Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

“ PENYELESAIAN SENGKETA DALAM BISNIS “

DISUSUN OLEH:
Nama Kelompok : 1. Annisa Rahma Niami
2. Fitri Nurhidayanti
3. Muhamad Adriansyah
4. Pratiwi Tri Utari
5. Roni Setiawan ( 19622213 )
Kelas : Akuntansi Malam 1
PROGRAM STUDI S1
JURUSAN AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN


TANJUNG PINANG
SEMESTER 5
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Penyelesaian
Sengketa Dalam Bisnis” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
bagi kami dan pembaca pada umumnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
1. Pengertian Penyelesaian Sengketa...................................................................................................2
2. Pengertian Arbitrase........................................................................................................................2
3. Prosedur Arbitrase...........................................................................................................................2
1. Pendaftaran......................................................................................................................................3
2. Permohonan Mengadakan Arbitrase (Request for Arbitration)........................................................3
3. Dokumen.........................................................................................................................................3
4. Penunjukan Arbiter..........................................................................................................................3
5. Biaya Arbitrase................................................................................................................................4
4. Contoh Kasus Penyelesaian Arbitrase.............................................................................................5

3
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Di zaman modern seperti saat ini bangsa Indonesia banyak mengalami berbagai polemic yang
beredar di dalam masyarakat yang menimbulkan suatu pertentang bahkan sampai menimbulkan
perikaian diantara masyarakat. Pertikaian yang ada muncul dari berbagai masalah yang biasanya
timbul karena perbedaan pendapat atau paham yang mereka anut. Pertikaian bermula dari suatu
persoalan yang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka persoalan tersebut menjadi besar.
Persoalan ini sebaiknya cepat diselesaikan agar tidak menjadi besar. Di dalam suatu pertikaian
biasanya memerlukan perantara atau biasa disebut pihak ketiga yang dapat membantu
menyelesaikan persoalan tersebut. Banyak cara menyelesaikan suatu pertikaian diantaranya yaitu
dengan Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase. Ketiga cara penyelesaian ini bisa digunakan agar
pertikaian dapat segera teratasi.bermula dari penyelesaian dengan membicarakan baik- baik
diantara kedua pihak yang bertikai, berlanjut bila pertikaian tidak dapat diselesaikan diantara
mereka maka dibutuhkan pihak ketiga yaitu sebagai mediasi, selanjutnya jika tidak dapat melalui
mediasi maka dibutuhkan pihak yang tegas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika
tidak dapat diselesaikan juga maka membutuhkan badan hokum seperti pengadilan untuk
menyelesaikanmasalah tersebut, cara ini bisa disebut dengan Ligitasi. Secara keseluruhan cara –
cara tersebut dapat digunakan sehingga pertikaian dapat terselesaikan.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu sengketa bisnis?

2. Bagaimana cara Penyelesaian sengketa bisnis, dan prosedur apa saja yang digunakan dalam
penyelesaian sengketa bisnis tersebut

4
BAB II PEMBAHASAN
Penyelesaian Sengketa Dalam Bisnis

1. Pengertian Penyelesaian Sengketa


Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian perkara yang dilakukan antara salah
satu pihak dengan pihak yang lainnya. Penyelesaian sengketa terdiri dari dua cara yaitu melalui
litigasi (pengadilan) dan non litigasi (luar pengadilan). Dalam proses penyelesaian sengketa
melalui litigasi merupakan sarana terakhir (ultimum remidium) bagi para pihak yang bersengketa
setelah proses penyelesaian melalui non litigasi tidak membuahkan hasil.

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase


dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, penyelesaian sengketa melalui non litigasi (luar
pengadilan) terdiri dari 5 cara yaitu:

1. Konsultasi: suatu tindakan yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak yang lain yang
merupakan pihak konsultan
2. Negosiasi: penyelesaian di luar pengadilan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan
bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis
3. Mediasi: penyelesaian melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan di antara para
pihak dengan dibantu oleh mediator
4. konsiliasi: penyelesaian sengketa dibantu oleh konsiliator yang berfungsi menengahi para
pihak untuk mencari solusi dan mencapai kesepakatan di antara para pihak.
5. Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan
bidang keahliannya.

Akan tetapi dalam perkembangannya, ada juga bentuk penyelesaian di luar pengadilan
yang ternyata menjadi salah satu proses dalam penyelesaian yang dilakukan di dalam pengadilan
(litigasi). Contohnya mediasi. Dari pasal tersebut kita ketahui bahwa mediasi itu adalah
penyelesaian di luar pengadilan, akan tetapi dalam perkembangannya, mediasi ada yang
dilakukan di dalam pengadilan.

2. Pengertian Arbitrase

Abritase adalah penyelesaian masalah atau sengketa perdata di luar peradilan hukum.
Sesuai yang tertuang pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase secara tertulis oleh
para para pihak yang bersengketa. 

3. Prosedur Arbitrase

Untuk menyelesaikan suatu sengketa melalui mekanisme arbitrase, dibutuhkan


kesepakatan antara kedua pihak yang bersengketa (yang dapat dilakukan sebelum maupun
setelah terjadinya sengketa). Karena alasan ini, perjanjian secara tertulis harus dilakukan oleh
kedua pihak sebelum arbitrase. Di Indonesia terdapat beberapa badan khusus yang memfasilitasi

5
proses arbitrase, yaitu Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), Badan Arbitrase Pasar
Modal Indonesia (BAPMI),

Bali International Arbitration and Mediation Centre (BIAMC), dsb. Pada prinsipnya
masing-masing lembaga arbitrase memiliki prosedur sendiri dalam mengatur mekanisme
beracara di Arbitrase yang bersangkutan atau yang dikenal dengan istilah “rule of arbitration”
meskipun dalam praktek masing-masing lembaga Arbitrase membuka diri untuk menggunakan
prosedur lain yang disepakati para pihak. Secara Umum prosedur yang harus dilakukan untuk
permohonan proses arbitrase adalah sebagai berikut :

1. Pendaftaran

Sebagai tahap awal, pemohon dapat mengajukan pendaftaran permohonan arbitrase oleh pihak
yang memulai proses arbitrase kepada Sekretariat Lembaga Arbitrase yang dipilih para pihak.

2. Permohonan Mengadakan Arbitrase (Request for Arbitration)

Dalam mengajukan permohonan, pemohon harus menyertakan beberapa informasi :  

● Nama dan alamat para pihak

● Perjanjian arbitrase antara pihak yang bersengketa

● Fakta-fakta dan dasar hukum kasus arbitrase

● Rincian permasalahan

● Tuntutan atau nilai tuntutan

3. Dokumen

Pemohon harus melampirkan salinan otentik yang terkait dengan sengketa yang bersangkutan
dan salinan otentik perjanjian arbitrase, dan dokumen lain yang relevan. Apabila ada dokumen
yang akan menyusul, pemohon harus konfirmasi mengenai dokumen susulan tersebut.

4. Penunjukan Arbiter

● Pemohon menunjuk seorang arbiter sebagai pihak ketiga yang neutral paling lambat 30 hari
terhitung sejak permohonan didaftarkan. Jika pemohon tidak dapat menunjuk arbiter, maka
penunjukan mutlak telah diserahkan kepada Lembaga Arbitrase yang dipilih.

● Ketua Lembaga Arbitrase berwenang atas permohonan untuk memperpanjang waktu


penunjukan arbiter dengan alasan-alasan yang sah tidak melebihi 14 (hari).

6
5. Biaya Arbitrase

Permohonan mengadakan Arbitrase harus disertai pembayaran biaya pendaftaran. Biaya


pendaftaran dibayarkan saat melakukan permohonan sebesar Rp 2.000.000,-. Sementara untuk
biaya administrasi lebih beragam tergantung besar tuntutan. Berikut daftar biaya administrasi
sesuai dengan jenis tuntutan. 

Nilai Tuntutan (Rp) Costs


Lebih kecil
Nilai Tuntutan 500,000,000 10.0 %
dari
Nilai Tuntutan   500,000,000 9.0 %
Nilai Tuntutan   1,000,000,000 8.0 %
Nilai Tuntutan   2,500,000,000 7.0 %
Nilai Tuntutan   5,000,000,000 6.0 %
Nilai Tuntutan   7,500,000,000 5.0 %
Nilai Tuntutan   10,000,000,000 4.0 %
Nilai Tuntutan   12,500,000,000 3.5 %
Nilai Tuntutan   15,000,000,000 3.2 %
Nilai Tuntutan   17,500,000,000 3.0 %
Nilai Tuntutan   20,000,000,000 2.8 %
Nilai Tuntutan   22,500,000,000 2.6 %
Nilai Tuntutan   25,000,000,000 2.4 %
Nilai Tuntutan   27,500,000,000 2.2 %
Nilai Tuntutan   30,000,000,000 2.0 %
Nilai Tuntutan   35,000,000,000 1.9 %
Nilai Tuntutan   40,000,000,000 1.8 %
Nilai Tuntutan   45,000,000,000 1.7 %
Nilai Tuntutan   50,000,000,000 1.6 %
Nilai Tuntutan   60,000,000,000 1.5 %
Nilai Tuntutan   70,000,000,000 1.4 %
Nilai Tuntutan   80,000,000,000 1.3 %
Nilai Tuntutan   90,000,000,000 1.2 %
Nilai Tuntutan   100,000,000,000 1.1 %
Nilai Tuntutan   200,000,000,000 1.0 %
Nilai Tuntutan   300,000,000,000 0.9 %
Nilai Tuntutan   400,000,000,000 0.8 %
Nilai Tuntutan   500,000,000,000 0.6 %
Lebih besar
Nilai Tuntutan 500,000,000,000 0.5 %
dari

Mengingat besarnya biaya dalam proses arbitrase ditentukan berdasarkan nilai tuntutan, maka
dalam praktek para pihak pada umumnya hanya menuntut hal-hal yang dapat dibuktikan secara

7
sah sebagai haknya, termasuk namun tidak terbatas dengan memasukkan biaya advokat yang
digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Hanya saja terkait gugatan immateriil
dalam arbitrase pada prakteknya hampir tidak pernah digunakan karena gugatan immateriil sulit
untuk dibuktikan besarannya.

4. Contoh Kasus Penyelesaian Arbitrase

Indonesia pernah melakukan penyelesaian arbitrase dengan pihak asing. Sengketa tersebut
melibatkan 2 perusahaan asing langsung yaitu Churchill Mining dan Planet Mining. Proses
arbitrase diselesaikan secara internasional dan dibantu oleh Investor state dispute settlement
(ISDS) serta International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID).

Dilansir dari Kumparan, Churchill Mining dan Planet menggugat Pemerintah Indonesia di
ICSID sebesar USD 2 miliar akibat serangkaian tindakan Pemerintah Indonesia yang mencabut
Kuasa Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan oleh Bupati Kutai Timur. Penggugat
berpendapat bahwa Indonesia melanggar ketentuan P4M RI-Inggris.

Dalam proses persidangan, terbukti bahwa Churchill Mining dan Planet Mining melakukan
pemalsuan dokumen perizinan, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka menjalankan investasi
ilegal. Indonesia memenangkan sengketa ini Churchill Mining dan Planet Mining mendapatkan
hukuman dengan membayar ganti rugi biaya perkara kepada Indonesia sebesar USD 8,7 juta.

Selain melalui proses arbitrasi, penyelesaian sengketa non litigasi dapat juga dilakukan dengan
cara alternatif penyelesaian sengketa atau alternative dispute resolution (ADR). Alternatif
penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan berdasarkan
kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa baik tanpa ataupun
dengan bantuan para pihak ketuga yang netral. Menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, pada pasal 1 angka 10, alternatif
penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Penyelesaian sengketa melalui ADR mempunyai keungulan-keunggulan dibandingkan dengan


penyelesaian sengketa melalui litigasi, diantaranya ialah adanya sifat kesukarelaan dalam proses
karena tidak adanya unsur pemaksaan, prosedur yang cepat, keputusannya bersifat non judicial,
prosedur rahasia, fleksibilitas dalam menentukan syarat-syarat penyelesaian masalah, hemat
waktu dan hemat biaya, tingginya kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan dan
pemeliharaan hubungan kerja.

Lembaga alternatif penyelesaian sengketa dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya

8
ialah sebagai berikut:
1.         KONSULTASI
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak
tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak
konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi
keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut. Peran dari konsultan dalam
penyelesaian sengketa tidaklah dominan, konsultan hanya memberikan pendapat
(hukum), sebagaimana yang diminta oleh kliennya, yang untuk selanjutnya
keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para
pihak, meskipun adakalanya pihak konsultan diberi kesempatan untuk
merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para
pihak yang bersengketa tersebut.
Dengan adanya perkembangan zaman, konsultasi dapat dilakukan dengan
secara langsung maupun dengan menggunakan teknologi komunikasi yang telah
ada. Konsultasi dapat dilakukan dengan cara klien mengajukan sejumlah
pertanyaan kepada konsultan. Hasil konsultasi berupa saran yang tidak mengikat
secara hukum, artinya saran tersebut dapat digunakan atau tidak oleh klien,
tergantung kepentingan masing-masing pihak.
2.         NEGOSIASI
Negosiasi adalah sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk
mendiksusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), negosiasi diartikan sebagai penyelesaian
sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa.
Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan suatu proses
penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa dengan
suatu situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan melepaskan atau
memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal balik.
Kesepakatan yang telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis untuk
ditandatangani dan dilaksanakan oleh para pihak.
Namun proses negosiasi dalam penyelesaian sengketa terdapat beberapa
kelemahan. Yang pertama ialah ketika kedudukan para pihak yang tidak seimbang.
Pihak yang kuat akan menekan pihak yang lemah. Yang kedua ialah proses
berlangsungnya negosiasi acap kali lambat dan bisa memakan waktu yang lama.
Yang ketiga ialah ketika suatu pihak terlalu keras dengan pendiriannya.
3.         MEDIASI
Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga (mediator)
yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para pihak yang
berselisih mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap permasalahan yang
disengketakan. Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah cara penyelesaian

9
sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga
(mediator) yang bersikap netral dan tidak berpihak kepada pihak-pihak yang
bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Mediator bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa tugas
mediator hanya membantu para pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan
masalah dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Mediator
berkedudukan membantu para pihak agar dapat mencapai kesepakatan yang hanya
dapat diputuskan oleh para pihak yang bersengketa. Mediator tidak memiliki
kewenangan untuk memaksa, tetapi berkewajiban untuk mempertemukan para
pihak yang bersengketa. Mediator harus mampu menciptakan kondisi yang
kondusif yang dapat menjamin terciptanya kompromi diantara pihak-pihak yang
bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling menguntungkan.
4.         KONSILIASI
Penyelesaian melalui konsiliasi dilakukan melalui seorang atau beberapa orang
atau badan (komisi konsiliasi) sebagai penegah yang disebut konsiliator dengan
mempertemukan atau memberi fasilitas kepada pihak-pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihannya secara damai. Konsiliator ikut serta secara aktif
memberikan solusi terhadap masalah yang diperselisihkan.

Lalu apa perbedaan antara Arbitrasi, mediasi dan konsiliasi? Arbitrasi adalah
penyelesaian dengan menggunakan bantuan pihak ketiga (arbiter), dimana para pihak
menyatakan akan menaati putusan yang diambil oleh arbiter. Sedangkan mediasi juga
menggunakan bantuan dari pihak ketiga (mediator), namun mediator hanya bertugas
menjembatani para pihak tanpa memberikan pendapat-pendapat mengenai penyelesaian
sengketa. Meskipun  sama-sama menggunakan bantuan dari pihak ketiga (konsiliator), namun
untuk konsiliasi bersifat lebih formal dari pada mediasi. Konsiliator dapat memberikan
pendapat-pendapat kepada para pihak terhadap masalah yang diperselisihkan, namun pendapat
tersebut tidak mengikat para pihak

Masing-masing penyelesaian sengketa non litigasi maupun litigasi memiliki ciri khas
atau karakteristik yang berbeda-beda. Setiap metode juga memiliki kekurangan serta kelebihan.
Hal tersebut dapat disesuaikan oleh para pihak dengan memilih lembaga penyelesaian sengketa
yang paling efektif dalam menyelesaikan sengketa dan menguntungkan bagi para pihak.
Konstruksi adalah salah satu industri yang sangat kompleks, hal ini karena dalam proyek
konstruksi terdapat multi disiplin ilmu dan berurusan dengan orang banyak yang memiliki
kepentingan masing-masing. Kondisi ini pula yang membuka peluang sengketa menjadi lebih
besar.

Apabila merujuk kepada data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI), dimana sengketa kontruksi mendominasi kasus yang ditangani oleh BANI.
Mulai periode tahun 1999 hingga 2016, tercatat terdapat 470 kasus, dimana kasus konstruksi
mendominasi sebesar 30, 8 % dari total kasus yang ditangani oleh BANI.

10
Pasca terbitnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi (UU No.
2/2017) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
penyelesaian sengketa konstruksi yang semula ditempuh melalui 2 (dua) jalur, yakni jalur
pengadilan dan di luar pengadilan mengalami perubahan.

Setelah terbitnya UU No. 2/2017 tentang Jasa Konstruksi, sengketa konstruksi terlebih dahulu
diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat. Apabila para pihak yang bersengketa tidak
menemukan kesepakatan, maka penyelesaian ditempuh melalui tahapan penyelesaian sengketa
yang diatur dalam kontrak kerja konstruksi. Kemudian apabila penyelesaian sengketa tidak
tercantum dalam kontrak kerja konstruksi, maka para pihak dengan persetujuan tertulis
mengatur mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang dipilih.

Adapun tahapan-tahapan penyelesaian sengketa sesuai UU No. 2/2017 adalah:

1. Para pihak yang bersengketa terlebih dahulu melakukan musyawarah untuk mufakat;
2. Apabila musyawarah tersebut tidak tercapai, maka penyelesaian sengketa disesuaikan
berdasarkan kontrak kerja konstruksi;
3. Apabila penyelesaian sengketa tercantum dalam kontrak, maka penyelesaian sengketa
ditempuh melalui tahapan sebagai berikut:
4. Mediasi;
5. Konsiliasi, dan;
6. Arbitrase
7. Jika penyelesain sengketa tidak tercantum dalam kontrak kerja konstruksi, maka para
pihak yang bersengketa membuat tata cara penyelesaian yang dipilih

Mekanisme penyelesaian sengketa konstruksi diantara para pihak lebih menekankan


penyelesaian di luar jalur pengadilan. Hal ini tidak terlepas dari keunggulan arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa, dimana setidaknya terdapat beberapa keunggulan, yaitu:

Pertama, kerahasian sengketa terjaga. Kerahasian merupakan suatu keunggulan yang dapat
diperoleh ketika menggunakan jalur di luar pengadilan. Hal ini disebabkan oleh karena proses
hingga putusan penyelesaian sengketa tidak dipublikasikan kepada publik.  Keunggulan ini
tentu akan berimplikasi kepada hubungan antara para pihak yang bersengketa tetap baik,
sehingga kelangsungan pekerjaan tetap dapat dilanjutkan.

Kedua, sengketa diputus oleh pihak penengah (mediator, konsiliator, arbiter) yang mengerti
bidang konstruksi. Hal ini dikarenakan para pihak yang bersengketa dapat bebas memilih pihak
penengah yang akan memutus atau memberi anjuran terkait sengketa yang sedang terjadi.
Artinya para pihak dapat memilih pihak penengah yang memiliki pengetahuan konstruksi. Hal
ini tidak terlepas dari sifat sengketa konstruksi bersifat teknis, sehingga pihak yang menjadi
penengah dapat memutus atau memberi anjuran secara tepat.

Ketiga, jangka waktu relatif singkat. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki
keunggulan secara waktu dalam penyelesaian sengketa. Artinya, penyelesaian sengketa dapat
diselesaikan secara cepat daripada penyelesaian melalui jalur pengadilan. Hal ini tentu akan

11
berimplikasi terhadap kepastian yang akan diterima para pihak yang bersengketa, seperti:
kepastian atas kelangsungan pekerjaan, pembayaran pekerjaan. Kondisi sesuai dengan
kebutuhan dari para pihak dimana sengketa dapat terselesaikan dengan tidak mengancam
keberlangsungan pekerjaan dan hubungan baik diantara para pihak.

12

Anda mungkin juga menyukai