Anda di halaman 1dari 14

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR

PENGADILAN

Disusun untuk pemenuhan tugas Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dosen pengampu : Afrik Yunari, S. Sy, M.H

kelompok 1 :

1. Nadifa Umaima 201102030002


2. Salsa Tata Arsilah 201102030022
3. Maghfirotus Zaini 204102030003

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FEBRUARI 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR PENGADILAN ”. Penulisan makalah
ini adalah salah satu tugas mata kuliah Alternatif penyelesaian sengketa.

Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat semuanya sudah kami
kerjakan semaximal mungkin. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalahini.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Pendidik mata kuliah Alternatif penyelesaian
sengketa yang sudah membimbing dan mengarahkan bagaimana seharusnya
makalah ini dibuat.

Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal


pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, serta makalah ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca. Amiin
Yaa Robbal „Alamiin

Jember, 23 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. iv

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... iv


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. iv
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 1

2.1 Ruang Lingkup Penyelesaian Sengketa Secara Non Litigasi.................................. 1


2.2 Kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan
didalam pengadilan ( Litigasi )................................................................................ 5
2.3 Kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan
diluar pengadilan ( Non Litigasi ) ........................................................................... 6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 8
3.2 Saran ........................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Bahwasannya kita ketahui, didalam kehidupan ini kita pasti melalui atau
mengalami suatu permasalahan atau sengketa. Banyak masyarakat juga yang
menempuh permasalahan dengan jalur damai dan musyawarah. Dengan
seiring perkembangan zaman yang luar biasa ini, permasalahan dapat
diselesaikan juga lewat jalur pengadilan.
Sengketa sendiri merupakan persilisihan antara dua pihak bersaing untuk
mendapatkan suatu pencapaian tujuan masing-masing. Tidak sendikit adanya
masyarakat sendiri sering halnya menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan.
Nah dari sengketa tersebut pasti berdampak pada persaingan yang tidak
sehat yang nantinya menimbulkan kerugian kepada salah satu pihak tersebut.
Oleh karena itu, masing-masing pihak bebas untuk memilih jalur manakah
yang ingin ditempuh oleh masing-masing pihak. Untuk menyelesaikan suatu
segketa permasalah sendiri ada dua jalur yaitu meneyelesaikan ke pengadilan
(Litigasi) ataupun diluar pengadilan ( Non Litigasi ).
Maka dari itu, kelompok kami akan membahas tentang penyelesaian
sengketa diluar pengadilan ( Non Litigasi ) .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Ruang lingkup penyelesaian sengketa diluar pengadilan ( Non Litigasi
)?
2. Apa Kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa yang
dilakukan didalam pengadilan ( Litigasi ) ?
3. Kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan
diluar pengadilan ( Non Litigasi ) ?

1.3 Tujuan masalah

iv
1. Untuk mengetahui Ruang lingkup penyelesaian sengketa diluar pengadilan
( Non Litigasi ).
2. Untuk mengetahui Kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian
sengketa yang dilakukan didalam pengadilan ( Litigasi ).
3. Kelebihan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan
diluar pengadilan ( Non Litigasi ).

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang lingkup Penyelesaian Sengketa Secara Non Litigasi


Penyelesaian Sengketa dalam pengaturan pada umumnya dapat
diselesaikan dengan dua jalur yaitu Litigasi atau penyelesaian sengketa yang
dilakukan oleh lembaga peradilan negara dan yang kedua yaitu Non Litigasi
atau penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Dalam penyelesaian sengketa
dengan Jalur Non Litigasi ini dapat melalui dengan Konsultasi, Konsiliasi,
penilaian Para Ahli, Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase.
Selain jalur penyelesaian sengketa diatas ternyata ada pula penyelesaian
sengketa yang sering dilakukan oleh masyarakat sehari-hari, penyelesaian ini
biasanya dilakukan oleh kepala desa secara damai. Penyelesaian ini dapat
diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan kehidupan masyarakat dan
diselimuti dengan adat istiadat yang sangat kental.

Metode penyelesaian sengketa secara Non Litigasi, sebagai berikut :

1. Penyelesaian sengketa melalui negosiasi


Dalam menyelesaikan sengketa salah satu cara terampuh dalam
menangani permasalahan ini yaitu dengan cara bernegosiasi. Negosiasi
sendiri yaitu cara untuk mencari penyelesaian segala masalah dengan
bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak
yang bersangkutan.1 Para pihak biasanya melakukan negosiasi ini karena
berbagai alasan seperti para pihak tidak bisa menyelesaikan permasalahan
ini sendiri.

Menurut Munir Fuadi dalam bernegosiasi terdapat dua jenis yaitu:

 Negosiasi kepentingan

1
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006), h. 1.

1
Negosiasi kepentingan ini dimana para pihak tidak
mempunyai hak satu sama lain sebelum bernegosiasi, ataupun tidak
memiliki hubungan hokum yang berlaku sehingga para pihak tidak
berkewajiban mendapatkan hak-hak dari satu sama lain.
 Negosiasi hak
Berbeda dengan negosiasi kepentingan dalam negosiasi ini
para pihak memiliki hubungan hokum tertentu, sehingga para pihak
telah memiliki hak-hak tertentu yang telah dijaminkan
pemenuhannya dalam hokum.

Negosiasi pada dasarnya dilakukan untuk menyelesaikan sengketa


dari para pihak dengan bertujuan mencapai kesepakatan bersama. Menurut
Sudargo Gautama menjelaskan bahwa negosiasi ini merupakan proses
untuk mencapai tujuan bersama tersebut dengan melakukan interaksi dan
komunikasi yang sesuai dengan manusia biasanya.2 Apabila para pihak
tidak berhasil menyelesaikan sengketa dengan menggunakan cara
negosiasi ini, maka para pihak dapat melakukan cara lain agar
mendapatkan kesepakatan bersama.

2. Penyelesaian sengketa melalui mediasi


Mediasi merupakan salah satu cara dalam melakukan penyelesaian
sengketa non litigasi yang dapat melibatkan orang ketiga maupun pihak
ketiga sebagai mediator. Menurut UU nomer 30 tahun 1999 dalam pasal 6
menyebutkan bahwa dalam hal sengketa ataupun beda pendapat antara
para pihak yang bersangkutan atau bersengketa tidak dapat diselesaikan
maka atas kesepakatan bersama, sengketa ataupun beda pendapat tersebut
dapat diselesaikan melalui bantuan seseorang atau lebih penasihat ahli
ataupun seorang yang disebut dengan mediator.3
Mediasi merupakan penyelesaian sengketa yang memberikan
pandangan kedepan terhadap para pihak yang bersengketa. Hal ini berbeda

2
Gunawan Wijaya dan Achmad Yani, hukum Arbitrase (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000)
3
Republik Indonesia, “UU”, op. cit.,

2
dengan hokum yang memandang kebelakang untuk mengetahui siapa yang
salah atau benar, namun mediasi disini memandang ke depan untuk
menemukan suatu solusi untuk menyelesaikan sendiri dalam menghadapi
sengketanya dalam mengambil keputusan mediasi disini diambil secara
bersama-sama dengan kesepakatan antar kedua belah pihak.4
Dapat disimpulkan dari keterangan diatas bahwa mediasi adalah
cara atau metode dalam menyelesaikan suatu perkara dengan menunjuk
pihak ketiga untuk menjadi penengah atau yang sering disebut dengan
mediator. Tugas dan kewenangan mediator disini berusaha untuk
memberikan penimbangan antar para pihak adgar dapat saling
menguntungkan. Fungsi utama dari mediator disini yaiitu mencari solusi
baru dan hal-hal yang telah disepakati oleh para pihak sehingga
perselisihan dapat berakhir secara damai.

3. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase


Dari segala upaya diatas jika para pihak masih belum menemukan
jalan damai maka para pihak dapat mengajukan usaha penyelesaian
sengketa pada badan arbitrase. Arbitrase ini merupakan penyelesian
sengketa diluar pengadilan namun bersifat mengikat dan final. Arbitrase
disi berasal dari kata arbitrare yang berarti kekuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitrase dapat dikatakan
sebagai lembaga peradilan oleh hakim partikelir/swasta.5
Dalam pasal 1 UU Nomer 30 tahun 199 tentang Arbitrase dan
Alternatif penyelesaian Sengketa menyebutkan bahwa arbitrase merupakan
suatu cara atau metode penyelesaian sengketa perdata diluar pengadilan
yang berdasarkan pada suatu perjanjian atau kesepakatan arbitrase yang
telah dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.6

4
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase & Alternative Penyelesaian Sengketa: Suatu Pengantar (Jakarta:
Fikahati Aneka, 2002),
5
Hasanuddin Rahman, Seri Keterampilan Merancang Kontrak Bisnis: Contract Draftig (Cet. I;
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003)
6
Republik Indonesia, “UU”, op. cit., h. 162

3
Arbitrase sering digunakan oleh para pihak karena pada cara ini
para pihak merasa bahwa masalah yang sedang dihadapi lebih cepat, lebih
mudah dan murah dalam penyelesaiannya.

Beberapa jenis dari Arbitrase:

 Arbitrase ad hoc
Arbitrase disini dibentuk secara khusus untuk
menyelesaikan dan memutuskan sengketa tertentu yang bersifat
incidental dalam jangka waktu tertentu hingga sengketa telah
diputuskan.
 Arbitrase Institusional
Arbitrase ini sering sekali disebut dengan permanent
arbitral body. Arbitrase disini telah disediakan oleh organisasi
tertentu yang dalam pendiriannya bertujuan utuk menampung
sengketa yang timbul dari suatu perjanjian dengan bersifat
permanen.

4. Penyelesaian sengketa melalui konsiliasi.


Pada dasarnya konsiliasi ini hamper sama dengan mediasi dimana
keduanya sama-sama bertugas sebagai tempat fasilitas untuk melakukan
komunikasi antara para pihak yang bersengketa untuk menemukan solusi
dari permasalahan tersebut. Namun ternyata konsiliator hanya sebatas
untuk melakukan kegiatan seperti mengatur waktu, dan tempat pertemuan
para pihak yang bersengketa, mengarahkan topic pembicaraan, membawa
pesan antar para pihak yang tidak ingin bertemu.

5. Penyelesaian sengketa melalui Konsultasi


Penyelesaian disini berupa permohonan dari para pihak kepada
pihak ketiga untuk meminta nasihat, informasi, penjelasan, pentunjuk
maupun pendapat yang dilakukan secara kekeluargaan oleh parapihak agar
dapat menemukan solusi yang terbaik untuk permasalahannya. Peran dari

4
konsultan hanya memberikan pendapat hokum yang sesuai dengan
permasalahan, kebutuhan dan kepentingan yang diinginkan oleh para
pihak berdasarkan regulasi. Untuk keputusan pada akhirnya tetap
diserahkan kepada kedua belah pihak.
6. Penyelesaian sengketa melalui penilaian ahli
Metode ini dugunakan untk upaya penyelesaian sengketa untuk
memilih para ahli yang sesuai dengan bidangnya untuk memberikan
pendapatnya agar para pihak dapat mempunyai suatu pemikiran yang
bersifat objektif dalam menyelesaikan permasalahannya.

2.2 Kelebihan dan kekurangan penyelesaian sengketa di dalam


pengadilan
1. Kelebihan penyelesian sengketa di dalam pengadilan
 Proses dalam melakukan penyelesaian dilakukan secara formal.
 Keputusan yang telah diberikan kepada hakim tidak boleh
diganggu gugat atau tidak boleh melibatkan para pihak.
 Keputusan yang diambil berdasarkan kepada fakta-fakta hokum
yang berlaku.
 Proses persidangan dilakukan secara terbuka.
 Keputusan yang telah diberikan hakim bersifat final dan memaksa.
 Mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Digunakan untuk sengketa yang bersifat public maupun privat.

2. Kekurangan penyelesaian sengketa di dalam pengadilan


 Di dalam pengadilan para pihak tidak dapat memilih hakim yang
nantinya akan bertugas untuk mengambil keputusan.
 Kepastian hukum yang tidak stabil.
 Jika para pihak masih belum puas degan keputusan hakim maka
para pihak dapat mengajukan banding/kasasi yan dimana dapat
memakan banyak waktu.

5
2.3 Kelebihan dan kekurangan penyelesaian sengketa di luar pengadilan
1. Arbitrase
 Kelebihan :
o Adanya kebebasan,kepercayaan dan keamanan.
o Perkaranya diproses dengan cepat, dan menghemat biaya.
o Adanya abiter (wasit) dalam suatu perkara.
 Kekurangan : tidak mempunyai kekuatan lepastian hukum terhadap
hasil yang sudah disepakati.
2. Konsiliasi
 kelebihan : murah, cepat dan hasilnya efektif.
 Kekurangan : putusan dari lembaganya tidak mengikat (
bergantung pada pihak yang bersengketa ).
3. Mediasi
 Kelebihan : Keputusan yang hemat, penyelesaian yang
cepat,hasilnya memuaskan seluruh pihak, kesepakatan yang
komprehensif, dan keputusan yang berlaku tanpa mengenal waktu.
 Kelemahan : proses mediasi yang kekuatan eksekusi para pihak
sudah mencapai kesepakatan.
4. Negosiasi
 Kelebihan : pihak yang berselisih yang akan menyelesaikan
sengketanya sendiri.
 Kekurangan : mengalami jalan buntu, dimana kedudukan para
pihak tidak seimbang da nada pihak yang kaku.
5. Konsultasi
 konsultan hanya memberikan pendapat (hukum), sebagaimana
yang diminta oleh kliennya.
 konsultasi dapat dilakukan dengan secara langsung maupun dengan
menggunakan teknologi komunikasi yang telah ada.

6
 Hasil konsultasi berupa saran yang tidak mengikat secara hukum,
artinya saran tersebut dapat digunakan atau tidak oleh klien,
tergantung kepentingan masing-masing pihak.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan penyelesaian sengketa
diluar pengadilan terdiri atas berbagai macam cara diantaranya negosiasi,
mediasi,konsiliasi,arbitrase dll diantara para pihak. Pada pasal 1239 KUH
perdata dijelaskan bahwa suatu sengketa itu muncul diantara para pihak
sejak diantara keduanya salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.
Dan diatas juga sudah dijelaskan tentang kekurangan dan kelebihan
dari penyelesaian sengketa litigasi maupun non litigasi.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat semoga bisa
menambah wawasan bagi kita semua. Apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Selain itu penyusun
berharap adanya kritik dan saran untuk makalah ini di karenakan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrasyid, Priyatna. Arbitrase & Alternative Penyelesaian Sengketa: Suatu


Pengantar. Jakarta: Fikahati Aneka, 2002.
Jimmy Joses Sembirin, SH, M.Hum . Cara Penyelesaian Sengketa diluar
Pengadilan . Cetakan pertama, Januari 2011.
Republik Indonesia, “UU Noor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa” dalam Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi
di Indonesia. Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Rahman, Hasanuddin Seri Keterampilan Merancang Kontrak Bisnis: Contract
Draftig. Cet. I; Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003
Soemartono, Gatot. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Cet. I; Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006 Sudiyati, Iman Asas-asas Hukum Adat.
Yogyakart
Wijaya, Gunawan dan Achmad Yani. hukum Arbitrase. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000

Anda mungkin juga menyukai