Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

” Pengaturan Mediasi di Pengadilan ”

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Mediasi dan Arbitrase

DISUSUN OLEH :

ALYA NABILA HALEDA/05120210029


DIMAS AINUL YAQIN /05120190010
AMRAN SAIFUL / 05120190024

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2024

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT.


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul dengan tepat waktu. Sholawat dan
salam tetap tercurahkan kepada Habibullah baginda Nabi Muhammad Saw.
Makalah kami yang masih perlu dikembangkan lagi ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Makalah ini telah kami
susun dengan baik dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Secara umum
makalah kami ini membahas tentang,pengaturan mediasi di pengadilan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah
Mediasi dan arbitrase yang sudah memberikan tanggung jawab kepada kelompok
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini masi belum
sempurna dan memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman teman untuk bisa
dikembangkan pada makalah kami selanjutnya.

Makassar,2 maret 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI s

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


BAB I ...................................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A.LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1
B.RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 3
C.TUJUAN MASALAH..................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A.Karakteristik Dan Unsur-Unsur Mediasi Di Pengadilan ................................................................ 3
B.Manfaat Mediasi di Pengadilan Agama .......................................................................................... 4
C.Prosedur Mediasi Di Pengadilan Agama ..................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................... 7
PENUTUP .............................................................................................................................................. 7
A.KESIMPULAN ............................................................................................................................... 7
B. SARAN .......................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 8

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Mediasi merupakan metode alternatif penyelesaian sengketa yang menggunakan
pendekatan musyawarah diantara kedua belah pihak dan dibersamai oleh pihak ketiga
sebagai mediator. Pada dasarnya prinsip dasar mediasi adalah mengutamakan
kesepakatan yang sama-sama menguntungkan (win-win solution). Mediasi merupakan
metode penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga dalam perundingan
penyusunan kesepakatan antara kedua belah pihak, asumsinya dengan keberadaan pihak
ketiga sebagai mediator yang sifatnya netral dan tidak memihak akan memudahkan para
pihak dalam mengutarakan tujuannya terkait penyelesaian sengketa sehingga tercipta
kesepakatan damai yang sifatnya menguntungkan satu sama lain.1
Mediasi berasal dari bahasa Inggris “mediation” atau penengahan, yaitu
penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian
sengketa secara menengahi. Sedangkan secara etimologi, istilah mediasi berasal dari
bahasa Latin, “mediare” yang berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran
yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator harus berada pada posisi netral dan tidak
memihak dalam menyelesaikan sengketa. Mediator harus mampu menjaga kepentingan
para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan
(trust) dari para pihak yang bersengketa.2
Penyelesaian sengketa secara mediasi tidak hanya dilakukan diluar pengadilan
atau secara non-litigasi saja, melainkan sudah terintegrasi secara resmi di Pengadilan
sejak munculnya PERMA No. 1 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
dan yang terbaru adalah PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan. Mediasi menjadi bagian dari Hukum Acara Perdata yang wajib
dilaksanakan, jika tidak maka perkara tersebut batal demi hukum.Dalam lingkup Hukum
Acara Peradilan Agama yang perkaranya merupakan perkara perdata keluarga, mediasi
memiliki peran yang penting dalam penyelesaian perkara perdata keluarga sehingga
perkara-perkara perdata keluarga dapat selesai dengan kesepakatan damai.
Mediasi merupakan salah satu instrumen efektif penyelesaian sengketa nonlitigasi
yang memiliki banyak manfaat dan keuntungan. Manfaat dan keuntungan menggunakan
jalur mediasi antara lain adalah bahwa sengketa dapat diselesaikan dengan win-win
solution, waktu yang digunakan tidak berkepanjangan, biaya lebih ringan, tetap
terpeliharanya hubungan antara dua orang yang bersengketa dan untuk menghindari
masalah baru.
Mediasi dalam Hukum Acara Perdata dimaksudkan untuk meminimalisir perkara
yang masuk ke Pengadilan serta diharapkan dapat menjadi jalan keluar bagi semua pihak
yang berperkara sehingga mendapat kesepakatan yang damai.
Mediasi merupakan salah satu bentuk alternatif penyelesaian sengketa yang terdapat
pada Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa
(ADR). Pelaksanaan ADR (Alternative Dispute Resolution) sudah dikenal sejak tahun

1
Yayah Yarotul S, Urgensi Mediasi dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama, (Universitas Islam Jakarta:
Ahkam Vol. XIII Nomor 1, 2013) hlm. 81.
2
Syahrizal Abbas, 2001, Mediasi Dalam Hukum Syahriah,Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Kencana,
Jakarta, 2011, hlm. 1 dan 2.

1
1970, yaitu dalam terbitnya UndangUndang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman, sedangkan pelaksanaan Mediasi yang terintegrasi dalam
proses beracara di Pengadilan dilaksanakan sejak Mahkamah Agung menerbitkan
PERMA No. 2 Tahun 2003 dan disempurnakan oleh PERMA Nomor 1 Tahun 2016 2 .
Perma Nomor 1 Tahun 2016 sebagai dasar pertimbangan dari pelaksanaan Pasal 130 HIR
dan 154 Rbg., yang menjadi pedoman para hakim di pengadilan tingkat pertama untuk
mendorong para pihak untuk berupaya damai dan melakukan mediasi.
Pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama mengikat seluruh perkara kontensius
sesuai dengan substansi PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, pada Pasal 4 disebutkan bahwa perkara yang merupakan perlawanan
(verzhet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak ketiga (derden verzhet) wajib
terlebih dahulu menempuh dan melakasanakan mediasi, apabil pedoman tersebut tidak
dilaksanakan maka perkara dianggap batal demi hukum3.
Dalam konsideran PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, dijelaskan bahwa pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di
Pengadilan adalah demi terwujudnya efektifitas penyelesaian perkara di Pengadilan
khususnya di Pengadilan Agama, pengintegrasian mediasi juga kemudian dianggap
perlu untuk menghindari penumpukan perkara di Pengadilan.4Pengintegrasian Mediasi
ke dalam Hukum Acara Peradilan Agama yang mewajibkan seluruh perkara kontensius
untuk menjalani proses Mediasi membuahkan harapan yang besar agar dapat
meningkatkan perkara yang diselesaikan dengan damai.
Pengintegrasian Mediasi ke dalam Hukum Acara Peradilan Agama yang
mewajibkan seluruh perkara kontensius untuk menjalani proses Mediasi membuahkan
harapan yang besar agar dapat meningkatkan perkara yang diselesaikan dengan damai.
Mediasi memiliki beberapa prinsip dasar, nilai dan asas yang menjadi landasan
filosofinya. Menurut David Spencer dan Michael Brogan, terdapat 5 (lima) prinsip
dasar sebagai landasan filosofi mediasi merujuk pandangan Ruth Carlton. Prinsip dasar
atau dasar filosofi ini merupakan kerangka kerja yang harus diketahui oleh mediator
sehingga dalam menjalankan mediasi tidak keluar dari arah filosofi yang
melatarbelakangi lahirnya institusi mediasi.Prinsip dasar pertama adalah Kerahasiaan
(Confidentiality), yaitu segala sesuatu yang terjadi dalam pertemuan yang
diselenggarakan oleh mediator dan pihak-pihak yang bersengketa tidak boleh disiarkan
kepada publik atau pers oleh masing-masing pihak .Prinsip kedua adalah Sukarela
(Volunteer), yaitu pihak yang bersengketa datang ke mediasi atas keinginan mereka
sendiri secara sukarela, tidak ada paksaan dan tekanan dari pihak lain.
Prinsip ketiga adalah Pemberdayaan (Empowerment), yaitu orangyang datang
ke mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan masalah mereka
sendiri dan dapat mencapai kesepakatan yang mereka inginkan. Oleh karena itu,
penyelesaian sengketa harus muncul dari pemberdayaan terhadap masing-masing pihak
dan tidak dipaksakan dari luar. Prinsip keempat adalah Netralitas (Neutrality), yaitu
dalam mediasi seorang mediator hanya berfungsi sebagai fasilitator saja, tidak boleh
memihak salah satu pihak. Mediator tidak boleh bertindak layaknya seorang hakim
yang memutuskan salah atau benarnya salah satu pihak yang bersengketa. Prinsip
kelima adalah Solusi yang Unik ( an Unique Solution), yaitu mediasi menghasilkan
penyelesaian yang unik, tidak harus sesuai dengan standar legal. Oleh karena itu, hasil
mediasi mungkin akan lebih banyak mengikuti keinginan kedua belah pihak tanpa ada
tekanan dari luar.
3
Lihat Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
4
Liliek Kamilah, Mediasi sebagai Salah Satu bentuk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Agama, (Universitas
Airlangga: Perspektif Volume XV Nomor 25, 2010) hlm. 51

1
B.RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana karakteristik dan unsur-unsur mediasi ?

2. Apa saja manfaat mediasi di pengadilan?

3. Bagaimana prosedur mediasi di pengadilan ?

C.TUJUAN MASALAH
1.Untuk mengetahui prosedur mediasi di pengadilan.

2.Untuk mengetahui karakteristik dan unsur-unsur mediasi.

3.Untuk mengetahui manfaat mediasi di pengadilan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Karakteristik Dan Unsur-Unsur Mediasi Di Pengadilan


Mediasi memiliki karakteristik dan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya pihak ketiga yang netral dan imparsial, artinya tidak terlibat atau terkait
dengan masalah yang dipertikaikan. Netral dan imparsial dalam arti juga tak
memihak dan tak bias.

2. Dalam kasus yang bersifat individual, mestinya pihak yang bertikai yang memilih
mediator, tetapi bisa juga mediator menawarkan diri, namun pihak yang bertikai
harus setuju terhadap tawaran itu. Pihak ketiga harus diterima di kedua belah pihak.

3. Penyelesaian dibuat oleh pihak yang bertikai, dan harus dapat diterima tanpa paksaan
dari pihak manapun.

4. Tugas mediator terutama adalah menjaga agar proses negosiasi berjalan dan tetap
jalan, membantu memperjelas apa sesungguhnya masalah dan kepentingan dari pihak
yang bertikai. Dengan kata lain peran mediator adalah mengontrol proses, sedang
peran pihak yang bertikai adalah mengontrol isi dari negosiasi.

Penyelesaian sengketa melalui mediasi memiliki karakteristik atau unsur-unsur sebagai

1
berikut:

1. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan


perundingan.

2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam perundingan.

3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari


penyelesaian.

4. Mediator bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai fasilitator dan penyambung lidah
dari para pihak yang bersengketa, sehingga tidak terlibat dalam menyusun dan
merumuskan rancangan atau proposal kesepakatan.

5. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan


berlangsung.

6. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

B.Manfaat Mediasi di Pengadilan Agama


Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi sangat dirasakan manfaatnya.Mediasi

dapat memberikan manfaat antara lain :

1.Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan relatif murah

dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut ke pengadilan atau ke lembaga

arbitrase.

2.Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan mereka secara

nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, sehingga mediasi bukan

hanya tertuju pada hak-hak hukumnya.

3.Mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara langsung

dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka.

4.Mediasi memberikan para pihak kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap

proses dan hasilnya.

5.Mediasi dapat mengubah hasil, yang dalam litigasi dan arbitrase sulit diprediksi,

1
dengan suatu kepastian melalui suatu konsensus.

6.Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan saling

pengertian yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa karena mereka sendiri

yang memutuskannya.

7.Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu mengiringi
setiap putusan yang bersifat memaksa yang dijatuhkan oleh hakim di pengadilan atau
arbiter pada lembaga arbitrase.5

C.Prosedur Mediasi Di Pengadilan Agama

A.Proses Pra Mediasi


1.Para pihak dalam hal ini penggugat mengajukan gugatan dan mendaftarkan perkara
Ketua Pengadilan Negeri menunjuk majelis hakim

2.Pada hari pertama sidang majelis hakim wajib mengupayakan perdamaian kepada para
pihak melalui proses mediasi.

3.Para pihak dapat memilih mediator hakim atau non hakim yang telah memiliki sertifikat
sebagai mediator dalam waktu 1 (satu) hari.

3.Apabila dalam waktu 1 (satu) hari belum ditentukan maka majelis menetapkan mediator
dari para hakim.

b.Proses Mediasi

1.Setelah penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotokopi dokumen yang
memuat duduk perkara, fotokopi surat-surat yang diperlukan dan hal-hal lain yang terkait
dengan sengketa kepada mediator dan para pihak.

2.Mediator wajib menentukan jadwal pertemuan untuk penyelesaian proses mediasi


Pemanggilan saksi ahli dimungkinkan atas persetujuan para pihak, dimana semua biaya jasa
ahli itu ditanggung oleh para pihak berdasarkan kesepakatan

3.Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan para
pihak dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik.

4.Apabila diperlukan, kaukus atau pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa
kehadiran pihak lainnya, dapat dilakukan

5
Abbas, Syahrizal, Op.Cit., hal. 25.

1
c. Proses Akhir Mediasi

1.Jangka waktu proses mediasi di dalam pengadilan paling lama adalah 40 hari kerja, dan
dapat diperpanjang lagi paling lama 14 hari kerja.

2.Jika mediasi menghasilkan kesepakatan, para pihak wajib merumuskan secara tertulis
kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani kedua pihak, dimana hakim dapat
mengukuhkannya sebagai sebuah akta perdamaian.

3.Apabila tidak tercapai suatu kesepakatan, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai
dengan ketentuan Hukum Acara yang berlaku

d.Mediator
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan
guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator adalah :
a.Netral
b.Membantu para pihak
c.Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Jadi,peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau
memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi
berlangsung kepada para pihak.

Tugas-tugas Mediator :

1.Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihakuntuk
dibahas dan disepakati.

2.Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi.
Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus atau pertemuan terpisah selama
proses mediasi berlangsung.

3.Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka
dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak

Kelebihan Mediasi:
1.Lebih sederhana daripada penyelesaian melalui proses hukum acara perdata
2.Efisien
3.Waktu singkat
4.Rahasia
5.Menjaga hubungan baik para pihak
6.Hasil mediasi merupakan kesepakatan berkekuatan hukum tetap
7.Akses yang luas bagi para pihak yang bersengketa untuk memperoleh rasa keadilan

1
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
A.Proses Pra Mediasi
Para pihak dalam hal ini penggugat mengajukan gugatan dan mendaftarkan perkara
Ketua Pengadilan Negeri menunjuk majelis hakim lalu pada hari pertama sidang majelis hakim
wajib mengupayakan perdamaian kepada para pihak melalui proses mediasi.Para pihak dapat
memilih mediator hakim atau non hakim yang telah memiliki sertifikat sebagai mediator dalam
waktu 1 (satu) hari.Setelah ituApabila dalam waktu 1 (satu) hari belum ditentukan maka
majelis menetapkan mediator dari para hakim.

b.Proses Mediasi
Setelah penunjukan mediator, para pihak wajib menyerahkan fotokopi dokumen yang
memuat duduk perkara, fotokopi surat-surat yang diperlukan dan hal-hal lain yang terkait
dengan sengketa kepada mediator dan para pihak.Mediator wajib menentukan jadwal
pertemuan untuk penyelesaian proses mediasi,pemanggilan saksi ahli dimungkinkan atas
persetujuan para pihak, dimana semua biaya jasa ahli itu ditanggung oleh para pihak
berdasarkan kesepakatan.Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan
menggali kepentingan para pihak dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik.
Apabila diperlukan, kaukus atau pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa
kehadiran pihak lainnya, dapat dilakukan.

c. Proses Akhir Mediasi


Jangka waktu proses mediasi di dalam pengadilan paling lama adalah 40 hari kerja, dan
dapat diperpanjang lagi paling lama 14 hari kerja.Jika mediasi menghasilkan kesepakatan, para
pihak wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani kedua
pihak, dimana hakim dapat mengukuhkannya sebagai sebuah akta perdamaian.Apabila tidak
tercapai suatu kesepakatan, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan ketentuan
Hukum Acara yang berlaku.

B. SARAN

Dengan disusunnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui


isi makalah ini, dan lebih memahami tentang, proses penyelesaian sengketa melalui proses
mediasi. Pembaca juga dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai
pengarang, karena kami sadar penulisan makalah ini hanya membahas garis besarnya., dan
jauh dari kata sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan
makalah-makalah selanjutnya sangat kami harapkan..

1
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. 1998. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutiyoso, Bambang. 2008. Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Yogyakarta: Gama Media.
Emerson, Joni. 2001. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi,
Mediasi, Konsolidasi, Arbitrase). Jakarta: Gramedia.
Musahadi. 2007. Mediasi dan Resolusi Konflik di Indonesia. Semarang: Walisongo
Mediation Center.
Margono, Suyut. 2000. ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum. Bogor:
Graha Indonesia.
Hoynes, J.M., Haynes, C.L, & Fang, L.S. 2004. Mediation: Positive Conflict Management.
New York: SUNY Press.

Anda mungkin juga menyukai