Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Karena limpahan rahmat, nikmat, serta
hidayahnya sehingga berada dalam kondisi saat ini yang sehat wal afiat. Tak lupa
shalawat serta salam pada junjungan Nabi Muhammad Saw. Yang telah
membimbing umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang yakni ad-dinul islam. Semoga kita senantiasa diberi keistiqomahan
untuk terus menekuni perintah-perintah Allah Swt dan juga ajaran-ajaran nabi
Muhammad Saw.
Kedua kalinya, syukur kita panjatkan pada Allah azza wa jalla, yang
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Mediasi HES”. Kami juga mengucapkan beribu terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini,
khususnya ibu Nur Suci Romadliyah, S.E., M.E., selaku dosen pengampu mata
kuliah Mediasi HES yang membimbing dalam satu semester ke depan. Apresiasi
kami haturkan pula pada orang tua, rekan sejawat, serta pihak-pihak yang
membantu menyukseskan tugas makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB 1.................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG............................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................ 4
C. TUJUAN PENULISAN.......................................................................... 4
BAB II................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.................................................................................................... 5
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
A.) Kesimpulan................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan antara dua pihak secara tradisionil di masa lampau
biasanya lebih sering untuk dilakukan perdamaian atau mediasi oleh
petinggi setempat. Era saat ini ketika dua pihak yang berselisih tentu
secara ideal dan menurut hukum idealnya adalah melakukan penyelesaian
secara hukum di meja hijau, namun terdapat ketentuan yang sebenarnya
dapat dilakukan sebelum hal itu terjadi agar tidak timbul perselisihan yang
berlarut-larut. Proses mediasi adalah jawaban dari hal tersebut.
Pelaksanaannya disebut merupakan jalan keluar yang baik tanpa harus
saling menikam di pengadilan. Adapun penetapannya secara legalitas telah
memenuhi syarat untuk dijadikan dasar.
Proses mediasi di masa kini pun tidak hanya sekedar mendamaikan
dua pihak yang berselisih, mediator sebagai penengah harus mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku yakni PERMA No.1 Tahun 2016.
Didalamnya memuat tahpan-tahapan yang harus dilakukan untuk sebuah
mediasi. Kondisi-kondisi yang memungkinkn terjadi juga dibahas
didalamnya, sehingga cukup kompleks agar tidak ada celah hukum yang
dimanfaatkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan dasar hukum mediasi?
2. Bagaimana tahapan proses mediasi di pengadilan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum mediasi
2. Untuk mengetahui tahapan proses mediasi di pengadilan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Mujahidin, Ruang Lingkup dan Praktik Mediasi Sengketa Ekonomi Syariah, (Sleman:
Deepublish), 2018, hal 5
2
Herri Swantoro, Strategi Taktik Mediasi, (Jakarta: Kencana) 2016, hal 35
3
Ibid, 6
5
era Globalisasi.4 Dalam teori tersebut, Mediasi ada dalam sudut the triangle
of society yang dimana artinya, mediasi sudah ada sejak bangsa Indonesia
ada. Dalam bidang sosial ini kita dapat menemukan aturan – aturan, norma-
norma, yang berasal dari negoisasi hukum yang kurang lebih murni yang
dimana bersumber dari masyarakat sendiri, bukan dari produk hukum
negara. Dalam proses mediasi cara penyelesaiannya dilakukan melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak bersangkutan
dengan dibantu mediator. Menurut pengertian mediasi diatas dapat diuraikan
mengandung unsur – unsur:
4
Nita Triana, Rekontruksi Model Mediasi yang Berintegrrasikan pada Hukum Acara Pengadilan
Agama dalam perspektif Pihak, (Sleman: Deepublish), 2015, hal 74
6
tentang kekuasaan kehakiman. Kedua ketentuan tersebut terdapat dua
macam atau cara penyelesaian sengketa yaitu melalui pengadilan dan di luar
pengadilan. Penyelasaian pekara melalui lembaga peradilan merupakan
proses dan cara penyelesaian persengketaan secara konvensional.
Penyelesaian pekara di luar pengadilan dilakukan dengan beberapa cara
yakni arbitrase, dan alternatif penyelesaian sengketa. Penyelesaian
persengketaan yang dilakukan di luar pengadilan dilakukan dengan cara
Konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau dari penilaian tokoh ahli.
Peraturan perundang – undang tersebut tercantum dalam Undang – Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, yang menentukan
bahwa pada metode alternatif penyelesaian sengketa merupakan lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yaitu Konsultasi , negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
para tokoh ahli merupakan cara penyelesaian di luar pengadilan. Proses pada
tahap Mediasi adalah proses dimana Mediator memulai melakukan proses
Mediasi dengan ruang lingkup yang sangat luas, tidak hanya pada posita dan
petitum gugatan.
7
berpekara di Peradilan Negeri.5 Mediasi dapat memberikan akses keadilan
yang cakupannya lebih luas dan sejalan dengan peradilan yang sederhana ,
cepat dan biaya ringan. Serta dalam pelaksanaannya dalam menyelesaikan
pekara fungsi hakim mendamaikan sama mulianya dengan memutus secara
adil.
5
Abdurrahman Konoran, Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi di Pengadilan,
(Depok: Rajawali Pers), 2017, hal 4
6
Candra Irawan, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,
2017), 57.
7
Nyoman Satyayudha Dananjaya, dkk, Buku Ajar Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Bali :
Fakultas Hukum UNUD, 2017), 91.
8
Pertama, penyerahan resume perkara dan jangka waktu proses
mediasi. Sebagaimana tertulis dalam PERMA No.1 tahun 2016 bahwa
pelaksanaan penyerahan resume dilaksanakan paling lama yakni lima hari
dihitung sejak penetapan mediator yang telah ditetapkan sebelumnya di
fase pra-mediasi. Pihak-pihak yang terlibat dapat menyerahkan perkara
kepada pihak lain dan mediator. Proses ini berlangsung hingga paling lama
30 hari dimulai dari penetapan perintah pelaksanaan mediasi, dan dapat
juga diperpanjang paling lama 30 hari terhitung sejak berakhirnya masa
waktu yang pertama.8
Kedua, Pertemuan mediasi. Mediator sebagai penyambung kedua
belah pihak dalam hal ini bertanggungjawab untuk menentukan jadwal
pertemuan untuk menyelesaikan proses mediasi, dan apabila diperlukan
dalam pelaksanaannya mediator dapat melakukan kaukus.9 Adapun apabila
inisiatif kaukus tidak disetujui, mediator dapat memberikan opsi untuk
melanjutkan ke mediasi kedua dalam jangka waktu maksimal 14 hari
terhitung seja ditutupnya proses mediasi pertama.10
Ketiga, pelibatan ahli dan tokoh masyarakat. Selama
berlangsungnya mediasi, mediator dapat menghadirkan sosok figur
diantara keduanya untuk menjadi penolong dalam memuluskan jalan
menuju kesepakatan diantara kedua belah pihak. Sebelumnya pihak-pihak
yang berselisih sudah seharusnya mencapai kesepakatan terkait dengan
kekuatan mengikat atupun tidak mengikat dari penjabaran yang dilakukan
oleh ahli atau tokoh masyarakat yang telah dihadirkan.11
Keempat, mediasi mencapai kesepakatan, dalam hal ini adalah dala
kasus jika mediasi menemui kesepakatan diantara kedua belah pihak.
Maka mediator wajib merumuskan poin-poin yang telah disepakati
bersama dalam kesepakatan perdamaian yang ditandatangani mediator dan
juga pihak terkait. Isi dari kesepakatan perdamaian tersebut tida boleh
mengandung ketentuan yang bertentangan dengan hukum, merugikan
8
Candra Irawan, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa…, 63.
9
Tim penyusun, Naskah Akademis : Mediasi, (Jakarta: Puslitbang hukum dan peradilan MA),
10
Dyah Aryani P, dkk, Buku Saku Mediasi Sengketa Informasi Publik, (Jakarta: Komisi Informasi
Pusat Republik Indonesia, 2015), 20.
11
Candra Irawan, Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa…, 64.
9
pihak ketiga, tidak dapat dilaksanakan. Lalu apabila segala hal terkait
dengan kesepakatan perdamaian telah ditandatangani, mediator wajib
menyerahkan atau melaporkan secara tulis ke majelis hakim pemeriksa
perkara dan melampirkan kesepakatan perdamaian tersebut. Hakim akan
memeriksa surat tersebut, lalu apabila telah memenuhi ketentuan maka
kesepakatan perdamaian akan diterima dan ditetapkan hari siding untuk
pembacaan akta perdamaian.12
Kelima, kesepakatan perdamaian sebagian, hal ini dapat terjadi
dalam proses mediasi yang sebagian poin-poinnya tercapai kesepakatan
sedangkan beberapa lainnya tetap tidak dicapai kesepakatan diantara piha
yang berselisih. Mediator kemudian melaporkan hasil kesepakatan
perdamaian sebagian untuk diperiksa hakim pemeriksa perkara.
Keenam, mediasi tidak berhasil atau tidak dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini tidak ditemukan titik temu kesepakatan diantara pihak-pihak
yang berselisih, kemudian mediator melaporkan kepada hakimpemeriksa
bahwa proses mediasi tidak berhasil.setelah melakukan pemeriksaan
laporan yang telah dilampirkan oleh mediator, hakim pemeriksa akan
melaksanakan pemeriksaan perkara sesuai dengan ketentuan hukum.
12
Tim Penyusun, Manual Mediasi Konsiliasi Arbitrase, (Jakarta : Kantor Perburuhan Jakarta,
2006), 23.
10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
(372 perkara berhasil dimediasi), dan 6.647 perkara yang gagal dimediasi
menempuh jalan yang lebih mudah dan tidak merugikan satu sama lain
13
Candra Irawan, “Problematika Penerapan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2008 Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di Indonesia”, Jurnal Hukum Acara
Perdata ADHAPER, Vol. 1 No.2, Juli-Desember 2015, 61-62.
11
digalakkan oleh pihak-pihak berwenang mengingat hal ini merupakan
suatu hal yang awam bagi masyarakat luas, dan apabila kampanye mediasi
12
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Aryani , Dyah. Buku Saku Mediasi Sengketa Informasi Publik. Jakarta: Komisi
Informasi Pusat Republik Indonesia, 2015.
JURNAL
13