Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN KULIAH 2020/2021

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JAYABAYA

NAMA : ELLEN LUTYA PUTRI NUGRAHANI

NIM : 2019010262003

DOSEN : DR. POERWANTO, S.H., M.H.

1. “Mediasi” sebagai suatu “Lembaga”, sudah cukup lama keberadaannya dalam ranah
Peradilan di bumi Nusantara ini yang kemudian dikenal dengan sebutan NKRI. Uraikan
apa yang Saudara ketahui tentang lembaga tersebut, serta maksud dan tujuannya !

Jawab:
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator yang memiliki
Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Tujuan dilakukannya mediasi adalah menyelesaikan sengketa antara para pihak


dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan imparsial. Mediasi dapat
mengantarkan para pihak ketiga pada perwujudan kesepakatan damai yang
permanen dan lestari, mengingat penyelesaian sengketa melalui mediasi
menempatkan kedua belah pihak pada posisi yang sama, tidak ada pihak yang
dimenangkan atau pihak yang dikalahkan (win-win solution). Dalam mediasi para
pihak yang bersengketa proaktif dan memiliki kewenangan penuh dalam
pengambilan keputusan. Mediator tidak memiliki kewenangan dalam pengambilan
keputusan, tetapi ia hanya membantu para pihak dalam menjaga proses mediasi
guna mewujudkan kesepakatan damai mereka.

2. “Mediator” sebagai “Fungsi” baik berbentuk perseorangan maupun lembaga guna


mencapai “penyelesaikan suatu sengketa secara damai”, mempunyai peran yang sangat
strategis. Uraikan dengan jelas disertai contoh konkrit peran dimaksud !

Jawab:
Mediator memiliki kewajiban untuk memacu para pihak agar bisa
menemukan penyelesaian secara damai, namun kewenangan mediator itu
hanya sebatas memfasilitasi para pihak untuk menemukan penyelesainnya
sendiri, para pihak akan menentukan seperti apa materi perdamaian itu akan
dibuat. Pada prinsipnaya mediator dilarang untuk melakukan intervensi
terhadap kesepakatan yang mereka kehendaki sepanjang kesepakatan
itu tidak melanggar undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Setiap
butir-butir kehendak yang disepakati oleh para pihak, mediator harus
membantu menuangkannya dalam suatu dokumen kesepakatan damai yang akan
dikukuhkan dan disepakati dalam akta perdamaian.

3. Dalam suatu proses “Mediasi”, tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Ada kalanya salah
satu pihak atau semua pihak yang terkait masih terbawa suasana, wacana dan spirit
“Litigasi”. Apa yang Saudara lakukan dalam menghadapi kondisi demikian, apabila
saudara bertindak/berperan sebagai “Mediator”, dan konsep langkah-langkah yang
Saudara lakukan. Uraikan jawaban Saudara ! (Diperkenankan berasumsi).

Jawab:
Seorang mediator harus bisa menjalankan peran dan fungsi secara maksimal agar
permasalahan dapat diakhiri dengan adanya sebuah solusi. Peran mediator
dipengaruhi oleh sifat hubungan dengan pihak-pihak yang bernegosiasi. Sebagai
pihak ketiga, mediator harus bisa menjadi penyangga antara kedua pihak dan
menanamkan kepercayaan bahwa resolusi damai dapat tercapai dalam proses
negosiasi tersebut. Seorang mediator yang baik akan mengambil keputusan melalui
mendengarkan dan berdialog mengenai isu secara langsung dengan masing-masing
pihak sehingga dapat menimbulkan semangat kerjasama terhadap pemecahan
masalah, serta memastikan bahwa pihak yang bernegosiasi memiliki cukup
pengetahuan, informasi dan keterampilan untuk bernegosiasi. Berdialog secara
langsung dengan masing-masing pihak berkaitan dengan tugas mediator sebagai
penyampai pesan. Selama pelaksanaan mediasi, mediator setidaknya melakukan
kegiatan-kegiatan dasar seperti memahami apa konflik yang sebenarnya,
memahami aktor-aktor yang terlibat, memahami konteks permasalahan secara
luas, dan pemahaman terhadap sumber kekuasaan dan pengaruhnya. Namun tidak
hanya sekedar memahami informasi mengenai konflik, mediator juga harus
mengidentifikasikan konflik atau isu yang dibahas sekaligus mempersiapkan
berbagai alternatif penyelesaian yang strategis sehingga dapat memberi kepuasan
bagi pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi. Hal tersebut berkaitan dengan
peran mediator sebagai pemberi saran. Dengan menyiapkan berbagai alternatif
pilihan, mediator dapat dengan mudah memberi masukan terhadap kedua pihak
negosiator terkait solusi pemecahan masalah. Saran mengenai solusi yang
disampaikan mediator harus dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak
sehingga tidak memunculkan konflik baru. Dalam hal ini, mediator dapat
dikatakan sukses membantu pihak yang bernegosiasi yaitu ketika mediator dapat
menyampaikan informasi dengan baik, sabar, seimbang dalam pendekatan dan
bersikap bijaksana. Selain itu, seorang mediator perlu untuk menahan tekanan
eksternal. Dalam beberapa situasi mediasi, kemampuan mediator untuk
memanfaatkan insentif atau disinsentif yang ditawarkan oleh aktor-aktor lain dapat
membantu untuk mendorong komitmen para pihak menuju proses perdamaian.
Selain itu, ada langkah penyelesaian sengketa menurut (Esser dan Mariot, 1995
dalam Lewicki, 1999:476) dalam pelaksanaan mediasi ada tiga jenis cara yang
digunakan dalam penyelesaian konflik, antara lain yaitu content mediation, issue
identification, dan, positive framing of the issue.
Yang pertama, content mediation merupakan jenis mediasi pada saat mediator
berusaha mengembalikan situasi negosiasi ke dalam tahap tawar-menawar agar
negosiator berpeluang kembali mencapai kesepakatan. Di sini mediator hanya
bertugas untuk memberi arahan agar negosiator kembali pada tujuan awal dan
alasan diadakannya negosiasi sehingga kembali menumbuhkan semangat untuk
mencapai kesepakatan.
Yang kedua, issue identification merupakan mediasi yang dijalankan dengan
memprioritaskan isu yang akan diselesaian sehingga kedua pihak sama-sama fokus
dalam satu isu dan mencari solusi penyelesaiannya.
Sedangkan yang ketiga, positive framing of the issue yaitu mediasi yang dilakukan
dengan cara memfokuskan pada hasil yang ingin dicapai oleh pihak-pihak
negosiator. Dengan menetapkan hasil yang ingin diraih, maka akan menimbulkan
semangat untuk menyelesaikan negosiasi dengan segera membentuk kesepakatan.

4. Di Indonesia pada saat ini “dasar/sumber formal lembaga Mediasi” baru tersedia untuk
“Mediasi Perdata”. Bagaimana pendapat Saudara, tentang kemungkinannaya adanya
“Mediasi Pidana (Penal)”, dan prospek ke depan lembaga Mediasi itu sendiri dikaitkan
dengan kompleksitas hubungan antar anggota masyarakat baik sebagai person maupun
lembaga (Badan Hukum). Uraikan Pendapat Saudara !

Jawab:
Kendala atau hambatan yang dihadapi oleh mediasi oleh mediasi penal yaitu:
Penerapan hukum belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan undang-
undang yang berlaku, belum ada persamaan persepsi antara penegak hukum,
terbatasnya sarana dan prasarana selama proses pengadilan, koordinasi antara
aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, advokat, Bapas, Rutan, Lapas),
masih tersendat karena kendala ego sektoral. Yang dimana seharusnya
menerapkan undang-undang atau payung hukum sesuai dengan kebutuhan,
menyamakan persepsi antara lembaga hukum, membangun sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, koordinasi antara pihak pihak penegak
hukum, memberikan dan menambah wawasan seputar mediasi penal kepada
para penegak hukum, memberikan pelatihan tentang mediasi penal,
menyingkirkan ego masing-masing pihak penegak hukum.
Mediasi dapat dipergunakan dalam menyelesaikan perkara pidana. Akan tetapi
tidak semua perkara pidana yang dapat diselesaikan melalui mediasi, ada
kategori tindak pidana yang dapat diselesaikan dengan mediasi, Penerapan
mediasi dalam perkara pidana merupakan penjabaran nilai-nilai
keadilan restoratif yang berorientasi pada penyelesaian perkara yang
menguntungkan semua pihak (korban, pelaku, dan pihak ketiga yaitu
masyarakat).

5. A. Sehubungan pertanyaan No. 4, khususnya yang menyangkut “Tindak Kekerasan


dalam Rumah Tangga(KDRT)”, dirasakan perlu adanya dasar hukum yang jelas dan
konkrit tentang “lembaga Mediasi Penal” dimaksud. Namun sebelum dibentuk Peraturan
Perundang-undangan terkait, perlu dimengerti dan diketahui sebab-sebab, akar masalah
timbulnya peristiwa/ kejadian KDRT dimaksud. Uraikan dan jelaskan apa yang Saudara
ketahui mengenai hal dimaksud!

Jawab:
KDRT merupakan jenis kekerasan yang memiliki sifat-sifat khas yakni dilakukan
di dalam rumah, pelaku dan korban adalah anggota keluarga serta sering kali
dianggap bukan sebagai bentuk kekerasan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (selanjutnya disebut UU
PKDRT) memberikan landasan hukum yang kuat yang menjadikan KDRT yang
awalnya urusan rumah tangga menjadi urusan Negara.

Adapun faktor penyebab terjadinya KDRT tersebut antara lain:


1) Budaya “patriarkhi”, a.l. :
a. Pria (pada umumnya)memiliki kewenangan/kekuasaan lebih tinggi d/p
perempuan;
b. Perempuan diposisikan dibawah Pria `(kewenangannya);
c. Dari awal, diajarkan wanita harus pasrah dan senantiasa menerima;
d. Perempuan pada umumnya kurang mendapat kesempatan memperoleh
pendidikan;

2) Kesalah pahaman thd “Ajaran Agama”


a. Pernikahan dianggap sebagai akad/perjanjian “kepemilikan” oleh Pria thd
Wanita;
b. Hanya suami yg berhak menyuruh dan dilayani oleh istri;
c. Segala Kemauan /keputusan suami harus dipatuhi oleh istri;

3) Ketidak seimbangan Kekuatan (Power Imbalance) dlm RT.:


a. Lemahnya kedudukan posisi ekonomi;
b. Lemahnya kedudukan wanita dlm aspek sosial;
c. Lemahnya kedudukan wanita dlm aspek Politik;
d. Lemahnya kedudukan dalam norma hukum;
e. Kurangnya kesempatan dlm menapak pendidikan yg lebih tinggi;
f. Posisinya lebih diutamakan dlm masyalah RT saja, terutama mengurus
anak dan makanan.

B. Bagaimana upaya anda, bila tawaran/ajakan menempuh Mediasi, kurang atau ditolak
oleh masing-masing pihak, baik oleh Korban ataupun oleh Pelaku KDRT.

Jawab:

Yang pertama, content mediation merupakan jenis mediasi pada saat mediator
berusaha mengembalikan situasi negosiasi ke dalam tahap tawar-menawar agar
negosiator berpeluang kembali mencapai kesepakatan. Di sini mediator hanya
bertugas untuk memberi arahan agar negosiator kembali pada tujuan awal dan
alasan diadakannya negosiasi sehingga kembali menumbuhkan semangat untuk
mencapai kesepakatan.
Yang kedua, issue identification merupakan mediasi yang dijalankan dengan
memprioritaskan isu yang akan diselesaian sehingga kedua pihak sama-sama fokus
dalam satu isu dan mencari solusi penyelesaiannya.
Sedangkan yang ketiga, positive framing of the issue yaitu mediasi yang dilakukan
dengan cara memfokuskan pada hasil yang ingin dicapai oleh pihak-pihak
negosiator. Dengan menetapkan hasil yang ingin diraih, maka akan menimbulkan
semangat untuk menyelesaikan negosiasi dengan segera membentuk kesepakatan.

Anda mungkin juga menyukai