Anda di halaman 1dari 13

TAHAPAN PROSES MEDIASI DI PENGADILAN

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Mediasi HES”

Dosen Pengampu:

Nur Suci Romadliyah, S.E., M.E.

Disusun Oleh :

Dimas Imam Hanafi (C92218123)

Fildzah Alganiah (C92218132)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Karena limpahan rahmat, nikmat, serta
hidayahnya sehingga berada dalam kondisi saat ini yang sehat wal afiat. Tak lupa
shalawat serta salam pada junjungan Nabi Muhammad Saw. Yang telah
membimbing umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang yakni ad-dinul islam. Semoga kita senantiasa diberi keistiqomahan
untuk terus menekuni perintah-perintah Allah Swt dan juga ajaran-ajaran nabi
Muhammad Saw.

Kedua kalinya, syukur kita panjatkan pada Allah azza wa jalla, yang
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Mediasi HES”. Kami juga mengucapkan beribu terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini,
khususnya ibu Nur Suci Romadliyah, S.E., M.E., selaku dosen pengampu mata
kuliah Mediasi HES yang membimbing dalam satu semester ke depan. Apresiasi
kami haturkan pula pada orang tua, rekan sejawat, serta pihak-pihak yang
membantu menyukseskan tugas makalah ini.

Penyusunan makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Mediasi HES” sebagai bahan acuan dan media presentasi. Makalah ini tentu
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami harap kritik dan saran dari
pembaca agar dijadikan introspeksi kami kedepannya agar lebih berkembang.

Surabaya, 13 Maret 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................... 3

BAB 1.................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN................................................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG............................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 4
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 4

BAB II................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN.................................................................................................... 5

A.) Pengertian dan Dasar Hukum Mediasi...................................................... 5


B.) Tahapan Proses Mediasi di Pengadilan..................................................... 8

BAB III..................................................................................................................11

PENUTUP.............................................................................................................11

A.) Kesimpulan................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan antara dua pihak secara tradisionil di masa lampau
biasanya lebih sering untuk dilakukan perdamaian atau mediasi oleh
petinggi setempat. Era saat ini ketika dua pihak yang berselisih tentu
secara ideal dan menurut hukum idealnya adalah melakukan penyelesaian
secara hukum di meja hijau, namun terdapat ketentuan yang sebenarnya
dapat dilakukan sebelum hal itu terjadi agar tidak timbul perselisihan yang
berlarut-larut. Proses mediasi adalah jawaban dari hal tersebut.
Pelaksanaannya disebut merupakan jalan keluar yang baik tanpa harus
saling menikam di pengadilan. Adapun penetapannya secara legalitas telah
memenuhi syarat untuk dijadikan dasar.
Proses mediasi di masa kini pun tidak hanya sekedar mendamaikan
dua pihak yang berselisih, mediator sebagai penengah harus mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku yakni PERMA No.1 Tahun 2016.
Didalamnya memuat tahpan-tahapan yang harus dilakukan untuk sebuah
mediasi. Kondisi-kondisi yang memungkinkn terjadi juga dibahas
didalamnya, sehingga cukup kompleks agar tidak ada celah hukum yang
dimanfaatkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan dasar hukum mediasi?
2. Bagaimana tahapan proses mediasi di pengadilan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum mediasi
2. Untuk mengetahui tahapan proses mediasi di pengadilan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Mediasi

Kata mediasi berasal dari bahasa inggris “mediation”, sedangkan


pengertian meditasi dalam studi hukum islam atau fiqh, istilah mediasi
kurang populer. Makna mediasi yaitu penyelesaian pekara dengan melalui
jalur damai atau non litigasi dengan melibatkan pihak ketiga adalah sejajar
dengan cara penyelesaian kasus syiqaq yang dimana melibatkan pihak ketiga
yang disebut dalam Fiqh, hakam.1. non litigasi merupakan proses
penyelasian pekara di luar pengadilan. Perdamaian di luar pengadilan,
merupakan suatu perdamaian yang dibuat oleh para pihak bersangkutan
sebelum sengketa yang terjadi di diajukan ke Pengadilan.2 Menurut
peraturan perundang – undangan yakni tercantum pada PERMA (Peraturan
Mahkamah Agung) RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang prosedur mediasi di
pengadilan, pada Pasal 1 ayat 7, menetapkan bahwa mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Menurut pendapat
Moore C.W dalam naskah akedemis mediasi, mediasi merupakan intervensi
terhaap suatu sengketa atau negoisasi oleh pihak ketiga yang dapat diterima,
dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputuasan dalam
memantau para pihak yang bersangkutan dalam upaya mencari kesepakatan
secara sukarela dalam menyelesaikan permasalahan dalam perkara tersebut.3

Untuk mengetahui posisi proses mediasi dalam hukum Indonesia


dapat mengacu pada salah satu teori Werner Menski, Professor hukum dari
University of London,Inggris, dalam bukunya berjudul Comparative Law in
a Global Content (2006) yang merumuskan teori hukum relavan yakni Teori
Triangel of society untuk menjawab permasalahan hukum yang timbul di

1
Ahmad Mujahidin, Ruang Lingkup dan Praktik Mediasi Sengketa Ekonomi Syariah, (Sleman:
Deepublish), 2018, hal 5
2
Herri Swantoro, Strategi Taktik Mediasi, (Jakarta: Kencana) 2016, hal 35
3
Ibid, 6

5
era Globalisasi.4 Dalam teori tersebut, Mediasi ada dalam sudut the triangle
of society yang dimana artinya, mediasi sudah ada sejak bangsa Indonesia
ada. Dalam bidang sosial ini kita dapat menemukan aturan – aturan, norma-
norma, yang berasal dari negoisasi hukum yang kurang lebih murni yang
dimana bersumber dari masyarakat sendiri, bukan dari produk hukum
negara. Dalam proses mediasi cara penyelesaiannya dilakukan melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak bersangkutan
dengan dibantu mediator. Menurut pengertian mediasi diatas dapat diuraikan
mengandung unsur – unsur:

a.Mediasi merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa


b. Mediator yang terlibat bertugas untuk membantu para pihak
yang bersengketa mencari penyelesaian dengan jalur damai
c.Mediator yang bertugas harus diterima oleh para pihak yang
bersengketa
d. Mediator tidak boleh memberikan wewenang untuk
mengambil keputusan selama perundingan berlangsung
e.Tujuan mediasi adalah untuk mencapai sebuah kesimpulan yang
dapat diterima dari pihak – pihak yang bersengketa.

Berdasarkan prinsip diatas dapat diuraikan bahwa mediasi adalah


upaya penyelesaian suatu pekara dengan melibatkan pihak ketiga sebagai
pihak yang bersifat netral dan tidak memiliki kewenangan mengambil
keputuasan untu membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk mencapai
penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak yang berpekara.

Ada beberapa jenis penyelesaian sengketa secara mediasi yang


dilakukan melalui pengadilan. Berdasarkan Alternatif Penyelesaian
Sengketa dilakukan di luar kuasa pengadilan yaitu diatur dalam Pasal
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, dan dalam Undang – Undang Nomor 48 Tahun 2009

4
Nita Triana, Rekontruksi Model Mediasi yang Berintegrrasikan pada Hukum Acara Pengadilan
Agama dalam perspektif Pihak, (Sleman: Deepublish), 2015, hal 74

6
tentang kekuasaan kehakiman. Kedua ketentuan tersebut terdapat dua
macam atau cara penyelesaian sengketa yaitu melalui pengadilan dan di luar
pengadilan. Penyelasaian pekara melalui lembaga peradilan merupakan
proses dan cara penyelesaian persengketaan secara konvensional.
Penyelesaian pekara di luar pengadilan dilakukan dengan beberapa cara
yakni arbitrase, dan alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian
persengketaan yang dilakukan di luar pengadilan dilakukan dengan cara
Konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau dari penilaian tokoh ahli.
Peraturan perundang – undang tersebut tercantum dalam Undang – Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, yang menentukan
bahwa pada metode alternatif penyelesaian sengketa merupakan lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yaitu Konsultasi , negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
para tokoh ahli merupakan cara penyelesaian di luar pengadilan. Proses pada
tahap Mediasi adalah proses dimana Mediator memulai melakukan proses
Mediasi dengan ruang lingkup yang sangat luas, tidak hanya pada posita dan
petitum gugatan.

Dalam Undang – undang No 30 Tahun 1999 dan Undang – Undang


No 48 Tahun 2009 secara tegas menetapkan bahwa mediasi sebagai salah
satu cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa
melalui prosedur litigasi (Dimuka pengadilan) diharapkan bisa menjadi
faktor penyelesaian benar – benar memberikan solusi bagi pihak – pihak
yang berperkara. Namun, pada umumnya dalam penyelasian sengeketa
melalui pengadilan tentunya terdapat pihak menang dan pihak yang kalah.
Hal tersebut menyiratkan bahwa masyarakat berharap pengadilan dapat
mengahasil kan keputusan yang proposional bersarkan hukum positif serta
rasa keadilan. Pada Politik Hukum Mahkamah Agung sesuai dengan
PERMA No 1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di pengadilan , ternyata
mendorong para pihak untu menempuh proses perdamaian yang dapat
dilakukan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur

7
berpekara di Peradilan Negeri.5 Mediasi dapat memberikan akses keadilan
yang cakupannya lebih luas dan sejalan dengan peradilan yang sederhana ,
cepat dan biaya ringan. Serta dalam pelaksanaannya dalam menyelesaikan
pekara fungsi hakim mendamaikan sama mulianya dengan memutus secara
adil.

B. Tahapan Proses Mediasi di Pengadilan


Pelaksanaan mediasi di Pengadilan di Indonesia pada dasarnnya
mengacu pada PERMA No. 1 tahun 2016. Peraturan tersebut merupakan
peraturan yang telah disempurnakan dari bentuk awalnya yakni berupa
PERMA RI No.3 tahun 2003 dan kemudian di-retake oleh PERMA RI No.
1 tahun 2008.6 Hal ini membuat tata pelaksanaan mediasi menjadi lebih
rapi dan sistematis dari sebelumnya. Sebab celah –celah dalam prosesnya
telah diketahui selama pelaksanaannya menggunakan Peraturan yang
lama. Adapun kendala-kendala baru tentu akan muncul sesuai
perkembangan zaman dan dinamika social di masyarakat.
Selain di dalam pengadilan, sebenarny aterdapat pula mediasi di
luar pengadilan. Mediasi yang dilakukan diluar pengadilan ini dilakukan
oleh pihak-pihak yang berselisih di luar pengadilan, dengan menjadikan
UU No.30 tahun 1999 sebagai dasarnya. Hal ini dilakukan tanpa adanya
perkara di pengadilan, hasil kesepakatan dari mediasi di luar pengadilan
ini nantinya dapat diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan penetapan
akta perdamaian yang berkekuatan hukum. 7
Tahapan proses mediasi di pengadilan kurang lebih secara
pelaksanaannya adalah seperti yang telah dituangkan dalam BABV
PERMA RI No.1 tahun 2016 yakni sebagai berikut :

5
Abdurrahman Konoran, Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi di Pengadilan,
(Depok: Rajawali Pers), 2017, hal 4
6
Candra Irawan, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,
2017), 57.
7
Nyoman Satyayudha Dananjaya, dkk, Buku Ajar Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Bali :
Fakultas Hukum UNUD, 2017), 91.

8
Pertama, penyerahan resume perkara dan jangka waktu proses
mediasi. Sebagaimana tertulis dalam PERMA No.1 tahun 2016 bahwa
pelaksanaan penyerahan resume dilaksanakan paling lama yakni lima hari
dihitung sejak penetapan mediator yang telah ditetapkan sebelumnya di
fase pra-mediasi. Pihak-pihak yang terlibat dapat menyerahkan perkara
kepada pihak lain dan mediator. Proses ini berlangsung hingga paling lama
30 hari dimulai dari penetapan perintah pelaksanaan mediasi, dan dapat
juga diperpanjang paling lama 30 hari terhitung sejak berakhirnya masa
waktu yang pertama.8
Kedua, Pertemuan mediasi. Mediator sebagai penyambung kedua
belah pihak dalam hal ini bertanggungjawab untuk menentukan jadwal
pertemuan untuk menyelesaikan proses mediasi, dan apabila diperlukan
dalam pelaksanaannya mediator dapat melakukan kaukus.9 Adapun apabila
inisiatif kaukus tidak disetujui, mediator dapat memberikan opsi untuk
melanjutkan ke mediasi kedua dalam jangka waktu maksimal 14 hari
terhitung seja ditutupnya proses mediasi pertama.10
Ketiga, pelibatan ahli dan tokoh masyarakat. Selama
berlangsungnya mediasi, mediator dapat menghadirkan sosok figur
diantara keduanya untuk menjadi penolong dalam memuluskan jalan
menuju kesepakatan diantara kedua belah pihak. Sebelumnya pihak-pihak
yang berselisih sudah seharusnya mencapai kesepakatan terkait dengan
kekuatan mengikat atupun tidak mengikat dari penjabaran yang dilakukan
oleh ahli atau tokoh masyarakat yang telah dihadirkan.11
Keempat, mediasi mencapai kesepakatan, dalam hal ini adalah dala
kasus jika mediasi menemui kesepakatan diantara kedua belah pihak.
Maka mediator wajib merumuskan poin-poin yang telah disepakati
bersama dalam kesepakatan perdamaian yang ditandatangani mediator dan
juga pihak terkait. Isi dari kesepakatan perdamaian tersebut tida boleh
mengandung ketentuan yang bertentangan dengan hukum, merugikan

8
Candra Irawan, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa…, 63.
9
Tim penyusun, Naskah Akademis : Mediasi, (Jakarta: Puslitbang hukum dan peradilan MA),
10
Dyah Aryani P, dkk, Buku Saku Mediasi Sengketa Informasi Publik, (Jakarta: Komisi Informasi
Pusat Republik Indonesia, 2015), 20.
11
Candra Irawan, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa…, 64.

9
pihak ketiga, tidak dapat dilaksanakan. Lalu apabila segala hal terkait
dengan kesepakatan perdamaian telah ditandatangani, mediator wajib
menyerahkan atau melaporkan secara tulis ke majelis hakim pemeriksa
perkara dan melampirkan kesepakatan perdamaian tersebut. Hakim akan
memeriksa surat tersebut, lalu apabila telah memenuhi ketentuan maka
kesepakatan perdamaian akan diterima dan ditetapkan hari siding untuk
pembacaan akta perdamaian.12
Kelima, kesepakatan perdamaian sebagian, hal ini dapat terjadi
dalam proses mediasi yang sebagian poin-poinnya tercapai kesepakatan
sedangkan beberapa lainnya tetap tidak dicapai kesepakatan diantara piha
yang berselisih. Mediator kemudian melaporkan hasil kesepakatan
perdamaian sebagian untuk diperiksa hakim pemeriksa perkara.
Keenam, mediasi tidak berhasil atau tidak dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini tidak ditemukan titik temu kesepakatan diantara pihak-pihak
yang berselisih, kemudian mediator melaporkan kepada hakimpemeriksa
bahwa proses mediasi tidak berhasil.setelah melakukan pemeriksaan
laporan yang telah dilampirkan oleh mediator, hakim pemeriksa akan
melaksanakan pemeriksaan perkara sesuai dengan ketentuan hukum.

12
Tim Penyusun, Manual Mediasi Konsiliasi Arbitrase, (Jakarta : Kantor Perburuhan Jakarta,
2006), 23.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Mediasi sebagai salah satu jalan untuk menemukan keadilan

diantara pihak-pihak yang berselisih nampaknya masih kurang diminati

masyarakat untuk menyelesaikan sebuah perkara. Data pada tahun 2014

menyebutkan bahwa keberhasilan mediasi di Peradilan Umum hanya 5,3%

(372 perkara berhasil dimediasi), dan 6.647 perkara yang gagal dimediasi

dari 7.046 perkara yang dilakukan mediasi. Di peradilan agama angka

keberhasilan cukup baik yakni 24,37% (32.659 perkara sukses dimediasi),

99.528 perkara gagal dimediasi, dari keseluruhan 132.223 perkara.13 Hal

ini menjadikan pertanyaan besar bagi pihak yang bertanggungjawab atas

penanganan mediasi, apakah karena prosedur dari Negara yang masih

kurang atau perspektif masyarakat terhadap penyelesaian masalah dengan

mediasi masih skeptis.

Adanya mediasi dengan tahapan-tahapan atau proses yang cukup

rinci seharusnya sudah menjadi hal yang dapat melancarkan proses

mediasi di peradilan. Adapun bila masalah masih kurang suksesnya

pelaksanaan mediasi di pengadilan, adalah menjadi kewajiban pihak

pengadilan untuk menekankan kepada pihak-pihak yang berselisih agar

menempuh jalan yang lebih mudah dan tidak merugikan satu sama lain

yakni mediasi. Campaign mengenai mediasi juga sudah selaiknya

13
Candra Irawan, “Problematika Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2008 Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Indonesia”, Jurnal Hukum Acara
Perdata ADHAPER, Vol. 1 No.2, Juli-Desember 2015, 61-62.

11
digalakkan oleh pihak-pihak berwenang mengingat hal ini merupakan

suatu hal yang awam bagi masyarakat luas, dan apabila kampanye mediasi

dan praktik di lapangan dilaksanakan secara efektif dan baik maka

pelaksanaan mediasi di Indonesia akan menemui kesuksesan.

12
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aryani , Dyah. Buku Saku Mediasi Sengketa Informasi Publik. Jakarta: Komisi
Informasi Pusat Republik Indonesia, 2015.

Dananjaya, Nyoman Satyayudha. Buku Ajar Penyelesaian Sengketa Alternatif.


Bali : Fakultas Hukum UNUD, 2017.

Irawan, Candra. Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia. Bandung:


Mandar Maju, 2017.

Konoran, Abdurrahman. Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi di


Pengadilan. Depok: Rajawali Pers, 2017

Mujahidin, Ahmad. Ruang Lingkup dan Praktik Mediasi Sengketa Ekonomi


Syariah. Sleman: Deepublish, 2018.

Penyusun,Tim. Manual Mediasi Konsiliasi Arbitrase. Jakarta : Kantor Perburuhan


Jakarta, 2006

Penyusun , Tim. Naskah Akademis : Mediasi. Jakarta: Puslitbang hukum dan


peradilan MA, 2007.

Swantoro, Herri. Strategi Taktik Mediasi. Jakarta: Kencana, 2016.

Triana, Nita. Rekontruksi Model Mediasi yang Berintegrrasikan pada Hukum


Acara Pengadilan
Agama dalam perspektif Pihak. Sleman: Deepublish, 2015.

JURNAL

Irawan, Candra. “Problematika Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di
Indonesia”. Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER, Vol. 1, No.2, Juli-
Desember, 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai