di Pengadilan
Berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
ISBN:
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmat-Nya, Mahkamah Agung Republik Indonesia dapat menyelesaikan
pembuatan Buku Tanya Jawab Mediasi di Pengadilan Berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi
di Pengadilan (selanjutnya disebut PERMA No. 1/2016) ini adalah peraturan
yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung tentang mediasi di pengadilan untuk
menggantikan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.
iii
Buku tanya jawab yang sedang anda baca ini tidak dimaksudkan untuk
memberikan suatu pendapat hukum atau dijadikan sebagai dasar hukum
suatu perkara, melainkan sebagai bahan bacaan untuk membantu anda
memahami prosedur mediasi di pengadilan.
Ketua Kamar Pembinaan / Ketua Tim Kerja Harian Kelompok Kerja Alternatif
Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung RI
iv
KATA SAMBUTAN
Setelah menjadi fokus kerja selama empat tahun terakhir, Kelompok Kerja
Alternatif Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung telah menjadi tim pelopor
(champion team) dari pengadilan dan masyarakat untuk memperbaiki praktik
mediasi, baik di pengadilan maupun di masyarakat. Mediasi di masyarakat
telah menjadi bagian dari budaya Indonesia selama berabad-abad. Kelompok
Kerja dan mitra AIPJ telah berusaha untuk memastikan bahwa perlindungan
konstitusi untuk semua warga disediakan dalam praktek mediasi.
Craig Ewers
v
Daftar Isi
vi
Bagian V: Prosedur dan Tata Cara Mediasi............................................................31
Mediasi Wajib......................................................................................................................31
Tempat Penyelenggaraan Mediasi ...............................................................................31
Sertifikasi Mediator dan Akreditasi Lembaga ..........................................................31
Tahapan Tugas Mediator ................................................................................................32
Tahapan Pramediasi.........................................................................................................33
Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara .........................................................................33
Kewajiban Kuasa Hukum ................................................................................................34
Hak Para Pihak Memilih Mediator ...............................................................................35
Batas Waktu Pemilihan Mediator ................................................................................36
Pemanggilan Para Pihak pada Tahap Pramediasi ..................................................36
Pemanggilan Para Pihak pada untuk Mediasi .........................................................37
Tahapan Proses Mediasi.................................................................................................38
Jangka Waktu Proses Mediasi .......................................................................................38
Ruang Lingkup Materi Mediasi .....................................................................................38
Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat ...................................................................39
Mediasi Sukarela................................................................................................................39
Mediasi Sukarela pada Tahap Pemeriksaan Perkara .............................................39
Mediasi Sukarela pada Tahap Upaya Hukum ...........................................................40
Mediasi di Luar Pengadilan ............................................................................................41
Lampiran.........................................................................................................50
vii
Bagian I: Umum
1
Bagian II :
Pengertian dan Prinsip Umum Mediasi di Pengadilan
2
Karakteristik Litigasi Arbitrase Mediasi Negosiasi
3
Karakteristik Litigasi Arbitrase Mediasi Negosiasi
4
di bawah pengampuan, mempunyai tempat tinggal, kediaman atau
kedudukan di luar negeri, dan menjalankan tugas negara, tuntutan
profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
4. Pengaturan tentang iktikad baik dalam mediasi, meliputi kriteria tidak
beriktikad baik, bentuk sanksi jika Penggugat tidak beriktikad baik,
bentuk sanksi jika Tergugat tidak beriktikad baik, bentuk sanksi jika
Penggugat dan Tergugat tidak beriktikad baik, mekanisme penetapan
pihak atau para pihak yang tidak beriktikad baik dan mekanisme
pelaksanaan sanksi.
5. M
enambah kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara untuk menjelaskan
tentang prosedur mediasi dan penandatanganan formulir terkait
penjelasan mediasi serta kesiapan untuk beriktikad baik dalam
menempuh mediasi. Meskipun dalam PERMA sebelumnya pengaturan
ini telah dibuat, namun cakupan penjelasan dan penandatanganan
formulir tidak diatur.
6. Pengaturan tentang kewajiban kuasa hukum terhadap prinsipal yang
akan menempuh mediasi serta keharusan adanya surat kuasa yang
menyatakan kewenangan untuk mengambil keputusan apabila prinsipal
tidak dapat menghadiri mediasi dengan alasan yang sah.
7. P
engaturan tentang ruang lingkup pembahasan dalam pertemuan
mediasi yang tidak hanya mencakup hal-hal yang tertuang dalam
posita dan petitum gugatan serta tata cara yang harus ditempuh oleh
Para Pihak apabila mediasi menghasilkan kesepakatan di luar konteks
posita dan petitum gugatan.
8. Perubahan lama waktu mediasi wajib dilaksanakan dari sebelumnya
diatur selama 40 (empat puluh) hari menjadi 30 (tiga puluh) hari.
Perubahan juga dilakukan terhadap lama waktu perpanjangan mediasi
dari sebelumnya hanya 14 (empat belas) hari menjadi 30 (tiga puluh)
hari.
9. Perubahan nomenklatur hasil mediasi yang dikerucutkan menjadi
tiga, yakni mediasi berhasil, mediasi tidak berhasil dan mediasi tidak
dapat dilaksanakan. Dalam PERMA sebelumnya terdapat empat istilah
hasil mediasi, yakni mediasi berhasil, mediasi tidak berhasil, mediasi
gagal, dan mediasi tidak layak. Dua istilah yang terakhir digabungkan
dan diubah menggunakan istilah baru yakni mediasi tidak dapat
dilaksanakan.
5
10. Pengaturan kewenangan Hakim Pemeriksa Perkara terhadap
kesepakatan perdamaian yang hendak dikuatkan menjadi akta
perdamaian. Selain memiliki kewenangan untuk menelaah, Hakim
Pemeriksa Perkara juga berwenang memberikan saran perbaikan atas
suatu kesepakatan perdamaian. Pengaturan kewenangan ini tidak
hanya berlaku pada mediasi yang dilaksanakan di pengadilan, tetapi
juga mediasi di luar pengadilan yang kesepakatan perdamaiannya akan
dimohonkan untuk dikuatkan di pengadilan dengan akta perdamaian.
11. Diperkenalkannya kesepakatan sebagian (partial settlement) sebagai
hasil mediasi dan masuk dalam kategori mediasi yang berhasil serta
tata cara menyelesaikan sebagian lainnya yang belum disepakati
melalui mediasi. Kesepakatan sebagian ini dapat berupa kesepakatan
sebagian pihak (subyek) dan kesepakatan sebagian permasalahan
(obyek).
12. Perubahan pengaturan tentang mediasi pada tahap upaya hukum.
Jika dalam PERMA sebelumnya, keterlibatan pengadilan dalam proses
mediasi dimulai semenjak para pihak menyatakan keinginannya untuk
menempuh perdamaian hingga penunjukan mediator dan pelaksanaan
mediasi, maka dalam PERMA yang baru tidak lagi diatur mengenai
proses tersebut. Dalam PERMA baru ini hanya diatur apabila para pihak
mencapai kesepakatan selama proses upaya hukum (banding, kasasi,
dan peninjauan kembali).
6
yang oleh PERMA No. 1/2016 dikecualikan dari mediasi.
Dasar Hukum: Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 PERMA No. 1/2016.
7
Bagaimana sifat proses mediasi?
Proses mediasi bersifat tertutup dan rahasia, kecuali para pihak menghendaki
lain. Namun demikian, Kesepakatan Perdamaian yang dikuatkan dengan akta
perdamaian tunduk pada keterbukaan informasi di pengadilan (Dasar Hukum:
Pasal 5 ayat (1) PERMA No. 1/2016).
8
Siapakah yang membayar biaya mediasi?
Biaya pemanggilan para pihak untuk menghadiri proses mediasi dibebankan
kepada Penggugat terlebih dahulu melalui panjar biaya perkara.
Apabila mediasi berhasil, biaya pemanggilan ditanggung bersama atau
berdasarkan kesepakatan para pihak. Namun, apabila mediasi tidak berhasil
atau tidak dapat dilaksanakan, biaya pemanggilan dibebankan kepada pihak
yang kalah.
9
Bagian III:
Pihak-pihak yang Terkait Dalam Proses Mediasi
Mediator
10
8. memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan
permasalahan dan usulan perdamaian;
9. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala prioritas;
10. memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk:
a. menelusuri dan menggali kepentingan para pihak ;
b. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak;
dan
c. bekerja sama mencapai penyelesaian;
11. membantu para pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan
Perdamaian;
12. menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak
dapat dilaksanakannya mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
13. menyatakan salah satu atau para pihak tidak beriktikad baik dan
menyampaikan kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
14. tugas lain dalam menjalankan fungsinya.
11
Bolehkah seorang mediator yang telah dicoret dari Daftar Mediator di suatu
pengadilan mendaftar lagi untuk menjadi mediator di pengadilan lain?
Tidak boleh. Ia tidak lagi memenuhi kualifikasi menjadi mediator di pengadilan
di seluruh Indonesia.
12
Bolehkah mediator dikenai pertanggungjawaban secara pidana dan perdata
atas isi kesepakatan perdamaian?
Tidak. Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban secara pidana dan/
atau perdata atas isi kesepakatan perdamaian yang dibuat oleh para pihak
yang bersengketa. Ini karena mediator hanya sebagai fasilitator saja dalam
proses mediasi. Semua pertanggungjawaban dari isi kesepakatan perdamaian
menjadi tanggung jawab para pihak yang membuat kesepakatan perdamaian.
Bila mediator merasa ada benturan kepentingan dengan perkara yang tengah
di mediasi, apa yang harus ia lakukan?
Ketika mediator melihat adanya benturan kepentingan dengan perkara yang
dimediasi, maka ia harus mengundurkan diri dari mediator perkara tersebut.
13
d. Mediator sedang menjadi konsultan/penasehat/ahli dari salah satu
pihak;
e. Mediator sedang menjadi manajer, direktur atau anggota komisaris, atau
orang yang berpengaruh dalam suatu perusahaan salah satu pihak/
afiliasinya;
f. Mediator sedang menjadi manajer, direktur atau anggota komisaris, atau
orang yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol afiliasi salah satu
pihak, jika afiliasi tersebut terkait langsung dengan perkara;
g. Mediator memiliki hubungan keluarga dengan salah satu Pihak;
h. Mediator mempunyai kepentingan finansial dengan salah satu Pihak;
i. Mediator mempunyai kepentingan finansial terhadap Kesepakatan
Perdamaian yang mungkin dicapai;
j. Mediator/kantornya secara periodik memberikan jasa konsultasi/
nasehat/pendapat ahli kepada salah satu Pihak/afiliasinya, dan mediator/
kantornya mendapatkan imbalan finansial dari pemberian jasa tersebut;
k. Kantor mediator sedang menangani perkara atau memberikan konsultasi/
nasehat/pendapat ahli dalam perkara untuk salah satu pihak, walaupun
tanpa melibatkan mediator.
l. Mediator adalah pemegang saham, baik langsung maupun tidak langsung,
dari salah satu Pihak/afiliasinya dengan mempunyai kekuasaan untuk
mempengaruhi salah satu Pihak;
m. Mediator memiliki hubungan keluarga dengan kuasa hukum salah satu
pihak;
n. Mediator telah mengumumkan bahwa dirinya berada dalam suatu posisi
tertentu yang memiliki benturan kepentingan dan/atau tidak akan mampu
bersikap imparsial terkait dengan perkara, baik melalui pernyataan
terbuka ataupun lainnya.
14
Non Pengadilan
Para Pihak
Bolehkah pihak Penggugat atau Tergugat menolak untuk mengikuti prosedur
penyelesaian sengketa melalui mediasi?
Boleh, selama disampaikan dalam proses mediasi disertai dengan alasan-
alasannya.
Apa saja yang terjadi pada sidang pertama ketika Penggugat dan Tergugat
hadir?
Pada persidangan hari pertama, majelis hakim akan mengupayakan
perdamaian antara para pihak. Apabila tidak berhasil, lalu majelis hakim
memerintahkan para pihak untuk mengikuti proses mediasi. Majelis hakim
juga harus menjelaskan tentang prosedur mediasi kepada para pihak.
Penjelasan tersebut meliputi:
a) pengertian dan manfaat mediasi,
b) kewajiban Para Pihak untuk menghadiri langsung pertemuan
mediasi berikut akibat hukum atas perilaku tidak beriktikad baik
15
dalam proses mediasi,
c) biaya yang mungkin timbul akibat penggunaan mediator non Hakim
dan bukan pegawai pengadilan,
d) pilihan menindaklanjuti Kesepakatan Perdamaian melalui Akta
Perdamaian atau pencabutan gugatan; dan
e) kewajiban Para Pihak untuk menandatangani formulir penjelasan
mediasi.
Para pihak lalu menandatangani formulir penjelasan mediasi yang diberikan
oleh majelis hakim. Formulir tersebut memuat pernyataan bahwa Para Pihak
telah:
a) memperoleh penjelasan prosedur mediasi secara lengkap dari
Hakim Pemeriksa Perkara,
b) memahami dengan baik prosedur mediasi; dan,
c) bersedia menempuh mediasi dengan iktikad baik.
Bagaimana jika para pihak dalam dua hari yang diberikan majelis hakim tidak
dapat bersepakat memilih mediator?
Apabila dalam dua hari yang telah diberikan Majelis Hakim para pihak tidak
dapat bersepakat memilih mediator, Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara
segera menunjuk mediator Hakim atau pegawai pengadilan sesuai daftar
mediator di pengadilan.
Kuasa Hukum
Apa sajakah kewajiban kuasa hukum dalam proses mediasi?
Kuasa hukum wajib membantu para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam proses mediasi. Beberapa kewajiban lain kuasa hukum antara lain:
a) kuasa hukum juga wajib menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa
Perkara tentang mediasi kepada para pihak;
b) kuasa hukum juga wajib mendorong para pihak berperan langsung
secara aktif dalam proses mediasi;
c) membantu para pihak mengidentifikasi kebutuhan, kepentingan dan
usulan penyelesaian sengketa selama proses mediasi;
16
d) membantu para pihak merumuskan rencana dan usulan Kesepakatan
Perdamaian dalam hal para pihak mencapai kesepakatan;
e) menjelaskan kepada para pihak terkait kewajiban kuasa hukum.
Bolehkah kuasa hukum mewakili para pihak yang berhalangan hadir dalam
pertemuan mediasi?
Boleh. Ketika para pihak berhalangan hadir dalam pertemuan media
berdasarkan alasan yang sah, ia dapat diwakili oleh kuasa hukumnya. Kuasa
hukum tersebut menunjukkan surat kuasa khusus kepada mediator. Surat
kuasa khusus tersebut memuat memuat kewenangan kuasa hukum untuk
mengambil keputusan.
Pengadilan
17
berkewajiban menyediakan ruangan yang representatif dan nyaman untuk
aktivitas mediasi. Ketua Pengadilan harus menunjuk Hakim Pengawas
yang bertugas mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan mediasi. Ketua
Pengadilan memperhatikan hasil evaluasi dari Hakim Pengawas tersebut
dalam melakukan pemantauan pelaksanaan mediasi di pengadilan.
Ketua Pengadilan juga menerbitkan surat keputusan pendaftaran mediator
non Hakim bersertifikat dan penunjukkan mediator Hakim. Seluruh nama
mediator non hakim dan Hakim dipampang dalam Daftar Mediator yang
memungkinkan para pihak memilih mediator yang mereka inginkan.
Apabila di suatu pengadilan ada pegawai non hakim yang telah memiliki
sertifikat mediator, ketua pengadilan harus memberdayakan mereka menjadi
mediator di pengadilan itu.
Dalam rencana kerja tahunan satuan kerja, ketua harus memasukkan mediasi
sebagai program kerja yang dievaluasi setiap tahunnya.
Untuk memastikan aktivitas mediasi terekam dengan baik, penggunaan
Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) harus dilakukan. Sejak awal
proses mediasi dimulai pada setiap perkara, penginputan informasi business
process mediasi direkam menggunakan SIPP. Informasi mediasi yang terekam
dalam SIPP tersebut kemudian dilaporkan kepada Mahkamah Agung melalui
Pengadilan Tingkat Banding secara berkala..
18
penetapan pimpinan serta Hakim pada pengadilan yang bersangkutan dalam
rangka penyediaan sarana prasarana, pengelolaan administrasi, sosialisasi/
diseminasi informasi dan implementasi mediasi di pengadilan (Dasar hukum:
Pasal 2 dan 3 SK KMA 108).
Ketua Pengadilan
Bagaimanakah pengawasan dan evaluasi proses mediasi di pengadilan?
Pengawasan dan evaluasi proses mediasi di pengadilan dilakukan oleh Ketua
Pengadilan. Ketua Pengadilan berwenang menjatuhkan sanksi terhadap
mediator apabila terbukti melakukan pelanggaran Pedoman Perilaku
Mediator.
Ketua Pengadilan memanggil mediator yang dilaporkan oleh salah satu pihak
atau para pihak yang bersengketa atau pihak lainnya tentang ada pelanggaran
Pedoman Perilaku Mediator. Ketua Pengadilan memberikan kesempatan
kepada mediator untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan diri.
Ketua Pengadilan dapat membentuk tim untuk memeriksa kebenaran laporan
tentang pelanggaran Pedoman Perilaku Mediator. Tim terdiri dari tiga orang
mediator yang berasal dari Pengadilan Tingkat Pertama.
19
Panitera Pengganti
Apakah Panitera Pengganti boleh ikut dalam pertemuan mediasi?
Panitera Pengganti tidak boleh hadir dalam pertemuan mediasi. Ini karena
proses mediasi bersifat tertutup sesuai dengan Pasal 5 PERMA No. 1/2016.
Akan tetapi Panitera Pengganti wajib untuk selalu berkoordinasi dengan
mediator terkait penentuan jadwal dan tahapan mediasi.
Apa sajakah prasarana dan sarana mediasi yang harus tersedia di pengadilan?
Proses mediasi sangat memerlukan prasarana dan sarana yang representatif.
Ruang mediasi dibangun sebagai bagian dari gedung utama pengadilan yang
tata letaknya terlihat oleh umum. Ruang mediasi diupayakan terdiri dari
ruangan untuk pertemuan bersama, ruangan untuk pertemuan sepihak atau
kaukus dan ruang tunggu.
Dalam sebuah ruangan mediasi, diupayakan harus memiliki sarana sebagai
berikut.
1) Pada ruangan yang digunakan untuk pertemuan bersama harus
memiliki satu set meja dan kursi berbentuk oval ukuran besar.
2) Pada ruangan yang digunakan untuk pertemuan sepihak atau kaukus
harus memiliki satu set meja dan kursi berbentuk oval ukuran sedang.
3) Pada ruang tunggu harus memiliki satu set meja dan kursi berbentuk
bulat kecil.
20
4) Pada ruangan mediasi harus ada dua unit daftar mediator.
5) Harus ada papan penunjuk yang bertuliskan “Ruang Tunggu”, “Ruang
Mediasi”, “Ruang Kaukus”.
6) Harus ada papan alur mediasi pada setiap ruangan mediasi.
7) Pada ruangan mediasi harus ada satu unit komputer dan printer,
lemari dan rak buku, buku register dan satu unit pendingin ruangan
jika diperlukan.
8) Selain itu, juga diperlukan alat untuk pertemuan jarak jauh
(teleconference) jika diperlukan.
21
Bagian IV:
Iktikad Baik dalam Mediasi
22
Mengapa PERMA No. 1/2016 tidak memberikan pengertian tentang iktikad
baik dalam mediasi?
PERMA No. 1/2016 tidak memberikan pengertian tentang iktikad baik untuk
menghindari penafsiran yang subyektif jika diuraikan batas pengertiannya.
Peraturan-peraturan mediasi di berbagai negara umumnya juga tidak
mengajukan pengertian khusus tentang iktikad baik. Peraturan-peraturan
yang ada umumnya menyebutkan hal-hal apa sajakah yang termasuk
perbuatan yang tidak beriktikad baik. Meskipun dari perbuatan tidak
beriktikad baik tersebut dapat ditarik pemahamannya secara positif, namun
tidak digeneralisasi memberikan batasan pengertian tentang iktikad baik.
23
Bentuk Perbuatan Tidak Maknanya terhadap Iktikad Baik
Beriktikad Baik
Tidak memiliki Kesiapan untuk mengambil keputusan
kewenangan untuk
mengambil keputusan
• Memberikan ruang kepada mediator untuk
Tidak mengijinkan membingkai ulang atau menerjemahkan
mediator untuk penawaran
menjelaskan tawaran dari
pihak lawan • Mengijinkan mediator untuk menjelaskan
tawaran dari pihak lawan
Tidak melakukan dialog • Mempersiapkan diri untuk menegosiasikan
dengan mediator dan proses dan substansi
pihak lawan untuk
• Melakukan dialog dengan mediator dan pihak
menyampaikan kekurangan
lawan untuk menyampaikan kekurangan yang
yang dilihat dalam proses
dilihat dalam proses mediasi
mediasi
24
menjamin terciptanya proses / berlangsungnya mediasi yang berkualitas,
bukan mengharuskan para pihak berhasil mencapai kesepakatan perdamaian.
Proses mediasi yang berkualitas dapat mendorong potensi keberhasilan
mencapai kesepakatan perdamaian.
25
Siapa sajakah yang menjadi obyek pengaturan tentang iktikad baik menurut
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016?
Pihak berperkara, baik prinsipal maupun kuasa hukum yang mewakili para
pihak dalam proses mediasi. Meskipun yang dinyatakan tidak beriktikad baik
adalah kuasa hukum, namun pada hakekatnya adalah para prinsipal, sebagai
konsekuensi dari surat kuasa khusus untuk mediasi yang telah diberikan
kepada kuasa hukum
Apakah pihak yang tidak menghadiri sidang pertama dan kedua setelah
dipanggil secara patut dapat dinyatakan tidak beriktikad baik?
Tidak, karena pemberlakuan iktikad tidak baik dalam mediasi hanya berlaku
kepada para pihak yang telah diperintahkan untuk menempuh proses mediasi
oleh Hakim Pemeriksa Perkara. Artinya Penggugat dan Tergugat pernah hadir
bersama-sama dan diperintahkan untuk menempuh mediasi. Ketidakhadiran
dua kali berturut-turut dalam persidangan memiliki konsekuensi tersendiri
yang telah diatur dalam hukum acara perdata.
26
Tata Cara Penetapan Iktikad Tidak Baik Dalam Mediasi
Bagaimana tata cara menarik biaya mediasi sebagai sanksi bagi Penggugat
yang tidak beriktikad baik?
Oleh karena dengan putusan tidak diterima tersebut perkaranya sudah selesai,
maka biaya mediasi diambil oleh Panitera dari sisa panjar biaya perkara. Jika
sisa panjar biaya perkara sudah habis, maka Panitera meminta Penggugat
untuk membayarnya langsung. Selanjutnya biaya tersebut diserahkan kepada
Tergugat yang hadir dalam proses mediasi.
Apabila Penggugat lebih dari satu orang dan hanya satu orang yang tidak
beriktikad baik, siapakah yang harus dinyatakan tidak beriktikad baik dan
berapakah besaran biaya mediasi yang dibebankan?
Jika Penggugat lebih dari satu orang dan salah seorang tidak beriktikad baik,
maka yang bersangkutan saja yang dinyatakan tidak beriktikad baik oleh
mediator dan dikenakan membayar biaya mediasi sebesar biaya pemanggilan
Tergugat yang hadir dalam proses mediasi dan pengeluaran nyata Tergugat
untuk menghadiri proses mediasi.
27
tidak dapat dinyatakan tidak diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard)
Apabila dalam suatu perkara Tergugat lebih dari satu orang dan salah satunya
dinyatakan tidak beriktikad baik, apakah besaran sanksi biaya mediasi juga
memperhitungkan biaya yang dikeluarkan Tergugat lain yang hadir dalam
proses mediasi?
Tidak, tetapi cukup memperhitungkan biaya panggilan dan pengeluaran nyata
Penggugat sebagai pihak lawan.
Bagaimana tata cara menarik biaya mediasi sebagai sanksi terhadap Tergugat
yang tidak beriktikad baik?
Penarikan biaya mediasi dari Tergugat mengikuti pelaksanaan putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap. Maksudnya, setelah putusan berkekuatan
28
hukum tetap dan gugatan ditolak atau dikabulkan tetapi tidak ada eksekusi
pembayaran sejumlah uang, maka Panitera harus meminta kepada Tergugat
untuk membayar biaya mediasi. Apabila gugatan dikabulkan dan terdapat
eksekusi membayar sejumlah uang, maka sisa setelah dilaksanakan eksekusi
lelang ditarik oleh Panitera sejumlah biaya mediasi untuk diberikan kepada
Penggugat.
Apa sanksi bila dalam proses mediasi Penggugat tidak beriktikad baik?
Apabila Penggugat tidak beriktikad baik dalam proses mediasi, maka
Penggugat diberikan sanksi berupa gugatannya dinyatakan tidak diterima
(Niet Onvankelijke Verklaard) dan dihukum membayar biaya mediasi berupa
sejumlah biaya panggilan untuk Tergugat dan pengeluaran nyata Tergugat
dalam menghadiri proses mediasi.
Apa sanksi bagi Tergugat yang tidak beriktikad baik dalam proses mediasi?
Apabila dalam proses mediasi Tergugat tidak beriktikad baik, maka Tergugat
dikenakan sanksi dengan membayar biaya mediasi berupa biaya pemanggilan
untuk Penggugat dan biaya perjalanan nyata yang dikeluarkan oleh Penggugat
29
menghadiri proses mediasi.
Sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan
kepada Penggugat atau Pemohon. Bagaimana apabila dalam proses mediasi
ternyata Tergugat atau Termohon dinyatakan tidak beriktikad baik?
Oleh karena Tergugat atau Termohon dinyatakan tidak beriktikad baik,
maka sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1) PERMA No. 1/2016, Tergugat
dikenakan sanksi membayar biaya mediasi dan Penggugat atau Pemohon
tetap berkewajiban untuk membayar biaya perkara sesuai dengan ketentuan
Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
Apa yang harus dilakukan oleh Hakim Pemeriksa Perkara apabila dalam proses
mediasi ternyata pihak Penggugat dan Tergugat sama-sama dinyatakan tidak
beriktikad baik oleh mediator?
Hakim Pemeriksa Perkara menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Otvankelijke Verklaard), tetapi tidak ada yang dikenakan sanksi
membayar biaya perkara. Dengan demikian biaya pemanggilan para pihak
untuk menghadiri proses mediasi kembali kepada siapa yang dihukum untuk
membayar biaya perkara.
30
Bagian V:
Prosedur dan Tata Cara Mediasi
Mediasi Wajib
Bagaimana jika hakim mediator atau pegawai pengadilan dipilih atau ditunjuk
bersama-sama dengan mediator non hakim dan bukan pegawai pengadilan
dalam satu perkara? Apakah mediasi boleh dilaksanakan di luar pengadilan?
Dalam hal demikian, mediasi tetap wajib dilaksanakan di ruang mediasi
pengadilan, tidak boleh di luar pengadilan.
31
Darimana sertifikat mediator diperoleh?
Sertifikat mediator diperoleh dari Mahkamah Agung atau lembaga yang telah
memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung.
32
d. Menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala prioritas;
e. Memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali
kepentingan masing-masing, mencari berbagai pilihan penyelesaian
yang terbaik, dan bekerja sama dalam mencapai kesepakatan.
Tahapan Pramediasi
Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara
Ada berapa tahap dalam mediasi?
Berdasarkan ketentuan yang ada dalam PERMA No. 1/2016 , dapat dikatakan
ada tiga tahap dalam mediasi, yakni Tahap Pramediasi, Tahap Proses Mediasi,
dan Tahap Paska Mediasi.
Apa saja yang termasuk dalam tahapan pramediasi seperti yang diatur dalam
PERMA No. 1/2016?
Beberapa kegiatan dan ketentuan yang termasuk dalam tahapan pramediasi
adalah mengenai kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara, kewajiban kuasa
hukum, hak para pihak dalam memilih mediator, batas waktu pemilihan
mediator, dan hal-hal yang berkaitan dengan pemanggilan para pihak.
33
Setelah mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi, tindakan apa
yang selanjutnya wajib dilakukan Hakim Pemeriksa Perkara?
Kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan Hakim Pemeriksa Perkara
setelah memerintahkan para pihak untuk mediasi adalah menjelaskan secara
gamblang mengenai prosedur mediasi kepada para pihak yang isinya meliputi:
a. Pengertian dan manfaat mediasi;
b. Kewajiban para pihak untuk menghadiri langsung pertemuan
mediasi dan akibat hukum atas perilaku tidak beriktikad baik dalam
mediasi;
c. Kemungkinan biaya yang timbul akibat penggunaan mediator non
Hakim dan bukan pegawai pengadilan;
d. Pilihan atas tindak lanjut kesepakatan perdamaian baik melalui
akta perdamaian ataupun pencabutan gugatan; dan
e. Kewajiban para pihak untuk menandatangani formulir penjelasan
mediasi.
34
Apa saja kewajiban kuasa hukum dalam proses mediasi?
Kuasa hukum wajib membantu para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya
dalam proses mediasi. Kuasa hukum yang bertindak mewakili para pihak
dalam proses mediasi, wajib ikut serta dalam proses mediasi dengan iktikad
baik dan dengan cara yang tidak berlawanan dengan pihak lain atau kuasa
hukumnya.
Kewajiban kuasa hukum tersebut meliputi:
a. Menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara tentang
prosedur mediasi;
b. Mendorong para pihak berperan langsung secara aktif dalam proses
mediasi;
c. Membantu para pihak mengidentifikasi kebutuhan, kepentingan
dan usulan penyelesaian sengketa selama proses mediasi;
d. Membantu para pihak merumuskan rencana dan usulan kesepakatan
perdamaian dalam hal para pihak mencapai kesepakatan;
e. Menjelaskan kepada para pihak terkait kewajiban kuasa hukum.
Jika mediatornya lebih dari satu, bagaimana pembagian tugas antar mediator
tersebut?
Pembagian tugas mediator ditentukan dan disepakati oleh para mediator
tersebut.
35
Batas Waktu Pemilihan Mediator
Adakah batas waktu pemilihan mediator oleh para pihak?
Ya, ada. Setelah diberikan penjelasan mengenai prosedur mediasi oleh
Hakim Pemeriksa Perkara, para pihak diberikan kesempatan untuk berunding
memilih mediator pada hari itu juga atau paling lama 2 hari berikutnya.
Bagaimana jika para pihak tidak mencapai kata sepakat untuk memilih
mediator?
Dalam kondisi tersebut, maka Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara akan
menunjuk mediator Hakim atau pegawai pengadilan untuk memediasi
perkara para pihak.
Jika mediator sudah dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis
hakim pemeriksa perkara, langkah apa yang selanjutnya dilakukan?
• Selanjutnya Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara akan
menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan
mediasi dan menunjuk mediator;
• Penetapan penunjukkan mediator itu kemudian diberitahukan
kepada mediator melalui panitera pengganti; dan
• Proses pemeriksaan wajib ditunda untuk memberikan kesempatan
kepada para pihak untuk menempuh mediasi
36
Bagaimana jika salah satu pihak tidak hadir pada sidang pertama tersebut?
Pihak yang tidak hadir pada sidang pertama dapat dilakukan pemanggilan
satu kali lagi sesuai dengan praktik hukum acara.
Bagaimana jika jumlah para pihak lebih dari satu dan sebagian pihak tidak
hadir setelah dipanggil secara sah dan patut?
Dalam hal para pihak lebih dari satu, mediasi tetap dijalankan apabila
pemanggilan sudah dilakukan secara sah dan patut tetapi yang dipanggil
tidak hadir. Jadi, meskipun tidak seluruh pihak hadir, mediasi dapat dijalankan
asalkan panggilannya sudah sah dan patut.
37
Tahapan Proses Mediasi
Jangka Waktu Proses Mediasi
Berapa lama batas waktu penyelenggaraan mediasi?
Proses mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan penetapan perintah
melakukan mediasi.
Jika dirasa perlu, jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut dapat diperpanjang
paling lama 30 (tiga puluh) hari berikutnya terhitung sejak berakhirnya waktu
30 hari yang pertama. Perpanjangan waktu mediasi ini harus berdasarkan
atas kesepakatan para pihak.
38
Bagaimana jika para pihak mencapai kesepakatan dalam mediasi terhadap
persoalan-persoalan yang tidak tercantum dalam surat gugatan tersebut?
Jika para pihak mencapai kesepakatan atas permasalahan yang tidak tercantum
dalam surat gugatan, maka nanti Penggugat harus mengubah gugatannya
dengan memasukkan kesepakatan tersebut di dalam surat gugatan.
Mediasi Sukarela
Bagaimana caranya?
Jika para pihak sepakat untuk melakukan perdamaian dalam tahap
pemeriksaan perkara, maka para pihak mengajukan permohonan kepada
Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara untuk melakukan perdamaian.
39
Bagaimana proses selanjutnya dan siapa mediatornya?
Untuk perdamaian dalam tahap pemeriksaan perkara, mediatornya berasal
dari salah seorang Hakim Pemeriksa Perkara. Jadi, setelah menerima
permohonan para pihak untuk melakukan perdamaian, Ketua Majelis Hakim
akan mengeluarkan penetapan yang menunjuk salah satu anggotanya,
diutamakan yang sudah bersertifikat mediator, untuk menjalankan fungsi
mediator.
Berapa lama batas waktu mediasi dalam tahap pemeriksaan perkara ini?
Jangka waktunya paling lama adalah 14 (empat belas) hari. Ketua Majelis
Hakim Pemeriksa Perkara wajib menunda sidang paling lama untuk jangka
waktu 14 hari tersebut setelah dikeluarkan penetapan mediator.
40
Bagaimana jika terjadi kesepakatan perdamaian antara para pihak tetapi
berkas perkara banding, kasasi atau PK belum dikirimkan/masih di
pengadilan pengaju (tingkat pertama)?
Berkas perkara dan kesepakatan perdamaian tersebut dikirimkan bersama-
sama ke pengadilan tingkat banding atau Mahkamah Agung.
41
waktu penyelesaian pengajuan akta perdamaian ini, maka para pihak
wajib segera memperbaiki dan menyampaikan kembali hasil kesepakatan
perdamaian yang telah diperbaiki kepada majelis Hakim Pemeriksa Perkara
dengan tetap memperhatikan tenggang waktu penyelesaian pengajuan akta
perdamaian yaitu, 14 (empat belas hari).
42
Bagian VI: Hasil Mediasi dan Tindak Lanjutnya
Umum
43
Nomenklatur Hasil Mediasi Penjelasan
Salah satu pihak atau kuasa hukumnya telah dua
kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan
mediasi sesuai jadwal pertemuan mediasi yang
telah disepakati atau telah dua kali berturut-
turut tidak menghadiri pertemuan mediasi tanpa
alasan setelah dipanggil secara patut atau proses
mediasi telah berjalan, tetapi ternyata diketahui
sengketa yang dimediasi melibatkan aset atau
Mediasi tidak dapat harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata
dilaksanakan berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan
dalam gugatan, atau disebutkan dalam gugatan,
tetapi tidak hadir dalam proses mediasi sehingga
pihak lain yang berkepentingan tidak menjadi
salah satu pihak dalam proses mediasi atau
karena materi perkaranya melibatkan kewenangan
kementerian/lembaga/instansi di tingkat pusat/
daerah dan atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah
yang tidak menjadi pihak berperkara.
Apabila Para Pihak mencapai kesepakatan dalam proses mediasi, apa yang
harus dilakukan oleh mediator?
Mediator membantu para pihak merumuskan kesepakatan yang dicapai
untuk dituangkan dalam kesepakatan perdamaian yang ditandatangani oleh
para pihak dan mediator. Membantu dalam hal ini diutamakan jika para pihak
tidak didampingi oleh advokat/pengacara. Jika para pihak telah didampingi
advokat, maka mediator memeriksa hasil kesepakatan yang dituangkan
dalam kesepakatan perdamaian.
44
Jika para pihak telah menuangkan kesepakatannya dalam kesepakatan
perdamaian, apa yang dapat dilakukan selanjutnya?
Para pihak dapat menyepakati apakah akan menindak lanjuti kesepakatan
perdamaian tersebut dalam bentuk akta perdamaian atau mencabut
perkaranya
Langkah apa yang harus dilakukan mediator dalam hal proses mediasi
berhasil mencapai kesepakatan?
Mediator wajib melaporkannya secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa
Perkara dengan melampirkan kesepakatan perdamaian tersebut.
Langkah apa yang harus dilakukan oleh Hakim Pemeriksa Perkara jika
menerima laporan mediasi berhasil yang disertai dengan permohonan
menguatkan kesepakatan perdamaian dengan akta perdamaian?
Selambat-lambatnya selama dua hari kerja Hakim Pemeriksa Perkara menelaah
kesepakatan perdamaian tersebut dengan mengacu kepada ketentuan Pasal
27 ayat (2) PERMA No. 1/2016 tentang syarat-syarat kesepakatan perdamaian.
Apabila persyaratan tersebut telah terpenuhi, maka Hakim Pemeriksa Perkara
memanggil para pihak untuk menghadiri persidangan guna pembacaan
akta perdamaian. Namun, apabila kesepakatan perdamaian tersebut belum
memenuhi persyaratan, maka Hakim Pemeriksa Perkara mengembalikan
kesepakatan perdamaian tersebut kepada mediator dan para pihak disertai
dengan petunjuk-petunjuk perbaikan. Apabila sudah diperbaiki dan telah
memenuhi persyaratan barulah kesepakatan perdamaian tersebut dapat
dikuatkan dengan akta perdamaian.
45
Adakah perbedaan antara kesepakatan perdamaian sebagian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dengan Pasal 30 PERMA No. 1/2016 ?
Kesepakatan perdamaian sebagian dalam Pasal 29 PERMA No. 1/2016 berkaitan
dengan kesepakatan perdamaian sebagian pihak-pihak yang berperkara,
sedangkan dalam Pasal 30 berkaitan dengan kesepakatan perdamaian atas
sebagian permasalahan yang disengketakan.
Adakah persyaratan yang harus dipenuhi apabila sebagian dari para pihak
mencapai kesepakatan?
Ada. Persyaratan-persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Memenuhi syarat-syarat kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (2) PERMA No. 1/2016;
b. Tidak berkaitan dengan aset, harta/kekayaan dan kepentingan
pihak lain yang tidak mencapai kesepakatan;
c. Apabila dikehendaki untuk dikuatkan dengan akta perdamaian,
maka Penggugat mengubah gugatan dengan tidak lagi memuat
pihak yang tidak mencapai kesepakatan sebagai pihak lawan;
d. Hanya bisa dimungkinkan dalam mediasi wajib (mandatory
mediation) yakni mediasi yang dilakukan sebelum perkaranya
diperiksa oleh Hakim Pemeriksa Perkara.
46
c. Menyerahkan kepada Hakim Pemeriksa Perkara untuk menyelesaikan
hal-hal yang belum disepakati secara litigasi.
Langkah apa yang harus dilakukan oleh Hakim Pemeriksa Perkara terhadap
kesepakatan sebagian Permasalahan (objek sengketa)?
a. Menyelesaikan masalah-masalah yang belum mencapai kesepakatan
dalam proses mediasi secara litigasi;
b. Memasukkan kesepakatan perdamaian dalam pertimbangan dan amar
putusan sebagai penguatan dari Hakim Pemeriksa Perkara.
47
permohonan talak, maka dengan sendirinya kesepakatan tersebut tidak
berlaku.
48
- Diikutkan sebagai pihak dalam gugatan, tetapi tidak hadir di
persidangan, atau
- Diikutkan sebagai pihak dalam gugatan, tetapi tidak menghadiri
proses mediasi.
b. Perkara yang dimediasinya melibatkan wewenang kementerian/
lembaga/instansi di tingkat pusat/daerah dan Badan Usaha Milik
Negara/Daerah yang tidak menjadi pihak berperkara;
c. Para pihak dinyatakan tidak beriktikad baik karena tidak hadir dalam
proses mediasi atau hadir dalam mediasi pertama tetapi tidak hadir
dalam mediasi berikutnya atau berturut-turut tidak hadir sehingga
mengganggu jalannya proses mediasi.
Apa yang harus dilakukan oleh Hakim Pemeriksa Perkara setelah menerima
laporan mediasi tidak berhasil atau mediasi tidak dapat dilaksanakan?
Segera menerbitkan penetapan untuk melanjutkan pemeriksaan perkara
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
49
Lampiran
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2016
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG PROSEDUR
MEDIASI DI PENGADILAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Mahkamah Agung ini yang dimaksud
dengan:
1. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak
dengan dibantu oleh Mediator.
2. Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki
Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu
Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah
penyelesaian.
3. Sertifikat Mediator adalah dokumen yang diterbitkan oleh
Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh
akreditasi dari Mahkamah Agung yang menyatakan
bahwa seseorang telah mengikuti dan lulus pelatihan
sertifikasi Mediasi.
4. Daftar Mediator adalah catatan yang memuat nama
Mediator yang ditunjuk berdasarkan surat keputusan
Ketua Pengadilan yang diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat oleh khalayak umum.
5. Para Pihak adalah dua atau lebih subjek hukum yang
bersengketa dan membawa sengketa mereka ke
Pengadilan untuk memperoleh penyelesaian.
6. Biaya Mediasi adalah biaya yang timbul dalam proses
Mediasi sebagai bagian dari biaya perkara, yang di
antaranya meliputi biaya pemanggilan Para Pihak, biaya
perjalanan salah satu pihak berdasarkan pengeluaran
-4-
BAB II
PEDOMAN MEDIASI DI PENGADILAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup
-5-
Pasal 2
(1) Ketentuan mengenai Prosedur Mediasi dalam Peraturan
Mahkamah Agung ini berlaku dalam proses berperkara
di Pengadilan baik dalam lingkungan peradilan umum
maupun peradilan agama.
(2) Pengadilan di luar lingkungan peradilan umum dan
peradilan agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menerapkan Mediasi berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung ini sepanjang dimungkinkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
(1) Setiap Hakim, Mediator, Para Pihak dan/atau kuasa
hukum wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa
melalui Mediasi.
(2) Hakim Pemeriksa Perkara dalam pertimbangan putusan
wajib menyebutkan bahwa perkara telah diupayakan
perdamaian melalui Mediasi dengan menyebutkan nama
Mediator.
(3) Hakim Pemeriksa Perkara yang tidak memerintahkan
Para Pihak untuk menempuh Mediasi sehingga Para
Pihak tidak melakukan Mediasi telah melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai Mediasi di Pengadilan.
(4) Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila diajukan
upaya hukum maka Pengadilan Tingkat Banding atau
Mahkamah Agung dengan putusan sela memerintahkan
Pengadilan Tingkat Pertama untuk melakukan proses
Mediasi.
(5) Ketua Pengadilan menunjuk Mediator Hakim yang bukan
Hakim Pemeriksa Perkara yang memutus.
(6) Proses Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak diterimanya pemberitahuan putusan sela
Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.
-6-
Bagian Kedua
Jenis Perkara Wajib Menempuh Mediasi
Pasal 4
(1) Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan
termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan
verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet)
maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap
pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian
melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan
Peraturan Mahkamah Agung ini.
(2) Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban penyelesaian
melalui Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. sengketa yang pemeriksaannya di persidangan
ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya
meliputi antara lain:
1. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur
Pengadilan Niaga;
2. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur
Pengadilan Hubungan Industrial;
3. keberatan atas putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha;
4. keberatan atas putusan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen;
5. permohonan pembatalan putusan arbitrase;
6. keberatan atas putusan Komisi Informasi;
7. penyelesaian perselisihan partai politik;
-7-
Bagian Ketiga
Sifat Proses Mediasi
Pasal 5
(1) Proses Mediasi pada dasarnya bersifat tertutup kecuali
Para Pihak menghendaki lain.
(2) Penyampaian laporan Mediator mengenai pihak yang
tidak beriktikad baik dan ketidakberhasilan proses
-8-
Bagian Keempat
Kewajiban Menghadiri Mediasi
Pasal 6
(1) Para Pihak wajib menghadiri secara langsung pertemuan
Mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa
hukum.
(2) Kehadiran Para Pihak melalui komunikasi audio visual
jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3)
dianggap sebagai kehadiran langsung.
(3) Ketidakhadiran Para Pihak secara langsung dalam proses
Mediasi hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan sah.
(4) Alasan sah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi antara lain:
a. kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir
dalam pertemuan Mediasi berdasarkan surat
keterangan dokter;
b. di bawah pengampuan;
c. mempunyai tempat tinggal, kediaman atau
kedudukan di luar negeri; atau
d. menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau
pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Bagian Kelima
Iktikad Baik Menempuh Mediasi
Pasal 7
(1) Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya wajib menempuh
Mediasi dengan iktikad baik.
-9-
Bagian Keenam
Biaya Mediasi
Paragraf 1
Biaya Jasa Mediator
Pasal 8
(1) Jasa Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan tidak
dikenakan biaya.
(2) Biaya jasa Mediator nonhakim dan bukan Pegawai
Pengadilan ditanggung bersama atau berdasarkan
kesepakatan Para Pihak.
Paragraf 2
Biaya Pemanggilan Para Pihak
Pasal 9
(1) Biaya pemanggilan Para Pihak untuk menghadiri proses
Mediasi dibebankan terlebih dahulu kepada pihak
penggugat melalui panjar biaya perkara.
- 10 -
Pasal 10
Biaya lain-lain di luar biaya jasa Mediator sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan biaya pemanggilan Para Pihak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dibebankan kepada
Para Pihak berdasarkan kesepakatan.
Bagian Ketujuh
Tempat Penyelenggaraan Mediasi
Pasal 11
(1) Mediasi diselenggarakan di ruang Mediasi Pengadilan
atau di tempat lain di luar Pengadilan yang disepakati
oleh Para Pihak.
(2) Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan dilarang
menyelenggarakan Mediasi di luar Pengadilan.
(3) Mediator non hakim dan bukan Pegawai Pengadilan yang
dipilih atau ditunjuk bersama-sama dengan Mediator
Hakim atau Pegawai Pengadilan dalam satu perkara
wajib menyelenggarakan Mediasi bertempat di
Pengadilan.
(4) Penggunaan ruang Mediasi Pengadilan untuk Mediasi
tidak dikenakan biaya.
- 11 -
Bagian Kedelapan
Tata Kelola Mediasi di Pengadilan
Pasal 12
(1) Untuk mendukung pelaksanaan Mediasi di Pengadilan,
Mahkamah Agung menetapkan tata kelola yang di
antaranya meliputi:
a. perencanaan kebijakan, pengkajian dan penelitian
Mediasi di Pengadilan;
b. pembinaan, pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan Mediasi di Pengadilan;
c. pemberian akreditasi dan evaluasi lembaga sertifikasi
Mediasi terakreditasi;
d. penyebarluasan informasi Mediasi; dan
e. pengembangan kerjasama dengan organisasi,
lembaga atau pihak lainnya, baik tingkat nasional,
regional, maupun internasional dalam bidang
Mediasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung.
BAB III
MEDIATOR
Bagian Kesatu
Sertifikasi Mediator dan Akreditasi Lembaga
Pasal 13
(1) Setiap Mediator wajib memiliki Sertifikat Mediator yang
diperoleh setelah mengikuti dan dinyatakan lulus dalam
pelatihan sertifikasi Mediator yang diselenggarakan oleh
Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh
akreditasi dari Mahkamah Agung.
(2) Berdasarkan surat keputusan ketua Pengadilan, Hakim
tidak bersertifikat dapat menjalankan fungsi Mediator
- 12 -
Bagian Kedua
Tahapan Tugas Mediator
Pasal 14
Dalam menjalankan fungsinya, Mediator bertugas:
a. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada
Para Pihak untuk saling memperkenalkan diri;
b. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada
Para Pihak;
c. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral
dan tidak mengambil keputusan;
d. membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para
Pihak;
e. menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan
pertemuan dengan satu pihak tanpa kehadiran pihak
lainnya (kaukus);
f. menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
g. mengisi formulir jadwal mediasi.
h. memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk
menyampaikan permasalahan dan usulan perdamaian;
i. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan
pembahasan berdasarkan skala proritas;
j. memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
1. menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
2. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi
Para Pihak; dan
3. bekerja sama mencapai penyelesaian;
k. membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan
Kesepakatan Perdamaian;
- 13 -
Bagian Ketiga
Pedoman Perilaku Mediator
Pasal 15
(1) Mahkamah Agung menetapkan Pedoman Perilaku
Mediator.
(2) Setiap Mediator dalam menjalankan fungsinya wajib
mentaati Pedoman Perilaku Mediator sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 16
Ketua Pengadilan wajib menyampaikan laporan kinerja Hakim
atau Pegawai Pengadilan yang berhasil menyelesaikan
perkara melalui Mediasi kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan
Mahkamah Agung.
BAB IV
TAHAPAN PRAMEDIASI
Bagian Kesatu
Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara
Pasal 17
(1) Pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh
Para Pihak, Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para
Pihak untuk menempuh Mediasi.
(2) Kehadiran Para Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berdasarkan panggilan yang sah dan patut.
- 14 -
Bagian Kedua
Kewajiban Kuasa Hukum
Pasal 18
(1) Kuasa hukum wajib membantu Para Pihak
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam proses
Mediasi.
(2) Kewajiban kuasa hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di antaranya meliputi:
a. menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (7)
kepada Para Pihak;
b. mendorong Para Pihak berperan langsung secara
aktif dalam proses Mediasi;
c. membantu Para Pihak mengidentifikasi kebutuhan,
kepentingan dan usulan penyelesaian sengketa
selama proses Mediasi;
d. membantu Para Pihak merumuskan rencana dan
usulan Kesepakatan Perdamaian dalam hal Para
Pihak mencapai kesepakatan;
e. menjelaskan kepada Para Pihak terkait kewajiban
kuasa hukum.
(3) Dalam hal Para Pihak berhalangan hadir berdasarkan
alasan sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(4), kuasa hukum dapat mewakili Para Pihak untuk
melakukan Mediasi dengan menunjukkan surat kuasa
khusus yang memuat kewenangan kuasa hukum untuk
mengambil keputusan.
(4) Kuasa hukum yang bertindak mewakili Para Pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib berpartisipasi
dalam proses Mediasi dengan iktikad baik dan dengan
- 16 -
Bagian Ketiga
Hak Para Pihak Memilih Mediator
Pasal 19
(1) Para Pihak berhak memilih seorang atau lebih Mediator
yang tercatat dalam Daftar Mediator di Pengadilan.
(2) Jika dalam proses Mediasi terdapat lebih dari satu orang
Mediator, pembagian tugas Mediator ditentukan dan
disepakati oleh para Mediator.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang Daftar Mediator
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Keputusan Ketua Mahkamah Agung.
Bagian Keempat
Batas Waktu Pemilihan Mediator
Pasal 20
(1) Setelah memberikan penjelasan mengenai kewajiban
melakukan Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 ayat (7), Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan Para
Pihak pada hari itu juga, atau paling lama 2 (dua) hari
berikutnya untuk berunding guna memilih Mediator
termasuk biaya yang mungkin timbul akibat pilihan
penggunaan Mediator nonhakim dan bukan Pegawai
Pengadilan.
(2) Para Pihak segera menyampaikan Mediator pilihan
mereka kepada Hakim Pemeriksa Perkara.
(3) Apabila Para Pihak tidak dapat bersepakat memilih
Mediator dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara
segera menunjuk Mediator Hakim atau Pegawai
Pengadilan.
(4) Jika pada Pengadilan yang sama tidak terdapat Hakim
bukan pemeriksa perkara dan Pegawai Pengadilan yang
- 17 -
Bagian Kelima
Pemanggilan Para Pihak
Pasal 21
(1) Mediator menentukan hari dan tanggal pertemuan
Mediasi, setelah menerima penetapan penunjukan
sebagai Mediator.
(2) Dalam hal Mediasi dilakukan di gedung Pengadilan,
Mediator atas kuasa Hakim Pemeriksa Perkara melalui
Panitera melakukan pemanggilan Para Pihak dengan
bantuan juru sita atau juru sita pengganti untuk
menghadiri pertemuan Mediasi.
(3) Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah demi
hukum tanpa perlu dibuat surat kuasa, sehingga tanpa
ada instrumen tersendiri dari Hakim Pemeriksa Perkara,
juru sita atau juru sita pengganti wajib melaksanakan
perintah Mediator Hakim maupun nonhakim untuk
melakukan panggilan.
- 18 -
Bagian Keenam
Akibat Hukum Pihak Tidak Beriktikad Baik
Pasal 22
(1) Apabila penggugat dinyatakan tidak beriktikad baik
dalam proses Mediasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2), gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara.
(2) Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai pula
kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
(3) Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak
beriktikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai
rekomendasi pengenaan Biaya Mediasi dan perhitungan
besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak
dapat dilaksanakannya Mediasi.
(4) Berdasarkan laporan Mediator sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan
putusan yang merupakan putusan akhir yang
menyatakan gugatan tidak dapat diterima disertai
penghukuman pembayaran Biaya Mediasi dan biaya
perkara.
(5) Biaya Mediasi sebagai penghukuman kepada penggugat
dapat diambil dari panjar biaya perkara atau
pembayaran tersendiri oleh penggugat dan diserahkan
kepada tergugat melalui kepaniteraan Pengadilan.
Pasal 23
(1) Tergugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), dikenai
kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
(2) Mediator menyampaikan laporan tergugat tidak
beriktikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara disertai
rekomendasi pengenaan Biaya Mediasi dan perhitungan
besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak
dapat dilaksanakannya Mediasi.
- 19 -
BAB V
TAHAPAN PROSES MEDIASI
Bagian Kesatu
Penyerahan Resume Perkara dan Jangka Waktu Proses
Mediasi
Pasal 24
(1) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari terhitung sejak
penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
- 20 -
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Materi Pertemuan Mediasi
Pasal 25
(1) Materi perundingan dalam Mediasi tidak terbatas pada
posita dan petitum gugatan.
(2) Dalam hal Mediasi mencapai kesepakatan atas
permasalahan di luar sebagaimana diuraikan pada ayat
(1), penggugat mengubah gugatan dengan memasukkan
kesepakatan tersebut di dalam gugatan.
Bagian Ketiga
Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat
Pasal 26
(1) Atas persetujuan Para Pihak dan/atau kuasa hukum,
Mediator dapat menghadirkan seorang atau lebih ahli,
tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat.
(2) Para Pihak harus terlebih dahulu mencapai kesepakatan
tentang kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari
penjelasan dan/atau penilaian ahli dan/atau tokoh
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- 21 -
Bagian Keempat
Mediasi Mencapai Kesepakatan
Pasal 27
(1) Jika Mediasi berhasil mencapai kesepakatan, Para Pihak
dengan bantuan Mediator wajib merumuskan
kesepakatan secara tertulis dalam Kesepakatan
Perdamaian yang ditandatangani oleh Para Pihak dan
Mediator.
(2) Dalam membantu merumuskan Kesepakatan
Perdamaian, Mediator wajib memastikan Kesepakatan
Perdamaian tidak memuat ketentuan yang:
a. bertentangan dengan hukum, ketertiban umum,
dan/atau kesusilaan;
b. merugikan pihak ketiga; atau
c. tidak dapat dilaksanakan.
(3) Dalam proses Mediasi yang diwakili oleh kuasa hukum,
penandatanganan Kesepakatan Perdamaian hanya dapat
dilakukan apabila terdapat pernyataan Para Pihak secara
tertulis yang memuat persetujuan atas kesepakatan yang
dicapai.
(4) Para Pihak melalui Mediator dapat mengajukan
Kesepakatan Perdamaian kepada Hakim Pemeriksa
Perkara agar dikuatkan dalam Akta Perdamaian.
(5) Jika Para Pihak tidak menghendaki Kesepakatan
Perdamaian dikuatkan dalam Akta Perdamaian,
Kesepakatan Perdamaian wajib memuat pencabutan
gugatan.
(6) Mediator wajib melaporkan secara tertulis keberhasilan
Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara dengan
melampirkan Kesepakatan Perdamaian.
Pasal 28
(1) Setelah menerima Kesepakatan Perdamaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (6), Hakim
Pemeriksa Perkara segera mempelajari dan menelitinya
dalam waktu paling lama 2 (dua) hari.
- 22 -
Bagian Kelima
Kesepakatan Perdamaian Sebagian
Pasal 29
(1) Dalam hal proses Mediasi mencapai kesepakatan antara
penggugat dan sebagian pihak tergugat, penggugat
mengubah gugatan dengan tidak lagi mengajukan pihak
tergugat yang tidak mencapai kesepakatan sebagai pihak
lawan.
(2) Kesepakatan Perdamaian Sebagian antara pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dan
ditandatangani oleh penggugat dengan sebagian pihak
tergugat yang mencapai kesepakatan dan Mediator.
(3) Kesepakatan Perdamaian Sebagian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dikuatkan dengan Akta
Perdamaian sepanjang tidak menyangkut aset, harta
- 23 -
Pasal 30
(1) Dalam hal Para Pihak mencapai kesepakatan atas
sebagian dari seluruh objek perkara atau tuntutan
hukum, Mediator menyampaikan Kesepakatan
Perdamaian Sebagian tersebut dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 27 ayat (2) kepada Hakim Pemeriksa
Perkara sebagai lampiran laporan Mediator.
(2) Hakim Pemeriksa Perkara melanjutkan pemeriksaan
terhadap objek perkara atau tuntutan hukum yang
belum berhasil disepakati oleh Para Pihak.
(3) Dalam hal Mediasi mencapai kesepakatan sebagian atas
objek perkara atau tuntutan hukum, Hakim Pemeriksa
Perkara wajib memuat Kesepakatan Perdamaian
Sebagian tersebut dalam pertimbangan dan amar
putusan.
(4) Kesepakatan Perdamaian Sebagian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) berlaku
pada perdamaian sukarela tahap pemeriksaan perkara
dan tingkat upaya hukum banding, kasasi, atau
peninjauan kembali.
- 24 -
Pasal 31
(1) Untuk Mediasi perkara perceraian dalam lingkungan
peradilan agama yang tuntutan perceraian
dikumulasikan dengan tuntutan lainnya, jika Para Pihak
tidak mencapai kesepakatan untuk hidup rukun
kembali, Mediasi dilanjutkan dengan tuntutan lainnya.
(2) Dalam hal Para Pihak mencapai kesepakatan atas
tuntutan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kesepakatan dituangkan dalam Kesepakatan Perdamaian
Sebagian dengan memuat klausula keterkaitannya
dengan perkara perceraian.
(3) Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilaksanakan jika putusan Hakim Pemeriksa Perkara
yang mengabulkan gugatan perceraian telah
berkekuatan hukum tetap.
(4) Kesepakatan Perdamaian Sebagian atas tuntutan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku jika
Hakim Pemeriksa Perkara menolak gugatan atau Para
Pihak bersedia rukun kembali selama proses
pemeriksaan perkara.
Bagian Keenam
Mediasi Tidak Berhasil atau Tidak dapat Dilaksanakan
Pasal 32
(1) Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil
mencapai kesepakatan dan memberitahukannya secara
tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara, dalam hal:
a. Para Pihak tidak menghasilkan kesepakatan sampai
batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari berikut
perpanjangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 ayat (2) dan ayat (3); atau
b. Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d
dan huruf e.
- 25 -
BAB VI
PERDAMAIAN SUKARELA
Bagian Kesatu
Perdamaian Sukarela pada Tahap Pemeriksaan Perkara
Pasal 33
(1) Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, Hakim
Pemeriksa Perkara tetap berupaya mendorong atau
mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan
putusan.
(2) Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat mengajukan
permohonan kepada Hakim Pemeriksa Perkara untuk
melakukan perdamaian pada tahap pemeriksaan
perkara.
(3) Setelah menerima permohonan Para Pihak untuk
melakukan perdamaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara dengan
penetapan segera menunjuk salah seorang Hakim
Pemeriksa Perkara untuk menjalankan fungsi Mediator
dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat.
(4) Hakim Pemeriksa Perkara wajib menunda persidangan
paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak
penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Bagian Kedua
Perdamaian Sukarela pada Tingkat Upaya Hukum
Banding, Kasasi, atau Peninjauan Kembali
Pasal 34
(1) Sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya
hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali, Para
Pihak atas dasar kesepakatan dapat menempuh upaya
perdamaian:
(2) Jika dikehendaki, Para Pihak melalui ketua Pengadilan
mengajukan Kesepakatan Perdamaian secara tertulis
kepada Hakim Pemeriksa Perkara tingkat banding,
- 27 -
BAB VII
KETERPISAHAN MEDIASI DARI LITIGASI
Pasal 35
(1) Terhitung sejak penetapan perintah melakukan Mediasi
dan penunjukan Mediator sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (5), jangka waktu proses Mediasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dan ayat
(3), serta Pasal 33 ayat (4) tidak termasuk jangka waktu
penyelesaian perkara sebagaimana ditentukan dalam
kebijakan Mahkamah Agung mengenai penyelesaian
perkara di Pengadilan tingkat pertama dan tingkat
banding pada 4 (empat) lingkungan peradilan.
(2) Terhadap Putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat
diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4)
dan Pasal 23 ayat (8) serta penetapan penghukuman
Biaya Mediasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (3) tidak dapat dilakukan upaya hukum.
(3) Jika Para Pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan,
pernyataan dan pengakuan Para Pihak dalam proses
Mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam
proses persidangan perkara.
- 28 -
BAB VIII
PERDAMAIAN DI LUAR PENGADILAN
Pasal 36
(1) Para Pihak dengan atau tanpa bantuan Mediator
bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di
luar Pengadilan dengan Kesepakatan Perdamaian dapat
mengajukan Kesepakatan Perdamaian kepada
Pengadilan yang berwenang untuk memperoleh Akta
Perdamaian dengan cara mengajukan gugatan.
(2) Pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilampiri dengan Kesepakatan Perdamaian dan
dokumen sebagai alat bukti yang menunjukkan
hubungan hukum Para Pihak dengan objek sengketa.
(3) Hakim Pemeriksa Perkara di hadapan Para Pihak hanya
akan menguatkan Kesepakatan Perdamaian menjadi
Akta Perdamaian, jika Kesepakatan Perdamaian sesuai
dengan ketentuan Pasal 27 ayat (2).
(4) Akta Perdamaian atas gugatan untuk menguatkan
Kesepakatan Perdamaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diucapkan oleh Hakim Pemeriksa Perkara
dalam sidang yang terbuka untuk umum paling lama 14
(empat belas) hari terhitung sejak gugatan didaftarkan.
(5) Salinan Akta Perdamaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) wajib disampaikan kepada Para Pihak pada hari
yang sama dengan pengucapan Akta Perdamaian.
- 29 -
Pasal 37
(1) Dalam hal Kesepakatan Perdamaian diajukan untuk
dikuatkan dalam bentuk Akta Perdamaian tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (2), Hakim Pemeriksa Perkara wajib
memberikan petunjuk kepada Para Pihak tentang hal
yang harus diperbaiki.
(2) Dengan tetap memperhatikan tenggang waktu
penyelesaian pengajuan Akta Perdamaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4), Para Pihak wajib
segera memperbaiki dan menyampaikan kembali
Kesepakatan Perdamaian yang telah diperbaiki kepada
Hakim Pemeriksa Perkara.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Pada saat Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku,
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 39
Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 30 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 03 Februari 2016
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 04 Februari 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
CONCERNING
In view of: 1. Procedural Law Regulation for Outside of Java and Madura
(Reglement Tot Regeling Van Het Rechtswezen In De Gewesten
Buiten Java En Madura, Staatsblad 1927:227);
2. The amended Indonesian Regulation (Het Herziene Inlandsch
Reglement, Staatsblad 1941:44);
3. Law Number 3 Year 2009 on the Second Amendment to Law
Number 14 Year 1985 concerning Supreme Court (State
Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 Number 3,
Supplement to State Gazette Number 4958);
4. Law Number 48 Year 2009 concerning Judiciary Powers (State
Gazette of the Republic of Indonesia Year 2009 Number 157,
Supplement to State Gazette of the Republic of Indonesia
Number 5076);
-3-
DECIDES:
To stipulate : SUPREME COURT REGULATION CONCERNING MEDIATION
PROCEDURE IN COURT.
CHAPTER I
GENERAL PROVISIONS
Article 1
In this Supreme Court Regulation, the following definitions
shall apply:
1. Mediation is a dispute resolution method through
negotiation process to obtain an agreement from the
Parties, assisted by a Mediator.
2. Mediator is a Judge or other parties with a Mediator
Certificate as the neutral party assisting the Parties in the
negotiation process in order to seek various possibilities to
resolve dispute without using a decisive or enforcing a
resolution.
3. Mediator Certificate is a document issued by the Supreme
Court or an institution that has obtain accreditation from
the Supreme Court, stating that one has participated in
and graduated from Mediation certification training.
4. Mediator List is a note containing names of Mediator
appointed based on the Chief Judge Decree, which is
placed in a place that is easily accessible for the public.
5. The Parties are two or more disputing legal subjects and
who have brought their dispute to Court to obtain
resolution.
6. Mediation Cost if the cost arising in the Mediation process
as a part of the case cost, including the cost to summon
the Parties, the travel cost of a party based on actual
expense, meeting cost, expert cost, and/or other costs
needed in the Mediation process.
-4-
CHAPTER II
GUIDELINE FOR MEDIATION IN COURT
Part One
Scope
-5-
Article 2
(1) Provisions on Mediation Procedure in this Supreme Court
Regulation shall apply in the litigation process in Court,
both within the general court and religious court.
(2) The Court outside of the general court and religious court
as intended in paragraph (1) may apply Mediation
according to this Supreme Court Regulation as long as it
is made possible by prevailing rules and regulations.
Article 3
(1) Each Judge, Mediator, the Parties, and/or attorney shall
follow the dispute resolution procedure through
Mediation.
(2) The Judge Examining the Case in their decision’s
consideration shall mention that the case has undergone
a reconciliation effort through Mediation by stating the
name of the Mediator.
(3) The Judge Examining the Case who does not order the
Parties to undergo Mediation, therefore making the
Parties not undergoing Mediation, has violated provisions
of prevailing rules and regulations providing Mediation in
Court.
(4) In the case of violation on provision as intended in
paragraph (3), if a legal avenue is proposed, the Appellate
Court or Supreme Court with interlocutory injunction
orders the First Instance Court to conduct Mediation.
(5) The Chief Judge appoints a Judge Mediator who is not
the Judge Examining the Case.
(6) The Mediation process as intended in paragraph (4) is
conducted at most 30 (thirty) days since the interlocutory
injunction notification from the High Court or Supreme
Court is received.
-6-
(7) The Chief Judge submits the mediation report and the
case files as intended in paragraph (6) to the High Court
of Supreme Court.
(8) Base on the report as intended in paragraph (7), the
Judge Examining the Case in the High Court or Supreme
Court delivers the verdict.
Part Two
Types of Cases that shall go through Mediation
Article 4
(1) All civil disputes submitted to Court, including opposition
case (verzet) against verstek decision and opposition of
the litigant (partij verzet) and third party (derden verzet)
against the implementation of a legally binding decision,
shall be attempted to be resolved through Mediation,
unless decided otherwise based on this Supreme Court
Regulation.
(2) Disputes exempted from the obligation to resolve through
Mediation as intended in paragraph (1) include:
a. disputes in which the examination in court has a
pre-determined resolution deadline, including:
1. disputes resolved through the procedure of
Commercial Court;
2. disputes resolved through the procedure of
Industrial Relations Court;
3. objection against the decision of Business
Competition Supervisory Commission;
4. objection against the decision of Consumer
Dispute Resolution Agency;
5. request to cancel an arbitration decision;
6. objection against the decision of Informational
Commission;
7. dispute resolution in a political party;
-7-
Part Three
Characteristics of
Mediation Process
Article 5
(1) Mediation Process is essentially closed in nature, unless
otherwise decided by the Parties.
(2) The submission of Mediator report concerning a party
without good intention and the failure of Mediation
process to the Judge Examining the Case is not a
violation against the closed nature of Mediation.
-8-
Part Four
Article 6
(1) The Parties shall directly attend the Mediation meeting
with or without being accompanied by their attorneys.
(2) The attendance of Parties through remote audio visual
communication as intended in Article 5 paragraph (3) is
considered as directly attending.
(3) The absence of Parties in attending the Mediation process
directly may only be done based on a valid reason.
(4) Valid reason as intended in paragraph (3) includes:
a. health condition that makes it impossible to attend
the Mediation meeting based on a doctor’s letter;
b. under guardianship;
c. has domicile, residence, or position that is out of the
country; or
d. is conducting a duty of the state, has a profession
demand, or has work that cannot be abandoned.
Part Five
Good Intention in Undergoing Mediation
Article 7
(1) The Parties and/or their attorneys shall undergo
Mediation with good intention.
-9-
Part Six
Mediation Cost
Paragraph 1
Article 8
(1) The service of Judge and Court Staff Mediator is free of
charge.
(2) The service fee of Non-Judge and Non-Court Staff
Mediator shall be jointly covered or based on the
agreement of The Parties.
Paragraph 2
Cost to Summon the Parties
Article 9
(1) The cost to summon the Parties to attend Mediation
process is firstly burdened to the plaintiff through the
advance case fees.
- 10 -
Article 10
Other fees outside of the Mediator service fee as intended in
Article 8 and the cost to summon the Parties as intended in
Article 9 shall be burdened to the Parties based on agreement.
Part Seven
Location of Mediation
Article 11
(1) Mediation is conducted in the Court Mediation room or in
another venue outside of the Court agreed by the Parties.
(2) Judge and Court Staff Mediator shall not conduct
Mediation outside of the Court.
(3) Non-Judge and Non-Court Staff Mediator selected or
appointed along with Judge or Court Staff Mediator in
one case shall conduct Mediation in Court.
(4) The use of Court Mediation room for Mediation is free of
charge.
- 11 -
Part Eight
Mediation Governance in Court
Article 12
(1) To support the implementation of Mediation in Court, the
Supreme Court has established a governance, including:
a. policy planning, conducting assessment and research
on Mediation in Court;
b. mentoring, monitoring, and supervision of the
implementation of Mediation in Court;
c. granting accreditation and evaluating accredited
Mediation certification institutions;
d. disseminating Mediation information; and
e. developing cooperation with organizations,
institutions, or other parties at the national, regional,
and international level in the field of Mediation.
(2) Further provisions on the governance as intended in
paragraph (1) shall be stipulated by the Decision of the
Chief Justice.
CHAPTER III
MEDIATOR
Part One
Mediator Certification and Institution Accrediation
Article 13
(1) Each Mediator shall have a Mediator Certificate obtained
after participating and is declared to have passed the
Mediator certification training held by the Supreme Court
of an institution that has received accreditation from the
Supreme Court.
(2) Based on the Decree of the Chief Judge, uncertified
Judges may not execute the function of Mediator in the
case that there is no or there is a limited number of
certified Mediator.
- 12 -
Part Two
Stages of Mediator
Duties
Article 14
In carrying out his/her function, the Mediator has the
following duties:
a. introduce him/herself and give opportunity to the Parties
to introduce themselves;
b. explain the goal, purpose, and nature of Mediation to the
Parties;
c. explain the position and role of Mediator, who is neutral
and does not make decisions;
d. make the rules of the implementation of Mediation with the
Parties;
e. explain that Mediator may hold a meeting with one party
without the presence of the other party (caucus);
f. prepare Mediation schedule with the Parties;
g. complete the mediation schedule form;
h. provide opportunity for the Parties to convey their problems
and reconciliation proposal;
i. list issues and make an agenda to discuss issues based on
scale of priorities;
j. facilitate and encourage the Parties to:
1. track and explore the interests of the Parties;
2. seek various best resolution options for the Parties; and
3. cooperate to achieve resolution;
k. assist the Parties in making and formulating the
Reconciliation Agreement;
- 13 -
Part Three
Mediator Behavioral
Guideline
Article 15
(1) The Supreme Court establishes the Mediator Behavioral
Guideline.
(2) Each Mediator, in carrying out his/her duties, shall
comply with the Mediator Behavioral Guideline as
intended in paragraph (1).
Article 16
The Chief Judge shall submit the performance report of a
Judge or Court Staff who successfully resolves a case through
Mediation to the High Court Chief Judge and the Chief
Justice.
CHAPTER IV
PREMEDIATION
STAGE
Part One
The Obligation of The Judge Examining the Case
Article 17
(1) On the hearing date that has been established and
attended by the Parties, the Judge Examining the Case
obliges the Parties to undergo Mediation.
(2) The attendance of the Parties as intended in paragraph (1)
is based on a legal and appropriate summons.
- 14 -
(3) Parties who are not present in the first hearing may be
summoned one more time according to the practices of
procedural law.
(4) In the case that the parties are more than one, Mediation
shall still be conducted after the summons has been
validly and appropriately conducted, even though not all
of the parties are present.
(5) The absence of defendant whose interest is not significant
does not hinder the implementation of Mediation.
(6) The Judge Examining the Case shall explain the
Mediation Procedure to the Parties.
(7) The explanation as intended in paragraph (6) includes:
a. definition and benefit of Mediation;
b. obligation of the Parties to directly attend subsequent
Mediation meeting due to not having good intention in
the Mediation process;
c. cost that may arise as a result of using Non-Judge
and Non-Court Staff Mediator;
d. option to follow up Reconciliation Agreement through
Deed of Reconciliation or revocation of claim; and
e. obligation of the Parties to sign the Mediation
explanation form.
(8) The Judge Examining the Case submits the Mediation
explanation form to the Parties, which includes the
statement that the Parties:
a. has obtained a complete explanation on the Mediation
procedure from the Judge Examining the Case;
b. fully understand the Mediation procedure; and
c. are willing to undergo Mediation with good intention.
(9) Mediation explanation form as intended in paragraph (8)
shall be signed by the Parties and/or their attorneys upon
receiving explanation from the Judge Examining the Case,
and becomes one and an inseparable part of the case file.
- 15 -
Part Two
Obligation of Attorney
Article 18
(1) Attorney shall assist the Parties in implementing their
right and obligation in the Mediation process.
(2) Obligation of attorney as intended in paragraph (1)
includes:
a. convey the explanation of the Judge Examining the
Case as intended in Article 17 paragraph (7) to the
Parties;
b. encourage the Parties to actively play a role in the
Mediation process;
c. assist the Parties in identifying their needs, interest,
and dispute resolution proposal during the Mediation
process;
d. assist the Parties in formulating plan and proposal of
Reconciliation Agreement in the case that the Parties
are seeking an agreement;
e. explain to the Parties related to the obligation of
attorney.
(3) In the case that the Parties are unable to be present
based on a valid reason as intended in Article 6
paragraph (4), the attorney may represent the Parties to
conduct Mediation by showing a special power of attorney
that includes the authority of the attorney to make
decisions.
(4) Attorneys representing the Parties as intended in
paragraph (3) shall participate in the Mediation process
with good intention and in a way that does not contradict
the other parties or their attorneys.
- 16 -
Part Three
Right of the Parties to Choose Mediator
Article 19
(1) The Parties reserve the right to choose one or more
Mediator recorded in the List of Mediators in Court.
(2) If in the Mediation process there are more than one
Mediator, the job division of the Mediator shall be decided
and agreed on by the Mediators.
(3) Further provisions on the List of Mediators as intended in
paragraph (1) shall be provided in the Decision of the
Chief Justice.
Part Four
Deadline for Choosing Mediator
Article 20
(1) After providing explanation on the obligation to conduct
Mediation as intended in Article 17 paragraph (7), the
Judge Examining the Case obliges the Parties, on the
same day, or at the most 2 (two) days after, to negotiate
in choosing Mediator, including the cost that may arise
resulting from the use of Non-Judge and Non-Court Staff
Mediator.
(2) The Parties immediately convey their chosen Meditor to
the Judge Examining the Case.
(3) If the Parties cannot come to an agreement in choosing
Mediator within the time as intended in paragraph (1),
the Head of the Panel of Judges Examining the Case
immediately appoints a Judge or Court Staff Mediator.
(4) If in the ame Court, there are no certified Judge who is
not examining the case and Court Staff,
- 17 -
Part Five
Article 21
(1) Mediator decides the day and date of the Mediation
meeting, after receiving the appointment order as a
Mediator.
(2) In the case that the Mediation is conducted in the Court
building, Mediator, given the power by the Judge
Examining the Case through Registrar, summons the
Parties with the assistance of the bailiff or acting bailiff to
attend the Mediation meeting.
(3) The power as intended in paragraph (2) is for the sake of
law without having to make a power of attorney, therefore
without a separate instrument from the Judge Examining
the Case, bailiff or acting bailiff shall execute the order of
Judge or Non-Judge Mediator to conduct summoning.
- 18 -
Part Six
Legal Consequence of Parties without Good Intention
Article 22
(1) If the plaintiff is declared not to have good intention in
the Mediation process as intended in Article 7 paragraph
(2), the claim is declared unacceptable by the Judge
Examining the Case.
(2) Plaintiff that is declared not to have good intention as
intended in paragraph (1) shall also be burdened with
obligation to pay the Mediation Cost.
(3) Mediator submits the report on plaintiff having no good
intention to the Judge Examining the Case, along with
the recommendation of burdening the Mediation Cost and
calculation of the amount in the failure report or report of
the inability for Mediation to be conducted.
(4) Based on Mediator report as intended in paragraph (3),
the Judge Examining the Case issues a decision that
serves as the final decision that states that the claim is
unacceptable, along with the punishment of paying the
Mediation Cost and case fees.
(5) Mediation Cost as a punishment to the plaintiff may be
taken from the case fee advance or a separate payment by
the plaintiff and given to the defendant through the
Registrar’s Office of the Court.
Article 23
(1) Defendant declared not to have good intention as
intended in Article 7 paragraph (2), shall be burdened
with the obligation to pay Mediation Cost.
(2) Mediator submits the report on defendant having no good
intention to the Judge Examining the Case, along with
the recommendation of burdening the Mediation Cost and
calculation of the amount in the failure report or report of
the inability for Mediation to be conducted.
- 19 -
CHAPTER V
STAGES OF MEDIATION PROCESS
Part One
Submission of Case Resume and Duration of Mediation
Process
Article 24
(1) Within at most 5 (five) days since the order as intended in
Article 20 paragraph (5), the Parties may submit the Case
Resume to other parties and the Mediator.
- 20 -
Part Two
Scope of Material for Mediation Meeting
Article 25
(1) The negotiation material in Mediation is not limited to the
principle (posita) and demand (petitum) of the claim.
(2) In the case that Mediation reaches an agreement over
issues outside those explained in paragraph (1), the
plaintiff changes the claim by including such agreement
in the claim.
Part Three
Involvement of Experts and Community Figures
Article 26
(1) If agreed by the Parties and/or their attorneys, Mediator
may bring in one or more experts, community figures,
religious figures, or indigenous figures.
(2) The Parties must first reach an agreement on the binding
or not binding force of the explanation and/or
assessment of experts and/or community figures as
intended in paragraph (1).
- 21 -
Part Four
Mediation Reaching an
Agreement
Article 27
(1) If Mediation successfully reaches an agreement, the
Parties with the assistance of Mediator, shall formulate
the agreement in writing in the Reconciliation Agreement,
signed by the Parties and Mediator.
(2) In assisting to formulate the Reconciliation Agreement,
Mediator shall ensure the Reconciliation Agreement does
not include provisions that:
a. in contradiction with the law, public order, and/or
decency;
b. is detrimental to the third party; or
c. is unable to be implemented.
(3) In the Mediation process represented by attorneys, the
signing of Reconciliation Agreement may only be
conducted if there is a written statement from the Parties
containing the approval over the achieved agreement.
(4) The Parties through Mediator may propose the
Reconciliation Agreement to the Judge Examining the
Case so that it is reinforced in a Deed of Reconciliation.
(5) If the Parties do not wish for the Reconciliation
Agreement to be reinforced in a Deed of Reconciliation,
the Reconciliation Agreement shall include the revocation
of the claim.
(6) Mediator shall report in writing the success of Mediation
to the Judge Examining the Case by attaching the
Reconciliation Agreement.
Article 28
(1) After receiving the Reconciliation Agreement as intended
in Article 27 paragraph (6), the Judge Examining the
Case immediately studies and researches it within at
most 2 (two) days.
- 22 -
Part Five
Article 29
(1) In the case that the Mediation process reaches an
agreement between the plaintiff and some of the
defendants, the plaintiff changes the claim by no longer
including the defendants who have not reached an
agreement as adversaries.
(2) Partial Reconciliation Agreement between parties as
intended in paragraph (1) is made and signed by the
plaintiff and some of the defendants who have reached an
agreement and Mediator.
(3) Partial Reconciliation Agreement as intended in
paragraph (2) may be reinforced with a Deed of
Reconciliation as long as it does not related to asset,
wealth, and/or interests of parties who have not reached
an agreement and does fulfill the provisions in Article 27
paragraph (2).
- 23 -
(4) The plaintiff may resubmit the claim against parties who
have not reached an agreement of Partial Reconciliation
Agreement as intended in paragraph (1).
(5) In the case that the plaintiffs are more than one party and
some of the plaintiffs have reached an agreement with
some or all defendants, but some plaintiffs who have not
reached an agreement are not willing to change the claim,
Mediation is declared to be unsuccessful.
(6) Partial Reconciliation Agreement between parties as
intended in paragraph (1) may not be applied on a
voluntary reconciliation at the case examination stage
and appeal, cassation, or judicial review legal avenue
stage.
Article 30
(1) In the case that the Parties have reached an agreement
over some of the whole case object or legal demands,
Mediator conveys such Partial Reconciliation Agreement
by considering the provisions of Article 27 paragraph (2)
to the Judge Examining the Case as the annex of the
Mediator report.
(2) The Judge Examining the Case continues the
examination on the case object or legal demands that
have not been agreed upon by the Parties.
(3) In the case that Mediation reaches partial agreement over
the case object or legal demands, the Judge Examining
the Case shall include such Partial Reconciliation
Agreement in his/her considerations and injunction.
(4) Partial Reconciliation Agreement as intended in
paragraph (1), paragraph (2), and paragraph (3) applies
on voluntary reconciliation at the case examination stage
and appeal, cassation, or judicial review legal avenue
stage.
- 24 -
Article 31
(1) For Mediation of divorce cases within religious court in
which the demand of the divorce is accumulated with
other demands, if the Parties do not reach an agreement
to live together in harmony again, Mediation shall be
continued for the other demands.
(2) In the case that the Parties reach an agreement over the
other demands as intended in paragraph (1), the
agreement is enshrined in Partial Reconciliation
Agreement by including a clause of its linkage with the
divorce case.
(3) Partial Reconciliation Agreement over the other demands
as intended in paragraph (2) may only be implemented if
the decision from the Judge Examining the Case who
grants the divorce claim has obtained a legally binding
status.
(4) Partial Reconciliation Agreement over the other demands
as intended in paragraph (2) is not valid if the Judge
Examining the Case rejects the claim or the Parties are
willing to live together in harmony again during the case
examination process.
Part Six
Mediation Unsuccessful or is Unable to be Conducted
Article 32
(1) Mediator shall declare the Mediation is unsuccessful in
reaching an agreement and notifies it in writing to the
Judge Examining the Case, in the case of:
a. The Parties have not reached an agreement until the
time of at most 30 (thirty) days including its extension
as intended in Article 24 paragraph (2) and paragraph
(3); or
b. The Parties are declared not to have good intention as
intended in Article 7 paragraph (2) point d and point e.
- 25 -
CHAPTER VI
VOLUNTARY
RECONCILIATION
Part One
Voluntary Reconciliation at the Case Examination Stage
Article 33
(1) At each of the case examination stage, the Judge
Examining the Case still attempts to encourage or
promote reconciliation until he/she reads the decision.
(2) The Parties based on agreement may submit request to
the Judge Examining the Case to conduct reconciliation
at the case examination stage.
(3) After receiving the request from the Parties to conduct
reconciliation as intended in paragraph (2), the Head of
the Panel of Judges Examining the Case shall issue an
order to appoint one of the Judges Examining the Case to
carry out the function of Mediator, prioritizing a certified
Judge.
(4) Judge Examining the Case shall postpone the hearing for
at most 14 (fourteen) days since the order as intended in
paragraph (3).
Part Kedua
Voluntary Reconciliation at the Legal Avenue Level of
Appeal, Cassation, or Judicial Review
Article 34
(1) As long as the case has not been decided at the legal
avenue level of appeal, cassation, or judicial review, the
Parties based on agreement may undergo reconciliation
efforts:
(2) If they may desire, the Parties through the Chief Judge
submits the Reconciliation Agreement in writing to the
Judge Examining the Case at the appellate level,
cassation level, or judicial review level to be decided with
a Deed of Reconciliation, as long as it fulfills the
provisions of Article 27 paragraph (2).
- 27 -
CHAPTER VII
SEPARABILITY OF MEDIATION FROM
LITIGATION
Article 35
(1) Since the stipulation of the order to conduct Mediation
and appoint Mediator as intended in Article 20 paragraph
(5), the duration for Mediation process as intended in
Article 24 paragraph (2) and paragraph (3), and Article 33
paragraph (4), does not include the duration for case
resolution as established in the Supreme Court policy
concerning case resolution at the First Instance Court
and Appelate Court within 4 (four) Courts.
(2) Against the Decision declaring that the claim is
unacceptable as intended in Article 22 paragraph (4) and
Article 23 paragraph (8) and the punishment to burden
the Mediation Cost as intended in Article 23 paragraph
(3), legal avenue may not be conducted.
(3) If the Parties are unsuccessful in reaching an agreement,
the statement and acknowledgement of the Parties in the
Mediation process may not be used as evidence in the
hearing process.
- 28 -
Article 36
(1) The Parties with or without the assistance of a certified
Mediator who has successfully resolve the dispute outside
of the Court with the Reconciliation Agreement may
submit the Reconciliation Agreement to the Court
authorized to obtain the Deed of Reconciliation by
submitting a claim.
(2) The submission of the claim as intended in paragraph (1)
must be attached with the Reconciliation Agreement and
document as evidence showing the legal relatiohsip
between the Parties and the Object of the Dispute.
(3) The Judge Examining the Case in front of the Parties
shall only reinforce the Reconciliation Agreement into a
Deed of Reconciliation if the Reconciliation Agreement is
according to the provisions of Article 27 paragraph (2).
(4) The Deed of Reconciliation against the claim to reinforce
the Reconciliation Agreement as intended in paragraph
(1) shall be articulated by the Judge Examining the Case
in a hearing that is open for public at most 14 (fourteen)
days since the claim is registered.
(5) The Copy of the Deed of Reconciliation as intended in
paragraph (4) shall be delivered to the Parties in the same
day as the articulation of the Deed of Reconciliation.
- 29 -
Article 37
(1) In the case that the Reconciliation Agreement submitted
to be reinforced in the form of a Deed of Reconciliation
does not fulfill the provisions as intended in Article 27
paragraph (2), the Judge Examining the Case shall
provide instruction to the Parties on which part must be
revised.
(2) By still considering the deadline of the Deed of
Reconciliation submission resolution as intended in
Article 36 paragraph (4), the Parties shall immediately
revise and resubmit the Reconciliation Agreement that
has been revised to the Judge Examining the Case.
CHAPTER IX
CLOSING PROVISIONS
Article 38
When this Supreme Court Regulation is in effect, the Supreme
Court Regulation Number 1 Year 2008 concerning Mediation
Procedure in Court is revoked and deemed invalid.
Article 39
This Supreme Court Regulation takes effect on the date of the
promulgation.
- 30 -
Stipulated in Jakarta
on 03 February 2016
Duly
signed
Enacted in Jakarta
on 04 February 2016
duly signed
WIDODO EKATJAHJANA