Anda di halaman 1dari 19

SENGKETA DAN PROSES PENYELESAIAN SENGKETA / KONFLIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Arbitrase Syariah

Dosen Pengampu : Dr. Syaeful Bahri, S.Ag., M.M.

Disusun oleh:
Kelompok 1

Yupi Hastito 191420068


Putri Eva Fauziah Prihartini 191420069

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH SEMESTER 6 B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah mata kuliah Arbitrase Syariah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai Sengketa dan Proses
Penyelesaian Sengketa / Konflik.
Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa hanya Allah SWT yang memiliki segala kesempurnaan.
Sehingga penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna sebagai ilmu bagi kita
sekalian.
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Serang, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Sengketa...................................................................................3

B. Cara Penyelesaian Sengketa......................................................................4

1. Melalui Litigasi......................................................................................4

2. Melalui Non Litigasi..............................................................................8

C. Cara Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Islam


BAB III PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15

B. Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam suatu perjanjian antara para pihak atau suatu hubungan bisnis, selalu
ada kemungkinan timbulnya sengketa. Sengketa yang terjadi seringkali terkait
cara melaksanakan klausal-klausal perjajian, apa isi perjanjian ataupun
disebabkan hal lainnya di luar yang diatur dalam perjajian.
Permasalahan atau sengketa sering terjadi di kehidupan bermasyarakat
Sengketa atau konflik tersebut timbul disebabkan karena adanya hubungan
antara satu manusia dengan manusia lain sebagai makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Dengan demikian
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya, manusia mengadakan
hubungan satu sama lain yang dapat menimbulkan persengketaan. Sengketa
biasanya muncul atau terjadi disebabkan karena berbagai hal, misalnya
sengketa didalam perjanjian karena salah satu pihak melanggar kesepakatan
yang telah dibuat,
Terjadinya sengketa di antara para pihak, memberikan pilihan kepada
masing-masing pihak untuk memilih cara yang akan digunakan untuk
menyelesaikan sengketa tersebut. Penyelesaian sengketa tersebut dapat
dilakukan melalui pengadilan ataupun di luar pengadilan. Pada umumnya,
penyelesaian sengketa melalui pengadilan berpedoman pada hukum Acara
yang mengatur persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu
sengketa dapat diajukan serta upaya-upaya yang dapat dilakukan. Sedangkan,
penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah penyelesaian sengketa yang
dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak dan prosedur penyelesaian atas
suatu sengketa diserahkan sepenuhnya kepada para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat dilakukan melalui berbagai
cara, di antaranya negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sengketa?
2. Bagaimana cara penyelesaian sengketa melalui litigasi?
3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian sengketa
2. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa melalui litigasi
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sengketa
Istilah “Sengketa” (Disputes, bahasa Inggris), seringkali disebut sama
dengan “Konflik” (Conflict, bahasa Inggris). Henry Campbell Black
menjelaskan arti “Dispute”, sebagai: “A conflict of controversy; a conflict of
claims or rights; an assentation of a right, claim, or demand on one side, met
by contrary claims or allegations on the other. The subject of litigation; the
matter for which a suit is brought and upon which issue is joined, and in
relation to which jurors are called and witnesses examined”. 1 Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sengketa yaitu sesuatu yang menyebabkan
perbedaan pendapat. Sengketa juga memiliki arti pertengkaran atau perselihan
atau konflik. Pertentangan atau konflik berarti hal-hal yang terjadi antara dua
orang lebih yang memperebutkan sesuatu. Pertentangan atau konflik bisa juga
diartikan sebagai suatu permasalahan yang ditimbulkan oleh suatu hal dan
pelakunya lebih dari satu orang atau dua orang lebih. Orang-orang dalam
konflik tersebut memiliki tujuan serta kepentingan yang sama. Karena suatu
sebab atau hal menjadi pemicu suatu permasalahan yang menimbulkan
konflik di antara pelaku, perorangan, atau kelompok yang kemudian hal
tersebut menimbulkan hukum antara keduanya.2
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak diatur secara
khusus mengenai definisi dari suatu sengketa, tetapi hanya mengatur
mengenai terjadinya suatu sengketa, sehingga untuk dapat mengetahui apa
yang dimaksudkan dengan sengketa. Hal ini dapat kita temukan pada
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa yang secara tidak khusus dan singkat mendefinisikan
suatu sengketa sebagai beda pendapat di antara para pihak 3. Sehingga dapat
1
Fitrotin Jamilah, Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Yogyakarta: Penerbit Medpress Digital,
2014), hlm. 12
2
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, West Publishing Co., St. Paul, 1989, p. 424.

3
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan: Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitase, (Jakarta: Visimedia, 2011), hlm. 7.

3
disimpulkan bahwa sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak yang
merasa dirugikan oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut
menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua. Jika situasi
menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadilah yang dinamakan dengan
sengketa.

B. Cara Penyelesaian Sengketa


Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian perkara yang
dilakukan antara salah satu pihak dengan pihak yang lainnya. Pada
hakikatnya, penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui dua cara yakni
melalui litigasi dan nonlitigasi.
1. Melalui Litigasi
Litigasi adalah proses gugatan atas suatu konflik yang
diritualisasikan untuk menggantikan konflik sesungguhnya,
dimana para pihak memberikan kepada seorang pengambil
keputusan dua pilihan yang bertentangan. Litigasi merupakan proses
yang sangat dikenal oleh para lawyer dengan karakteristik adanya
pihak ketiga yang mempunyai kekuatan untuk memutuskan (to
impose) solusi diantara para pihak yang bersengketa. 4
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan diatur dalam UU Kekuasaan
Kehakiman (UU 48/2009) dan UU Peradilan Umum (UU 2/1986 jo UU
8/2004 jo UU 49/2009). Peradilan Umum meliputi Pengadilan Negeri
(PN), Pengadilan Tinggi (PT), dan Mahkamah Agung (MA). PN
bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili, memutuskan, dan
menyelesaikan perkara perdata dan pidana tingkat pertama. Para pihak
yang tidak puas dengan putusan PN dapat mengajukan banding ke PT
hingga kasasi dan peninjauan kembali ke MA.5
Putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang pasti,
bersifat final, menciptakan kepastian hukum dengan posisi para pihak
4
Suyud Margono, ADR & Arbitrase, Proses pelembagaan dan aspek hukum, (Jakarta :
Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 23-24
5
R. Serfianto D. Purnomo dkk, Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2018), hlm. 28.

4
menang atau kalah (win and lose position), dan dapat dipaksakan
pelaksanaan putusannya apabila pihak yang kalah tidak mau
melaksanakan isi putusan pengadilan (eksekusi). Sudikno Mertokusumo
mengatakan bahwa putusan pengadilan mempunyai tiga macam
kekuatan yang merupakan keistimewaan penyelesaian sengketasecara
litigasi, yakni putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat,
kekuatan pembuktian, dan kekuatan eksekutorial atau kekuatan untuk
dilaksanakan.6 Pada dasarnya putusan hakim mempunyai tiga kekuatan
yang bisa di gunakan oleh hakim diantaranya yaitu:
a. Kekuatan Mengikat
Kekuatan mengikat merupakan sebuah putusan hakim itu mengikat
para pihak yang berperkara dan yang terlibat dalam perkara itu. Para
pihak harus tunduk dan menghormati putusan hakim tersebut.
Putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tidak
dapat diubah, sekalipun oleh pengadilan yang lebih tinggi kecuali
dengan upaya hukum yang luar biasa.
Terdapat dua putusan mengikat para pihak yaitu Mengikat dalam arti
positif, yakni apa yang telah diputus oleh hakim harus dianggap
benar. Mengikat dalam arti negatif, yakni hakim tidak boleh
memutus lagi perkara yang pernah diputus sebelumnya antara pihak
yang sama serta mengenai pokok perkara yang sama.
b. Kekuatan Pembuktian
Kekuatan pembuktian adalah putusan hakim yang telah diperoleh
kepastian tentang sesuatu yang terkandung dalam putusan itu.
Dituangkannya putusan hakim dalam bentuk tertulis yang
merupakan fakta otentik, dengan tujuan untuk dapat digunakan
sebagai alat bukti oleh para pihak yang bersengketa yaitu untuk
mengajukan banding bila di perlukan, dan peninjauan kembali atau
upaya hukum lainnya untuk pelaksanaan putusan.

6
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1993),
hlm. 177-182

5
c. Kekuatan Eksekutorial
kekuatan eksekutorial, yaitu bahwa suatu putusan dimaksudkan
hanya untuk menyelesaikan suatu persoalan atau perkara dan
menetapkan hak atau hukumnya saja, namun realisasi
pelaksanaannya secara paksa. Sebuah putusan hakim yang memiliki
kekuatan mengikat belum cukup dan tidak akan berarti apabila
putusan itu tidak dapat direalisasikan atau dilaksanakan.
Tahapan proses litigasi melalui Pengadilan Negeri adalah sebagai
berikut.
a) Penggugat atau melalui Kuasa Hukum mengajukan gugatan
yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan
menyerahkan
(i) Surat Permohonan / Gugatan, dan
(ii) Surat Kuasa yang sudah dilegalisasi (apabila menggunakan
Advokat).
b) Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari
Ketua Pengadilan Negeri. Setelah mendapat persetujuan, maka
Penggugat/Kuasanya membayar biaya gugatan/SKUM di
Kasir. Penggugat akan menerima tanda bukti penerimaan Surat
Gugatan dan tinggal menunggu Surat Panggilan sidang dari
Pengadilan Negeri yang disampaikan oleh Juru Sita Pengganti.
c) Menghadiri sidang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
d) Sidang pertama dengan agenda pembacaan gugatan. Setelah
gugatan dibacakan maka hakim menawarkan kepada para pihak
apakah ingin menyelesaikan dengan upaya mediasi. Jika
sepakat maka kedua pihak mengadakan mediasi dengan
dijembatani oleh seorang mediator. Apabila mediasi yang
ditengahi oleh mediator telah mencapai kesepakatan maka
hasilnya dibawa kembali ke persidangan dan majelis hakim
mengukuhkan perdamaian antara kedua pihak sebagai putusan
akhir dari perkara tersebut.

6
e) Pembacaan jawaban. Jika upaya mediasi gagal, persidangan
dilanjutkan ke agenda berikurtnya, yakni pembacaan jawaban
dari pihak Tergugat begitu seterusnya sesuai prosedur
persidangan acara perdata.
f) Replik yaitu tanggapan balasan Penggugat atas jawaban
Tergugat.
g) Duplik yaitu jawaban Tergugat atas Replik yang diajukan oleh
Penggugat.
h) Pembuktian
i) Kesimpulan dari Penguggat dan Tergugat
j) Putusan oleh Majelis Hakim
k) Upaya hukum banding (jangka waktu 14 hari sejak terbitnya
putusan)
l) Upaya hukum kasasi (jangka waktu 14 hari sejak terbitnya
putusan banding)7

2. Melalui Non Litigasi


Nonlitigasi merupakan kebalikan dari litigasi (argument
analogium), yaitu penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar
pengadilan dengan mengutamakan proses perdamaian dan penangkalan
sengketa dengan melakukan upaya perancangan – perancangan kontrak
yang baik. Penyelesaian sengketa secara nonlitigasi merupakan proses
penyelesaian sengketa yang pada saat ini dianggap paling aman.
Adapun penyelesaian sengketa tersebut dilakukan di luar pengadilan
yang tetap berdasarkan kepada hukum yang berlaku. Penyelesaian
Sengketa tersebut dapat digolongkan kepada penyelesaian yang
berkualitas tinggi. Sebab, sengketa yang diselesaikan secara demikian
akan lebih bisa diselesaikan secara tuntas tanpa meninggalkan sisa
kebencian dan dendam. Oleh karena itu penyelesaian sengketa secara
nonlitigasi adalah penyelesaian masalah hukum secara hukum dan
nurani. Sehingga, hukum dapat dimenangkan dan nurani orang juga
7
R. Serfianto D. Purnomo dkk, Penyelesaian Sengketa Bisnis,hlm. 28-29.

7
tunduk untuk menaati kesepakatan/perdamaian secara sukarela, tanpa
ada yang merasa kalah karena masing-masing pihak sama-sama merasa
keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang menguntungkan8
membedakan antara penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
penyelesaian sengketa melalui pengadilan.
pertimbangan menggunakan Penyelesaian Sengketa Alternatif
dalam menyelesaikan sengketa adalah, adanya pertimbangan budaya,
yaitu masyarakat yang mempunyai hubungan budaya atau tradisi, jika
ada permasalahan maka diselesaikan secara musyawarah mufakat atau
tidak melibatkan pihak lain yang bersifat memutuskan. Adapun
keterlibatkan pihak ke tiga tersebut hanyalah pihak yang dapat disebut
sebagai penengah saja. Menurut F.Van Benda Bechman
mengemukakan bahwa : “Masyarakat dengan hubungan sosial yang
simplex akan cenderung menggunakan institusi rakyat melalui mediasi
atau arbitrase sementara itu masyarakat dengan hubungan sosial
multiplex akan cenderung menggunakan peradilan negara yang bersifat
ajudikatif dan legistik”. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertimbangan
budaya adalah menyelesaikan sengketa berdasarkan pada kebiasaan
atau tradisi masyarakat tersebut dalam menyelsaikan suatu sengketa.
Yang kedua karena pertimbangan lawan sengketa, yakni jika antara
para pihak yang bersengketa lebih mengutamakan hubungan baik para
pihak yang bersengketa maka para pihak tersebut pasti lebih
mengutamakan menyelesaikan sengketa tersebut secara Negosiasi atau
dengan perantara yang pada prinsipnya akan menghasilkan
penyelesaian yang kompromistis atau bahkan menghindari terjadinya
sengketa. Dan yang ketiga yaitu karena pertimbangan kelemahan
pengadilan. Saat ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan
mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi hukum maupun
teoretisi hukum. Atau bisa di katakan bahwa terdapat beberapa

8
Intan Nur Rahmawati & Rukiyah Lubis, Win-win Solution Sengketa Konsumen, (Yogyakarta:
Pustaka Yustisia, 2014), hlm. 73

8
kelemahan penyelesaian sengketa melalui lembaga litegasi atau
pengadilan yaitu : penyelesaian sengketa lamban dan membuang waktu,
biaya perkara mahal, tidak menyelesaikan masalah secara tuntas,
menimbulkan permusuhan, mengalami stres berkepanjangan bagi pihak
yang bersengketa, mempermalukan pihak lain, dan pengadilan tidak
bersih dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Sehubungan dengan itu, dikenal lembaga – lembaga alternatif
penyelesaian sengketa yang masing – masing mempunyai peraturan dan
prosedur masing – masing yang menginduk pada Undang – undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa. Lembaga – lembaga dimaksud antara lain Mediasi,
Perbankan, Badan Mediasi Asuransi Indonesia, Badan Arbitrase
Nasional Indonesia, Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Badan
Arbitrase Pasar Modal Indonesia, dan Badan Arbitrase Syariah
Nasional.
Apabila mengacu ketentuan Pasal 1 ayat (10) UU No. 30 Tahun
1999, maka cara penyelesaian sengketa melalui Alternatif Penyelesaian
Sengketa dibagi menjadi lima cara, yaitu:
1) Konsultasi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan definisi dan
prosedur secara perinci terhadap pelaksanaan konsultasi.9
Penyelesaian sengketa dengan cara konsultasi ini merupakan suatu
tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak yang disebut klien
dengan lembaga pendamai atau pihak lain yang disebut konsultan,
yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk memenuhi
keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut. Apabila cara ini
menghasilkan kesepakatan perdamaian, maka konsultan dapat
membantu para pihak untuk merumuskan dan membuat kesepakatan

9
Arman Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, (Jakarta: PT Balebat Dedikasi
Prima, 2017), hlm. 20.

9
perdamaian dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak dan diketahui oleh konsultan.
2) Negosiasi
Menurut Suyud Margono sebagaimana yang dikutip oleh Jimmy
Joses Sembiring, negosiasi adalah komunikasi dua arah yang
dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak
memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda.
Sedangkan Gary Goodpaster menyatakan bahwa negosiasi adalah
proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu
proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beranekaragam.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan proses
tawar-menawar dari masing-masing pihak untuk mencapai
kesepakatan.10
Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam
bernegosiasi, diantaranya yaitu sebagai berikut:11
a. Jangan mengusulkan sesuatu yang apabila diusulkan kepada
kita, kita sendiri tidak akan menerimanya. Tujuan kita dalam
negosiasi haruslah berupa penyelesaian yang dapat diterima oleh
kedua belah pihak, artinya kita tidak akan menerima tawaran
yang buruk bagi kita dan juga bagi pihak lain.
b. Dalam negosiasi tidak boleh ada pihak yang di paksa. Buatlah
kedua belah pihak bersama-sama mengendalikan negosiasi dan
terus berkomunikasi. Komunikasi artinya kita harus menjawab
apa yang ditawarkan oleh pihak lain. Adanya Umpan balik yang
positif, jika kita setuju. Umpan balik negatif, jika kita tidak
setuju.
c. Dalam negosiasi dibutuhkan kesabaran. Namun, tidak berarti
bertele-tele. Segera katakan bahwa kita tidak menyetujuinya

10
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan: Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitase, hlm. 16.
11
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2017), hlm. 388-389.

10
atau sambut dengan hangat jika usulannya kita setujui. Langkah
itu untuk mempercepat penyelesaian sengketa menuju
kesepakatan.
d. Jangan terburu -buru Kita harus santai dan harus lentur untuk
menangkap pikiran-pikiran kreatif yang dapat membantu kita ke
arah penyelesaian sengketa. Kita harus tetap dalam keadaan
optimistis dan percaya diri bahwa suatu waktu akan ada titik
temu.
3) Mediasi
Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan
pihak ketiga yang memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi
yang efektif, dapat membantu dalam situasi konflik untuk
mengkoordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif dalam
proses tawar-menawar.... Bila tidak ada negosiasi .... Tidak ada
mediasi.12
Mediasi berasal dari Bahasa Inggris “mediation” yang berarti
penengahan. Penengahan yaitu penyelesaian sengketa yang
melibatkan pihak ketiga sebagai penengah. Penengah dalam mediasi
disebut mediator.13 Menurut Christopher W. Moore sebagaimana
yang dikutip oleh Neni Sri Imaniyati mengemukakan bahwa mediasi
adalah intervensi dalam sebuah sengketa oleh pihak ketiga yang bisa
diterima pihak yang bersengketa, bukan merupakan bagian dari
kedua belah pihak dan bersifat netral. Pihak ketiga tidak mempunyai
wewenang untuk mengambil keputusan. Dia bertugas membantu
pihak-pihak yang bertikai agar secara sukarela mau mencapai kata
sepakat yang diterima masing-masing pihak dalam sebuah
persengketaan.14
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa tidak
12
Mahkamah Agung R.I., Mediasi dan perdamaian, (Jakarta: MA-RI, 2004), hlm. 61
13
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, hlm. 390.
14
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, hlm. 391.

11
memberikan definisi apa pun mengenai mediasi. Pengaturan mediasi
dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 6 ayat (3), ayat (4), ayat (5).
Jika diamati, ketentuan pasal-pasal tersebut, mediasi dimaksudkan
sebagai kelanjutan dari penyelesaian sengketa apabila konsultasi dan
negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan dalam mengakhiri
sengketa (kompromi/perdamaian tidak tercapai).15 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mediasi adalah proses penyelesaian sengketa
dengan perantara pihak ketiga yakni pihak yang memberi masukan-
masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka.
Pada mediasi tidak terdapat kewajiban dari masing-masing pihak
untuk menaati apa yang disarankan oleh mediator.16
4) Konsiliasi
Konsiliasi berasal dari bahasa inggris, “conciliation” yang
berarti pemufakatan.17 Konsiliasi merupakan suatu usaha
mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai
persetujuan dan penyelesaian.18 Konsiliasi ini merupakan lanjutan
dari mediasi, biasanya mediator berubah menjadi konsiliator yang
mempunyai hak untuk ditawarkan sebagai jalan keluar oleh pihak-
pihak yang bersengketa. Dalam menyelesaikan perselisihan,
konsiliator memiliki hak dan wewenang untuk menyampaikan
pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang
bersengketa. Namun konsiliator tidak berhak untuk membuat
keputusan dalam sengketa atas nama para pihak sehingga keputusan
akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh
para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk
kesepakatan di antara mereka.

15
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, hlm. 391.
16
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan: Negosiasi,
Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitase, hlm. 28.
17
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, hlm. 389.
18
Arman Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, hlm. 21.

12
Pada dasarnya, konsiliasi memiliki karakteristik yang hampir
sama dengan mediasi, hanya saja peran konsiliator lebih aktif dari
pada mediator, yaitu:19
a. Konsiliator adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan
secara kooperatif.
b. Konsiliator adalah pihak ketiga yang netral yang terlihat
dan diterima oleh para pihak yang bersengketa dalam
perundingan.
c. Konsiliator bersifat aktif dan mempunyai kewenangan
mengusulkan pendapat serta merancang syarat-syarat
kesepakatan di antara para pihak.
d. Konsiliator tidak memiliki kewenangan membuat
keputusan selama perundingan berlangsung. Tujuan
konsiliasi yaitu untuk mencapai atau menghasilkan
kesepakatan yang dapat diterima oleh pihak yang
bersengketa dengan tujuan untuk mengakhiri sengketa.
5) Penilaian Ahli
Penilaian ahli adalah upaya untuk mempertemukan antara pihak
yang berselisih. Dengan cara menilai pokok sengketa yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang ahli di bidang tersebut untuk
mencapai persetujuan. Penilaian ahli ini dapat berupa keterangan
tertulis yang merupakan hasil telaahan ilmiah berdasarkan keahlian
yang dimiliki untuk membuat terang pokok sengketa yang sedang
dalam proses. Penilaian ahli ini dapat diperoleh dari seseorang atau
tim ahli yang dipilih.20

19
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, hlm. 389.
20
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Teori dan Praktek, hlm. 21.

13
C. Cara Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Islam
1. Musyawarah
Penyelesaian sengketa melalui musyawarah adalah penyelesaian
permasalahan secara dialogis antara kedua belah pihak yang
bersengketa dengan mengutamakan asas kekeluargaan.
2. Mediasi (Perdamaian)
Mediasi yang berarti ishlah atau perdamaian. Secara etimologis,
mediasi berasal dari bahasa latin, mediane yang berarti berada di
tengah. Dalam KBBI, mediasi diartikan sebagai proses
pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan suatu
perselisihan sebagai nasehat.
3. Pengadilan (Qadha)
Al-qadha secara harfiah berarti memutuskan atau menetapkan.
Menurut istilah fikih, kata ini berarti menetapkan hukum syara’ pada
suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya secara adil
dan mengikat.21

21
Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis, hlm. 403,404, 407

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sengketa merupakan


suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain, kemudian
pihak tersebut menyampaikan ketidak puasan ini kepada pihak kedua. Jika situasi
menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadilah sebuah sengketa. Dalam UU
No. 30 Tahun 1999, sengketa didefinisikan sebagai beda pendapat di antara para
pihak. Penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui dua cara yakni melalui
litigasi dan nonlitigasi.

litegasi Merupakan suatu cara penyelesaian sengketa yang dilakukan melalui


pengadilan. Sedangkan nonlitigasi yaitu suatu cara penyelesaian sengketa yang
dilakukan di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui nonlitigasi atau bisa
dikenal dengan alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa yang bisa di selesaikan diluar pengadilan atau bisa di sebut dengan
penyelesaian sengketa melalui mufakat, Yaitu penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jamilah, Fitrotin. 2014. Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis. Yogyakarta:


Penerbit Medpress Digital

Mertokusumo, Sudikno. 1993. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yoryakarta:


Liberty

Purnomo, R. Serfianto D dkk. 2018. Penyelesaian Sengketa Bisnis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Sembiring, Jimmy Joses. 2011. Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan:


Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitase. Jakarta: Visimedia

Suadi, Arman. 2017. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah. Jakarta: PT


Balebat Dedikasi Prima

Aniyati, Neni Sri dan Panji Adam Agus Putra. 2017. Hukum Bisnis. Bandung: PT
Refika Aditama

Neni Sri Imaniyati dan Panji Adam Agus Putra, Hukum Bisnis. Bandung: PT
Refika Aditama

Mahkamah Agung R.I.2004. Mediasi dan perdamaian, Jakarta: MA-RI,

16

Anda mungkin juga menyukai