Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM ARBITRASE

PENYELESAIAN SENGKETA

Dosen Pengampu : Andi Muhammad Aidil, S.H., M.H.

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

NUR PUTRI AULIAH ( 105251103019 )


ANUGERAH ESAWATY M ( 105251104419 )
ANDINI W ( 105251104319 )
AHMAD RIFAI RAHMAN ( 105251103319 )

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penyelesaian Sengketa”. Tidak lupa pula sholawat dan salam kita kirimkan kepada
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa umat muslim dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhu tugas Mata Kuliah Hukum Arbitrase.
Besar harapan kami agar makalah kami ini dapat menambah wawasan kepada para
pembaca mengenai Penyelesaian Sengketa.

Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak


Andi Muhammad Aidil, S.H.,M.H selaku dosen Mata Kuliah Hukum Arbitrase, begitu
juga kepada teman-teman, para pembaca, dan pihak-pihak yang tekah berkontribusi
dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami juga menyadar bahwa makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga
kedepannya kita dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Terima Kasih atas perhatiannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

2
DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................................4

LATAR BELAKANG....................................................................................................................4

RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................5

TUJUAN....................................................................................................................................5

BAB II............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. PENGERTIAN SENGKETA........................................................................................6

B. BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA..................................................................7

C. CONTOH KASUS SENGKETA DI INDONESIA....................................................11

BAB III......................................................................................................................................15

PENUTUP..................................................................................................................................15

A. KESIMPULAN.............................................................................................................15

B. SARAN..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sengketa antara para pihak dapat diselesaikan melalui jalur litigasi (lembaga
peradilan) ataupun non litigasi (di luar pengadilan). Penyelesaian sengketa melalui jalur
litigasi yaitu penyelesaian sengketa diantara para pihak yang dilakukan melalui
pemeriksaan di hadapan hakim dalam sebuah lembaga peradilan. Litigasi (pengadilan)
adalah metode penyelesaian sengketa paling lama dan lazim digunakan dalam
menyelesaikan sengketa, baik sengketa yang bersifat publik maupun yang bersifat
privat.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat
akan keadilan dan kesejahteraan semakin besar, maka penyelesaian sengketa melalui
litigasi lambat laun dirasakan kurang efektif lagi. Penyelesaian sengketa melalui litigasi
dirasakan terlalu lama dan memakan biaya yang cukup besar. Kondisi demikian
menyebabkan pencari keadilan mencari alternatif lain yaitu penyelesaian segketa diluar
proses peradilan formal,1 yang biasa dikenal dengan penyelesaian sengketa non litigasi.

Penyelesaian sengketa non litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa


diluar pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal. Penyelesaian
sengketa non litigasi juga dikenal dengan istilah ADR (Alternative Dispute
Resolution).2 Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikenal dengan
Alternative Dispute Resolution (ADR) dapat ditempuh dengan berbagai cara. ADR
tersebut dapat berupa :

a. Arbitrase
b. Mediasi
c. Konsiliasi
d. Minitrial
e. Summary jury trial

4
f. Seetlement conference
g. Serta bentuk lainnya.

Salah satu bentuk ADR (Alternative Dispute Resolution) adalah mediasi, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti sebagai proses pengikutsertaan
pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat. Penjelasan
mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan pada keberadaan pihak
ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa untuk menyelesaikan
perselisihannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan Sengketa ?


2. Apa saja Bentuk Penyelesaian Sengketa ?
3. Apa saja contoh kasus Sengketa di Indonesia ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian sengketa


2. Untuk mengetahui Contoh Kasus Sengketa di Indonesia
3. Untuk mengetahui Alternatif Penyelesaian Sengketa

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SENGKETA
Sengketa menurut kamus bahasa indonesia adalah sesuatu yang menyebabkan
perbedaan pendapat,pertengkaran, perbantahan, pertikaian, perselisihan. Menurut
hukum, sengketa hukum terjadi apabila terdapat salah satu dari dua orang atau lebih
yang saling mengikat diri keperdataannya terhadap apa yang diperjanjikan. Tentu
banyak jenis sengketa itu tapi yang akan dibahas pada penulisan ini adalah sengketa
dalam dunia bisnis, sebelum dimulai pembahasan mengenai sengketa dalam hukum
bisnis mari kita lihat yang mendasari suatu sengketa yaitu perjanjian. Pasal 1313 KUH
Perdata Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, perjanjian tersebut sah menurut 1320
KUHPerdata bila Sepakat, cakap, hal apa yang diperjanjikan, apa yang diperjanjikan itu
halal dalam maksud tidak bertentangan dengan suatu Undang Undang yang berlaku.

Adapun dalam menyelesaikan sengketa seseorang dapat menempuh jalur


pengadilan ataupun memakai alternatif penyelesaian sengketa. Menempuh jalur
pengadilan sesorang menggugat tergugat(istilah seseorang yang digugat perdata di
Pengadilan Negeri) di wilayah tempat tinggal tergugat itu tinggal pasal 118 (1) HIR) .
Selain pengadilan, Alternatif penyelesaian sengketa merupakan pilihan lain bila
seseorang ingin menyelesaian sengketa perdatanya adapun jenis yang dipakai dalam
praktik yaitu mediasi dan arbitrase, namun dalam memakai mediasi ataupun arbitrase
haruslah kedua pihak yang bersengketa saling menyetujui.

Menurut Perma no 1 tahun 2008 Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa


melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu
oleh mediator yang mana bila para pihak bersepakat dalam menyelesaikan sengketanya
hasil dari kesepakatan itu dituangkan dalam akta perdamaian, akta yang memuat isi

6
kesepakatan perdamaian dan putusan hakim yang menguatkan kesepakatan perdamaian
tersebut yang tidak tunduk pada upaya hukum biasa maupun luar biasa.1

Kemudian yang dimaksud arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa


perdatadi luar peradilan umum yangdidasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa, ada beberapa arbitrase di Indonesia
yang memiliki spesialis bidang masing masing. Badan arbitrase yang paling familiar di
telinga praktisi ada indonesia yaitu BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia) yang
dibentuk oleh Kamar Dagang Indonesia.

B. BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA


2
Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian perkara yang dilakukan antara
salah satu pihak dengan pihak yang lainnya. Penyelesaian sengketa terdiri dari dua cara
yaitu melalui litigasi (pengadilan) dan non litigasi (luar pengadilan). Dalam proses
penyelesaian sengketa melalui litigasi merupakan sarana terakhir (ultimum remidium)
bagi para pihak yang bersengketa setelah proses penyelesaian melalui non litigasi tidak
membuahkan hasil.

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, penyelesaian sengketa melalui non
litigasi (luar pengadilan) terdiri dari 5 cara yaitu:

1. Konsultasi: suatu tindakan yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak yang
lain yang merupakan pihak konsultan
2. Negosiasi: penyelesaian di luar pengadilan dengan tujuan untuk mencapai
kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis
3. Mediasi: penyelesaian melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan di
antara para pihak dengan dibantu oleh mediator

1
Andrian Febrianto S.H, M.H, C.L.A advokat dan konsultan hukum
2
Pramesti, Tri Jata Ayu (28 November 2013).

7
4. konsiliasi: penyelesaian sengketa dibantu oleh konsiliator yang berfungsi
menengahi para pihak untuk mencari solusi dan mencapai kesepakatan di
antara para pihak.
5. Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan
sesuai dengan bidang keahliannya.

Akan tetapi dalam perkembangannya, ada juga bentuk penyelesaian di luar


pengadilan yang ternyata menjadi salah satu proses dalam penyelesaian yang dilakukan
di dalam pengadilan (litigasi). Contohnya mediasi. Dari pasal tersebut kita ketahui
bahwa mediasi itu adalah penyelesaian di luar pengadilan, akan tetapi dalam
perkembangannya, mediasi ada yang dilakukan di dalam pengadilan.

Di dalam Pasal 1 angka 1 Undang - Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan bahwa penyelesaian
sengketa di luar pengadilan mengenal adanya cara arbitrase yaitu penyelesaian suatu
sengketa perdata di luar pengadilan yang di dasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Apa yang dimaksud dengan penyelesaian non litigasi? Penyelesaian melalui non
litigasi ialah penyelesaian sengketa yang dilakukan menggunakan cara-cara yang ada di
luar pengadilan atau menggunakan lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Di
Indonesia, penyelesaian non litigasi ada dua macam, yakni Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU AAPS).3

Secara bahasa, Arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin) yang berarti
kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase
merupakan penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral, yaitu
individu atau arbitrase sementara (ad hoc). Menurut Abdul Kadir, arbitrase adalah
penyerahan sukarela suatu sengketa kepada seorang yang berkualitas untuk
menyelesaikannya dengan suatu perjanjian bahwa suatu keputusan arbiter akan final dan

3
Widijowati, Rr. Dijan. HUKUM DAGANG, ed. 1. 2012. Yogyakarta: CV. Andi Offset

8
mengikat. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, pada pasal 1, Arbitrase adalah cara penyelesaian
suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa arbitrase adalah perjanjian


perdata yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak untuk menyelesaikan sengketa
mereka yang diputuskan oleh pihak ketiga yang disebut arbiter yang ditunjuk secara
bersama-sama oleh para pihak yang bersengketa dan para pihak menyatakan akan
menaati putusan yang diambil oleh arbiter.

Bagaimana para pihak dapat menyelesaikan sengketanya pada lembaga


arbitrase? Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase harus terlebih didahului
dengan kesepakatan para pihak secara tertulis untuk melakukan penyelesaian
menggunakan lembaga arbitrase. Para pihak menyepakati dan mengikat diri untuk
menyelesaikan perselisihan yang akan terjadi oleh arbitrase sebelum terjadi perselisihan
yang nyata dengan menambahkan klausul pada perjanjian pokok. Namun apabila para
pihak belum memasukkannya pada kkalusul perjanjian pokok, para pihak dapat
melakukan kesepakatan apabila sengketa telah terjadi dengan menggunakan akta
kompromis yang ditandatangani kedua belah pihak dan disaksikan oleh Notaris.

Penyelesaian sengketa dengan menggunkan lembaga abitrase akan


menghasilkan Putusan Arbitrase. Menurut undang-undang nomor 30 tahun 1999, arbiter
atau majelis arbitrase untuk segera menjatuhkan putusan arbitrase selambat-lambatnya
30 hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan sengketa oleh arbiter. Jika didalam
putusan yang dijatuhkan tersebut terdapat kesalahan administratif, para pihak dalam
waktu 14 hari terhitung sejak putusan dijatuhkan diberikan hak untuk meminta
dilakukannya koreksi atas putusan tersebut. Putusan arbitrase merupakan putusan pada
tingkat akhir (final) dan langsung mengikat para pihak. Putusan arbitrase dapat
dilaksanakan setelah putusan tersebut didaftarkan arbiter atau kuasanya ke panitera

9
pengadilan negeri. Setelah didaftarkan, ketua pengadilan negeri diberikan waktu 30 hari
untuk memberikan perintah pelaksanaan putusan arbitrase.4

Selain melalui proses arbitrasi, penyelesaian sengketa non litigasi dapat juga
dilakukan dengan cara alternatif penyelesaian sengketa atau alternative dispute
resolution (ADR). Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian
sengketa diluar pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh
para pihak yang bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan para pihak ketuga yang
netral. Menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, pada pasal 1 angka 10, alternatif penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Penyelesaian sengketa melalui ADR mempunyai keungulan-keunggulan


dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui litigasi, diantaranya ialah adanya
sifat kesukarelaan dalam proses karena tidak adanya unsur pemaksaan, prosedur yang
cepat, keputusannya bersifat non judicial, prosedur rahasia, fleksibilitas dalam
menentukan syarat-syarat penyelesaian masalah, hemat waktu dan hemat biaya,
tingginya kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan dan pemeliharaan hubungan
kerja.5

Lalu apa perbedaan antara Arbitrasi, mediasi dan konsiliasi? Arbitrasi adalah
penyelesaian dengan menggunakan bantuan pihak ketiga (arbiter), dimana para pihak
menyatakan akan menaati putusan yang diambil oleh arbiter. Sedangkan mediasi juga
menggunakan bantuan dari pihak ketiga (mediator), namun mediator hanya bertugas
menjembatani para pihak tanpa memberikan pendapat-pendapat mengenai penyelesaian
sengketa. Meskipun sama-sama menggunakan bantuan dari pihak ketiga (konsiliator),
namun untuk konsiliasi bersifat lebih formal dari pada mediasi. Konsiliator dapat

4
Fuady, Munir. ARBITRASE NASIONAL, ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS. 2000. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
5
Safa’at, Rachmad. ADVOKASI DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA: Latar Belakang, Konsep, dan
Implementasi, cet. 1. 2011. Malang: Surya Pena Gemilang.

10
memberikan pendapat-pendapat kepada para pihak terhadap masalah yang
diperselisihkan, namun pendapat tersebut tidak mengikat para pihak

Masing-masing penyelesaian sengketa non litigasi maupun litigasi memiliki ciri


khas atau karakteristik yang berbeda-beda. Setiap metode juga memiliki kekurangan
serta kelebihan. Hal tersebut dapat disesuaikan oleh para pihak dengan memilih
lembaga penyelesaian sengketa yang paling efektif dalam menyelesaikan sengketa dan
menguntungkan bagi para pihak. 6

C. CONTOH KASUS SENGKETA DI INDONESIA

1. SENGKETA TANAH

Pengertian sengketa tanah tertera dalam UU Sengketa Tanah yaitu Peraturan


Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia No.3 Tahun 2011. Di dalamnya tertulis
bahwa sengketa tanah atau sengketa adalah perselisihan tanah yang melibatkan badan
hukum, lembaga atau perseorangan dan secara sosio-politis tidak memiliki dampak luas.
Singkatnya, tanah sengketa adalah tanah yang kepemilikannya dipermasalahkan oleh
dua pihak, dimana mereka saling berebut untuk mengklaim kepemilikan tanah tersebut.
Tanah sengketa adalah kasus yang bisa dibilang sering terjadi di Indonesia.

Faktanya, Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan pertanahan Nasional


(ATR/BPN) mencatat telah menangani sebanyak 185 kasus pertanahan dengan adanya
indikasi keterlibatan mafia tanah. Jenis kasusnya pun beragam, misalnya pemalsuan
dokumen, merubah batas tanah secara ilegal dan sebagainya.

Klasifikasi

Kasus sengketa terkait tanah digolongkan dalam 3 klasifikasi, diantaranya:

6
Margono, Suyud. ADR, ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION DAN ARBITRASE: Proses Pelembagaan dan
Aspek Hukum. 2000. Jakarta: Ghalia Indonesia.

11
1. Kasus ringan, Dikatakan sebagai kasus ringan karena pengadaannya berupa
petunjuk yang bersifat teknis administratif. Sehingga penyelesaiannya cukup
dilakukan dengan adanya surat petunjuk penyelesaian kepada pemohon atau
pengadu.
2. Kasus sedang, Kasus sedang melibatkan hukum dalam penyelesaiannya dan
administrasi yang menimbulkan gejala sosial, politik, keamanan dan ekonomi.
3. Kasus berat , Kasus sengketa bisa dikatakan berat apabila melibatkan banyak
orang mnya cukup kompleks. Sehingga bisa menimbulkan gejolak sosial,
politik, keamanan dan politik.

Contoh kasus penyelesaian sengketa melalui mediasi misalnya seperti ini, Pak
Pras membeli sepetak tanah di sebuah desa. Ternyata, tanah tersebut juga diklaim orang
lain. Dalam hal ini, penjual tanah terlibat dalam kasus tersebut. Mereka bersepakat
untuk melakukan mediasi melalui kantor pertanahan tanpa melibatkan hukum atau
pengadilan.

2. SENGKETA BISNIS

Penyelesaian sengketa bisnis kebanyakan dilaksanakan menggunakan cara


litigasi atau penyelesaian sengketa melalui proses persidangan. Penyelesaian sengketa
tersebut diawali dengan pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri dan diakhiri
dengan putusan hakim. Namun disamping penyelesaian sengketa melalui proses litigasi,
terdapat pula penyelesaian sengketa melalui non litigasi.

Apa yang dimaksud dengan penyelesaian non litigasi? Penyelesaian melalui non
litigasi ialah penyelesaian sengketa yang dilakukan menggunakan cara-cara yang ada di
luar pengadilan atau menggunakan lembaga alternatif penyelesaian sengketa. Di
Indonesia, penyelesaian non litigasi ada dua macam, yakni Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU AAPS).

Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dan kompleks nantinya pasti akan
melahirkan berbagai macam bentuk kerja sama bisnis. Mengingat kegiatan bisnis akan

12
semakin meningkat dari hari ke hari, maka dari itu tidak mungkin dihindari terjadinya
sengketa di antara para pihak yang terlibat. Sengketa muncul karena berbagai alasan dan
masalah yang melatarbelakanginya, terutama karena adanya conflict of interest di antara
para pihak. Sengketa yang muncul di antara pihak-pihak yang terlibat dalam berbagai
macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa bisnis.

Mengutip dari Sutiyoso dalam bukunya yang berjudul Penyelesaian Sengketa


Bisnis mengelompokkan sengketa bisnis sebagai berikut:

1. Sengketa perniagaan;
2. Sengekta perbankkan;
3. Sengketa keuangan;
4. Sengketa penanaman modal;
5. Sengketa perindustrian;
6. Sengketa HKI;
7. Sengketa konsumen;
8. Sengketa kontrak;
9. Sengketa pekerjaan;
10. Sengketa perburuhan;
11. Sengketa oerusahaan;
12. Sengketa hak;
13. Sengketa properti;
14. Sengketa pembangunan konstruksi7

8
Penyelesaian sengketa bisnis melalui lembaga arbitrase dilakukan dengan dua
cara yaitu melalui factum decompromittendo, sebelum terjadi sengketa klausula
arbitrase telah dicantumkan dalamperjanjian pokok, atau melalui akta kompromis
setelah terjadi sengketa klausula arbitrase dibuat dalam bentuk tertulis terpisah dari
perjanjian pokok
7
By dini inasyah|May 28th, 2021|Business Law
8
Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek
Hukum, Bogor, Ghalia Indonesia,
2004, Hal. 12

13
Alternatif penyelesaian sengketa melalui lembaga abitrase di Indonesia dikenal
dua macam, yaitu Arbitrase Institusional (bersifat permanen atau melembaga sebagai
organisasi) dan Arbitrase Ad Hoc (bersifat sementara atau temporer). Lembaga arbitrase
institusional di Indonesia yang keberadaannya telah membantu penyelesaian sengketa
secara non litigasi yang diselenggarakan oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(selanjutnya disingkat BANI) yang didirikan oleh Kamar Dagang dan Industri pada
tanggal 3 Desember 19779

Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase banyak diminati oleh para


pelaku bisnis, sebab penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase memiliki
kelebihan dibanding lembaga pengadilan yang bersifat formal. Kelebihan lain lembaga
arbitrase, diantaranya yaitu proses cepat dan sederhana, biaya murah, kerahasiaan
sengketa terjaga, putusan bersifat merangkul dan menguntungkan para pihak (win-win
solution).

9
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1995, Hal. 182.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sengketa menurut kamus bahasa indonesia adalah sesuatu yang menyebabkan
perbedaan pendapat,pertengkaran, perbantahan, pertikaian, perselisihan. Menurut
hukum, sengketa hukum terjadi apabila terdapat salah satu dari dua orang atau lebih
yang saling mengikat diri keperdataannya terhadap apa yang diperjanjikan. Tentu
banyak jenis sengketa itu tapi yang akan dibahas pada penulisan ini adalah sengketa
dalam dunia bisnis, sebelum dimulai pembahasan mengenai sengketa dalam hukum
bisnis mari kita lihat yang mendasari suatu sengketa yaitu perjanjian. Pasal 1313 KUH
Perdata Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, perjanjian tersebut sah menurut 1320
KUHPerdata bila Sepakat, cakap, hal apa yang diperjanjikan, apa yang diperjanjikan itu
halal dalam maksud tidak bertentangan dengan suatu Undang Undang yang berlaku.

Penyelesaian sengketa adalah suatu penyelesaian perkara yang dilakukan antara


salah satu pihak dengan pihak yang lainnya. Penyelesaian sengketa terdiri dari dua cara
yaitu melalui litigasi (pengadilan) dan non litigasi (luar pengadilan). Dalam proses
penyelesaian sengketa melalui litigasi merupakan sarana terakhir (ultimum remidium)
bagi para pihak yang bersengketa setelah proses penyelesaian melalui non litigasi tidak
membuahkan hasil.

Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, penyelesaian sengketa melalui non
litigasi (luar pengadilan) terdiri dari 5 cara yaitu:

1. Konsultasi: suatu tindakan yang dilakukan antara satu pihak dengan pihak yang
lain yang merupakan pihak konsultan

15
2. Negosiasi: penyelesaian di luar pengadilan dengan tujuan untuk mencapai
kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis
3. Mediasi: penyelesaian melalui perundingan untuk mencapai kesepakatan di
antara para pihak dengan dibantu oleh mediator
4. Konsiliasi: penyelesaian sengketa dibantu oleh konsiliator yang berfungsi
menengahi para pihak untuk mencari solusi dan mencapai kesepakatan di antara
para pihak.
5. Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai
dengan bidang keahliannya.

Ada dua contoh kasus sengketa di Indonesia, yaitu sengketa bisnis dan sengketa
tanah. Pengertian sengketa tanah tertera dalam UU Sengketa Tanah yaitu Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia No.3 Tahun 2011. Di dalamnya tertulis
bahwa sengketa tanah atau sengketa adalah perselisihan tanah yang melibatkan badan
hukum, lembaga atau perseorangan dan secara sosio-politis tidak memiliki dampak luas.
Singkatnya, tanah sengketa adalah tanah yang kepemilikannya dipermasalahkan oleh
dua pihak, dimana mereka saling berebut untuk mengklaim kepemilikan tanah tersebut.
Tanah sengketa adalah kasus yang bisa dibilang sering terjadi di Indonesia.

Penyelesaian sengketa bisnis kebanyakan dilaksanakan menggunakan cara


litigasi atau penyelesaian sengketa melalui proses persidangan. Penyelesaian sengketa
tersebut diawali dengan pengajuan gugatan kepada pengadilan negeri dan diakhiri
dengan putusan hakim. Namun disamping penyelesaian sengketa melalui proses litigasi,
terdapat pula penyelesaian sengketa melalui non litigasi.

B. SARAN
Penulis makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk
dapat memperkaya khasanah perpustakan serta bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai mata kuliah ini guna

16
kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga meminta maaf jika ada kesalahan kata
dalam makalah kami.

Terima Kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi


Wabaralatuh.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_sengketa#:~:text=Penyelesaian
%20sengketa%20adalah%20suatu%20penyelesaian,non%20litigasi%20(luar
%20pengadilan).
2. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13628/Arbitrase-
Dan-Alternatif-Penyelesaian-Sengketa.html
3. https://prospeku.com/artikel/sengketa-tanah---3462#:~:text=Singkatnya%2C
%20tanah%20sengketa%20adalah%20tanah,dibilang%20sering%20terjadi
%20di%20Indonesia.
4. https://www.pphbi.com/penyelesaian-sengketa-bisnis/#:~:text=Mengutip
%20dari%20perkataan%20Maxwell%20J,macam%20bentuk%20kerja%20sama
%20bisnis.

18

Anda mungkin juga menyukai