Dismissal
Proses dismissal merupakan proses penelitian
terhadap gugatan yang masuk di Pengadilan Tata
Usaha Negara oleh Ketua Pengadilan.
Dalam proses penelitian itu, Ketua Pengadilan dalam
rapat permusyawaratan memutuskan dengan suatu
Penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-
pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
diubah dan ditambah dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara .
istilah proses dismissal tidak dikenal, akan
tetapi substansi dari makna tersebut diatur
dalam Pasal 62 UU PERATUN.
Istilah prosedur dismissal atau proses dismissal
hanya dapat ditemui dalam keterangan
Pemerintah di hadapan sidang paripurna DPR-
RI yang mengantarkan RUU tentang Peradilan
Tata Usaha Negara yang disampaikan oleh
Menteri Kehakiman Ismail Saleh, S.H., pada
tanggal 29 April 1986.
Proses Dismissal
N.O
VERZET
PEMERIKSAAN
DALAM SIDANG
- Pasal 68
GUGATAN - Pasal 98
PERLAWANAN
d.t.w. 14 hari
PUTUSAN
(Pasal 108)
BAGAN PROSES PEMERIKSAAN GUGATAN DI
PTUN
GUGATA TAHAP I
Penelitian
N Administrasi
TAHAP II
a. Proses Dismissal
b. Menolak/mengabulkan permohonan Penundaan
PANITERA
PelaksanaanKeputusan Tata Usaha Negara (Skorsing)
c. Menolak/mengabulkan permohonan pemeriksaan
Cuma-Cuma
d. Menolak/mengabulkan pemeriksaan acara cepat.
KETUA
e. Menetapkan perkara diperiksa dengan acara biasa.
TAHAP III
- Pemeriksaan Persiapan
TAHAP IV
MAJELIS
- Sidang Terbuka untuk Umum
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA DENGAN
ACARA CEPAT
( Pasal 98 dan Pasal 99 UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No. 5 Tahun 1986 )
• Gugatan
KETUA PTUN PENETAPAN
• disertai permohonan
d.t.w. 14 hari
• acara cepat
KESIMPULAN
PUTUSAN
TAHAP PEMERIKSAAN PERKARA
DENGAN ACARA BIASA
Pemeriksaan Persiapan PEMBACAAN
oleh Majelis Hakim SURAT GUGATAN
JAWABAN
Tujuannya adalah Tergugat
untuk melengkapi
REPLIK
gugatan yang kurang Penggugat
jelas
DUPLIK
Tergugat
- Bukti Surat/Tulisan
PEMBUKTIAN - Bukti Saksi-Saksi
KESIMPULAN
PUTUSAN
Pembuktian
PEMBUKTIAN PTUN( Diatur dalam Pasal 100 s.d Pasal 107 )
Pasal 100
(1) Alat bukti ialah :
surat atau tulisan;
keterangan ahli;
keterangan saksi;
pengakuan para pihak;
pengetahuan Hakim.
(2) Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak
perlu dibuktikan.
Pasal 101
Surat sebagai alat bukti terdiri atas tiga jenis ialah:
• akta otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan
seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundang-
undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud
untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;
• akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan
ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan
maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang
peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;
• surat-surat lainnya yang bukan akta.
Pasal 102
(1) Keterangan ahli adalah pendapat orang yang
diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui
menurut pengalaman dan pengetahuannya.
(2) Seseorang yang tidak boleh didengar sebagai
saksi berdasarkan Pasal 88 tidak boleh
memberikan keterangan ahli.
Orang yang tidak boleh didengar
sebagai saksi (Pasal 88)
• Keluarga sedarah atau semenda menurut
garis keturunan lurus keatas atau kebawah
sampai derajat kedua dari salah satu pihak
yang bersengketa;
• Isteri atau suami salah satu pihak yang
bersengketa, meskipun sudah bercerai;
• Anak yang belum berusia tujuh belas tahun;
• Orang yang sakit ingatan
Pasal 89
Orang yang dapat minta pengunduran diri dari
kewajiban untuk memberikan kesaksian
• saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan
perempuan salah satu pihak;
• setiap orang yang karena martabat, pekerjaan, atau
jabatannya diwajibkan merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan martabat, pekerjaan, atau
jabatannya itu.
• Ada atau tidak adanya dasar kewajiban untuk
merahasiakan segala sesuatu sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, diserahkan kepada pertimbangan
Hakim.
Pasal 103