Anda di halaman 1dari 7

MEDIASI

Pengampu: Komariah, S.H., M.Si., M.Hum

Oleh:

Illya Ayu Nazaziah

201710110311327

Hukum Acara Perdata 6E

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam penyelesaian sengketa alternatif kita mengenal adanya mediasi. sebelum kita
membahas tentang mediasi,ada baiknya jika kita mengetahui dahulu definisi dari mediasi.
Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari kosakata Inggris,
yaitu mediation. Para sarjana Indonesia kemudian lebih suka mengindonesiakannya
menjadi “mediasi” seperti halnya istilah-istilah lainnya, yaitu negotiation
menjadi”negosiasi”, arrbitration menjadi “arbitrase”, dan ligitation menjadi “ligitasi”.

Dalam kepustakaan ditemukan banyak definisi tentang mediasi. Menurut Prof. Takdir
Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih
melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih
kewenangan memutus. Pihak netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan
bantuan prosedural dan substansial. Dengan demikian, dari definisi atau pengertian
mediasi ini dapat diidentifikasikan unsur-unsur esensial mediasi, yaitu :
 Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui perundingan berdasarkan
pendekatan mufakat atau konsensus para pihak;
 Para pihak meminta bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang disebut
mediator;
 Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu para
pihak yang bersengketa dalam mencari penyelesaian yang dapat diterima para
pihak.

Prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui


perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non intervensi) dan tidak
berpihak (imparsial) serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Pihak ketiga disebut mediator atau penengah, mempunyai tugas membantu pihak-pihak
yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi tidak mempunyai kewenangan
untuk mengambil keputusan. Dalam mediasi, seorang mediator berperan membantu para
pihak yang bersengketa dengan melakukan identifikasi persoalan yang dipersengketakan,
mengembangkan pilihan, dan mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan kepada
para pihak untuk mencapai kesepakatan. Mediator dalam menjalankan perannya hanya
memiliki kewenangan untuk memberikan saran atau menentukan proses mediasi dalam
mengupayakan penyelesaian sengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan dan peran
menentukan dalam kaitannya dengan isi persengketaan, ia hanya menjaga bagaimana
proses mediasi dapat berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan (agreement) dari para
pihak.
Pengertian mediasi secara lebih konkret dapat ditemukan dalam Peraturan Mahkamah
Agung RI No. 01 Tahun 2008. Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian
sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar
kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa
keadilan. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi
salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan. Serta
memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadian dalam penyelesaian sengketa
di samping proses pengadilan yang bersifat memutus. Kemudian setelah dilakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan prosedur mediasi di pengadilan berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No 2 Tahun 2003 ternyata ditemukan beberapa
permasalahan yang bersumber dari Peraturan Mahkamah Agung tersebut, sehingga
Peraturan Mahkamah Agung tersebut perlu direvisi dengan maksud untuk lebih
mendayagunakan mediasi yang terkait dengan proses berperkara di pengadilan. Jadi
praktek mediasi dalam pengadilan di Indonesia dimungkinkan terjadi meskipun hanya
dalam pengadilan perdata.
Keunggulan mediasi dibandingkan dengan metode penyelesaian sengketa yang lain adalah
proses mediasi relatif lebih mudah dibandingkan dengan alternatif penyelesaian sengketa
yang lain. Para pihak yang bersengketa juga mempunyai kecenderungan untuk menerima
kesepakatan yang tercapai karena kesepakatan tersebut dibuat sendiri oleh para pihak
bersama-sama dengan mediator. Dengan demikian, para pihak yang bersengketa merasa
memiliki putusan mediasi yang telah tercapai dan cenderung akan melaksanakan hasil
kesepakatan dengan baik. Putusan mediasi juga dapat digunakan sebagai dasar bagi para
pihak yang bersengketa untuk melakukan perundingan-perundingan ataupun negosiasi
diantara mereka sendiri jika suatu saat dibutuhkan bila timbul sengketa yang lain diantara
para pihak yang bersengketa tanpa perlu melibatkan mediator. Keuntungan yang lain
adalah terbukanya kesempatan untuk menelaah lebih dalam masalah-masalah yang
merupakan dasar dari suatu sengketa. Terkadang dalam menyikapi suatu masalah, para
pihak yang berkonflik belum mengkaji secara mendalam mengenai pokok masalah yang
ada. Para pihak tentu lebih mengutamakan kepentingan negaranya sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian mediasi?


2. Kenapa harus ada mediasi?
3. Kapan mediasi dilakukan?
4. Siapa yang melakukan mediasi?
5. Dimana mediasi dilaksanakan?
6. Bagaimana prosedur dari mediasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian mediasi.
2. Mengetahui dari mediasi.
3. Mengetahui kapan mediasi dilakukan
4. Mengetahui siapa yang melakukan mediasi.
5. Mengetahui dimana mediasi dilaksanakan
6. Mengetahui bagaimana prosedur dari mediasi

1.4 Manfaat
1. dapat menambah pengetahuan peneliti dan pembaca lainnya tentang mediasi
2. Dapat memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang mediasi

BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian mediasi
Dalam kepustakaan ditemukan banyak definisi tentang mediasi. Menurut Prof. Takdir
Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih
melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih
kewenangan memutus. Pihak netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan
bantuan prosedural dan substansial.
Tetapi menurut Peraturan Mahkamah Agung, Mediasi adalah penyelesaian sengketa
melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 ayat (6)
PERMA No. 2 tahun 2003).
2.Kenapa Ada Mediasi
a. karena pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi
salah satu instrumen efektif mengatasi kemungkinan penumpukan perkara di pengadilan.
b. karena mediasi merupakan salah satu proses lebih cepat dan murah, serta dapat
mernberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan atau
penyelesaian yang memuaskan atas sengketa yang dihadapi;
c. karena institusionalisasi proses mediasi ke dalam sistem peradilan dapat memperkuat dan
memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa disamping proses
pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif);
d. karena hukum acara yang berlaku, baik Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg, rnendorong
para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara
mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di pengadilan tingkat
pertama;
3.Kapan mediasi dilakukan untuk
Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2/2003
tentang prosedur mediasi di pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia, bahwa semua
perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk lebih dahulu
diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator
4.Siapa yang wajib melakukan mediasi
Para pihak adalah dua atau lebih subjek hukum yang bersengketa dan membawa
sengketa mereka ke pengadilan tingkat pertama untuk memperoleh penyelesaian. (pasal 1
ayat (7) PERMA No. 2 tahun 2003)
5. Dimana Mediasi Dilakukan
Dalam Perma Nomor 2 tahun 2003 diatur bahwa mediasi bisa dilaksanakan di dalam
dan diluar pengadilan. Jika proses mediasi dilaksanakan di dalam pengadilan maka
pelaksanaannya gratis karena memakai fasilitas pengadilan. Tetapi jika proses mediasi
dilaksanakan di luar pengadilan, maka para pihak harus bersepakat mengenai tempat, biaya
dan sebagainya yang diperlukan.
6. Bagaimana Prosedur Mediasi

Proses mediasi itu awalnya sama seperti orang berperkara biasa, dimana penggugat
mendaftarkan perkaranya. Kemudian pada hari pertama sidang hakim mewajibkan para pihak
untuk menempuh mediasi. Dalam Perma ini juga diberikan beberapa pilihan. Artinya
mediator itu tidak harus hakim, tapi juga bisa non hakim, dan tidak harus di pengadilan,
namun bisa juga di luar pengadilan. Yang paling penting hakim dengan sedemikian rupa
mencoba mendamaikan mereka melalui mediasi. Alternatifnya, ada para pihak yang tetap
tidak mau damai/mediasi karena udah terlanjur benci atau ada perasaan negatif dengan
institusi pengadilan jika proses mediasinya dilaksanakan di dalam pengadilan. Oleh sebab itu
mereka boleh melakukan proses mediasi di luar pengadilan, tapi mereka terlebih dahulu
sudah meregister seperti halnya dalam meregister perkara biasa. Kemudian hakim membuka
sidang dan menawarkan serta mengupayakan perdamaian atau mediasi.

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui
perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non intervensi) dan tidak
berpihak (imparsial) serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Keunggulan mediasi dibandingkan dengan metode penyelesaian sengketa yang lain
adalah proses mediasi relatif lebih mudah dibandingkan dengan alternatif penyelesaian
sengketa yang lain. Para pihak yang bersengketa juga mempunyai kecenderungan untuk
menerima kesepakatan yang tercapai karena kesepakatan tersebut dibuat sendiri oleh para
pihak bersama-sama dengan mediator. Dengan demikian, para pihak yang bersengketa
merasa memiliki putusan mediasi yang telah tercapai dan cenderung akan melaksanakan
hasil kesepakatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html
http://e-journal.uajy.ac.id/3625/2/1HK09827.pdf

Anda mungkin juga menyukai