Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harus diakui, bahwa mendamaikan para pihak yang sedang berperkara
dipengadilan bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi jika sentimen pribadi lebih
mengemuka dibanding pokok persoalan yang sebenarnya. Rendahnya tingkat
keberhasilan lembaga damai di pengadilan banyak diakibatkan oleh lemahnya
partisipasi para pihak terhadap proses perdamaian yang ditawarkan. Mahkamah
Agung sebagai badan peradilan tinggi memiliki kepentingan yang besar terhadap
keberhasilan proses perdamaian, mengingat masalah penumpukan perkara di
Mahkamah Agung secra tidak langsung di akibatkan oleh gagalnya proses
perdamaian di tingkat Judex Factie yang ditindak lanjuti dengan tingginya
penggunaan upaya hukum terhadap sengketa yang diputuskan oleh pengadilan-
pengadilan tingkat pertama, oleh karena itu di perlukan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
Di dalam sistem hukum di indonesia terdapat berbagai Alternatif Penyelesaian
Sengketa, baik itu di pengadilan (inside the court) maupun diluar pengadilan (outside
the court) sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 30 Tahun 1999 pada BAB I,
ketentuan umum Pasal 10 menjelaskan bahwa alternatif penyelesaian sengketa diluar
pengadilan adalah konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli serta
arbitrase. Salah satu dari beberapa penyelesaian tersebut yang menggunakan pihak
ketiga untuk menyelesaikan masalah adalah Mediasi.
Mediasi adalah Mediasi adalah proses pemecahan masalah di mana pihak luar
yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang bersengketa
untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian dengan memuaskan.
Berbeda dengan hakim atau arbiter, mediator tidak mempunyai wewenang untuk
memutuskan sengketa antara para pihak, namun dalam hal ini para pihak

1|Mediasi
menguasakan kepada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan persoalan-
persoalan diantara mereka.1
Dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya
dan setiap penyelesaiannya didasarkan kesepakatan para pihak. Cara ini dapat pula
digunakan untuk menyelesaikan setiap bentuk sengketa, apakah itu sengketa
ekonomi, politik, hukum, sengketa wilayah, keluarga, suku, dan lain-lain. Bahkan,
apabila para pihak telah menyerahkan sengketa kepada suatu badan peradilan
tertentu, proses penyelesaian sengketa melalui negosiasi ini masih di mungkinkan
untuk dilaksanakan. Oleh sebab itu makalah ini dibuat, untuk mengenal lebih jauh
tentang Mediasi, khususnya penerapannya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mediasi ? wes
2. Bagaimana Peran dan Fungsi dari Mediator ? wes
3. Apa Karakteristik Mediasi ?wes
4. Apa Syarat-Syarat Mediasi? gung
5. Bagaimana Prosedur Mediasi? On progress
6. Bagaimana Proses Mediasi di Pengadilan ? on progress
7. Bagaimana Akta Perdamaian dalam Mediasi ? gung
8. Kapan Mediasi dikatakan telah berakhir ? on progres
9. Bagaimana kasus penyelesaian sengketa melalui mediasi ? gung

1
Goodpaster, Gary, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, artikel dalam Arbitrase di Indonesia,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hlm. 11

2|Mediasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mediasi
Banyak sekali literatur yang mendefinisikan mediasi, yang pasti setiap literatur
yang mendefiniskannya pada intinya adalah sama. Kata mediasi berasal dari bahasa
Inggris “mediation”, yang artinya penyelesaian sengketa dengan menengahi.2
Sedangkan secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, “mediate”
yang berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan
pihak ketiga sebagai mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak
dalam menyelesaikan sengketa.3 Berikut ini adalah beberapa definisi Mediasi dari
berbagai literatur yang berbeda namun pada intinya dan maksudnya adalah sama
antara lain sebagai berikut.
1. Mediasi adalah metode penyelesaian sengketa yang termasuk dalam kategori
tripartitie karena melibatkan bantuan atau jasa pihak kaetiga.4
2. Mediasi adalah pengikutsertaan pihak ketiga dalam proses penyelesaian
sengketa, dimana pihak ketiga ini bertindak sebagai penasehat.5
3. Mediasi merupakan penyelesaian sengketa informasi publik antara pihak
melalui bantuan mediator komisi informasi.6
4. Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang
tidak memihak (impartial) dan netral bekerja sama dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh kesepakatan.7

2
John M Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1993), hlm. 377.
3
Syahrizal Abbas, 2001, Mediasi Dalam Hukum Syahriah,Hukum Adat, dan Hukum Nasional,
Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 1
4
D.Y. Wiyanto, Hukum Acara Mediasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 17
5
H.P Panggabean, Negosiasi Sebagai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Jala
Permata Aksara, 2017), hlm. 12
6
Dyah Aryani P, dkk, Buku Saku Mediasi Sengketa Informasi Publik, (Jakarta: Komisi Penyiaran
Pusat RI, 2015), hlm. 1

3|Mediasi
5. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa antara para pihak yang
dilakukan dengan bantuan pihak ketiga (mediator) yang netral dan tidak
memihak sebagai fasilitator, di mana keputusan untuk mencapai suatu
kesepakatan tetap diambil oleh para pihak itu sendiri.8
6. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mediasi adalah proses
mengikutsertakan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai
penasehat. Dalam UU No 30 Tahun 1999 dan penjelasannya tidak ditemukan
pengertian mediasi, namun hanya memberikan keterangan bahwa jika
sengketa tidak mencapai kesepakatan maka sengketa bisa diselesaikan melalui
penasehat ahli atau mediator. Secara tegas Peraturan Mahkamah Agung No. 2
tahun 2003 pasal 1 ayat 6 menjelaskan bahwa “mediasi adalah penyelesaian
sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh
mediator”.9
7. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 7 PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang
Prosedur mediasi di pengadilan yang selanjutnya disebut sebagai PERMA
Mediasi menyebutkan bahwa: “Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh mediator.” 10
Dan masih banyak lagi, sedangkan definisi Mediasi menurut beberapa tokoh
adalah sebagai berikut :
1. Menurut Takdir Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa
antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan
bantuan pihak netral yang tidak memiliki kewenangan memutus. Pihak netral

7
Djafar Al Bram, Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Mediasi, (Jakarta: PKIH FHUP, 2011), hlm.
11
8
Asmawati, “Mediasi Salah Satu Cara Dalam Penyelesaian Sengketa Pertanahan”, Jurnal Ilmu
Hukum, Maret 2014
9
Muhammad Saifullah, Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia,
(Semarang: Walisongo Press, 2009) hlm. 75.
10
D.Y. Wiyanto, Hukum Acara Mediasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 17-18

4|Mediasi
tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan bantuan prosedural dan
substansial.11
2. Dalam Black’s Law Dictionary sebagaimana dikutip oleh Gunawan
menyebutkan: Mediation is private, informal dispute resolution process in
which a neutral third person, the mediator, help disputing parties to reach an
aggrement. The mediator has no power to impose a decession on the parties.12
3. Menurut Christopher W Moore menyebutkan bahwa: “Mediation is an
extention or elaboration of the negotiation process that involves the
intervention of an acceptable third party who has limited (or no) authoritative
decision making power.” 13
4. Munurut Lurence Boulle : “Mediation is a decision making process in which
the parties are assited by third party, the mediator; the mediator attemps to
improve the process of decision making and to assist the parties reach an
aoutcome to wich each of them can assent, without having a binding decision
making function.” 14
5. Menurut Diannna Pittock: “Mediation is the intervention into a dispute or
negotiation by an acceptable, imparticaland neutral third party who has no
authoritative decision-making power to assist disputing parties in voluntarily
reaching their own mutually acceptable settlement of issues in dispute.”15
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan mediasi
adalah upaya menyelesaikan sengketa para pihak dengan kesepakatan bersama
melalui mediator yang bersikap netral dan tidak membuat keputusan atau kesimpulan
bagi para pihak tetapi menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak

11
Takdir Rahmadi, Mediasi “Penyelesaian Sengketa Melalui pendekatan Mufakat” , (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010) hlm. 12.
12
Muhammad Saifullah, Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia,
(Semarang: Walisongo Press, 2009) hlm. 76.
13
D.Y. Wiyanto, Hukum Acara Mediasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 17
14
Ibid
15
Ahmad Romsan, Alternatif Dispute Resplution Teknik Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan,
(Malang: Setara Press, 2016), hlm. 41

5|Mediasi
dengan suasana keterbukaan, kejujuran, dan tukar pendapat untuk mencapai
mufakat.Dan dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur esensial mediasi, yaitu: 16
a. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui perundingan
berdasarkan pendekatan mufakat atau konsensus para pihak;
b. Para pihak meminta bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang
disebut mediator;
c. Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu
para pihak yang bersengketa dalam mencari penyelesaian yang dapat
diterima para pihak;

B. Syarat, Peran dan Fungsi Mediator


Mediator merupakan profesi yang mulia dan berat. Ia harus mampu bersikap
bijak, arif, netral dan tidak memihak salah satu pihak yang bersengketa. Dalam
menyelesaikan sengketa, mediator harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 17
1. Disetujui oleh para pihak yang bersengketa;
2. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah/ semenda sampai derajat kedua
dengan salah satu pihak yang bersengketa;
3. Tidak memiliki hubungan kerja dengan salah satu pihak yang bersengketa;
4. Tidak mempunyai kepentingan secara financial atau kepentingan lain terhadap
kesepakatan para pihak;
5. Tidak mempunyai kepentingan terhadap proses perundingan yang
berlangsung maupun hasilnya.
Dalam melaksanakan profesinya, keberadaan mediator sangat penting dalam
proses mediasi. Ia memiliki peran besar dalam menciptakan kedamaian. Sesuai
dengan definisinya bahwa mediator adalah seorang fasilitator yang menjadi penengah

16
Takdir Rahmadi, Mediasi “Penyelesaian Sengketa Melalui pendekatan Mufakat” , (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010) hlm. 13.
17
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001) hlm. 77.

6|Mediasi
dalam sengketa. Dalam menjalankan fungsinya sebagai mediaor ia memiliki tugas
utama yaitu:
1. Mempertemukan kepentingan-kepentingan yang saling berbeda agar
mencapai titik temu yang dapat dijadikan sebagai pangkal tolak pemecahan
masalah.
2. Membantu para pihak yang bersengketa untuk memahami persepsi masing-
masing pihak.
3. Mempermudah para pihak saling memberikan informasi.
4. Mendorong para pihak berdiskusi terhadap perbedaan kepentingan, dan
persepsi.
5. Mengelola para pihak dalam bernegosiasi dengan suasana sejuk dan
menjauhkan dari sikap emosi.
6. Mendorong para pihak dalam mewujudkan perdamaian dengan hasil win-win
solution.
Howard Raiffa sebagaimana dikutip oleh Rachmadi Usman melihat bahwa
peran mediator sebagai sebuah garis rentan dari sisi peran yang terlemah hingga sisi
peran yang terkuat. Sisi peran terlemah apabila mediator hanya menjalankan peran-
peran sebagai berikut:
1. Penyeleanggara pertemuan;
2. Pemimpin diskusi yang netral;
3. Pemelihara aturan-aturan perundingan agar perdebatan dalam proses
perundingan berlangsung secara beradab;
4. Pengendali emosi para pihak;
5. Pendorong pihak atau peserta perundingan yang kurang mampu atau segan
untuk mengungkapkan pandangannya.
Adapun sisi peran kuat mediator jika ia melakukan hal-hal berikut dalam
perundingan:
1. Mempersiapkan dan notulasi perundingan;
2. Merumuskan dan mengartikulasikan kesepakatan para pihak;

7|Mediasi
3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah
pertarungan yang harus dimenangkan, melainkan untuk diselesaikan;
4. Menyusun dan mengusulkan pelbagai pilihan pemecahan masalah; dan
5. Membantu para pihak untuk menganalisis pelbagai pilihan pemecah
masalah.18
Menurut Gary Goodpaster mediator memiliki peran besar, seperti
menganalisis dan mendiagnosis sengketa. Oleh karenanya menurutnya mediator
memiliki peran penting, yaitu melakukan diagnosis konflik, identifikasi masalah serta
kepentingan-kepentingan kritis, menyusun agenda, memperlancar dan mengendalikan
komunikasi, mengajar para pihak dalam proses dan ketrampilan bargaining,
membantu para pihak dalam mengumpulkan informasi penting, menyelesaikan
masalah dengan beberapa pilihan, dan mendiagnosis sengketa sehingga memudahkan
dalam problem solving.
Di samping beberapa peran mediator di atas terdapat pula beberapa fungsi
mediator.19 Menurut Fuller, mediator memiliki beberapa fungsi, yaitu katalisator,
pendidik, penerjemah, narasumber, penyandang berita jelek, agen realitas, dan
sebagai kambing hitam (scapegoat). Fungsi sebagai “katalisator” diperlihatkan
dengan kemampuan mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi dialog atau
komunikasi di antara para pihak dan bukan sebaliknya, yakni menyebarkan terjadinya
salah pengertian dan polarisasi di antara para pihak. Sebagai “pendidik”
dimaksudkan berusaha memahami kehendak, aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan
politis, dan kendala usaha dari para pihak. Sebagai “penerjemah”, mediator harus
berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak

18
Muhammad Saifullah, Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia,
(Semarang: Walisongo Press, 2009) hlm. 77-79.
19
Gary Goodpaster, A Guide to Negotiation and Mediation, ( New York: Transnational Publisher,
1997) hlm.253-254.

8|Mediasi
lainnya melalui bahasa, atau ungkapan yang enak didengar oleh pihak lainnya, tetapi
tanpa mengurangi maksud atau sasaran yang hendak dicapai oleh si pengusul.20

C. Karakteristik Mediasi
Pada dasarnya penyelesaian sengketa melalui mediasi memiliki karakteristik atau
unsur-unsur sebagai berikut:21
1. Mediasi adalah proses penyelesaian penyelesian sengketa diluar pengadilan
berdasarkan perundingan.
2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam
perundingan.
3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian.
4. Mediator bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai fasilitator dan
penyambung lidah dari para pihak yang bersengketa, sehingga tidak terlibat
dalam menyusun dan merumuskan rancangan atau proposal kesepakatan.
5. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama
perundingan berlangsung.
6. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang
dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.
D. Syarat-Syarat Mediasi

E. Prosedur Dalam Mediasi


Mediasi berdasarkan prosedurnya dibagi menjadi 2 bagian antara lain: Mediasi
yang dilakukan diluar pengadilan (UU NO. 30 Tahun 1999) dan Mediasi yang
dilakukan di pengadilan ( Pasal 130 HIR/154 Rbg jo PERMA No.1 Tahun 2008). 22

20
Takdir Rahmadi, Mediasi “Penyelesaian Sengketa Melalui pendekatan Mufakat” , (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010) hlm. 14-15.
21
S.Solichati - 2010, eprints.walisongo.ac.id/3115/3/2105196_Bab%202.pdf
22
D.Y. Wiyanto, Hukum Acara Mediasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 18

9|Mediasi
Mediasi di luar pengadilan dilakukan oleh para pihak tanpa adanya proses perkara
di pengadian , hasil kesepakatan yang diperoleh dari proses mediasi diluar pegadilan
dapat diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan pengukuhan sebagai akta
perdamaian yang memiliki kakuatan layaknya Putusan Hakim yang berkekuatan
hukum tetap.
1. Mediasi di Luar Pengadilan (Out The Court)
Sebuah mediasi yang baik adalah apabila dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan mediasi dilluar pengadilan:
a. Perkenalan
Sesi perkenalan diawali dengan mediator yang memperkenalkan dirinya,
menjelaskan tujuan mediasi, peran fungsi dan sifat mediator, serta penggunaan
ruang kusus (causus). Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan oleh para pihak
yang bertikai. Selanjutnya mediator membuat aturan-aturan dasar yang disepakati
oleh para pihak yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.
b. Penjelasan Kejadian atau Peristiwa
Tahap kedua ini dimulai dengan para pihak menjelaskan persoalan-persoalan
yang membuat mereka berbeda pendapat. Pada tahap kedua ini mereka
menerangkan keinginan-keinginan mereka. Selanjutnya mediator melakukan
klarifikasi (membingkai ulang) dengan menggunakan empatinya.
Klarifikas-klarifikasi ini diperlukan

2. Mediasi di dalam Pengadilan


a. Tahapan Pra Mediasi
Pasal 130 HIR/154 Rbg menyebutkan bahwa setiap perkara gugatan, sebelum
pokok perkaranya di sidangkan, Hakim wajib untuk mengupayakan perdamaian
terlebih dahlu bagi para pihak. Perdamaian yang diamanatkan oleh Pasal 130
HIR/155 Rbg tersebut kemudian dijabarkan secara teknis oleh PERMA Mediasi
yaitu PERMA No. 2 Tahun 2003 sebagaimana telah diganti oleh PERMA No 1
Tahun 2008. Dalam BAB II PERMA NO. 1 Tahun 2008 disebutkan tentang

10 | M e d i a s i
tahapan pra mediasi yaitu suatu tahapan proses yang difasilitasi oleh hakim yang
memeriksa perkaranya agar para pihak terlebih dahulu menempuh jalur mediasi
(eks: Pasal 7 ayat 1).
Pada awalnya HIR maupun Rbg memberikan kewajiban tersebut kepada
Hakim Pemeriksa Perkara untuk mengupayakan perdamaian bagi para pihak,
namun ketentuan tersebut kemudian di perluas oleh PERMA Mediasi melalui
Pasal 2 Ayat 3 disebutkan, bahwa jika prosedur mediasi itu tidak dilaksankan,
maka putusan perkara yang bersangkutan diancam menjadi batal demi hukum.
1) Syarat Kehadiran Para Pihak
Kewajiban melakukan mediasi timbul jika pada hari persidangan pertam
para pihak hadir. Subjek hkum yang menjadi pihak dalam persidangan
dibedakan atas, penggungat, tergugat dan turut tergugat.
Proses mediasi dapat berjalan jika penggungat dan tergugat hadir,
sedangkan krtidak hadiran turut tergugat tidak menghalangi pelaksanaan
proses mediasi, hal itu disebabkan karena perma beranggapan, bahwa subjek
hukum yang menjadi pokok dalam perkara gugatan adalah penggugatdan
tergugat, sedangkan turut tergugat secara substansial bukan pihak yang akan
dibebani hukuman berdasarkan petitum gugatan, melainkan hanya akan
dibebani kewajiban untuk tunduk dan taat terhadap putusan yang dijatuhkan.
2) Hakim Wajib Menyampaikan Prosedur Mediasi
Hakim Pemeriksa Perkara tidak perlu menyampaikan secara detail
mengenai prosedur mediasi keapada para pihak karena pada awal pertemuan
mediator akan menyampaikan prosedur dan tahapan mediasi secara terperinci,
hal-hal yang penting disampaikan oleh Hakim Pemeriksa Perkara Kepada
Para Pihak adalah meliputi:
1) Kewajiban menurut hukum acara untuk menempuh prosedur mediasi;
2) Kelenihan mediasi dari proses litigasi;
3) Tentang hak memilih mediator baik dari luar maupun dari dalam
pengadilan;

11 | M e d i a s i
4) Batas waktu mediasi;
5) Akta perdamaian bersifat final dan mengikat.

F. Persamaan dan Perbedaan antara Mediasi dan Cara-Cara Penyelesaian


Sengketa Lainnya
Dalam kepustakaan maupun praktik-praktik penyelesaian sengketa dalam
sistem hukum nasional Indonesia dikenal beberapa bentuk atau cara penyelesaian
sengketa, yaitu negosiasi, mediasi, pencari fakta, konsiliasi, penilaian ahli, arbitrase,
dan litigasi atau berperkara di pengadilan.
Negosiasi (negotiation) adalah perundingan langsung di antara dua pihak atau
lebih yang bersengketa tanpa bantuan pihak lain dengan tujuan untuk menyelesaikan
sengketa. Negosiasi dapat berlangsung antara kedua belah pihak saja atau antara lebih
dari dua pihak (multy party negotiation). Jika dihubungkan dengan mediasi, maka
mediasi sebenarnya merupakan negosiasi yang diperluas karena mediasi juga
berdasarkan perundingan para pihak. Perbedaan keduanya adalah bahwa dalam
negosiasi hanya pihak-pihak yang bersengketa yang berunding tanpa peran serta
pihak lain, sedangkan dalam mediasi pihak netral dilibatkan atas permintaan dan
persetujuan para pihak. Dalam proses negosiasi jika para pihak dapat menyepakati
sebuah atau lebih penyelesaian, berarti sengketa telah berakhir dengan perdamaian.
Dengan demikian, seperti halnya mediasi, negosiasi dilaksanakan atas dasar
pendekatan konsensus atau mufakat para pihak.
Untuk konsiliasi, sebagian sarjana berpendapat bahwa dalam konsiliasi,
konsiliator menjalankan fungsi yang lebih aktif dalam mencari bentuk-bentuk
penyelesaian sengketa dan menawarkannya kepada para pihak, sedangkan mediator
dalam proses mediasi berperan berperan agak pasif, yaitu sebatas menjalankan
fungsi-fungsi prosedural atau fasilitatif seperti menyediakan tempat perundingan,
memimpin perundingan, menyampaikan pesan dari satu pihak kepada pihak lainnya.
Namun, sebagian lain sarjana khususnya para praktisi mediasi berpendapat bahwa
mediator dapat juga melakukan peran aktif dan fungsi substansial termasuk

12 | M e d i a s i
menawarkan usulan penyelesaian kepada para pihak. Simkin merupakan salah
seorang praktisi mediator yang berpendapat, bahwa tidak ada perbedaan esensial
antara mediasi dan konsiliasi karena mediator juga menjalankan peran aktif dan
fungsi substansial. Oleh karena itu, menurut Simkin, dalam pengertian yang lebih
luas, definisi mediasi meliputi pula konsiliasi. Perbedaan pokok hanya dapat dilihat
antara mediasi dengan arbitrase. Dalam proses mediasi, seorang mediator tidak
mempunyai kewenangan untuk membuat suatu keputusan guna menyelesaikan
sengketa. Sebaliknya, dalam proses arbitrase, seorang arbiter atau arbitrator
mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan guna menyelesaikan pokok
sengketa.
Arbitrase atau Arbitrasi (arbitration) adalah cara penyelesaian sengketa oleh
para pihak dengan meminta bantuan kepada pihak netral yang memiliki kewenangan
memutus yang disebut arbiter atau arbitrator. Proses arbitrase berlangsung secara
adversarial, yaitu para pihak saling mengemukakan bukti dan saling bantah dan saling
mengemukakan argumentasi seperti halnya para pihak dalam proses berperkara di
pengadilan (litigation). Oleh sebab itu, proses arbitrase seringkali disebut juga
sebagai proses ajudikatif (memutus) sama halnya dengan proses peradilan. Arbitrase
selalu memberikan hail berupa putusan arbiter. Dengan demikian, ada dua perbedaan
pokok antara mediasi dan arbitrase. Pertama, proses mediasi berdasarkan pendekatan
mufakat para pihak, sedangkan proses arbitrase berdasarkan pendekatan adversarial
atau pertikaian. Kedua, mediator dalam proses mediasi tidak memiliki kewenangan
memutus, sedangkan arbiter dalam proses arbitrase memiliki kewenangan memutus.23

1. mengusulkan adalah lembaga hukum yang bersifat mandiri dan bebas dari
pengaruh kekuasaan lain, bukan lembaga politik lagi, sehingga diidealkan

23
Zaeni Asyhadie.,dkk, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016) hlm. 249-251.

13 | M e d i a s i
kepentingan-kepentingan politik tidak lagi ikut menentukan rekrutmen hakim
yang ada.24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Apabila terdapat kekeliruan dan
kekurangan dalam penulisannya, kami mohon maaf. Kritik dan saran dari

24
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Yudisial_Republik_Indonesia.

14 | M e d i a s i
pembaca sangat kami harapkan agar kedepannya dalam pembuatan makalah dapat
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Goodpaster, Gary. A Guide to Negotiation and Mediation. New York: Transnational


Publisher, 1997.
Rahmadi, Takdir. Mediasi “Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat”.
Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Saifullah, Muhammad. Mediasi dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif di
Indonesia. Semarang: Walisongo Press, 2009.
Widjaja, Gunawan. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Rajawali Pers, 2001.
Komisi Yudisial Republik Indonesia. Mengenal Lebih Dekat Komisi Yudisial.
Jakarta: Pusar Data dan Layanan Informasi , 2012.
Akbar, Patrialis. Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945. Jakarta
: Sinar Grafika, 2013.
Asyhadie, Zaeni.,dkk. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2016.

15 | M e d i a s i
16 | M e d i a s i

Anda mungkin juga menyukai