Anda di halaman 1dari 9

Mediasi

Do Merda N. Yaqin AR., MH


Latar belakang Mediasi
Penyelesaian damai terhadap sengketa atau konflik sudah ada sejak
dahulu. Menurut mereka cara ini dipandang lebih baik dari pada
penyelesaian dengan cara kekerasan atau bertanding (contentious).
Di Indonesia penyelesaian sengketa dengan cara damai telah
dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka. Seperti penyelesaian
masalah melalui Forum Runggun Adat dalam masyarakat Batak.
Pada intinya faorum ini menyelesaikan masalah dengan cara
musyawarah dan kekeluargaan. Di Minangkabau, penyelesaian
sengketa melalui lembaga hakim perdamaian yang mana hakim
tersebut sebagai mediator atau fasilitator. Demikian pula di Jawa,
penyelesaian sengketa dilakukan melalui musyawarah yang
difasilitasi oleh tokoh masyarakat atau tokoh agama.
Pengertian Mediasi
menurut Priatna Abdurrasyid yaitu suatu proses damai
di mana para pihak yang bersengketa menyerahkan
penyelesaiannya kepada seorang mediator (seseorang
yg mengatur pertemuan antara 2 pihak atau lebih yg
bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil,
tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan diterima
sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
Pihak ketiga (mediator) berperan sebagai pendamping
dan penasihat. Sebagai salah satu mekanisme
menyelesaikan sengketa, mediasi digunakan di banyak
masyarakat dan diterapkan kepada berbagai kasus
konflik.
Dasar Hukum Mediasi
Reglement Hukum Acara untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement Tot Regeling Van
Het Rechtswezen In De Gewesteb Buiten Java En Madura, Staatsblad 1927:227);
Reglemen Indonesia yang diperbaharui (Het Herzeine Inlandssch Reglement, Staatsblad,
1941: 44);
HIR Pasal 130 dan Rbg Pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian. Hakim wajib terlebih
dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum perkaranya diperiksa;
Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 3 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4958);
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157 tambahan Negara Republik Indonesia Nomor
5076);
Mediasi atau APS di luar pengadilan diatur dalam Pasal 6 Undang Undang No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.;
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan
ketiga atas Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 dan
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.
Model model mediasi
Menurut Lawrence Boulle Model mediasi ada 4 jenis
diantaranya :
Pertama Settlement mediation yang juga dikenal sebagai
mediasi kompromi merupakan mediasi yang tujuan
utamanya adalah untuk mendorong terwujudnya
kompromi dari tuntutan kedua belah pihak yang
sedang bertikai. Dalam mediasi model ini tipe
mediator yang dikehendaki adalah yang berstatus
tinggi sekalipun tidak terlalu ahli di dalam proses dan
teknikteknik mediasi.
Model model mediasi
Kedua Facilitative mediation yang juga disebut sebagai mediasi
yang berbasis kepentingan (interest-based) dan problem solving
merupakan mediasi yang bertujuan untuk menghindarkan
disputants dari posisi mereka dan menegosasikan kebutuhan
dan kepentingan para disputants dari pada hak-hak legal mereka
secara kaku. Dalam model ini sang mediator harus ahli dalam
proses dan harus menguasi teknik-teknik mediasi, meskipun
penguasaan terhadap materi tentang hal-hal yang
dipersengketakan tidak terlalu penting. Dalam hal ini sang
mediator harus dapat memimpin proses mediasi dan
mengupayakan dialog yang konstruktif di antara disputants,
serta meningkatkan upaya-upaya negosiasi dan mengupayakan
kesepakatan.
Model model mediasi
Ketiga Transformative mediation yang juga dikenal
sebagai mediasi terapi dan rekonsiliasi, merupakan
mediasi yang menekankan untuk mencari penyebab yang
mendasari munculnya permasalahan di antara disputants,
dengan pertimbangan untuk meningkatkan hubungan di
antara mereka melalui pengakuan dan pemberdayaan
sebagai dasar dari resolusi (jalan keluar) dari pertikaian
yang ada. Dalam model ini sang mediator harus dapat
menggunakan terapi dan teknik professional sebelum
dan selama proses mediasi serta mengangkat isu
relasi/hubungan melalui pemberdayaan dan pengakuan.
Model model mediasi
Keempat evaluative mediation yang juga dikenal sebagai
mediasi normative merupakan model mediasi yang
bertujuan untuk mencari kesepakatan berdasarkan pada
hak-hak legal dari para disputans dalam wilayah yang
diantisipasi oleh pengadilan. Dalam hal ini sang mediator
haruslah seorang yang ahli dan menguasai bidang-bidang
yang dipersengketakan meskipun tidak ahli dalam teknik-
teknik mediasi. Peran yang bisa dijalankan oleh mediator
dalam hal ini ialah memberikan informasi dan saran serta
persuasi kepada para disputans, dan memberikan prediksi
tentang hasil-hasil yang akan didapatkan
Asas dalam mediasi
Asas kebebasan
Asas wajib mendamaikan
Asas audi et alteram partem
Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan
Asas persidangan terbuka untuk umum
Asas legalitas dan persamaan
Asas aktif memberi bantuan
Asas personalita keislaman (jika mediasi pada
Pengadilan Agama)

Anda mungkin juga menyukai