Anda di halaman 1dari 14

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

0 Teknik Mediasi di Luar Pengadilan| MEDIASI HES

Anang Rosidiantoro (C92218111)


Andini Rahma Hidayah (C92218112)
i Teknik Mediasi di Luar Pengadilan| MEDIASI HES
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla. Semoga sholawat dan salam
tak luput penulis curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW., karena beliaulah
yang telah mengantarkan umat Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang. Semoga penulis dan pembaca selalu menjadi umat yang taat terhadap ajaran
yang disampaikan oleh Baginda Muhammad SAW.

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah Azza Wa Jalla karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah “Mediasi Hukum
Ekonomi Syariah”. Penulis mengucapkan Jazakumullahu khoiron katsiron kepada semua
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini, serta memberikan
ktritik dan saran yang membangun terhadap materi dan penyajian makalah.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah “Mediasi Hukum Ekonomi
Syariah” sebagai media presentasi. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu, penulis mengharapkan masukan dari
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Surabaya, 11 Maret 2021

ii Teknik Mediasi di Luar Pengadilan| MEDIASI HES


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mediasi.................................................................................................3
B. Teknik Mediasi di Luar Pengadilan.......................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

iii Teknik Mediasi di Luar Pengadilan| MEDIASI HES


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelesaian sengketa melalui proses pengadilan pada dasarnya merupakan langkah


terakhir apabila musyawarah ternyata tidak berhasil. Hasil akhir dari tahapan penyelesaian
sengketa di dalam pengadilan adalah putusan. Namun, putusan pengadilan pada
kenyataannya masih dirasakan tidak menyelesaikan masalah, cenderung menimbulkan
masalah baru, antara lain timbulnya ketidakpuasan dari pihak yang dikalahkan, lalu
menempuh upaya hukum yang membutuhkan tambahan tenaga, pikiran, biaya, dan waktu.
Proses penyelesaian demikian menyebabkan munculnya alternatif penyelesaian sengketa di
luar pengadilan, di antaranya adalah mediasi.

Perkembangannya, masyarakat mulai memilih proses penyelesaian sengketa melalui


mediasi mengingat prosesnya yang sederhana dan cepat, serta dengan sifat putusan yang
win-win solution. Hasilnya diambil melalui musyawarah dan atas kesepakatan bersama,
maka para pihak merasa tidak ada yang dirugikan. Terlebih lagi, mediasi merupakan proses
perundingan pemecahan masalah dengan bantuan pihak ketiga yang netral, yaitu mediator,
yang bekerja membantu para pihak yang bersengketa untuk menghasilkan kesepakatan
yang memuaskan. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan persengketaan
di antara kedua belah pihak yang tentunya berbeda dengan kewenangan yang ada pada
hakim dan arbiter.1

Adapun hasil mediasi yang dilaksanakan oleh mediator di luar pengadilan lazimnya
menghasilkan kesepakatan atau perjanjian perdamaian. Selanjutnya, berdasarkan Pasal
1851 KUHPerdata, perjanjian perdamaian itu sendiri pada dasarnya harus mengakhiri
perkara, dan dinyatakan dalam bentuk tertulis serta harus dilakukan oleh seluruh pihak
dalam perkara. Menurut Retnowulan Sutantio, perjanjian perdamaian merupakan awal dari

1
Karmawan, “Diskursus Mediasi Dan Upaya Penyelesaiannya”, Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar
Perguruan Tinggi Agama Islam, Vol. 16, No. 1 (2017), 107–126.

1 Teknik Mediasi di Luar Pengadilan| MEDIASI HES


terbitnya akta perdamaian dari pengadilan (hakim) yang berkekuatan hukum tetap .
Perjanjian perdamaian dapat dibuat para pihak di hadapan hakim yang memeriksa perkara,
serta dapat pula perjanjian perdamaian tersebut dibuat para pihak sendiri di luar pengadilan,
yang selanjutnya dibawa ke pengadilan untuk dapat dikukuhkan menjadi akta perdamaian.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mediasi?
2. Bagaimana teknik mediasi di luar pengadilan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian mediasi
2. Untuk mengetahui teknik mediasi di luar pengadilan.

2
Retnowulan Sutantio, Mediasi Dan Dading, Proceedings Arbitrase Dan Mediasi (Jakarta: Pusat Pengkajian
Hukum Departememen Kehakiman dan HAM, 2003), 161.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mediasi

Di Indonesia mediasi merupakan salah satu alternative penyelesaian sengketa baik


di pengadlan maupun diluar pengadilan hal ini bergantung pada kehendak dari masing-
masing pihak.3 Istilah mediasi secara etimologi berasal dari
bahasa latin “mediare” yang berarti berada di tengah. Maksud
Mediasi adalahberada di tengah ditunjukkan kepada pihak ketika yaitu
proses penyelesaianmediator yang bertugas menengahi sengketa para pihak. Makna
sengketa perselisihan
lain dari “berada di tengah” adalah mediator berkewajiban
antara dua pihak
berada diposisi netral atau dengan kata lain tidak boleh
dengan pihak lain
dengan melibatkanmemihak salah satu pihak dalam menangani sengketa. Mediator
pihak ketiga sebagaiharus menjaga kepentingan para pihak secara adil sehingga
penengahmewujudkan kepercayaan oleh para pihak.4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mediasi diartikan


sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian
suatu perselisihan sebagi penasihat.5 Dalam pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
mediasi mengandung tiga unsur penting didalamnya. Pertama, mediasi merupakan proses
penyelesaian sengketa antara pihak satu dengan pihak lain baik perorangan maupun
kelompok. Kedua, pihak yang melakukan terlibat dalam mediasi atau penyelesaian
sengketa merupakam pihak yang tidak bersengketa. Ketiga, pihak yang melakukan terlibat
dalam mediasi atau penyelesaian sengketa bertugas sebagai penasihat atau dalam kata lain
tidak memihak salah satu pihak.

3
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan, (Jakarta: Transmedia Pustaka,
2011), 28.
4
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukuma Nasional, (Jakarta: Prenada
Media Grup 2011), 2.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Departemen Pendidiksn dan Kebudayaan , 1988). 569.
Para ahli memberikan definisi mediasi secara beragam sesuai dengan sudut pandang
masing-masing. Seperti Laurencce Bolle yang menyatakan bahwa “Mediation is a decision
making process in which the parties are assisted by a mediator; the
mediator attempt to improve the process of decision making to assist
Pihak ketiga
the parties the reach an out come to which of them can assent”6
yang bertugas sebagai
Pengertian yang diberikan oleh Laurence Bolle memiliki arti bahwa
penengah
mediasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang mana dalam mediasi
para pihak dibantu oleh mediator, dalam hal ini mediator berusaha disebut mediator
untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan untuk membantu
para pihak mencapai hasil yang dapat mereka setujui.

Moore menambahkan pendapat lain mengenai mediasi dalam bukunya yang


berjudul The Mediation Process: Practical Strategies for Resolving Conflict, menurutnya
mediasi adalah “the intervention in a negotiation or a conflict of an acceptable third party
who has limited or no authotitative decision making power, who assist the involved parties
in voluntary reaching a mutually acceptable settlement of issues in dispute”7 Dari
pengertian tersebut Moore menekankan bahwa penyelesaian dalam sebuah konflik oleh
pihak ketiga yang memiliki kewenangan dalam pengambilan suatu keputusan yang
membantu para pihak yang terlibat secara sukarela agar mencapai penyelesaian masalah
yang dapat diterima bersama.

Sementara itu menurut Michael Noone dalam bukunya Mediation: Essential Legal
Skill, mediasi adalah “the common sense idea, that the intervention by invitation of the
parties of an experienced, independent and trusted person can be expected to help the
parties settle their quarer by negotiating in collaborative rather than adversarial way”

Beberapa ahli di Indonesia juga mendefinisikan mediasi secara berbeda-beda salah


satunya adalah Takdir Rahmadi yang memberikan pendapat bahwa mediasi adalah suatu
proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara
6
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukuma Nasional, (Jakarta: Prenada
Media Grup, 2011), 4.
7
Sri Mamudji, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Jurnal Hukum dan
Pembangunan No. 3 Tahun XXXIV, 202.
mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki kewenangan
memutus.Sedangkan Rahmadi Usman menerangkan bahwa mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui pihak ketiga yang bersifat netral (non-
intervensi) dan tidak berpihak (imparsial) kepada pihak-pihak yang bersengketa.8

Definisi mediasi juga dapat ditemukan dalam ketentuan umum PERMA Nomor 1
Tahun 2016 yang menegaskan bahwa mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan bantuan mediator.
Mediator merupakan hakim atau pihak lain yang memiliki sertifikat mediator.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mediasi


adalah proses penyelesaian suatu permasalahan atau sengketa dengan perantara pihak
ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak berperan sebagai “mediator” yang bertugas
memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan masalah atau sengketa
mereka. Sehingga dari pengertian diatas juga dapat diketahui lima unsur penting dalam
mediasi diantaranya yaitu:9

1. Penyelesaian sengketa dilakukan dengan berunding


2. Pihak ketiga atau mediator harus bersifat netral dan tidak boleh memihak
siapapun serta tidak memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan.
3. Mediator hanya bertugas membantu para pihak untuk mencari penyelesaian
sengketa.
4. Mediasi bertujusn untuk mendapatkan kesepakatan yang diterima oleh kedua
belah pihak.
5. Biaya dalam mediasi relatife murah dan ringan.

8
Hilman Syahrial Haq, Mediasi Komunitas Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Klaten: Lakeisha,
2020). 23-24.
9
Ibid.
B. Teknik Mediasi di Luar Pengadilan

Setelah penulis mengkaji perihal definisi mediasi, selanjutnya akan membahas


tentang teknik mediasi di luar pengadilan. Mediasi di luar pengadilan sejatinya ialah sebuah
cara menyelesaikan sengketa dari kedua pihak yang didalangi oleh mediator, baik
perorangan maupun oleh lembaga di luar pengadilan. Sebagai contoh ialah mediasi yang
dilakukan oleh lembaga Pusat Mediasi Nasional. Praktik mediasi ini tentunya sudah lolos
uji legalitas yang dibuktikan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Adanya sebuah mediasi ialah sebagai
upaya lanjutan dari tidak suksesnya perdamaian melalui cara negosiasi
dari kedua belah pihak.10

Perlu diketahui bahwa terdapat beberapa sengketa yang bisa


Pada mediasi, diselesaikan dengan cara mediasi. Beberapa sengketa tersebut meliputi
tidak terdapat
perdata, kesehatan, merk, lingkungan hidup, jasa konstruksi, paten,
kewajiban dari
masing-masing pihak perselisihan perburuhan, ketenagakerjaan dan lain-lain yang ditetapkan
untuk menaati apa yang dalam Undang-Undang khusus. Untuk sengketa di bidang perdata, bisa
disarankan oleh mediator dirampungkan dengan adanya itikad baik dari kedua pihak dan
menghindari penyelesaian melalui pengadilan.

Ketika akan melakukan proses mediasi di luar pengadilan,


subyek hukum wajib melakukan registrasi perkara kepada Pusat
Mediasi Nasional. Subyek hukum yang berperan dalam mendaftarkan perkara ialah pihak
pemohon secara langsung atau pihak lainnya yang memiliki relasi hukum dengan para
pihak yang akan dimediasi. Maksud dari tahapan di atas ialah untuk mendeskripsikan
secara detail permasalahan dari para pihak. Jika suatu saat pihak termohon menanggapi
ajakan mediasi tersebut, maka para pihak diberikan keistimewaan untuk menunjuk
mediator yang memimpin proses mediasi. Setelah terpilihnya seorang mediator, kemudian
mediator segera membuat kesepakatan dengan para pihak. Dalam kesepakatan itu tertulis

Dedy Mulyana, “Kekuatan Hukum Hasil Mediasi Di Luar Pengadilan Menurut Hukum Positif”, Jurnal
10

Wawasan Yuridika, Vol. 3, No. 2 (September, 2019), 190.


beberapa aturan, kode etik mediator, tugas mediator, biaya jasa mediator dan anggaran
untuk tempat melaksanakan mediasi.11

Saat akan melaksanakan proses mediasi, mediator biasanya akan mengadakan


briefing dengan masing-masing pihak untuk mempersiapkan mediasi. Kemudian
dilanjutkan pertemuan antara mediator dengan semua pihak. Untuk lebih memudahkan
proses mediasi, terdapat dua teknik di sini, yaitu:12
1. Teknik definisi
Dalam teknik ini, mediator berperan aktif dalam memandu para pihak untuk
memaparkan konflik dan menyampaikan harapan dalam penyelesaian sengketa.
Mediator juga terlibat dalam mendefinisikan pokok sengketa yang dihadapi para pihak.
Tujuannya agar para pihak saling memahami dan segera terwujudnya perdamaian.
2. Teknik penyelesaian masalah
Teknik ini mengarahkan para pihak untuk melakukan tawar-menawar perihal apa
saja yang disepakati dari definisi masalah tersebut. Berlangsungnya proses tawar-
menawar ini dimaksudkan untuk tercapainya kesepakatan dari permasalahan yang
dikaji. Jika tujuan dilakukannya mediasi ini terwujud, maka mediator bertugas untuk
membuat draf kesepakatan dan membagikannya ke masing-masing pihak. Selanjutnya
akan dibuatkan kesepakatan perdamaian tertulis dan ditandatangani semua pihak jika
tidak ada perubahan. Apabila para pihak menghendaki dinaikkannya status kesepakatan
perdamaian menjadi akta perdamaian, maka wajib bagi mediator melegalisasi
kesepakatan perdamaian dengan dibuatnya akta perdamaian yang bersifat otentik.

Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Pasal 23 juga telah dijelaskan prosedur
hukum guna mendapatkan akta perdamaian dari Pengadilan Tingkat Pertama. Tahapan
pertama adalah mengajukan gugatan yang disertai oleh dokumen kesepakatan perdamaian,
yang di mana itu merupakan hasil mediasi dengan bantuan mediator bersertifikat. Pihak
yang mengajukan gugatan ialah ia yang mengalami kerugian dalam sengketa ini.13
11
Ibid., 191.
12
Dedy Mulyana, “Notulensi Wawancara Peneliti Dengan Fahmi Sihab, S.E., Mediator Di Pusat Mediasi
Nasional”, (Jakarta, 2017).
13
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), 193.
Terdapat beberapa pihak yang secara sengaja mengajukan gugatan kepada pihak
lawannya yang telah berdamai, hanya untuk mendapatkan akta perdamaian. Hal itu
disebabkan karena tidak semua orang menaati perjanjian yang telah dibuat. Hal tersebut
yang kemudian menjadi aturan prosedural dalam sistem hukum Indonesia. Pengadilan
hanya berfungsi berlandaskan adanya gugatan untuk sengketa dan permohonan untuk
masalah hukum yang bukan sengketa. Jika salah satu pihak mengingkari hasil kesepakatan
mediasi tersebut, maka upaya hukum yang dapat ditempuh adalah melakukan gugatan
wanprestasi, sebab kesepakatan damai tanpa akta perdamaian dari pengadilan status
hukumnya adalah sebagai perjanjian bagi para pihak. Dalam paragraf sebelumnya, penulis
juga menjelaskan bahwa ketika ingin melakukan mediasi, lebih afdalnya memilih mediator
bersertifikat. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kualitas jasa mediasi, sebab orang yang
telah bersertifikat punya wawasan dan keterampilan mediator. Keuntungan yang didapat
jika memilih mediator yang bersertifikat ialah ia tidak akan mengubah proses mediasi yang
sifatnya mufakat dan berlandaskan otonomi para pihak menjadi proses yang memutuskan.14

14
Ibid., 194.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Secara garis besar mediasi adalah proses penyelesaian suatu permasalahan atau
sengketa dengan perantara pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak berperan
sebagai “mediator” yang bertugas memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk
menyelesaikan masalah atau sengketa mereka. Mediator tidak memiliki kewenangan dalam
mengambil suatu keputusan. Pihak mediator merupakan hakim atau pihak lain yang
memiliki sertifikat mediator.

Terdapat beberapa sengketa yang bisa diselesaikan dengan cara mediasi. Beberapa
sengketa tersebut meliputi perdata, kesehatan, merk, lingkungan hidup, jasa konstruksi,
paten, perselisihan perburuhan, ketenagakerjaan dan lain-lain yang ditetapkan dalam
Undang-Undang khusus. Untuk sengketa di bidang perdata, bisa dirampungkan dengan
adanya itikad baik dari kedua pihak dan menghindari penyelesaian melalui pengadilan.

Ketika akan melakukan proses mediasi di luar pengadilan, subyek hukum wajib
melakukan registrasi perkara kepada Pusat Mediasi Nasional. Subyek hukum yang berperan
dalam mendaftarkan perkara ialah pihak pemohon secara langsung atau pihak lainnya yang
memiliki relasi hukum dengan para pihak yang akan dimediasi.

Saat akan melaksanakan proses mediasi, mediator biasanya akan mengadakan


briefing dengan masing-masing pihak untuk mempersiapkan mediasi. Kemudian
dilanjutkan pertemuan antara mediator dengan semua pihak. Untuk lebih memudahkan
proses mediasi, terdapat dua teknik yaitu teknik definisi serta teknik penyelesaian masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Karmawan. 2017. “Diskursus Mediasi Dan Upaya Penyelesaiannya”. Kordinat: Jurnal Komunikasi
Antar Perguruan Tinggi Agama Islam, Vol. 16, No. 1.

Sutantio, Retnowulan. 2003. “Mediasi Dan Dading, Proceedings Arbitrase Dan Mediasi”. Jakarta:
Pusat Pengkajian Hukum Departememen Kehakiman dan HAM.

Sembiring, Jimmy Joses. 2011. “Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan”. Jakarta: Transmedia
Pustaka.

Abbas, Syahrizal. 2009. “Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukuma Nasional” (Jakarta:
Prenada Media Grup.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”.
Jakarta: Departemen Pendidiksn dan Kebudayaan.

Mamudji, Sri. 2017. “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan”. Jurnal Hukum
dan Pembangunan No. 3.

Haq, Hilman Syahrial. 2020. “Mediasi Komunitas Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa”
Klaten: Lakeisha.

Mulyana, Dedy. 2019. “Kekuatan Hukum Hasil Mediasi Di Luar Pengadilan Menurut Hukum
Positif”, Jurnal Wawasan Yuridika, Vol. 3, No. 2.

Mulyana, Dedy. 2017. “Notulensi Wawancara Peneliti Dengan Fahmi Sihab, S.E., Mediator Di
Pusat Mediasi Nasional”. Jakarta.

Takdir Rahmadi. 2011. “Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat”. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai