ada, beberapa
diantaranya ada yang termasyhur dia adalah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru tahun 159
H, Hasan Basri tahun 110 H, Ibnu Abu Malikah tahun 119 H, dan Asya’bi Abu Amru
Amir bin Syurahbil tahun 104 H.
f. Bidang Ilmu Fiqh
Setelah umat Islam daulat menjadi pemerintahan, maka roda pemerintahan membutuhkan
adanya peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam menyelesaikan semua masalah. Oleh
sebab itu pemerintahan kembali mengacu kepada Al-Qur’an dan hadits sebagai syariat,
dari kedua sumber tersebut digunakan untukmengatur pemerintahan dan memimpin
rakyat. Al-Qur’an ialah dasar fiqh Islam dan ilmu fiqh telah menjadi satu cabang ilmu
syariat yang berdiri sendiri pada zaman ini. Beberapa ahli fiqh yang terkenal adalah Sa'ud
bin Musib, Abu Bakar bin Abdurrahman, Qasim Ubaidillah, Urwah, dan Kharijah.
g. Bidang Ilmu Nahwu

14
Dikarenakan wilayah kekuasannya berkembang secara luas, khususnya wilayah di luar
Arab dan bertambahnya orang-orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam pada masa
dinasti Umayyah, sehingga keberadaan bahasa Arab sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu
dibukukanlah ilmu nahwu yang sangat diperlukan untuk mempelajari berbagai ilmu
syariat agama Islam.
h. Bidang Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Jughrafi dan tarikh pada masa dinasti Umayyah telah berkembang menjadi ilmu
tersendiri. Demikian juga ilmu tarikh. Jughrafi dan tarikh pada masa dinasti Umayyah
telah berkembang menjadi ilmu tersendiri. Demikian juga ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik
sejarah umum maupun sejarah Islam pada khususnya. Ilmu jughrafi dan ilmu tarikh lahir
pada masa dinasti Umayyah, barulah berkembang menjadi suatu ilmu yang betul-betul
berdiri sendiri pada masa ini.12
i. Kegiatan Penerjemahan
Guna kepentingan penyelenggaraan dakwah Islamiyah, pada masa dinasti Umayyah
dilakukan juga penerjemahan berbagai macam buku ilmu pengetahuan dari semua bahasa
lain ke bentuk bahasa Arab. Jadi sudah jelaslah bahwa gerakan penerjemahan berbagai
macam buku telah dimulai pada zaman ini, tetapi mulai berkembang dengan pesat pada
zaman khalifah dinasti Abbasiyah. Namun yang pertama melakukan kegiatan
penerjemahan yaitu Khalid bin Yazid, dia adalah seorang pangeran yang sangat pintar
dan ambisius. ketika dia gagal mendapatkan kursi kekhalifahan, dia mencurahkannya
dalam bentuk ilmu pengetahuan, diantaranya dia berusaha menerjemahkan buku-buku
ilmu pengetahuan yang berbahasa lain ke dalam bentuk bahasa Arab. Bahkan dia
mendatangkan para ahli ilmu pengetahuan ke Damaskus untuk melakukan penerjemahan
dari bermacam bahasa. Kemudian diterjemahkan buku-buku dari ilmu kimia, ilmu
astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran dan lainnya. Sedangkan Khalid sendiri
merupakan ahli pada bidang ilmu astronomi.13

5. Kehancuran Dinasti Umayyah


Walaupun bani Umayyah terbilang sukses mencatat kejayaan yang telah diraih,
namun ternyata tidak bertahan lama, hal ini, disebabkan kelemahan-kelemahan internal
dan semakin banyaknya tekanan dari pihak luar.
Ada berbagai faktor yang mengakibatkan dinasti Umayyah lemah serta membawanya
kepada gerbang kehancuran, ialah sebagai berikut :

12
Ibid, hlm. 134-135
13
Ibid, hlm. 136.

15
a. Pola pergantian khalifah menggunakan garis keturunan adalah sesuatu yang baru
bagi kultur Arab, yang lebih mengharuskan aspek senioritas, peraturannya yang
tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini mengakibatkan
terbentuknya rivalitas yang tidak sehat di dalam anggota keluarga istana.
b. Sejarah terbentuknya dinasti Umayyah tidak bisa dipisahkan dari bermacam
konflik politik yang terjadi di masa khalifah Ali. Sisa kaum Syiah (para pengikut
Ali) dan kaum Khawarij terus berusaha menjadi gerakan oposisi, baik itu secara
terbuka atau secara tersembunyi seperti di masa awal maupun akhir kekuasaan
bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan perlawanan ini banyak menyedot
kekuatan pemerintah.14
c. Pada masa khalifah bani Umayyah, pergeseran etnis antara suku Arabia Utara
(Bani Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah terjadi sejak zaman
kejayaan khalifah bani Umayyah. Pergeseran ini menyebabkan sejumlah
penguasa bani Umayyah mengalami kesulitan untuk membentuk persatuan dan
kesatuan. Selain itu, sebagian besar kelompok timur lainnya mengalami rasa
tidak puas dikarenakan status Mawali itu diibaratkan suatu inferioritas dan
ditambah juga dengan sifat angkuh bangsa Arab yang mereka perlihatkan pada
masa bani Umayyah.
d. Rapuhnya pemerintahan Bani Umayyah juga dikarenakan gaya hidup mewah
yang terapkan di lingkungan istana membuat anak-anak khalifah tidak mampu
mengemban tugas berat kenegaraan pada saat mereka mewarisi kekuasaan. Selain
itu, sejumlah golongan rakyat biasa merasa kecewa karena perhatian penguasa
terhadap perkembangan agama sangat minim.
e. Faktor langsung runtuhnya pemerintahan dinasti Umayyah ialah timbulnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib.
Gerakan ini memperoleh dukungan penuh dari Bani Hasyim dan juga dari
golongan Syi’ah, serta kaum Mawali yang merasa disepelekan oleh pemerintah
bani Umayyah.15

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Abbasiyah


1. Pendirian Bani Abbasiyah
Pemerintahan merupakan organisasi kekuasaan politik yang mengatur hampir setiap
segi kehidupan warganya, dalam hal ini dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah,

14
Badri Yatim. Sejarah peradaban Islam......, hlm. 48.
15
Ibid, hlm. 49.

16
terbentuk dengan melanjutkan kekuasaan sebelumnya yaitu dinasti Umayyah.
pemerintahan ini dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan pemimpin
dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas yaitu paman Nabi Muhammad Saw. Pada masa
dinasti ini berkuasa, sistem pemerintahan yang diterapkan setiap periode selalu berbeda
sesuai dengan keadaan perubahan politik, sosial, dan budaya. dari perubahan tersebut
maka para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
a. Pada periode pertama 132 H/750 M-232 H/847 M, disebut periode pengaruh
Persia Pertama. Pada periode ini, kekuasaan berada di tangan para khalifah secara
penuh.16
b. Pada periode kedua 232 H/847 M-334 H/945 M, disebut periode pengaruh Turki
Pertama.
c. Pada periode ketiga 334 H/945 M-447 H/1105 M, masa kekuasaan dinasti
Buwaihi dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga
pengaruh Persia Kedua.
d. Pada periode keempat 447 H/1105 M-590 H/1195 M, masa kekuasaan dinasti
Saljuk yang biasa disebut dengan masa pengaruh Turki Kedua.
e. Pada periode kelima 590 H/1194 M-656 H/1258 M, masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad.17
Dalam drama besar politik Islam, pemerintahan Abbasiyah merupakan babak ketiga
dan pertama kali dibuka oleh Abu Al- Abbas tahun 750 M-754 M yang berperan sebagai
pelopor kerajaan. Pada saat khotbah penobatannya yang diumumkan setahun sebelumnya
di Masjid Kufah, Khalifah Abbasiyah yang pertama itu menyebut dirinya sebagai as-
saffah atau si haus darah.18 Gelar itu adalah bertanda buruk sebab dinasti yang baru
terbentuk ini mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam
menjalankan kebijakan pemerintahnya. Dalam sejarah Islam untuk pertama kalinya, di
samping singgasana khalifah terbentang karpet yang dipakai sebagai tempat eksekusi para
terdakwa. As-Saffah merupakan khalifah pertama bani Abbasiyah dan pendiri dinasti
Arab Islam ketiga setelah Khulafa Ar-Rasyidun dan dinasti Umayyah yang sangat besar
dan berusia lama dari tahun 750 M hingga tahun 1258 M, penerus Abu Al-Abbas
memegang pemerintahan meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang Abbasiyah
mengklaim bahwa diri mereka sebagai pembentuk konsep murni kekhalifahan, yaitu ide-
ide negara teokrasi yang mengambil alih pemerintahan sekuler (mulk) dari dinasti
Umayyah. Personalitas keagamaan dalam istana kerajaannya pada beragam kesempatan

16
Euis Amalia. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi......, hlm. 106.
17
Badri Yatim. 2010. Sejarah peradaban....., hlm. 49.
18
Didin Saefuddin Buchori. 2009. Sejarah Politik Islam. hlm. 85

17
formal, seperti di saat dia dinobatkan sebagai khalifah pada waktu shalat Jumat, khalifah
berpakaian dengan mengenakan jubah (burdah) yang sebelumnya pernah dipakai oleh
saudara sepupunya Nabi Muhammad Saw, namun masa pemerintahannya begitu pendek.
As-Saffah meninggal pada tahun 754 M karena menderita penyakit cacar air disaat
usianya 30-an. Selanjutnya tampuk kekuasan diambil alih oleh saudaranya yang juga
yang bernama Abu Ja’far tahun 754 M-775 M dan mendapat gelar Al-Manshur, dia
adalah khalifah terbesar pada dinasti Abbasiyah, meskipun dia bukan seorang muslim
yang saleh. Namun sebenarnya dialah yang benar-benar membangun dinasti baru itu,
bukan As-Saffah. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal dari garis
keturunannya.19
2. Khalifah-Khalifah Dinasti Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abasiyah berkali-kali terjadi pergantian khalifah dan para khalifah
bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah.20 Namun masa keemasan dinasti Abbasiyah
terletak pada 10 khalifah. Kesepuluh khalifah tersebut :
a. As-Saffah tahun 750 M
b. Al-Manshur tahun 754 M
c. Al-Mahdi tahun 775 M
d. Al-Hadi tahun 785 M)
e. Ar-Rasyid tahun 786 M
f. Al-Amin tahun 809 M
g. Al-Ma’mun tahun 813 M
h. Al-Mu’tashim tahun 833 M
i. Al-Watsiq tahun 842 M
j. Al-Mutawakkil tahun 847 M.

3. Faktor-Faktor Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Ada beberapa hal yang mendorong berdirinya dinasti Abbasiyah dan disertai juga situasi-
situasi yang membuat dinasti sebelumnya menjadi lemah yaitu:
a. Timbulnya perselisihan politik antara bani Muawiyah dengan
pengikut setia Ali bin Abi Thalib (golongan Syiah).
b. Munculnya kalangan Khawarij, disebabkan rivalitas politik antara Muawiyah
dengan Syiah dan kebijakan-kebijakan land reform yang tidak adil.
c. Terbentuknya politik penyelesaian khilafah dan konflik dengan cara damai.

19
Boedi Abdullah. 2010. Peradaban pemikiran Ekonomi....., hlm. 128.
20
Samsul Munir Amin. 2009. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 141.

18
d. Adanya asas penafsiran bahwa dekrit politik harus berlandaskan pada Al-Quran
dan oleh golongan Khawarij orang Islam non-Arab.
e. Adanya konsep hijrah di mana setiap orang harus ikut bergabung dengan
kelompok Khawarij yang tidak ikut dianggapnya sebagai orang yang berada pada
dar al-harb, dan hanya golongan Khawarijiah yang berada pada dar al- Islam.
f. Bertambah gigih pemberontakan yang dilakukan pengikut Syiah terhadap Bani
Umayyah setelah terbunuhnya Husein bin Ali dalam pertempuran Karbala.
g. Timbulnya paham mawali, yaitu pemahaman masalah perbedaan antara orang
Islam Arab dengan non-Arab.21

4. Sumber Pemasukan Negara


Sumber utama pendapatan negara Abbasiyah merupakan pemungutan pajak,
sebaliknya sumber pendapatan pemerintah lainnya ialah zakat yang diwajibkan pada
setiap umat Islam. Zakat hanya dibebankan pada pemilik tanah produktif, hewan-hewan
ternak, logam mulia seperti emas dan perak, barang-barang dagangan dan harta benda
lainnya yang bisa berkembang dan menghasilkan, baik itu secara alami maupun dengan
cara diusahakan. Para pemungut pajak resmi mengurusi pajak tanah, hewan ternak dan
sejenisnya, sedangkan pungutan pajak atas barang-barang pribadi, termasuk logam mulia
baik itu emas dan perak ditentukan oleh kebijakan dan kesadaran masing-masing
individu. Semua harta yang terkumpul dari umat Islam selanjutnya akan dibagikan oleh
kantor perbendaharaan pemerintah untuk kepentingan serta kesejahteraan umat Islam
sendiri, yaitu di gunakan untuk orang miskin, anak yatim, musafir, orang yang ikut dalam
perang suci dan para budak bahkan untuk tawanan yang harus ditebus dari musuh.
Sumber lainnya pendapatan utama perintahan adalah pajak atau upeti dari bangsa lain,
uang tebusan, pajak untuk perlindungan rakyat non-Muslim (jizyah), pajak tanah (kharaj)
dan pajak yang dikumpulkan dari barang dagangan orang non-Muslim yang masuk ke
wilayah Islam. Semua barang yang wajib pajak ini, pajak tanah adalah pajak yang
terbesar dan merupankan menjadi sumber utama pendapatan pemerintahan dari umat non-
Muslim.
Seluruh pemasukan ini pada masa moderen disebut fay dan disalurkan oleh
khalifah untuk gaji tentara, memelihara Masjid, jalan dan jembatan, pembangunan
infrastruktur, serta untuk kepentingan umum masyarakat Islam.22

21
Ajid Thohir. 2009. Perkembangan Peradaban......, hlm. 45.
22
Boedi Abdullah. 2010. Peradaban pemikiran Ekonomi....., hlm. 129.

19
5. Anggaran Pengeluaran Negara
Pembiayaan pemerintahan yang mencakup berbagai sektor bidang yang telah
dibentuk oleh pemerintahan Abbasiyah ditentukan oleh besarnya pendapatan
pemerintahan dimana beberapa divisi yang membutuhkan biaya pengeluaran yaitu
sebagai berikut :
a. Administratif pemerintahan dengan biro-bironya;
b. Sistem organisasi militer;
c. Administrasi wilayah pemerintahan;
d. Pertanian, perdagangan dan industri;
e. Islamisasi pemerintahan;
f. Kajian penelitian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
hitoriografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh) dan etika Islam, sastra, seni, dan
penerjemahan;
g. Pendidikan, kesenian, arsitektur meliputi pendidikan dasar, menengah, dan
perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik,
dan arsitek.23

6. Kemajuan Dinasti Abbasiyah


Dari perjalanan pemerintahan dan rentang sejarah, ternyata bani Abbas dalam sejarahnya
lebih banyak berbuat dan membangun dari pada pemerintahan bani Umayyah. Pergantian
dinasti Umayyah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian
kepemimpinan semata, namun lebih dari itu telah merombak, menorehkan wajah baru
dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah dan pemerintahan. Pengembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbas merupakan iklim pengembangan
wawasan dan disiplin keilmuan. Kontribusi ilmu pengetahuan terlihat dengan jelas pada
usaha keseriusan Harun Al-Rasyid dan puteranya Al-Makmun ketika membangun sebuah
akademi pendidikan pertama yang sudah dilengkapi pusat peneropong bintang,
perpustakaan terbesar serta dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
a. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
Sebelum berdirinya dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan dunia Islam saat itu selalu
berbasis pada Masjid, Masjid sering dijadikan centre of uducation. Pada saat tampuk
kekuasaan dipegang dinasti Abbasiyah inilah mulai diadakannya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diarahkan ke dalam ma’had. Lembaga ini dikenal dalam
dua tingkatan yaitu:

23
Ibid, hlm. 131.

20
1) Maktab/kuttab dan Masjid, ialah lembaga bidang pendidikan yang terendah,
dimana tempat anak-anak mengenal dan mempelajari dasar-dasar bacaan,
menghitung dan menulis serta anak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama.
2) Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar
daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa orang ahli dalam
bidangnya masing- masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu- ilmu
agama. Pengajarannya berlangsung di Masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama
bersangkutan. Bagi anak penguasa, pendidikan berlangsung di istana atau di
rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.24 Pada
perkembangan selanjutnya mulailah pemerintahan dinasti Abbasiyah membuka
pendidikan madrasah-madrasah dengan dipelopori oleh Nizhamul Muluk yang
memerintah pada tahun 456 H-485 H. Lembaga inilah yang selanjutnya
berkembang pada masa dinasti Abbasiyah. Nizhamul Muluk merupakan pelopor
pertama yang membangun sekolah dalam bentuk lembaga seperti sekarang ini
yang di sebut dengan nama madrasah. Madrasah-madrasah ini dapat dijumpai di
Bagdad, Balkan, Naishabur, Hara, Isfahan, Basrah, Mausil dan kota-kota lainnya.
Madrasah yang dibangun ini mulai dari tingkat rendah, menengah, serta meliputi
segala bidang ilmu pengetahuan.
b. Corak Gerakan Keilmuan
Aktivitas keilmuan pada masa dinasti Abbasiyah lebih banyak bersifat spesifik.
Kajian ilmu yang ditekuni kegunaannya bersifat keduniaan banyak bertumpu pada bidang
ilmu kesehatan atau kedokteran, selain itu juga ada kajian yang bersifat pada ilmu Al-
Quran dan Al-Hadits, sedangkan ilmu astronomi, mantik dan sastra baru mulai
dikembangkan dengan menggunakan penerjemahan dari bangsa Yunani.25
c. Perkembangan dalam Bidang Agama
Perkembang ilmu pengetahuan dan metode tafsir dimulai pada masa dinasti
Abbasiyah, terutama pada dua metode penafsiran, yaitu tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi
al-ra’yi. Sedangkan dalam bidang ilmu hadits, pada zaman dinasti Abbasiyah hanya
bersifat penyempurnaan saja, serta pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat.
Pada zaman ini juga mulai diklasifikasikan secara terstruktur dan pengelompokan.
Pengklasifikasian itu secara ketat dikriteriakan sehingga dikenal dengan klasifikasi hadits
Shahih, Dhaif dan Maudhu’. Terlebih dikemukakan pula kritik sanad dan matan, sehingga
terlihat jarah dan takdil rawi yang meriwayatkan hadits tersebut. Dalam bidang fiqih,

24
Badri Yatim. 2010. Sejarah peradaban....., hlm. 54.
25
Ajid Thohir. 2009. Perkembangan Peradaban......, hlm. 51

21
pada masa itu lahir beberapa fuqaha legendaris yang terkenal, seperti Imam Hanifah
tahun 700 M-767 M, Imam Malik tahun 713 M-795 M, Imam Syafi’i tahun 767 M-820 M
dan Imam Ahmad ibnu Hambal tahun 780 M-855 M. Kemajuan juga pada Ilmu lughah
tumbuh berkembang dengan sangat pesat pula karena bahasa Arab yang semakin
dibutuhkan karena penguasaan wilayah yang sangat luas maka memerlukan suatu ilmu
bahasa yang menyeluruh. Ilmu bahasa yang dimaksud disini adalah nahwu, sharaf,
ma’ani, bayan, badi, arudh dan insya. Sebagai kelanjutan dari masa Amawiyah I di
Damaskus.
d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi
Kemajuan ilmu teknologi (sains) sebenarnya telah dilakukan oleh ilmuwan Muslim.
Kemajuan tersebut adalah meliputi sebagai berikut:
1) Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhind kemudian yang diterjemahkan
oleh Muhammad ibnu Ibrahim Al- Farazi tahun 777 M. Dia adalah astronom
Muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat yang digunakan untuk
mengukur ketinggian sebuah bintang. Di samping itu juga, masih ada beberapa
ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa Al-Asturiabi, Al-Farghani, Al-
Battani, Umar Al-Khayyam dan Al-Tusi.
2) Bidang Kedokteran, masa itu dokter yang pertama kali terkenal adalah Ali ibnu
Rabban Al-Tabari. Pada tahun 850 dia mengarang buku Firdaus al-Hikmah.
Beberapa tokoh lainnya adalah Al-Razi, Al-Farabi dan Ibnu Sina.
3) Bidang Ilmu Kimia. Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan tahun 721
M-815 M. Sebenarnya masih banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-
Razi, Al-Tuqrai yang hidup pada abad ke-12 M.
4) Bidang sejarah dan geografi. Pada masa pemerintahan Abbasiyah sejarawan
Islam ternama abad ke-3 H adalah Ahmad bin Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad
bin Jafar bin Jarir Al-Tabari. Selanjutnya, ahli ilmu bumi yang termasyhur adalah
ibnu Khurdazabah tahun 820 M-913 M.26
5) Perkembangan Dibidang Politik, Ekonomi dan Administrasi
Dinasti Abbasiyah telah mengukir sejarah bahwa pada masa itu umat Islam benar-
benar mampuh berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia. Masa dimana
pemerintahan ini merupakan golden age dalam perjalanan sejarah peradaban umat Islam,
terutama pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Dimana daulat Abbasiyah
mampuh berkuasa kurang lebih selama lima abad tahun 750 M-1258 M. Pada

26
Didin Saefuddin Buchori. 2009. Sejarah Politik Islam. hlm. 101.

22
pemerintahan yang panjang tersebut dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa
antara tahun 750 M-945 M, yaitu dimulainya pemerintahan Abu Abbas sampai Al-
Mustakfi. Periode II adalah masa antara tahun 945 M- 1258 M, yaitu masa pemerintahan
Al-Mu’ti hingga pemerintahan AI-Mu’tasim. Pembagian periodisasi pada pemerintahan
ini diasumsikan bahwa pada periode pertama, dimana perkembangan di dalam berbagai
bidang masih menunjukkan grafik vertikal, stabil dan dinamis. Selanjutnya pada periode
II kejayaan dinasti Abbasiyah terus mengalami kemerosotan hingga datangnya pasukan
Tartar yang mampu melumpuhkan dan menghancurkan dinasti Abbasiyah.
Pada saat masa pemerintahan Abbasiyah periode I, kebijakan- kebijakan politik yang
dikembangkan antara lain adalah:
1) Ibukota negara dipindahkan dari Damaskus ke Bagdad.
2) Menumpas semua keturunan Bani Umayyah yang membahayakan.
3) Dalam rangka politik, dinasti Abbasiyah memperkuat diri dengan merangkul
orang-orang Persia, Abbasiyah juga memberi peluang dan kesempatan yang besar
kepada kaum mawali.
4) Menumpas pemberontakan-pemberontakan dalam kekuasan pemerintahan.
5) Menghapus politik kasta yang membahayakan pemerintahan.27
Selain kebijakan-kebijakan di atas, langkah-langkah lainnya yang dilakukan dalam
program politik adalah:
1) Para Khalifah tetap dari bangsa Arab, sedangkan para menteri, gubernur,
panglima perang serta pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawali.
2) Kota Bagdad ditetapkan sebagai ibukota negara dan juga menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi serta kebudayaan.
3) Kebebasan berpikir dan berpendapat mendapat bagian yang tinggi.28
Pada waktu pemerintahan Abbasiyah II, kekuasaan dibidang politik berangsur mulai
menurun dan terus menurun, terutama pada kekuasaan politik pusat. Dikarenakan
beberapa negara bagian sudah mulai tidak begitu mempedulikan dan tunduk lagi pada
pemerintahan pusat, kecuali pengakuan yang dilakukan secara politis saja. Pada masa
awal mula pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan dalam bidang ekonomi dapat juga
dikatakan cukup stabil dan juga menunjukkan grafik angka vertikal. Devisa yang didapat
oleh negara penuh berlimpah- limpah. Khalifah Al-Mansur adalah tokoh ekonom
Abbasiyah yang sanggup meletakkan kebijakan yang kuat pada bidang ekonomi dan
keuangan negara.

27
Thohir. 2009. Perkembangan Peradaban......, hlm. 53
28
Ibid, hlm. 54.

23
7. Kemunduran Dan Hancurnya Sistem Kekhalifahan
Pada periode II ini, ketangguhan politik Abbasiyah mulai merosot pada wilayah-
wilayah kekuasaan Abbasiyah secara politis sudah mulai mengalami cerai berai. Ikatan-
ikatan pemerintahan mulai putus satu persatu antara wilayah-wilayah Islam. misalnya, di
wilayah Barat Andalusia, dinasti Umayyah yang dahulu hancur mulai bangkit lagi dengan
cara mengangkat Abdurahman Nasr menjadi Khalifah/Amir al-Mukminin. Di Afrika
Utara juga, syiah Ismailiah bangkit dan membentuk dinasti Fatimiah. Dengan cara
melantik Ubaidillah Al-Mahdi serta menjadikannya khalifah dan juga kota Mahdiyah
yang dekat Tunisia dijadikan pusat kerajaan. Sehingga, pada periode abad ke-10 M ini,
sistem kekhalifahan akhirnya mulai melemah dan terpecah ke dalam tiga wilayah:
Bagdad, Afrika Utara dan kekuasaan Spanyol. Di Mesir, Muhammad Ikhsyid berkuasa
atas nama Bani Abbas. Demikian pula dengan di Halab dan Mousil Bani Hamdan
bangkit. Sementara itu di Yaman, kedudukan Syiah Zaidiyah semakin kuat dan kokoh.
Sedangkan di ibukota Bagdad sendiri, Bani Buwaihi berkuasa dengan praktik (defacto)
dalam pemerintahan bani Abbas, sehingga khalifah tinggal nama saja.29
Faktor-faktor kemunduran itu dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pertentangan internal dalam keluarga
Pada internal keluarga terjadi konflik yang berkepanjangan dimana terjadi bentrokan
yang membuat ribuan orang terbunuh akibat peristiwa Al-Mansur melawan Abdullah
ibnu Ali pamannya sendiri. Al-Amin dan Al-Makmun Al- Mu’tasim melawan Abbas ibnu
Al-Makmun. Konflik ini juga membuat keretakan psikologis yang mendalam dan hi-
langnya solidaritas kekeluarga, sehingga mengundang campur tangan kekuatan luar yang
juga mengambil keuntungan dari konflik internal tersebut.
b. Kehilangan kendali dan munculnya daulat-daulat kecil Faktor kepribadian
Kehilangan kendali dan munculnya daulat-daulat kecil Faktor kepribadian sangat
menentukan keberhasilan dari seorang pemimpin. Kelemahan pribadi diantara khalifah
Abbasiyah yang mengakibatkan kehancuran sistem pemerintahan. Terutama disebabkan
mereka terlena dengan kehidupan mewah sehingga membuat mereka kurang
mempedulikan urusan kenegaraan. Perdana menteri semaunya menetapkan kebijakan
para khalifah. Mereka juga rela menggunakan kekuatan dari luar secara berturut-turut
demi mempertahankan pemerintahannya, seperti orang Turki, Seljuk dan Buawaihi-

29
Ibid, hlm. 55.

24
Khawarizmi. Kekuatan luar ini lebih jauh dapat mengakibatkan kehancuran struktur
kekuasaan dari dalam kekhalifahan itu sendiri.30
Akibat rapuhnya khalifah pusat, sedikit banyak telah menggoda sejumlah
penguasa daerah (gubernur) untuk melirik pada otonomisasi pemberontakan. Para
gubernur yang berdomisili di wilayah Barat Bagdad seperti Aghlabiyah, Idrisiyah,
Fatimiyah, Amawiyah II, Thuluniyah. Hamdaniyah maupun yang berdomisili di Timur
Bagdad seperti Thahiriyah, Shafariyah, Ghaznawiyah, Samaniyah, mencoba untuk tidak
taat lagi pada khalifah pusat di Bagdad bahkan melepaskan diri dari kekuasaan Bani
Abbasiyah. Dalam keadaan yang penuh kekacauan dan mulainya keruntuhan
pemerintahan inilah akhirnya datang pasukan Hulaghu Khan dengan bala tentara
Tartarnya pada tahun 1258 M berhasil menghancurkan Bagdad. Sampai di sini
berakhirlah Dinasti Abbasiyah.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Turki Usmani


1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua
Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk
oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang
berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh
pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke
puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam
muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang
kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh orang-orang
saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh kemenangan ini terus
meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah memiliki pemerintahan yang terkemuka
yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk
romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi
pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H
berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar

30
Ibid, hlm. 56.

25
ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia, pemerintahan
utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.31
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah
Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi
penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri
romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu
kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra
yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian
lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah
bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara
Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan
10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah
kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya
melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah
(Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri
ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat
perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan
Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang
berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan
sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud
sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun
1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam
beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim
Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan
berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka
mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699
H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di
sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah

31
Ahmad Al usairy, terjemah “tarikh al islamiy”sejarah islam , akbar, Jakarta:2008

26
yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya
dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari
kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut
disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya masing-masing. Orchan
sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah
menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa.
Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum.
Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah
penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania.
Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.

2. Raja-Raja Turki Usmani


Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani
mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah
ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
a. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi
Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah
Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah
Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada
raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil
yang tunduk kepada Usman.

b. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)


Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah
banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota
kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di
selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah.

27
Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah
pertama kali dipergunakan senjata meriam.

c. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)


Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di
dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke
benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus
dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh
wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa
Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II
untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan
Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh
pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan
Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan
Saloniki.

d. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)


Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-
negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga
mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap
pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang
Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh
pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di
Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu
Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada
tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani,
sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari
genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.

e. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)

28
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang
semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti
wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru
berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan
Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu
kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra
Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan,
memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat
sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H
(1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.

f. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)


Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad
II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang
dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari
kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil,
Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius
VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan
dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad,
perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali
berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada
putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.

g. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)


Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin
oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena
dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan
kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota
Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai
raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap
sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin
Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:

29
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi
Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau
perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara
mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang
didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng
Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan
sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala
sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota
Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium
tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat
sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai
ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota
Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-
negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan
Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
i. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
ii. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
iii. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
iv. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
v. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani
sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut
tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka
bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya,
dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan
Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa
negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
i. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
ii. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.

30
iii. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
iv. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan
tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam table dibawah ini:
No. Nama Khilafah Tahun
1 Utsman I 1281
Pengangkatan
2 Orhan 1324
(Masehi)
3 Murad I 1306
4 Bayazid I 1389
Peralihan Kekuasaan 1402
5 Muhammad I 1413
6 Murad II 1421
7 Muhammad II 1444
8 Murad II (menjabat yang kedua kalinya) 1446
9 Muhammad II (menjabat ketiga kalinya) 1451
10 Bayazid II 1481
11 Saim I 1512
12 Sulaiman I 1520
13 Salim II 1566
14 Murad III 1574
15 Muhammad III 1594
16 Ahmad I 1603
17 Musthofa I 1617
18 Utsman II 1618
19 Musthofa I (menjabat kedua kalinya) 1622
20 Murad IV 1623
21 Ibrahim 1640
22 Muhammad IV 1648
23 Sulaiman II 1678
24 Ahmad II 1691
25 Musthofa II 1695
26 Ahmad III 1703
27 Mahmud I 1730
28 Utsman III 1754
29 Musthofa III 1757
30 Abdul Hamid I 1774
31 Salim III 1789
32 Musthofa IV 1807
33 Mahmud II 1808

31
34 Abdul Majid I 1839
35 Abdul Aziz 1861
36 Murad V 1876
37 Abdul Hamid II 1876
38 Muhammad Rasyid V 1909
39 Muhammad Wahid al-Din 1918
40 Abdul Majid II (hanya bergelar sebagai 1914
khalifah saja)

3. Kemajuan Turki Usmani


a. Aspek Kekuasaan Wilayah
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya
Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat
pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan
dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma)
tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli
1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan
keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan
Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia,
dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani,
negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan,
hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul
mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan
berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada
tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain
menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang
bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402
M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan
kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun
1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya
(Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang
naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali

32
kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih setelah Timur lenk meninggal pada
tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya,
Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan
Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa
Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan
Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan
kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial
akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan,
memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga
menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk. Setelah Sultan
Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan
yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah
berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia
hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut
Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis,
Budapest dan Yaman.
b. Aspek Perekonomian
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur,
juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu32
c. Aspek Ilmu Pengetahuan
1) Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang
begitu menonjol, tidak seperti Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik
kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada
masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa

32
Busman Edyar, Ilda Hayati, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta, Pustaka Asatruss,2009) Hal.147

33
terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah
terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan
ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar
sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan
keteraturan catatan peminjan.
2) Penerjemahan kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari
bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang
diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku
lainnya yang diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-
zaharowi al-andalusi, seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku
ini kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala
terjadi operasi bedah33
4. Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan
Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang
menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya.
Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria.
Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani
perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria,
sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan
Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng
pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara
laut hitam dengan laut putih.
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
a. Faktor internal
1) Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga
hilangnya keadilan,
2) banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
3) Heterogenitas penduduk dan agama.

33
Adjit Tohir , loc cit hal. 180

34
4) Kehidupan istimewa yang bermegahan.
5) Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar
peperangan turki mengalami kekalahan.

b. Faktor Eksternal
1) Munculnya gerakan nasionalisme.
Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk
melawannya.
2) Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan.
Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata
tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih
maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari
orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam
dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan persatuan
kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan
diri dari kerajaan turki tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinasti Umayyah diambil dari penisbatan nama Umayyah bin Abd Syams bin Abdu
Manaf. Ia merupakan salah seorang tokoh yang penting dalam masyarakat Quraisy pada
zaman Jahiliah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf sering bertarung untuk
memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Pendiri dinasti Umayyah dipelopori oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah adalah orang yang mendirikan daulah
Bani Umayyah ia juga orang yang pertama menjadi khalifah. demi kepentingan
politiknya ia juga memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
Kekuasaan dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya yaitu selama 90 tahun,
dengan dipimpin oleh 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama kali dari dinasti
Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sofyan, dan khalifah yang terakhir dari dinasti
Umayyah adalah Marwan bin Muhammad.

35
Pemerintahan merupakan organisasi kekuasaan politik yang mengatur hampir setiap
segi kehidupan warganya, dalam hal ini dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah,
terbentuk dengan melanjutkan kekuasaan sebelumnya yaitu dinasti Umayyah.
pemerintahan ini dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan pemimpin
dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas yaitu paman Nabi Muhammad Saw. Pada masa
dinasti ini berkuasa, sistem pemerintahan yang diterapkan setiap periode selalu berbeda
sesuai dengan keadaan perubahan politik, sosial, dan budaya.

Pendiri kerajaan Utsmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira
kira 3 abad, mereka pindah keTurkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk
Islam pada abad ke 9 atau ke 10, ketika mereka menetap diAsia Tengah.

B. Saran
Tentunya kami dalam menyelesaikan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangannya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Serta kritik
yang bersifat untuk membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan di
kemudian hari. Akhirul kalam syukron katsiron

36
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Boedi. 2010. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung : Pustaka


Setia.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. 2010. Depok : Gramata
Publishing.
Amin, Samsul Munir. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.
Buchori, Didin Saefuddin. 2009. Sejarah Politik Islam. Jakarta : Pustaka
Intermasa.
Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw.

Jakarta : Gema Insani Press.


Thohir, Ajid. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam.
Jakarta : Rajawali Pers.

37

Anda mungkin juga menyukai