Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENYELESAIAN SENGKETA
Mata Kuliah: Mediasi dan Advokasi Hukum Keluarga
Dosen Pengampuh: Dr. Aris, S.Ag., M.H.

OLEH:

AIDIL
NIM : 2220203874130002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan limpahannya

sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dan tak lupa pula kita kirimkan

shalawat serta salam atas junjungan nabi besar Muhammad SAW nabi yang telah

menjadi surih tauladan bagi kita semua.

Adapun proses pembuatan makalah ini telah kami usahakan semaksimal

mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat

memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam

pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena

itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi

pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat

memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Penyelesaian

Sengketa dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan

inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pinrang. 28 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4

A. Pengertian dan Jenis Penyelesaian Sengketa ...................................... 4

B. Penyelesaian Sengketa dalam Masyarakat Indonesia ......................... 6

C. Karakteristik Penyrlesaian Sengketa di Indonesia. ........................... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................... 13

Simpulan ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak lahir di dunia, manusia telah bergaul dengan manusia-manusia lain

di dalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Manusia dalam menjalankan

kehidupannya berhubungan dengan manusia lain, sebetulnya telah mengetahui

bahwa pada hakikatnya hubungan antar manusia tersebut diatur oleh

bermacam-macam aturan atau pedoman. Kaidah-kaidah dan nilai nilai yang

mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, bermacam-macam ragamnya,

dan diantara sekian macam kaidah, maka yang merupakan salah satu kaidah

penting adalah kaidah-kaidah hukum disamping kaidah-kaidah agama,

kesusilaan, dan kesopanan.

Keberadaan kaidah-kaidah tersebutlah yang memberikan batasan

manusia dalam berperilaku di masyarakat, mengetahui perbuatan apa yang

sesuai kaidah dan pebuatan yang bertentangan dengan kaidah. Perbuatan yang

bertentangan dengan kaidah itulah yang kemudian memunculkan konflik dalam

masyarakat. Secara umum dalam kehidupan bermasyarakat, terkadang antar

individu muncul konflik atau sengketa yang menimbulkan kerugian baik salah

satu individu maupun pada kedua individu yang berkonflik/bersengketa.

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui 2(dua) proses. Proses

penyelesaian sengketa tertua melalui proses litigasi di dalam pengadilan,

kemudian berkembang proses penyelesaian sengketa melalui kerjasama

(kooperatif) di luar pengadilan. Proses litigasi menghasilkan kesepakatan yang

1
bersifat adversial yang belum mampu merangkul kepentingan bersama,

cenderung menimbulkan masalah baru karena sifatnya win-lose, lamban dalam

penyelesaiannya atau time consuming proses berperkaranya, tidak responsif

dan terbuka untuk umum. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan pada

umumnya dinamakan dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa atau

Alternative Dispute Resolution (ADR).

Proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini menghindari

kelambatan yang diakibatkan prosedural dan administratif sebagaimana

beracara di pengadilan umum dan win-win solution. ADR sebagai salah satu

cara untuk menyelesaikan sengketa sudah semenjak lama dikenal dalam

berbagai kepercayaan dan kebudayaan. Berbagai fakta telah menunjukkan

bahwa pada dasarnya mediasi bukan merupakan suatu metode yang asing

dalam upaya menyelesaikan sengketa ditengah masyarakat. Hanya saja konteks

pendekatan dan caranya berbeda yang lebih disesuaikan dengan budaya hukum

(Legal Culture) setempat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan Jenis Penyelesaian Sengketa?

2. Bagaimana penyelesaian Sengketa dalam Masyarakat Indonesia ?

3. Bagaimana karakteristik penyelesaian sengketa di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dan Jenis Penyelesaian Sengketa Sengketa

2
2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa dalam Masyarakat Indonesia

3. Untuk mengetahui karakteristik penyelesaian sengketa di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Jenis Penyelesaian Sengketa

Perselisihan tidak pernah lepas dari konflik. Di mana ada konflik, di situ

ada konflik. Begitu banyak konflik dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas dari

apakah itu konflik kecil, bahkan konflik besar dan serius. Banyak orang

mengidentikkan perselisihan dengan fenomena kekerasan (violence), sehingga

perselisihan/konflik selalu dipandang sebagai hal yang buruk dan karenanya

perselisihan harus dihilangkan atau setidaknya dicegah.

Jadi, mari selami seperti apa perselisihan itu dan bagaimana

penyelesaiannya. Perselisihan bisa terjadi di mana saja, di mana saja.

Perselisihan dapat timbul antara individu dengan individu, antara individu

dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok, antara perusahaan

dengan negara, antara negara dan antara mereka sendiri. Dengan kata lain,

sengketa dapat bersifat publik atau perdata dan dapat timbul di tingkat lokal,

nasional, atau internasional. Sengketa adalah suatu keadaan dimana salah satu

pihak merasa dirugikan oleh pihak lain, yang kemudian menyampaikan

ketidakpuasan tersebut kepada pihak kedua..

Jika situasi menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadilah apa yang

dinamaka dengan sengketa. Dalam konteks hukum khususnya hukum kontrak,

yang dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara para

pihak karena adanya pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dituangkan

4
dalam suatu kontrak, baik sebagian maupun keseluruhan. Dengan kata lain

telah terjadi wanprestasi oleh pihakpihak atau salah satu pihak. 1

Menurut Nurmianingsih Amriani, sengketa adalah perselisihan yang

timbul antara para pihak yang mengadakan perjanjian sebagai akibat dari

wanprestasi salah satu pihak yang mengadakan perjanjian. Hal senada

diungkapkan oleh Takdir Rahmadi, yang berarti bahwa konflik atau

perselisihan adalah situasi atau kondisi di mana orang-orang mengalami

perselisihan faktual satu sama lain atau perselisihan yang ada dalam persepsi

mereka. 2

Dengan demikian yang dimaksud dengan sengketa adalah sengketa yang

timbul antara dua pihak atau lebih yang mempertahankan pandangannya

masing-masing, sengketa yang mungkin timbul karena kelalaian para pihak

atau salah satu pihak yang mengadakan perjanjian.

Penyelesaian sengketa adalah proses penyelesaian perselisihan antara

pihak-pihak yang terlibat dalam konflik atau pertentangan. Penyelesaian

sengketa dapat dilakukan secara damai atau melalui cara hukum, tergantung

pada keinginan pihak yang terlibat.3

Jenis penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyelesaian

sengketa litigasi dan non-litigasi. Berikut penjelasan beserta referensi terkait

masing-masing jenis penyelesaian sengketa:

1
Nurmaningsih amriani, Mediasi alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, PT Raja
Grafindo Persada : Jakarta, 2012 hal 12
2
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa melalui pendekatan mufakat Rajawali Pers,
Jakarta, 2011 hal 1
3
Purbantoro, A. (2017). Alternatif Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi dalam Hukum Perdata.
Jurnal Dinamika Hukum, 17(1), 116-125.

5
1. Penyelesaian Sengketa secara Litigasi

Penyelesaian sengketa litigasi dilakukan melalui jalur hukum, yaitu

melalui proses persidangan di pengadilan. roses penyelesaian sengketa

ini membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar

2. Penyelesaian Sengketa secara Non Litigasi

Penyelesaian sengketa non-litigasi adalah penyelesaian sengketa di luar

jalur hukum, yaitu dengan cara negosiasi, mediasi, dan arbitrase. Proses

penyelesaian sengketa ini bersifat sukarela dan tidak melibatkan

pengadilan. enyelesaian sengketa non-litigasi di Indonesia meliputi

beberapa jenis, di antaranya adalah negosiasi, mediasi, dan arbitrase.

Negosiasi dan mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa dengan

cara damai melalui perundingan antara para pihak. Sementara itu, arbitrase

merupakan proses penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga

yang independen dan diakui, yaitu arbitrator, yang akan memberikan

putusan yang mengikat kepada para pihak.

Kedua jenis penyelesaian sengketa ini memiliki kelebihan dan kelemahan

masing-masing, tergantung pada kasus dan situasi yang dihadapi. Oleh karena

itu, para pihak yang terlibat dalam sengketa harus mempertimbangkan metode

penyelesaian sengketa mana yang paling cocok untuk mereka gunakan.

B. Penyelesaian Sengketa dalam Masyarakat Indonesia

Penyelesaian sengketa di masyarakat Indonesia dapat dilakukan melalui

berbagai cara, baik melalui jalur hukum (litigasi) maupun cara-cara non-litigasi

seperti negosiasi, mediasi, dan musyawarah. Dalam masyarakat Indonesia,

6
musyawarah dianggap sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa yang

paling efektif dan sesuai dengan budaya lokal. Dalam musyawarah, para pihak

yang terlibat dalam sengketa akan duduk bersama-sama untuk membicarakan

masalah dan mencari solusi bersama. Pada umumnya, musyawarah dilakukan

di hadapan tokoh masyarakat atau pemuka adat yang dianggap memiliki

otoritas dalam masyarakat setempat.

Selain musyawarah, negosiasi dan mediasi juga sering digunakan sebagai

cara penyelesaian sengketa di masyarakat Indonesia. Negosiasi adalah cara

penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui perundingan antara para pihak

untuk mencapai kesepakatan bersama. Mediasi adalah cara penyelesaian

sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang netral, yaitu mediator, untuk

membantu para pihak mencapai kesepakatan.

Dalam beberapa kasus, jika cara-cara non-litigasi tidak berhasil

menyelesaikan sengketa, maka para pihak dapat memilih untuk menempuh

jalur hukum melalui proses persidangan di pengadilan. Namun, sebelum

memilih jalur hukum, para pihak perlu mempertimbangkan baik-baik risiko

dan biaya yang terkait dengan proses persidangan

Di Indonesia, terdapat beberapa lembaga yang menyediakan layanan

penyelesaian sengketa melalui cara-cara non-litigasi seperti Badan Arbitrase

Nasional Indonesia (BANI) dan Indonesian Mediation Center (IMC). Selain

itu, dalam beberapa kasus, pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa juga dapat

menggunakan jasa mediator atau mediator independen untuk membantu

mereka mencapai kesepakatan.

7
Secara umum, penyelesaian sengketa di masyarakat Indonesia dilakukan

melalui cara-cara yang menghargai kebersamaan, musyawarah, dan konsensus.

Oleh karena itu, penting bagi para pihak untuk tetap membuka dialog dan

berusaha mencari solusi yang terbaik dan paling sesuai dengan budaya lokal

dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di masyarakat Indonesia.

Di Indonesia sendiri, juga menyelesaikan sengketa dengan Jalur Litigasi

dan Non Litigasi.

1. Litigasi

Dalam peraturan perundang-undangan tidak ada yang memberikan definisi

mengenai litigasi, namun dapat dilihat di dalam Pasal 6 ayat 1 UU 30/1999

tentang Arbitrase yang pada intinya mengatakan bahwa sengketa dalam

bidang perdata dapat diselesaikan para pihak melalui alternatif

penyelesaian sengketa yang dilandasi itikad baik dengan

mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. 4

Sehingga dapat disimpulkan bahwa litigasi merupakan proses

menyelesaikan perselisihan hukum di pengadilan yang mana setiap pihak

bersengketa memiliki hak dan kewajiban yang sama baik untuk


5
mengajukan gugatan maupun membantah gugatan melalui jawaban.

4
Bunyi Pasal 6 ayat (1), “Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak
melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan
mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di Pengadilan Negeri.
5
Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi dan Non-Litigasi (Tinjauan Terhadap Mediasi
dalam Pengadilan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,
https://www.academia.edu/29831296/Penyelesaian_Sengketa_Litigasi_dan_NonLitigasi_Tinjauan
_terhadap_Mediasi_dalam_Pengadilan_sebagai_Alternatif

8
2. Non Litigasi

Penyelesaian sengketa juga dapat diselesaikan melalui jalur non-litigasi (di

luar pengadilan), yang biasanya disebut dengan Alternative Dispute

Resolution (ADR) di Amerika, di Indonesia biasanya disebut dengan

Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut APS).15

Terhadap penyelesaian sengketa di luar pengadilan (di Indonesia dikenal

dengan nama APS) telah memiliki landasan hukum yang diatur dalam UU

30/1999 tentang Arbitrase. Meskipun pada prakteknya penyelesaian

sengketa di luar pengadilan merupakan nilai-nilai budaya, kebiasaan atau

adat masyarakat Indonesia dan hal ini sejalan dengan cita-cita masyarakat

Indonesia Cara penyelesaian tersebut adalah dengan musyawarah dan

mufakat untuk mengambil keputusan. Misalnya dalam forum runggun adat

yang menyelesaikan sengketa secara musyawarah dan kekeluargaan,

dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh masyarakat

setempat.

Di Indonesia terdapat 6 (enam) APS diuraikan sebagai berikut :

- konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara satu

pihak tertentu yang disebut dengan klien dengan satu pihak lain yang

merupakan pihak konsultan yang memberikan pendapatnya kepada

klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya

tersebut.

- Negosiasi tercantum dalam Pasal 1 Angka (1) UU 30/1999 tentang

Arbitrase yaitu sebagai salah satu APS. Pengertian negosiasi tidak

9
diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang, namun dapat dilihat

dalam Pasal 6 ayat (2) UU 30/1999 tentang Arbitrase bahwa pada

dasarnya para pihak dapat dan berhak untuk menyelesaikan sendiri

sengketa yang timbul dalam pertemuan langsung dan hasil kesepakatan

tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak.

- Mediasi Menurut Pasal 1 angka (1) Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

(selanjutnya disebut PERMA 1/2016) bahwa mediasi merupakan cara

penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh

kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.

- Konsiliasi merupakan lanjutan dari mediasi. Mediator berubah fungsi

menjadi konsiliator, dalam hal ini konsiliator menjalankan fungsi yang

lebih aktif dalam mencari bentuk-bentuk penyelesaian sengketa dan

menawarkannya kepada para pihak apabila para pihak dapat

menyetujui, solusi yang dibuat konsiliator akan menjadi resolution.

Kesepakatan yang terjadi akan bersifat final dan mengikat para pihak.

Apabila pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu

kesepakatan dan pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari

sengketa. Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi, kedua cara

ini melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa secara

damai.

- Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata di luar pengadilan

umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

10
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Arbitrase digunakan untuk

mengantisipasi perselisihan yang mungkin terjadi maupun yang sedang

mengalami perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara negosiasi

atau konsultasi maupun melalui pihak ketiga serta untuk menghindari

penyelesaian sengketa melalui Lembaga peradilan yang selama ini

dirasakan memerlukan waktu yang lama.

C. Karakteristik Penyelesaian Sengketa di Indonesia

Karakteristik penyelesaian sengketa di Indonesia dapat diidentifikasi

sebagai berikut:6

1. Bersifat konsensual

Penyelesaian sengketa di Indonesia cenderung menggunakan pendekatan

konsensual, di mana para pihak berusaha untuk mencapai kesepakatan

bersama melalui musyawarah, negosiasi, atau mediasi.

2. Menghargai budaya local

Penyelesaian sengketa di Indonesia cenderung menghargai nilai-nilai

budaya lokal, seperti gotong royong, musyawarah, dan adat istiadat, yang

menjadi pijakan dalam mencari solusi.

3. Beragam Metode

Penyelesaian sengketa di Indonesia menggunakan beragam metode,

mulai dari cara-cara tradisional hingga alternatif seperti mediasi dan

arbitrase.

6
Kertadjaja, H. A. (2015). Keberhasilan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa di Indonesia:
Sebuah Studi Empiris. Jurnal Dinamika Hukum, 15(3), 400-410.

11
4. Mempertimbangkan aspek hukum

Meskipun menggunakan pendekatan konsensual dan menghargai budaya

lokal, penyelesaian sengketa di Indonesia tetap mempertimbangkan

aspek hukum dalam mencari solusi yang adil dan bijaksana.

12
BAB IV

SIMPULAN

Sengketa adalah sengketa yang timbul antara dua pihak atau lebih yang

mempertahankan pandangannya masing-masing, sengketa yang mungkin timbul

karena kelalaian para pihak atau salah satu pihak yang mengadakan

perjanjian.Penyelesaian sengketa adalah proses penyelesaian perselisihan antara

pihak-pihak yang terlibat dalam konflik atau pertentangan. Penyelesaian sengketa

dapat dilakukan secara damai atau melalui cara hukum, tergantung pada keinginan

pihak yang terlibat. Jenis penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi dua, yaitu

penyelesaian sengketa litigasi dan non-litigasi.

Penyelesaian sengketa di masyarakat Indonesia dapat dilakukan melalui

berbagai cara, baik melalui jalur hukum (litigasi) maupun cara-cara non-litigasi

seperti negosiasi, mediasi, dan musyawarah. Dalam masyarakat Indonesia,

musyawarah dianggap sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa yang paling

efektif dan sesuai dengan budaya lokal. Dalam musyawarah, para pihak yang

terlibat dalam sengketa akan duduk bersama-sama untuk membicarakan masalah

dan mencari solusi bersama. Pada umumnya, musyawarah dilakukan di hadapan

tokoh masyarakat atau pemuka adat yang dianggap memiliki otoritas dalam

masyarakat setempat

Karakteristik penyelesaian sengketa di Indonesia dapat diidentifikasi

sebagai berikut :Bersifat consensus, Menghargai budaya local, Beragam Metode,

dan Mempertimbangkan aspek hukum

13
DAFTAR PUSTAKA

Kertadjaja, H. A. (2015). Keberhasilan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa di


Indonesia: Sebuah Studi Empiris. Jurnal Dinamika Hukum

Nurmaningsih amriani, Mediasi alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di


Pengadilan, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2012

Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa melalui pendekatan mufakat Rajawali


Pers, Jakarta, 2011

Purbantoro, A. (2017). Alternatif Penyelesaian Sengketa Non-Litigasi dalam Hukum


Perdata. Jurnal Dinamika Hukum

Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi dan Non-Litigasi (Tinjauan Terhadap


Mediasi dalam Pengadilan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan

14

Anda mungkin juga menyukai