Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Manajemen Konflik
“CARA MEMEDIASI SEBAGAI PROSEDUR PENYELESAIAN
DAN RESOLUSI KONFLIK”

Dosen Pengampu: Era Aprianti, S.Pd.,ME

Disusun Oleh Kelompok 11 :


1. Fika Novera 504210064
2. Lusi Safitri 504210073
3. Kunnuzi 504210070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur atas berkat rahmat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Cara Memediasi Sebagai Prosedur Penyelesaian dan Resolusi Konflik”. tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Konflik, Ibu Era Aprianti yang telah
mendukung dan juga kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan proposal ini.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam proposal ini. Oleh karena
itu, saya penyusun menerima saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya lebih
baik lagi.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga proposal yang saya susun ini
memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat di jadikan acuan.

Jambi, 08 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
3. Tujuan .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
1. Pengertian Konflik .......................................................................................... 4
2. Resolusi Konflik .............................................................................................. 4
3. Penyelesaian Konflik ....................................................................................... 6
4. Mediasi ............................................................................................................ 7
5. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Mediasi .......................................... 10
6. Prinsip-Prinsip Mediasi ................................................................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
1. Kesimpulan .................................................................................................... 14
2. Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam percakapan sehari-hari, konflik sering diartikan sebagai saling
bertentangan, saling berbantahan, atau saling cekcok. Situasi konflik
tersebut dianggap sebagai situasi yang abnormal dan tidak diharapkan,
karena konflik sering dianggap sebagai penganggu stabilitas yang tidak
boleh ada atau jika sudah muncul harus cepat-cepat diselesaikan. Konflik
terkadang dianggap sebagai gangguan yang disebabkan oleh tingkah laku
Orang-orang yang antikemapanan, antisosial, paranoia, senang membuat
keributan, dan lain-lain. Akan tetapi, hasil dari pengamatan saksama,
hampir semua konflik disebabkan oleh ketidakpahaman, kurang paham,
salah paham, atau gagal paham. Selain itu, konflik juga dapat terjadi karena
kegagalan berkomunikasi antarpihak sehingga terjadi perbedaan dalam
memahami suatu hal.
Penyelesaian konflik dapat dilakukan melalui 2 (dua) proses. Proses
penyelesaian konflik tertuai melalui proses litigasi di dalam pengadilan,
kemudian berkembang proses penyelesaian konflik melalui kerja sama
(kooperatif) di luar pengadilan. Proses litigasi menghasilkan kesepakatan
yang bersifat adversarial yang belum mampu merangkul kepentingan
bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam
penyelesaiannya, membutuhkan biaya yang mahal, tidak responsif, dan
menimbulkan permusuhan di antara pihak yang berkonflik. Sebaliknya.
melalui proses di luar pengadilan menghasilkan kesepakatan yang bersifat
"win-win solution", dijamin kerahasiaan konflik para pihak, dihindari
kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif,
menyelesaikan masalah secara komprehensif dalam kebersamaan, dan tetap
menjaga hubungan baik. Satu-satunya kelebihan proses non-litigasi ini sifat

1
kerahasiaannya, karena proses persidangan dan bahkan hasil keputusannya
pun tidak dipublikasikan. Penyelesaian konflik di luar pengadilan ini
umumnya dinamakan dengan Alternatif Penyelesaian konflik (APS) atau
Alternative Dispute Resolution (ADR) ada yang mengatakan kalau
Alternative Dispute Resolution (ADR) ini merupakan siklus gelombang
ketiga penyelesaian konflik bisnis. Penyelesaian konflik bisnis pada era
globalisasi dengan ciri "moving quickly", menuntut cara-cara yang
"informal procedure and be put in motion quickly"."
Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak
ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan
yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian yang
di terima oleh kedua belah pihak. Asas kewajiban hakim untuk
mendamaikan pihak-pihak yang berperkara sejalan dengan tuntunan dan
tuntutan ajaran moral Islam. Islam selalu menyuruh menyelesaikan setiap
perselisihan dan persengketaan melalui pendekatan islah. Layak sekali
kalau para hakim Peradilan Agama yang menyadari dan mengemban fungsi
mendamaikan kedua belah pihak dalam berperkara. Bagaimanapun adilnya
putusan akhir, akan lebih baik dan lebih adil hasilnya jika dilakukan dengan
perdamaian. Menurut M. Yahya Harapan dalam suatu putusan yang
bagaimanapun adilnya, pasti harus ada pihak yang kalah dan yang menang.
Tidaklah mungkin jika kedua belah pihak berperkara sama-sama
dimenangkan atau sama-sama dikalahkan. Seadil-adilnya putusan yang
dijatuhkan hakim, akan tetap dirasa tidak adil oleh pihak yang kalah. Dan
bagaimanapun zalimnya putusan yang dijatuhkan, akan dianggap dan dirasa
adil oleh pihak yang menang

2
2. Rumusan Masalah
Bagaimana cara memediasi sebagai prosedur penyelesaian dan resolusi
konflik?

3. Tujuan
Untuk mengetahui cara memediasi sebagai prosedur penyelesaian dan
resolusi konflik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. Konflik juga dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak atau
lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan atau kepentingan yang
berbeda. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang
diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan
kenyataan apa yang diharapkannya. Menurut Gibson hubungan selain dapat
menciptakan kerjasama, hubungansaling tergantung dapat pula melahirkan
konflik. Hal ini terjadi jika masing–masing komponen organisasi memiliki
kepentingan atau tujuan sendiri–sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

2. Resolusi Konflik
Resolusi konflik menurut Fisher adalah suatu usaha untuk menangani
penyebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa bertahan
lama di antara pihak-pihak yang terlibat. Hal tersebut berarti bahwa dalam upaya
resolusi konflik, hasil yang berusaha dicapai bukanlah suatu hasil yang
berorientasi jangka pendek, tetapi hasil yang berorientasi pada hubungan baik di
masa depan. Sejalan dengan pemikiran Fisher tersebut, Johan Galtung, seorang
pencetus studi perdamaian dan konflik, merumuskan suatu teori resolusi konflik
yang juga memiliki dimensi pada penyelesaian konflik jangka panjang.
Johan Galtung berpendapat bahwa terdapat beberapa cara yang dapat digunakan
dalam proses resolusi konflik. Salah satu yang ia usulkan adalah resolusi konflik melalui
proses peacemaking, peacekeeping, dan peace building. Ketiga model tersebut
merupakan suatu rangkaian proses resolusi konflik yang memiliki tujuan untuk
mewujudkan perdamaian jangka panjang meskipun pada setiap model memiliki dimensi
yang berbeda antara satu dan lainnya.

4
Model yang pertama adalah peacemaking. Menurut Johan Galtung, perdamaian
atau resolusi konflik dapat diwujudkan dengan upaya negosiasi yang dilakukan antara
pihak-pihak yang berkonflik. Beberapa metode yang digunakan dalam peacemaking
menurut Galtung antara lain adalah:
1. Coercive, dalam hal ini, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan intervensi
sebagai upaya untuk mengendalikan konflik yang terjadi dengan pemaksaan secara
fisik. Hal ini dapat berbentuk ancaman dan penjatuhan sanksi.
2. Litigasi, hal tersebut merupakan metode resolusi konflik yang mengedepankan
jalur hukum. Metode resolusi konflik jenis ini sering mendapat kritik karena
prosesnya yang memakan banyak waktu.

3. Non-litigasi, metode ini merupakan bentuk penyelesaian konflik melalui


lembaga non-peradilan. Representasi dari metode ini adalah negosiasi,
mediasi, maupun arbitrasi.

Model kedua dalam teori resolusi konflik Johan Galtung adalah


peacekeeping. Peacekeeping sendiri merupakan proses penjagaan keamanan
agar tidak terjadi konflik terbuka antara pihak-pihak yang terlibat konflik.
Tujuan dari proses ini antara lain untuk membendung konflik dengan kekerasan
agar dampaknya tidak meluas dan semakin parah. Dengan terhentinya konflik
terbuka, maka penerapan upaya resolusi konflik jangka panjang akan lebih
mudah untuk diimplementasikan.

Model terakhir adalah peace building. Peace building sendiri merupakan


suatu strategi yang digunakan untuk mengembalikan keadaan destruktif akibat
dari kekerasan yang terjadi dalam konflik dengan cara membangun kembali
komunikasi antara pihak yang berkonflik. Menurut Galtung, peace building
merupakan tahapan yang tidak dapat dipisahkan setelah melakukan
peacemaking dan peacekeeping. Hal tersebut karena peacebuilding dapat
membentuk landasan baru bagi proses resolusi konflik yang berorientasi pada
jangka panjang.

5
3. Penyelesaian Konflik
Menurut Stevenin dalam Handoko, terdapat lima langkah meraih
perdamaian dalam konflik. Apapun sumber masalahnya, lima langkah berikut
ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:

a. Pengenalan. Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi


dan bagaimana keadaan yang seharusnya.Satu-satunya yang menjadi
perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan
masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).

b. Diagnosis.Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah


diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil
dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada
hal-hal sepele. Menyepakati suatu

c. solusi.Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan


dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.Saringlah penyelesaian yang
tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan
dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.

d. Pelaksanaan.Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.


Namun hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi
pilihan dan arah pada kelompok tertentu.

e. Evaluasi.Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah


baru.Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, embalilah ke langkah –
langkah sebelumnya dan cobalah lagi. Sementara itu Mangkunegara,
mengatakan para manajer dan karyawan memiliki beberapa strategi dalam
menangani dan menyelesaikan konflik. Strategi tersebut antara lain adalah:

a). Menghindar.Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah


yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya
tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran
merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi

6
untuk menenangkan diri.Manajer perawat yang terlibat didalam konflik
dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
b). Mengakomodasi.Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi
orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi
bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
c). Kompetisi.Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki
lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau
ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.Metode ini
mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasanalasan keamanan.
d). Kompromi atau Negosiasi.Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan
menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
e). Memecahkan Masalah atau Kolaborasi.Pemecahan sama-sama menang
dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama. Perlu
adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

4. Mediasi
Secara umum, mediasi adalah salah satu alternatif penyelesaian sengketa.
Ada 2 jenis mediasi, yaitu di dalam pengadilan dan di luar pengadilan. Mediasi
di luar pengadilan ditangani oleh mediator swasta, perorangan, maupun sebuah
lembaga independen alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal sebagai Pusat
Mediasi Nasional (PMN). Mediasi yang berada di dalam pengadilan diatur oleh
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 yang mewajibkan

7
ditempuhnya proses mediasi sebelum pemeriksaan pokok perkara perdata
dengan mediator terdiri dari hakim-hakim Pengadilan Negeri tersebut yang tidak
menangani perkaranya. Penggunaan mediator hakim dan penyelenggaraan
mediasi di salah satu ruang pengadilan tingkat pertama tidak dikenakan biaya.
Proses mediasi pada dasarnya tidak terbuka untuk umum, kecuali para pihak
menghendaki lain.
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak-pihak
ketiga yang tidak memihak bekerja sama dengan para pihak yang bersengketa
membantu memperoleh kesepakatan yang memuaskan. Hal tersebut berbeda
dengan proses litigasi ataupun arbitrase, mediator tidak mempunyai wewenang
untuk memutuskan sengketa. Mediator hanya membantu para pihak untuk
menyelesaikan sengketa yang dipercayakan kepadanya. Dalam beberapa sumber
bacaan, para penulis memberikan bermacam-macam pengertian mengenai apa
yang dimaksud dengan mediasi (mediation)Mediasi mempunyai arti menengahi
yaitu menengahi pihak- pihak yang bersengketa. Beberapa pengertian mediasi
akan dikutip sebagaimana di bawah ini:
a. Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa atau negosiasi oleh pihak
ketiga yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral yang tidak mempunyai
kewenangan untuk mengambil keputusan dalam membantu para pihak yang
berselisih dalam upaya menca- pai kesepakatan secara sukarela dalam
penyelesaian permasalahan yang disengketakan (Christopher W Moore,
1986)
b. Mediasi adalah suatu proses di mana para pihak dengan bantuan seseorang
atau beberapa orang, secara sistematis menyelesaikan permasalahan yang
disengketakan untuk mencari alternatif dan mencapai penyelesaian yang
dapat mengakomodasi kebutuhan mereka. (Folberg & Taylor1986)
c. Medaiasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa atau negosia- si oleh
pihak ketiga yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral yang tidak
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan dalam membantu
para pihak yang berselisih dalam upaya mencari kesepakatan secara
sukarela dalam penyelesaian permasalahan yang disengketakan.

8
Dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 "Alternatif Penyelesai- an
Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pen- dapat
melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyele- saian di luar
pengadilan dengan cara konsultasinegosiasimediasikonsiliasi, atau
penilaian ahli."
d. Dalam Peraturan Bank Indonesia/PBI No.8/5/PB/2006 dikatakan sebagai
proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu
para pihak yang bersengketa guna mencapai pe- nyelesaian dalam bentuk
kesepakatan sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang
disengketakan.
Dari beberapa rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian mediasi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan asas
kesukarelaan melalui suatu perundingan
2) Mediator yang terlibat bertugas membantu para pihak yang ber
sengketa untuk mencari penyelesaian
3) Mediator yang terlibat harus diterima oleh para pihak yang bersengketa.
Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil kepu- tusan
selama perundingan berlangsung
4) Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan
yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa

Secara umum mediasi dapat diartikan upaya penyelesaian sengketa para


pihak dengan kesepakatan bersama melalui mediator yang bersikap
netraldan tidak membuat keputusan atau kesimpulan bagi para pihaktetapi
menunjang fasilitator untuk terlaksananya dialog antar pihak dengan
suasana keterbukaan, kejujuran dan tukar pendapat untuk tercapainya
mufakat. Dengan kata lain, proses negosiasi pemecahan masalah di mana
pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan netral bekerja dengan pihak
yang bersengketa untuk membantu mereka mem- peroleh kesepakatan
perjanjian dengan memuaskan"

9
5. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Mediasi
Pada waktu pembahasan kasus, mediator harus memberikan pengertian
bahwa tidak semua kasus cocok atau dapat diselesaikan melalui proses mediasi.
Sebelum proses mediasi dimulai, seorang mediator harus memastikan hal
berikut: apakah masalahnya tepat dan dapat diselesaikan dengan mediasi serta
apakah para pihak sudah siap untuk melakukan proses ini.
Mediator harus menerangkan tentang perannya dengan jelas yang dilakukan
ketika pertemuan bersama dengan semua pihak. Ketika sesi ini berlangsung,
mediator diwajibkan menerangkan dengan singkat dan jelas tentang jati diri dan
kredibilitas pengalamannya, kenetralan dan tidak memihak kepada siapa pun,
tujuan proses ini untuk menyelesaikan masalah karena kedua belah yang
memintanya bukan menekan satu pihak, proses bahwa setiap pihak akan
diberikan kesempatan yang sama baik secara tersendiri atau bersama, proses ini
bersifat rahasia dan mengenai keputusan akhir. Khusus mengenai keputusan
akhir adalah tergantung kepada para pihak dan sistem hukum masing-masing
negara. Keputusan mediasi dapat dianggap memiliki kekuatan seperti kontrak
atau disahkan menjadi keputusan peradilan. Apabila penyelesaian tidak didapat,
maka dapat saja penyelesain kasus diteruskan pada forum lain, misalnya di
pengadilan.
Selanjutnya mediator membantu para pihak untuk saling bertukar informasi
dan mengadakan tawar-menawar. Tugas mediator saat ini adalah
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penting yang berhubungan dengan
perkara mengelompokkan pokok bahasa memisahkan pokok pikiran yang
disetujui dan yang tidak disetujui, memberikan pilihan dan kemungkinan serta
mendorong pihak untuk berkompromi kearah penyelesaian. Tahap ini dapat
dilakukan secara sepihak atau bersama-sama. Mediator harus mempersiapkan
diri menghadapi proses yang terkadang emosional, marah atau tidak mau bekerja
sama. Sehingga diharapkan seorang mediator haruslah mampu bersikap arif,
tenang, dewasa dan adil.
Terakhir di mana mediator membantu para pihak untuk mempersiapkan
penyelesaian yang dapat bersifat oral maupun tertulis. Dimulai dengan

10
persetujuan yang bersifat sementara (draf) yang diberikan kepada para pihak
untuk diteliti, dikomentari ataupun dipastikan bahwa mereka sudah mengerti
isinya. Mediator juga mungkin akan memasukkan pandangan bahwa bila salah
satu pihak ternyata tidak menjalankan keputusan yang sudah disetujui, maka
akan ada kemungkinan bahwa mereka akan kembali untuk melakukan mediasi.
Mediator juga akan menyarakankan bahwa sebaiknya para pihak meminta agar
para pengacara masing-masing pihak memberikan opininya sebelum klien
mereka menandatangani hasil akhir dari mediasi tersebut.
Sepanjang proses mediasi, mediator adalah pengontrol tunggal dari
keseluruhan proses. Mediator akan berfungsi untuk menginterpretasikan pikiran,
kekhawatiran, pertukaran informasi antara para pihak dan memperkecil masalah.
Semua ini tergantung juga pada besar dan kompleksnya masalah dan kapasitas
kemampuan mediator. Kovach menyebutkan peran mediator mencakup hal-hal
berikut:
a. Mengarahkan komunikasi di antara para pihak. Memfasilitasi atau
memimpin proses perundingan.
b. Mengevaluasi kemajuan proses perundingan.
c. Membantu para pihak mempelajari dan memahami pokok masalah dan
berlangsungnya proses perundingan secara baik.
d. Mengajukan usul atau gagasan tentang proses dan penyelesaian sengketa
,dewasa, dan adil.
Terakhir di mana mediator membantu para pihak untuk mempersiapkan
penyelesaian yang dapat bersifat oral maupun tertulis. Dimulai dengan
persetujuan yang bersifat sementara (draf) yang diberikan kepada para pihak
untuk diteliti, dikomentari ataupun dipastikan bahwa mereka sudah mengerti
isinya. Mediator juga mungkin akan memasukkan pandangan bahwa bila salah
satu pihak ternyata tidak menjalankan keputusan yang sudah disetujui, maka
akan ada kemungkinan bahwa mereka akan kembali untuk melakukan mediasi.
Mediator juga akan menyarakankan bahwa sebaiknya para pihak meminta agar
para pengacara masing-masing pihak memberikan opininya sebelum klien

11
mereka menandatangani hasil akhir dari mediasi tersebut. Sepanjang proses
mediasi, mediator adalah pengontrol tunggal dari keseluruhan proses.

6. Prinsip-Prinsip Mediasi
Menurut Ahwan Fanani, prinsip-prinsip dasar dari mediasi adalah sebagai
berikut:
a. Prinsip Sukarela (voluntariness). Mediasi yang baik mensyaratkan para
pihak tidak dalam tekanan ketikamelakukan proses mediasi sehingga hasil
yang diperoleh selamamediasi benar-benar memenuhi kepentingan para
pihak. Para pihak ataumediator pun bisa sewaktu-waktu menghentikan
proses mediasi ketikasalah satu pihak tidak secara sukarela bersedia untuk
menjalankanmediasi secara baik. Karena itulah proses mediasi bersifat
nonbinding(proses yang tidak mengikat).
b. Prinsip Netralitas dan Tidak Berpihak (imparsialitas). Netralitas mediator
adalah berkaitan dengan latar belakang mediatordan hubungannya dengan
para pihak, sedangkan imparsialitamenyangkut proses mediasi. Netralitas
ditunjukkan
dengan tidakadanya konflik kepentingan yang ditanggung oleh seorang
mediator,baik karena hubungan persaudaraan atau hubungan
persahabatandengan salah satu pihak. Imparsialitas adalah sikap tidak
berpihak mediator selama prosesmediasi yang ditunjukkan dengan beragam
cara, baik gesture, alokasiwaktu, maupun gaya bicara.
c. Pemecahan Masalah Bersama ( collaborative Problem Solving). Mediasi
adalah bentuk pemecahan masalah yang dilakukan secarabersama
(collaboratif) antara kedua belah pihak yang bersengketa.Harus ada dimensi
kerjasama dalam penyelesaian masalah melaluimediasi, karena itu para
pihaklah yang harus aktif mencari solusibersama, mediator hanya
menfasilitasi proses komunikasi dan negosiasiantara kedua belah pihak.
d. Prinsip Hasil Disepakati Bersama (Consensual Outcome). Mediasi
menyediakan mekanisme ajaib untuk memecahkan masalahsengketa atau
konflik dengan hasil yang disepakati bersama dan semuapihak merasa

12
senang. Hal itu mungkin terjadi karena mediasimendorong kreatifitas dalam
mencari solusi dan selalu mencari solusiyang bisa diterima oleh semua
pihak.
e. Prinsip Kerahasiaan (Confidentality). Kerahasiaan dalam mediasi adalah
sebuah upaya untuk menjaga prosesmediasi agar berjalan lancar dengan
adanya keterbukaan para pihakuntuk mengungkapkan perasaan, emosi,
maupun pikirannya. Kerahasiaan mediasi mengandung dimensi keamanan
dan kepercayaandiantara para pihak maupun antara para pihak dengan
mediator.
f. Pemberdayaan (Empowerment) dan Pengakuan. Keunikan mediasi terletak
pada kemampuannya untuk melakukanpemberdayaan para pihak dan untuk
menciptakan pengakuan adanyabasic needs (kebutuhan dasar) yang dimiliki
oleh para pihak. Mediatorberfungsi untuk membuka kembali arus
komunikasi yang macet akibatpersepsi negatif, perasaan tidak berdaya dan
perasaan tidak percayaterhadap pihak lain. Para pihak akan terberdayakan
ketika mereka; 1)menyadari arti penting permasalahannya, 2) menyadari
adanya pilihanpilihansolusi yang selama ini tampak tertutup baginya, 3)
mulaimenghargai kemampuannya untuk memecahkan masalah yang
sedangia hadapi, 4) bisa mengungkapkan kemampuannya dalam
membuatkeputusan dengan kapasitas yang ia miliki.
g. Solusi Unik. Mediasi didasarkan atas proses yang terbuka bagi
kemungkinan solusiyang tidak terbatas dan kreatif. Oleh karena itu,
mediator maupun parapihak tidak bisa menebak apa hasil akhir yang akan
mereka capaidengan ikut serta dalam proses mediasi. Solusi dalam proses
mediasi“harus ditemukan dan diciptakan”, bukan “terencana dan tertera
dalamperaturan”. Itulah yang membuat solusi yang tercapai dalam
mediasibersifat unik (Ahwan Fanani, 2012: 29).

13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Konflik dapat dipahami sebagai suatu pertentangan yang terjadi antara
apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi
dengan kenyataan apa yang diharapkannya.
Ada banyak cara untuk menangani konflik, antara lain:
a) Pengenalan.
b). Diagnosis.
c). Menyepakati suatu solusi.
d). Pelaksanaan.
e). Evaluasi.
beberapa cara yang dapat digunakan dalam proses resolusi konflik. Salah satu
yang ia usulkan adalah resolusi konflik melalui proses peacemaking, peacekeeping,
dan peace building. Ketiga model tersebut merupakan suatu rangkaian proses
resolusi konflik yang memiliki tujuan untuk mewujudkan perdamaian jangka
panjang meskipun pada setiap model memiliki dimensi yang berbeda antara satu
dan lainnya.
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah di mana pihak-
pihak ketiga yang tidak memihak bekerja sama dengan para pihak yang
bersengketa membantu memperoleh kesepakatan yang memuaskan.
Adapun Mediator harus mempersiapkan diri menghadapi proses yang
terkadang emosional, marah atau tidak mau bekerja sama. Sehingga
diharapkan seorang mediator haruslah mampu bersikap arif, tenang, dewasa
dan adil.
Prinsip dasar dari memediasi 7, yaitu prinsip sukarela, prinsip netralis
dan tidak berpihak, pemecahan masalah bersama, prinsip hasil disepakati
bersama, prinsip keberhasilan, pemberdayaan, solusi unik.

14
2. Saran
Dari penulisan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata kesempurnaan. Dan kedepannya kami akan lebih teliti dalam menulis
dan menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang yang
lebih tepat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memahami dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Konoras. 2017. “Aspek Hukum Penyelesaian Sengketa Secara


Mediasi di Pengadilan”. Depok. PT Raja Grafindo Persada.
Adib Izzuddin, Rossi Indrakorniawan, Hastian Akbar Stiarso. 2022. “Analisis
Upaya Penyelesaian Konflik Rusia-Ukraina Tahun 2022. Jurnal Pena Wimaya.
Volume 2. Nomor 2
Ahwan Fanani, 2012, Pengantar Mediasi (Fasilitatif), Prinsip, Metode, dan
Teknik, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Ekawarna. 2018. “Manajemen Konflik dan Stres”. Jakarta Timur. PT Bumi
Aksara.
Nurnaningsih, 2012, Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Susanti Adi Nugroho. 2019. “Manfaat Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian
Sengketa”. Jakarta. Kencana.

16
17

Anda mungkin juga menyukai