Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla. Semoga sholawat dan salam
tak luput penulis curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW., karena beliaulah
yang telah mengantarkan umat Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang. Semoga penulis dan pembaca selalu menjadi umat yang taat terhadap ajaran
yang disampaikan oleh Baginda Muhammad SAW.
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah Azza Wa Jalla karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Mediasi Hukum
Ekonomi Syariah”. Penulis mengucapkan Jazakumullahu khoiron katsiron kepada semua
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini, serta memberikan
ktritik dan saran yang membangun terhadap materi dan penyajian makalah.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah “Mediasi Hukum Ekonomi
Syariah” sebagai media presentasi. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu, penulis mengharapkan masukan dari
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mediasi.................................................................................................3
B. Teknik Mediasi di Luar Pengadilan.......................................................................6
A. Simpulan................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun hasil mediasi yang dilaksanakan oleh mediator di luar pengadilan lazimnya
menghasilkan kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Selanjutnya, berdasarkan Pasal
1851 KUHPerdata, perjanjian perdamaian itu sendiri pada dasarnya harus mengakhiri
perkara, dan dinyatakan dalam bentuk tertulis serta harus dilakukan oleh seluruh pihak
dalam perkara. Menurut Retnowulan Sutantio, perjanjian perdamaian merupakan awal dari
1
Karmawan, “Diskursus Mediasi Dan Upaya Penyelesaiannya”, Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar
Perguruan Tinggi Agama Islam, Vol. 16, No. 1 (2017), 107–126.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mediasi?
2. Bagaimana teknik mediasi di luar pengadilan?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian mediasi
2. Untuk mengetahui teknik mediasi di luar pengadilan.
2
Retnowulan Sutantio, Mediasi Dan Dading, Proceedings Arbitrase Dan Mediasi (Jakarta: Pusat Pengkajian
Hukum Departememen Kehakiman dan HAM, 2003), 161.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mediasi
3
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, (Jakarta: Transmedia Pustaka,
2011), 28.
4
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukuma Nasional, (Jakarta: Prenada
Media Grup 2011), 2.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Departemen Pendidiksn dan Kebudayaan , 1988). 569.
Para ahli memberikan definisi mediasi secara beragam sesuai dengan sudut pandang
masing-masing. Seperti Laurencce Bolle yang menyatakan bahwa “Mediation is a decision
making process in which the parties are assisted by a mediator; the
mediator attempt to improve the process of decision making to assist
Pihak ketiga
the parties the reach an out come to which of them can assent”6
yang bertugas sebagai
Pengertian yang diberikan oleh Laurence Bolle memiliki arti bahwa
penengah
mediasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang mana dalam mediasi
para pihak dibantu oleh mediator, dalam hal ini mediator berusaha disebut mediator
untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan untuk membantu
para pihak mencapai hasil yang dapat mereka setujui.
Sementara itu menurut Michael Noone dalam bukunya Mediation: Essential Legal
Skill, mediasi adalah “the common sense idea, that the intervention by invitation of the
parties of an experienced, independent and trusted person can be expected to help the
parties settle their quarer by negotiating in collaborative rather than adversarial way”
Definisi mediasi juga dapat ditemukan dalam ketentuan umum PERMA Nomor 1
Tahun 2016 yang menegaskan bahwa mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan bantuan mediator.
Mediator merupakan hakim atau pihak lain yang memiliki sertifikat mediator.
8
Hilman Syahrial Haq, Mediasi Komunitas Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Klaten: Lakeisha,
2020). 23-24.
9
Ibid.
B. Teknik Mediasi di Luar Pengadilan
Dedy Mulyana, “Kekuatan Hukum Hasil Mediasi Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Positif”, Jurnal
10
Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Pasal 23 juga telah dijelaskan prosedur
hukum guna mendapatkan akta perdamaian dari Pengadilan Tingkat Pertama. Tahapan
pertama adalah mengajukan gugatan yang disertai oleh dokumen kesepakatan perdamaian,
yang di mana itu merupakan hasil mediasi dengan bantuan mediator bersertifikat. Pihak
yang mengajukan gugatan ialah ia yang mengalami kerugian dalam sengketa ini.13
11
Ibid., 191.
12
Dedy Mulyana, “Notulensi Wawancara Peneliti Dengan Fahmi Sihab, S.E., Mediator Di Pusat Mediasi
Nasional”, (Jakarta, 2017).
13
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), 193.
Terdapat beberapa pihak yang secara sengaja mengajukan gugatan kepada pihak
lawannya yang telah berdamai, hanya untuk mendapatkan akta perdamaian. Hal itu
disebabkan karena tidak semua orang menaati perjanjian yang telah dibuat. Hal tersebut
yang kemudian menjadi aturan prosedural dalam sistem hukum Indonesia. Pengadilan
hanya berfungsi berlandaskan adanya gugatan untuk sengketa dan permohonan untuk
masalah hukum yang bukan sengketa. Jika salah satu pihak mengingkari hasil kesepakatan
mediasi tersebut, maka upaya hukum yang dapat ditempuh adalah melakukan gugatan
wanprestasi, sebab kesepakatan damai tanpa akta perdamaian dari pengadilan status
hukumnya adalah sebagai perjanjian bagi para pihak. Dalam paragraf sebelumnya, penulis
juga menjelaskan bahwa ketika ingin melakukan mediasi, lebih afdalnya memilih mediator
bersertifikat. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kualitas jasa mediasi, sebab orang yang
telah bersertifikat punya wawasan dan keterampilan mediator. Keuntungan yang didapat
jika memilih mediator yang bersertifikat ialah ia tidak akan mengubah proses mediasi yang
sifatnya mufakat dan berlandaskan otonomi para pihak menjadi proses yang memutuskan.14
14
Ibid., 194.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara garis besar mediasi adalah proses penyelesaian suatu permasalahan atau
sengketa dengan perantara pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak berperan
sebagai “mediator” yang bertugas memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk
menyelesaikan masalah atau sengketa mereka. Mediator tidak memiliki kewenangan dalam
mengambil suatu keputusan. Pihak mediator merupakan hakim atau pihak lain yang
memiliki sertifikat mediator.
Terdapat beberapa sengketa yang bisa diselesaikan dengan cara mediasi. Beberapa
sengketa tersebut meliputi perdata, kesehatan, merk, lingkungan hidup, jasa konstruksi,
paten, perselisihan perburuhan, ketenagakerjaan dan lain-lain yang ditetapkan dalam
Undang-Undang khusus. Untuk sengketa di bidang perdata, bisa dirampungkan dengan
adanya itikad baik dari kedua pihak dan menghindari penyelesaian melalui pengadilan.
Ketika akan melakukan proses mediasi di luar pengadilan, subyek hukum wajib
melakukan registrasi perkara kepada Pusat Mediasi Nasional. Subyek hukum yang berperan
dalam mendaftarkan perkara ialah pihak pemohon secara langsung atau pihak lainnya yang
memiliki relasi hukum dengan para pihak yang akan dimediasi.
Karmawan. 2017. “Diskursus Mediasi Dan Upaya Penyelesaiannya”. Kordinat: Jurnal Komunikasi
Antar Perguruan Tinggi Agama Islam, Vol. 16, No. 1.
Sutantio, Retnowulan. 2003. “Mediasi Dan Dading, Proceedings Arbitrase Dan Mediasi”. Jakarta:
Pusat Pengkajian Hukum Departememen Kehakiman dan HAM.
Sembiring, Jimmy Joses. 2011. “Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan”. Jakarta: Transmedia
Pustaka.
Abbas, Syahrizal. 2009. “Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukuma Nasional” (Jakarta:
Prenada Media Grup.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”.
Jakarta: Departemen Pendidiksn dan Kebudayaan.
Mamudji, Sri. 2017. “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”. Jurnal Hukum
dan Pembangunan No. 3.
Haq, Hilman Syahrial. 2020. “Mediasi Komunitas Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa”
Klaten: Lakeisha.
Mulyana, Dedy. 2019. “Kekuatan Hukum Hasil Mediasi Di Luar Pengadilan Menurut Hukum
Positif”, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol. 3, No. 2.
Mulyana, Dedy. 2017. “Notulensi Wawancara Peneliti Dengan Fahmi Sihab, S.E., Mediator Di
Pusat Mediasi Nasional”. Jakarta.
Takdir Rahmadi. 2011. “Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat”. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.