Anda di halaman 1dari 18

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam bermuamalah.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca, dan memberi masukan- masukan yang bersifat
membangun, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, September 2018

1|Dasar-dasar Ekonomi Islam


BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang

Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip produksi dalam islam?
2. Apa yang dimaksud dengan produksi?
3. Apa yang dimaksud dengan biaya produksi?
4. Apa pengaruh pajak, bunga bank, zakat, dan bagi hasil terhadap biaya
produksi?
5. Apa yang dilakukan untuk upaya pemaksimuman keuntungan?
6. Apa sajakah motif di dalam produksi?
7. Norma dan etika apa sajakah yang terdapat dalam produksi

2|Dasar-dasar Ekonomi Islam


BAB II
PEMBAHASAN

1. Prinsip Produksi Dalam Islam

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan


jassa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis produksi
adalah proses mentranformasikan input menjadi output.1
Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan
yang menciptakan manfaat baik dimasa kini maupun masa mendatang.
Dengan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kegiatan produksi tidak
terlepas dari keseharian manusia. Produksi, distribusi dan konsumsi
sesungguhnya merupakan satu rangkaian ekonomi yang tidak bisa
dipisahkan.2

2. Faktor-Faktor Produksi
Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang
dihasilkan dinamakan dengan fungsi produksi. Faktor produksi dapat
dibedakan kedalam 4 golongan yaitu, tanah, tenaga, kerja, modal dan
keahlian. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah
yang diproduksi diistilahkan dengan output. Fungsi produksi dinyatakan
dalam brntuk rumus, sebagai berikut
Q=f(K,L,R,T)
Dimana:
K = jumlah stok modal
L = julah tenaga kerja

1
Rozalinda , Ekonomi islam, (Jakarta: PT raja grafindo persada, 2016) hal.116
2
Ghofur Abdul, Pengantar ekonomi syariah. (Depok: Rajawali pers, 2017) hal. 85

3|Dasar-dasar Ekonomi Islam


R = kekayaan alam
T = tingkat teknologi yang digunakan
Q = jumlah produksi yang dihasilkan oleh bebgai jenis faktor-faktor
produksi tersebu secara bersamaan.
Berdasarkan persamaan diatas dapat dipahami bahwa tingkat produksi
suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah
kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan.
Dalam teori ekonomi, dalam menganalisis produksi, selalu dimisalkan
bahwa tiga faktor produksi (tanah, modal, dan keahlian) adalah teteap
jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang
berubah-ubah jumlahnya sehngga dalam menggambarkan hubungan antara
faktor-faktor produksi yang digunakan dengan tingkat produksi yang dicapai
selalu digambarkan dengan hubungan antara jumlah tenaga kerja yang
diguanakan dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
1. Faktor alam/tanah
Faktor alam adalah faktor dasar dalam produksi. Alam yang dimaksud
di sini adalah bumi, dan segala isinya, baik yang ada di atas permukaan
bumi, maupun yang terkandung di dalam bumi itu sendiri. Dalam
produksi, semua itu dikategorikan sebagai sumber alam yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia (Said
Sa‟ad Marthon, 2004). Rasulullah Saw. sangat memperhatikan
pemanfatan tanah mati sebagai sumberdaya bagi kemakmuran rakyat.
Islam mengakui adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang ada,
dengan selalu mengupayakan pemanfaatan dan pemeliharaan yang baik
atas sumber daya alam sebagai salah satu faktor produksi. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada seseorang dalam
mengembangkan (mengelola) tanah. Islam juga membolehkan pemilik
tanah menggunakan sumber-sumber alam yang lain sebagai bahan
produksi (Muhammad, 2004).

4|Dasar-dasar Ekonomi Islam


2. Faktor tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor pendaya guna dari faktor produksi
sebelumnya, yakni faktor alam. Tenaga kerja juga merupakan asset bagi
keberhasilan suatu perusahaan, karena kesuksesan suatu produksi terletak
pada kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Tenaga kerja
yang memiliki skill dan integritas yang baik merupakan modal utama bagi
suatu perusahaan. Tenaga kerja merupakan pangkal produktivitas dari
semua faktor produksi yang tidak akan bisa menghasilkan suatu
barang/jasa apapun tanpa adanya tenaga kerja (Ika Yunia Fauzia dan
Abdul Kadir Riyadi).
Dengan demikian, tenaga kerja dibutuhkan untuk melakukan proses
transformasi dari bahan menjadi barang jadi sesuai yang dikehendaki
perusahaan. Buruh/tenaga kerja bukan hanya merupakan suatu jumlah
usaha atau jasa yang ditawarkan untuk dijual pada perusahaan, sehingga
yang mempekerjakan buruh/karyawan/tenaga kerja mempunyai tanggung
jawab moral dan sosial, sehingga dasar penetapan besaran upah yang
dibayarkan harus dapat meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja yang
bersangkutan dengan tidak mengabaikan tingkat efisiensi kerja sehingga
dapat menekan biaya produksi (Indriyo Gitosudarmo, 2002).
Hak pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh pelakunya ialah terpenuhinya
syarat-syarat akad (kontrak) pekerjaan yang telah disetujui. Salah satu
yang harus terpenuhi adalah hak para pekerja. Adapun yang menjadi hak
yang harus diterima oleh pekerja adalah (Djazuli, A., Yadi Janwari):
mendapatkan upah/gaji dari hasil pekerjaannya, mendapatkan jaminan
kerja dari pihak pemberi kerja, mendapatkan pelayanan kesehatan dan
tujuan sosial lainnya, mendapatkan pendidikan agar kualitas bekerja dari
para pekerja semakin meningkat.
3. Faktor modal (capital)

5|Dasar-dasar Ekonomi Islam


Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi,
oleh karenanya tanpa modal produsen tidak dapat menghasilkan
barang/jasa. Modal adalah sejumlah daya beli atau yang dapat
menciptakan daya yang dipergunakan untuk suatu proses produksi, tanpa
modal maka tidak dapat berproduksi dan membangun (Mochtar Effendi).
Dalam Islam modal haruslah bersumber dari suatu yang bebas dari riba
sehingga dapat tercapai suatu kebaikan dalam aktivitas produksi dan
tercapainya maslahah (Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi).
Mochtar Effendi membedakan modal berdasarkan sumber modal yaitu
(Mochtar Effendi ) : a. Modal dari alam Semua kandungan dari sumber
daya alam yang belum dinyatakan dimiliki oleh seseorang atau badan
hukum dapat digunakan sebagai modal produksi. b. Modal sendiri Apapun
yang menjadi milik seseorang dapat dijadikan modal bagi usahanya
sepanjang milik atau barang tersebut tidak dilarang atau dinyatakan
haram. c. Modal pinjaman Pinjaman yang diperoleh dari orang ataupun
lembaga lain dan digunakan sebagai modal dapat mengatasi kekurangan
modal produksi dengan catatan sistem pinjaman yang digunakan tidak
boleh mengandung unsure riba ataupun menyalahi aturan syari‟ah, bahkan
semakin maju perekonomian akan semakin banyak transaksi yang
dilakukan dengan cara kredit. Mendapatkn uang (daya beli) yang
bersumber dari pinjaman disebut modal pinjaman.3

4. Faktor kewirausahaan
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang
digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produk.
Sumber daya pengusaha yang disebut juga kewirausahaan. Berperan
mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka

3
Muhammad Turmudi, PRODUKSI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM EDISI Maret 2017 hal 46

6|Dasar-dasar Ekonomi Islam


meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien.
Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai pemiu proses produksi,
pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk
mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi, pengusaha harus
meempunyai kemampuan merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan dan mengendalikan usaha.
Organisasi sebagai faktor produksi dalam ekonomi islam berbeda
dengan konsep organisasi dalam konsep konvensional. Dalam sistem
ekonomi islam, organisai sebagai faktor produksi yang mempunyai ciri-
ciri yaitu pertama, dalam ekonomi islam produksi lebih didasarkan pada
equity based (kekayaan) dari pada loan based (pinjaman). Para manajer
cenderung mengelola perusahaan dengan prinsip membagi deviden
dikalangan pemegang saham atau berbagi hasil dengan mitra usaha. Sifat
motivasi organisasi cenderung dilakukan dalam bentuk investassi
mudhharabah dan musyarakah dan bentuk lainnya.4

3. Biaya Produksi
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Biaya merupakan harga pokok atau bagiaannya yang telah
dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.
Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
mentah yang akan sempit, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
yang dapa diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau secara
potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan, bahwa terdapat 4 unsur dalam biaya yaitu:

4
Rozalinda , Ekonomi islam, (Jakarta: PT raja grafindo persada, 2016) hal.116

7|Dasar-dasar Ekonomi Islam


1. Pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Telah terjadi atau kemungkinan terjadi
4. Untuk mencapai tujuan tertentu
Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu biaya tetap dan buaya yang selalu berubah.
Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan biaya total (total
cost). Biaya produksi total dapat dari penjumlahan biaya tetap (fix cost)
dan biaya berubah (variable cost).
1. Biaya tetap (fixed cost)
Segala macam biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
tidak memandang apakah perusahaan itu sedang menghasilkan
barang atau tidak. Bisanya dalam bentuk gaji karyawan, abidemen,
sewa dan lain-lain. Secara teoris jenis biaya ini sangat penting dan
kursial bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi operasional
perusahaan dalam hal penentuan tingkat impas penentuan tingkat
leverage dan maksimum biaya. Dalam tahap dimana perusahaan
tidak berproduksi, maka biaya tetap adalah merupakan biaya
totalnya, jadi FC=TC.
2. Biaya variable (variable cost) VC=f (output atau Q), yaitu segala
macam biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan esar kecilnya
unit produksi yang dihasilkan. Bila tenaga kerja tidak digaji tetap
melainkan diupah, maka bebannya termasuk dalam biaya variable.
Secara teoritas biaya variable dikelompokan menjadi 3 macam
yaitu:
a. Biaya variable yang bersifat progresif, yaitu biaya variable
yang nilainya semakin besar seiring dengan semakin
bertambahnya beban produksi

8|Dasar-dasar Ekonomi Islam


b. Biaya variable yang bersifat proposional, yaitu biaya yang
proposi nilainya sama dengan proposi pertambahan beban
produksi
c. Biaya variable yang bersifat degresif, yaitu biaya variable yang
nilainya semakin menurun seiring bertambahnya beban
produksi.

3. Total cost
Biaya yang dapat dihitung menggunakan rumus berikut: TC= FC +
VC.

Biaya-biaya total
Kurva FC bentuknya adalah horizontal karena nilainya tidak
berubah walau berapapun banyaknya barang yang diproduksi.
Sedangkan kurva VC bermula dari titik nol dan semakin lama
akan semakin tinggi. Ini mengambarkan, bahwa ketika tidak ada
produksi berarti FC=0, dan semakin besar produksi semakin besar
pula nilai biaya total (VC), bentuk kurva VC pada akhirnya akan
semakin tegak.5

5
Ibid hal.120

9|Dasar-dasar Ekonomi Islam


4. Pengaruh Pajak, Bunga Bank, Zakat, Dan Bagi Hasil Terhadap Biaya
Produksi
Pengenaan pajak atas suatu barang yang diproduksi/dijual akan
mempengaruhi keseimbangan pasar barang. Pajak yang dikenakan atas
penjualan suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut naik. Sebab,
setelah dikenakan pajak produsen akan mengalihkan beban pajak tersebut ke
konsumen, yaitu dengan jalan menawarkan harga jual yang lebih tinggi.
Akibatnya, harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih tinggi
daripada harga keseimbangan sebelum pajak.
Pajak yang dikenakan atas penjualan selalu menambah harga barang yang
ditawarkan, sehingga hanya mempengaruhi fungsi penawaran. Sedangkan,
fungsi permintaannya tetap. Pajak dapat mempengaruhi nilai keseimbangan
pasar sebuah barang sebuah barang seperti jumlah keseimbangan dan harga
keseimbangna pasar barang tersebut. Keseimbangan pasar dapat ditemukan
ketika nilai Qd = Qs atau Pd = Ps. Pajak dapat menurunkan jumlah
permintaan barang di pasar karena setelah dikenakan pajak para produsen
akan menaikkan harga barang mereka. Jika sebelum terkena pajak fungsi
penawaran barangnya adalah Ps = a + bQ + t
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual
menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebih
besar (tinggi) pada sumbu harga. Jika sebelum pajak persamaan
penawarannya P = a + bQ maka sesudah pajak ia akan menjadi P = a + bQ + t.
Dengan kurva penawaran yang lebih tinggi (cateris paribus), titik
keseimbangan akan bergeser menjadi lebih tinggi.
Berbeda dengan penerapan bagi hasil, dimana bagi hasil dilakukan setelah
keuntungan produksi diperoleh. Hal ini tentu tidak akan mengakibatkan
kenaikan biaya produksi. Pada sistem bagi hasil, kurva fix cost tidak
mengalami perubahan. Dengan demikian, sistem sistem bagi hasil tidak akan
mempengaruhi harga barang. Sama halnya dengan zakat dikenakan setelah

10 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
produksi. Dengan demikian produsen tidak akan membebankan kepada
konsumen, sehingga harga barang tidak mengalami kenaikan.6

5. Pemaksimuman Keuntungan
Keuntungan yang maksimum dapat dicapai apabila perbedaan antara
hasil penjualan dengan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar.
Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya produksi.
Sementara itu, kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari
biaya produksi.
Dalam menganalisis suatu usaha, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu
biaya produksi yang dikeluarkan dan hasil penjualan dari barang-barang
produksi. Di dalam jangka pendek, pemaksimuman keuntungan oleh suatu
perusahaan dapat dicari dengan dua cara yakni; membandingkan hasil
penjualan total dengan biaya total dan menunjukkan hasil penjualan marginal
sama dengan biaya marginal. Keuntungan adalah perbedaan antara hasil
penjualan total yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan.
Keuntungan akan mencapai maksimum apabila perbedaan diantara keduanya
adalah maksimum. Untuk meneentukan keadaan ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil penjualan total dan biaya total pada setiap tingkat
produksi, di mana hasil penjualan total melebihi biaya total pada jumlah yang
paling maksimum, (keuntungan=hasil penjualan-biaya produksi).
Berkaitan dengan keuntungan dalam produksi, imam al-ghazali tidak menolak
kenyataan bahwa mencari keuntungan merupakan motif utama dalam
perdagangan. Namun ia memberikan penekanan pada etika bisnis, bahwa
keuntungan yang hakiki yang dicari adalah keuntungan di akhirat. Ini
mengindikasikan, bahwa keuntungan yang diperoleh adalah dengan cara-cara
yang digariskan syariat, yaitu nilai-nilai keadilan dan menghindari

11 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
kedzaliman. yang kedua adalah denagn menggunakan bantuan kurva atau
biaya rata-rata dan biaya maraginal. Pemaksimuman keuntungan dicapai pada
tingkat produksi di mana hasil penjualan marginal (marginal revenue/ MR)
sa,ma dengan biaya marginal (MC). MR=MC. Margina revenue merupakan
tambahan hasilpenjualan yang diperoleh perusahaan dari menjual satu unit
lagi barang yang diproduksi.7

6. Motif Produksi

Motif untuk memaksimumkan keuntungan dipandang tidak salah


dalam islam. Upaya untuk mencari keuntungan merupakan konsekuensi logis
dari kativitas produksi seseorang karena keuntungan itu merupakan rezeki
yang dibenarkan Allah kepada manusia. Islam memandang bahwa kegiatan
produksi itu adalah dalam rangka memaksimalkan kepuasan dan keuntungan
dunia dan akhirat (QS. Al-Qashash:77). Dalam pandangan islam, produksi
bukan sekedar aktivitas yang bersifat duniawi, tetapi juga merupakan sarana
untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Untuk itu motivasi
produsen dalam memaksimumkan keuntungan harus dilakkan dengan cara-
cara yang sejalan dengan tujuan syariah (maqashid syariah), yaitu
mewujudkan kemaslahatan hidup bagi manusia dan lingkungannya secara
keseluruhan. Dengan demikian, produsen adalah maslahah maximize.
Produsen dapat melakukan kegiatan produksi untuk mendapatkan keuntungan
dalam rangka mewujudkan kemaslahatan manusia dan lingkungannya. 8

7. Norma Dan Etika Dalam Produksi


a. Perhatian Al-Qur’an terhadap Sumber Daya Alam

7
Hal. 124-125
8
Hal.126

12 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
Para ahli ekonomi mendefinisikn produksi sebagai “Menciptkan
kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam oleh manusia.” Sumber alam
adalah kekayaan alam yang diciptakan Allah untuk manusia dengan
bermacam-majam jenis. Pertama, lapisan bumi dengan unsur yng berbeda-
beda, berupa lapisan udara atau berbagai jenis gas. Kedua, lapisan kering,
yang terdiri dari debu, bebatuan, dan barang tambang. Ketiga, lapisan air.
Keempat, lapisan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang terdiri dari
ilalang dan hutan belukar. Ada pula kekayaan alam yang sampai sekarang
belum dimanfaatkan manusia, yaitu kekayaan dari gaya grafitasi bumi dan
sinar matahari.
Inilah yang ditetapkan oleh para ahli ekonomi. Di dalam Al-Qur’an,
dianjurkan kepada kita untuk menggunakan sumber-sumber kekayaan alam.
Dalam firmannya QS. Ibrahim: 32-34.

‫اء َما ًء‬ِ ‫س َم‬‫ض َوأَنز َل ِمنَ ال ه‬ َ ‫األر‬ ْ ‫ت َو‬ ِ ‫س َم َاوا‬ ‫َّللاُ الهذِي َخلَقَ ال ه‬ ‫ه‬
َ ‫س هخ َر لَ ُك ُم ْالفُ ْل َك ِلت َ ْج ِر‬
‫ي فِي‬ َ ‫ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم َو‬ ِ ‫فَأ َ ْخ َر َج ِب ِه ِمنَ الث ه َم َرا‬
‫س‬ ‫س هخ َر لَ ُك ُم ال ه‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫) َو‬32( ‫ار‬ َ ‫س هخ َر لَ ُك ُم األ ْن َه‬َ ‫ْالبَ ْح ِر بِأ َ ْم ِر ِه َو‬
َ ‫َو ْالقَ َم َر دَا ِئ َبي ِْن َو‬
َ ‫س هخ َر لَ ُك ُم الله ْي َل َوالنه َه‬
‫) َوآتَا ُك ْم ِم ْن ُك ِِّل َما‬33( ‫ار‬
‫ظلُو ٌم‬
َ َ‫سانَ ل‬ ‫سأ َ ْلت ُ ُموهُ َو ِإ ْن تَعُدُّوا نِ ْع َمةَ ه‬
ُ ‫َّللاِ ََل ت ُ ْح‬
َ ‫صوهَا ِإ هن اإل ْن‬ َ
)34( ‫ار‬ ٌ ‫َكفه‬
Artinya: “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit. Kemudian Dia mengeluarkan dengan air
hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu. Dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan
kehendakNya dan Dia telah pula menundukan (pula) bagimu sungai-sungai.
Dan Dia telah menundukan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus-
menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam

13 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa
yang kamu memohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya...”
Beberapa sumber daya yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu:
1. Hewan
2. Tumbuh-tumbuhan
3. Kekayaan laut
4. Kekayan tambang
5. Matahari dan Bulan
Memanfaatkan kekayaan alam tergantung pada ilmu dan amal
a) Ilmu atau Sains
Al-Qur’an menjelaskan bahwa memanfaatkan itu semua terfokus
dalam dua hal. Pertama, ilmu atau sains yang berdiri diatas fondasi
rasio dan akal budi.
b) Kerja
Bekerja di dalam islam adalah suatu kewajiban bagi mereka yang
mampu. Islam mengagungkan “pekerjaan duniawi” dan kadang-
kadang menjadikannya bagian dari ibada. Di sisi lain, pekerjaan
dikategorikan sebagai jihad jika diniatkan dengan ikhlas dan
diiringi oleh ketekunan dan ihsan.9
b. Bekerja sendi utama produksi
Para ahli ekonomi menetapkan bahwa produksi terjadi karena empat
unsur yang saling berkaitan yaitu alam, modal, bekerja dan disiplin.
Yang dimaksud dengan alam atau bumi adalah kekayaan alam yang
diciptakan Allah agar bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai bekal
yang mereka butuhkan.

9
Dr. Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, ( Jakarta: Gema Insani, 2006). Hal: 99-104

14 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
Yang dimaksud dengan bekerja adalah segala usaha maksimal yang
dilakukan manusia, baik lewat gerak anggota tubuh ataupun akal untuk
menambahkan kekayaan.
Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan
bumi. Bumi adalah tempat membanting tulang, sedangkan manusia
adalah pekerja diatasnya.
Adapun unsur lainnya, seperti disiplin, tidak lebih daripada strategi
dan pengawasan, sedangkan modal tidak lebih daripada aset, baik
berbentuk alat ataupun bangunan yang semuanya merupakan hasil
kerja manusia. 10
c. Berproduksi dalam lingkaran halal
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh muslim
baik individu ataupun komunitas adalah berpegang pada semua yang
dihalalkan Allah dan tidak melewati batas.
Diantara produk yang dilarang ialah produk yang merusak akidah,
etika, dan moral manusia, seperti prroduk yang berhubungan dengan
pornografi dan sadisme, baik dalam opera, film, dan musi. Juga apa
saja yang berhubungan dengan media informasi, baik media cetak
ataupun media televisi. Pada umumnya, pengusaha dalam bidang ini
hanya mengejar pendapatan, mengembangkan ekspor, dan meraih laba
tanpa pernah memikirkan halal atau haram.
d. Perlindungan kekayaan alam
Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam karena ia
merupakan nikmat dari Allah kepada hambaNya. Setiap hamba wajib
mensyukurinya, dan salah satu mensyukurinya adalah dengan cara
menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan.

10
Ibid. Hal: 104-105

15 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
a) Larangan menelantarkan ladang pertanian dan hewan dari
perbuatan syirik
b) Ancaman bagi orang yang iseng membunuh burung
c) Penebangan hutan secara liar masuk neraka
d) Melindungi binatang dari penyakit menular
e) Menghidupkan tanah yang terbengkalai
e. Realisasi swasembada bagi perorangan dan umat
1. Bagi perorangan
Oleh sebab itu, setiap manusia wajib bekerja sesuai profesinya.
Diharapkan, dengan bekerja ia bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya, tidak mengemis dan tidak menggantungkan nasib
kepada orang lain.
Sebagai tahap awal, seseorang membutuhkan pekerjaan yang halal
walaupun penghasilan kecil.
2. Bagi umat
Untuk mewujudkan swasembada umat, ada beberapa program
yang perlu direncanakan. Untuk menempuh program ini
dibutuhkan dua hal. Pada satu sisi diperlukan sarana dan prasarana,
dan sisi lain diperlukan kepatuhan masyarakat terhadap program
tersebut.
a. Perencanaan yang matang.
b. Mengembangkan sumber daya alam.
c. Mendayagunakan sumber alam.
d. Memproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e. Investasi modal.11

11
Dr. Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, ( Jakarta: Gema Insani, 2006). Hal: 117-135

16 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

17 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m
DAFTAR PUSTAKA

18 | D a s a r - d a s a r E k o n o m i I s l a m

Anda mungkin juga menyukai