TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Sengketa
yang terjadi antara para pihak dalam perjanjian karena adanya wanprestasi
8
Pengertian berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
9
Nurnaningsih Amriani. 2012. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. Jakarta. Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 13.
10
Takdir Rahmadi. 2017. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.
Jakarta. Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 1.
17
dimaksud dengan sengketa adalah perselisihan yang terjadi antara para
Sehingga dengan kata lain telah terjadi wanprestasi oleh pihak-pihak atau
Sengketa yang timbul antara para pihak harus diselesaikan agar tidak
keadilan dan kepastian hukum bagi para pihak. Secara garis besar bentuk
penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui dua cara yaitu jalur litigasi
2. Penyelesaian Sengketa
18
para pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang dilandasi
yang mana setiap pihak bersengketa memiliki hak dan kewajiban yang
melalui jawaban.13
menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain. Selain itu,
12
Bunyi Pasal 6 ayat (1), “Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para
pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan
mengesampingkan penyelesaian sengketa secara litigasi di Pengadilan Negeri.
13
Yessi Nadia, Penyelesaian Sengketa Litigasi dan Non-Litigasi (Tinjauan Terhadap Mediasi
dalam Pengadilan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,
https://www.academia.edu/29831296/Penyelesaian_Sengketa_Litigasi_dan_Non-
Litigasi_Tinjauan_terhadap_Mediasi_dalam_Pengadilan_sebagai_Alternatif, diakses tanggal 26
Februari 2019.
19
remidium) setelah upaya-upaya alternatif penyelesaian sengketa tidak
membuahkan hasil.14
putusan win-lose solution. Sehingga pasti akan ada pihak yang menang
pihak satunya akan kalah, akibatnya ada yang merasa puas dan ada
yang lambat, waktu yang lama dan biaya yang tidak tentu sehingga
dapat relative lebih mahal. Proses yang lama tersebut selain karena
14
Frans Hendra Winarta. 2012. Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia
dan Internasional. Jakarta. Penerbit : Sinar Grafika. Hal. 1 dan 2.
20
2.2 Penyelesaian Sengketa Secara Non-Litigasi
dikenal dengan nama APS) telah memiliki landasan hukum yang diatur
budaya, kebiasaan atau adat masyarakat Indonesia dan hal ini sejalan
15
Rachmadi Usmani. 2012. Mediasi di Pengadilan : Dalam Teori dan Praktik. Jakarta.
Penerbit : Sinar Grafika. Hal. 8.
21
itu, masuknya konsep ADR di Indonesia tentu saja dapat dengan
16
Rika Lestari. Perbandingan Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi di Pengadilan
dan di Luar Pengadilan di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 3 No. 2. Hal. 219.
17
Pasal 1 Angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
18
Rika Lestari. Perbandingan Hukum Penyelesaian Sengketa Secara Mediasi di Pengadilan
dan di Luar Pengadilan di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 3 No. 2. Hal. 219 dan 220.
22
Namun dalam perkembangan dan pemberlakuan khususnya di
a. Konsultasi
konsultasi adalah :
subject”.20
satu pihak tertentu yang disebut dengan klien dengan satu pihak
19
Riski Abdriana Yuriani. 2013. Upaya Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam Menyelesaikan
Sengketa Melalui Mediasi. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal. 21-
24.
20
Black’s Law Dictionary.
23
adalah bebas, karena tidak terdapat rumusan yang menyatakan sifat
b. Negosiasi
Arbitrase bahwa pada dasarnya para pihak dapat dan berhak untuk
21
Sri Hajati, Sri Winarsi, dkk. Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan. Surabaya. Penerbit :
Airlangga University Press. Hal. 429.
24
Menurut Ficher dan Ury sebagaimana dikutip oleh
c. Mediasi
Mediator.24
ayat (3), (4), dan (5) UU 30/1999 tentang Arbitrase bahwa terhadap
22
Nurnaningsih Amriani. 2012. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan. Jakarta. Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 23.
23
Susanti Adi Nugroho. 2009. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta.
Penerbit : Telaga Ilmu Indonesia. Hal. 21.
24
Pasal 1 angka (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.
25
sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui negosiasi, maka
tercapainya mufakat.
d. Konsiliasi
26
Black’s Law Dictionary memberikan pengertian konsiliasi
yaitu25 :
before arbitration”.
25
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. 2000. Seri Hukum Bisnis : Hukum Arbitrase. Jakarta.
Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 36.
26
Sri Hajati, Op.cit. hal. 434.
27
e. Penilaian Ahli
salah satu atau lebih ketentuan dalam perjanjian yang telah dibuat
27
Lihat dalam Pasal 1 Angka (1), Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah Lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
28
Sri Hajati, Loc.cit.
28
f. Arbitrase
yang lama.
29
Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
29
diatur pada Pasal 1 Huruf (a) bahwa arbitrase merupakan cara
penyelesaian sengketa.30
antara lain31 :
penyelesaian sengketa;
30
Sudargo Gautama. 2001. Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia : Penyelesaian
Sengketa Secara Alternatif (ADR). Bandung. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 122.
31
Penjelasan atas UU 30/1999 tentang Arbitrase bagian Umum.
30
3) Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
adil;
dipublikasikan.32
32
Dalam UU 30/1999 tentang Arbitrase tidak hanya mengatur perihal pelaksanaan arbitrase
saja, juga mengatur Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagai Lembaga penyelesaian beda
pendapat atau sengketa melalu prosedur yang disepakati parapihak, dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli.
31
badan peradilan di bawahnya serta Mahkamah Konstitusi, diantaranya
sengketa.34
penyelesaian sengketa.
33
Vide Pasal 38 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
34
Vide Pasal 58 UU 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, memperkuat kedudukan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
35
Flysh Geost, Macam-Macam Lembaga Arbitrase,
https://www.geologinesia.com/2016/02/macam-macam-lembaga-arbitrase.html, diakses tanggal 1
Maret 2019.
32
Arbitrase adalah suatu tata cara untuk menyelesaikan suatu
untuk menjabarkan suatu bentuk tata cara damai yang sesuai atau
33
yang timbul sehingga mencapai suatu hasil tertenti yang secara hukum
37
Junaedy Ganie. Ibid. hal, 5.
38
Vide Pasal 59 UU 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
39
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
40
Arbitrase Sebagai Salah Satu Alternatif Penyelesaian Sengketea Diluar Pengadilan
(Angkatan Keempat), https://www.hukumonline.com/2015, diakses tanggal 22 Februari 2019.
34
1) Sidang tertutup untuk umum
sebagai berikut :
35
yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk
1) BANI
41
Flysh Geost, Macam-Macam Lembaga Arbitrase,
https://www.geologinesia.com/2016/02/macam-macam-lembaga-arbitrase.html, diakses tanggal 1
Maret 2019.
36
serta di awasi oleh Dewan Pengurus dan Dewan Penasehat
2) BASYARNAS
42
Indonesia Arbitration : Selintas tentang BANI. BANI Quarterly Newslettr. ISSN No. 1978-
8398 Vol. I. Oktober – Desember 2007. Hal.2 dan 3.
43
O.C. Kaligis. 2009. Asas Kepatutan dalam Arbitrase. Bandung. Penerbit PT. Alumni. Hal.2.
37
Badan Arbitrase Syariah Nasional (biasanya disingkat
3) BAPMI
44
Pasal 4 ayat (1) sampai dengan ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/19/PBI/2007
tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana
Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.
38
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (disingkat
Jasa Keuangan.
39
sementara atau tidak permanen. Sehingga yang membedakan
45
Inilah Lembaga Arbitrase yang Berwenang dalam Menyelesaikan Sengketa,
https://www.kompasiana.com/igodigital/59912368e995f0090f34d1a2/inilah-lembaga-arbitrase-
yang-berwenang-dalam-menyelesaikan-sengketa, diakses tanggal 8 Maret 2019.
46
Ibid.
40
2. Ketentuan tentang Perjanjian Arbitrase
yang harus dipenuhi agar perjanjian yang dibuat para pihak sah, yaitu
sebagai berikut :
d. Sebab tertentu
terikat dalam perjanjian bebas untuk menentukan apa yang para pihak
kept).48
47
Kesepakatan merupakan penerimaan dari kedua belah pihak atas penawaran yang diberikan,
sehingga ketika terdapat salah satu pihak tidak menerima penawaran tersebut maka belum tercapai
sebuah kesepakatan.
48
O.C. Kaligis. 2009. Asas Kepatutan dalam Arbitrase. Bandung. Penerbit PT. Alumni. Hal. 1
dan 2.
41
Pengertian perjanjian arbitrase diatur dalam Pasal 1 Angka (3)
tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu
sengketa.49
ini :
49
Pasal 1 Angka (3) UU 30/1999 tentang Arbitrase.
50
Galuh Eva Purnama. 2005. Klausula Arbitrase dalam Kontrak Perusahaan Patungan.
Surabaya.Thesis. Fakultas Hukum. Universitas Airlangga. Hal. 34.
42
a. meninggalnya salah satu pihak;
c. novasi;
e. pewarisan;
cacat hukum atau tidak sah, maka klausula arbitrase tetap dianggap sah
dan mengikat.
43
memberikan wewenang kepada arbiter51, sehingga arbiter berwenang
pihak jika hal ini tidak diatur dalam perjanjian yang dibuat para pihak.
BAPMI.
44
arbitrase tersendiri yang dibuat Para Pihak setelah timbul sengketa.
sebagai berikut :
1) Pactum De Compromitendo
Compromitendo.52
52
Pasal 3 Ayat (2) Huruf (a) Peraturan BAPMI.
45
terjadi perselisihan antara para pihak. UU 30/1999 tentang
atau yang akan terjadi di antara para pihak dapat disepakati untuk
KUHPerdata.54
2) Akta Kompromis
53
Bunyi Pasal 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa sebagai berikut, “Para pihak dapat menyetujui suatu sengketa yang terjadi
atau yang akan terjadi antara mereka untuk diselesaikan melalui arbitrase.
54
Munir Fuady. 2000. Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis).
Bandung. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 117 dan 118.
55
Pasal 3 Ayat (3) Huruf (b) Peraturan BAPMI.
46
bentuk perjanjian yang dibuat “setelah” timbul sengketa antara
sengketa tersebut.
syarat yang lebih ketat dan tegas, karena terdapat ancaman batal
putusan;
47
(ix) Pernyataan kesediaan dari arbiter;
mengenai suatu pokok persoalan yang lahir dari suatu perjanjian dasar
56
Munir Fuady. Hal. 119 dan 120.
57
Pasal 1 Huruf (w) Peraturan BAPMI.
58
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. 2000. Seri Hukum Bisnis : Hukum Arbitrase. Jakarta
: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 93.
48
Hukum arbitrase baik termasuk arbitrase nasional maupun
konkrit tersebut.
49
kekuatan hukum tetap sejak diputuskan oleh arbiter atau majelis
arbiter.
50
f. pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase
h. amar putusan;
telah timbul antara para pihak (Pasal 56 Ayat (1) dan (2) UU
51
Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
52
melihat keadilan sebagai kebajikan utama yang harus dipegang teguh
Tergugat atau Termohon yang menjadi pihak yang kalah tidak bersedia
yang kalah dalam sengketa tersebut, maka tidak akan ada tindakan
53
rekonvensi). Pihak Pemohon yang menuntut melalui arbitrase agar
yang berperkara.
yaitu,
c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah
54
Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara
tertulis dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
Arbitrase.
55
4. Ketentuan tentang Putusan Pengadilan
bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili dan setiap putusan harus ditandatangani oleh ketua serta hakim
56
demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar
jangka Panjang, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang
60
M. Irsan Nasarudin, Indra Surya, dkk. 2014. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta.
Penerbit Kencana. Hal. 13.
61
Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek kepada masyarakat berdasarkan tata
cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dari peraturan pelaksanaannya.
62
Efek merupakan surat berharga meliputi surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas Efek dan setiap derivative dari Efek.
63
Pasal 1 Angka (13) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
57
Lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
harus menunggu dana dari hasil produksi perusahaan. Dari proses ini
peningkatan kemakmuran.64
64
Ibid. Hal 13 dan 14.
65
Pemohon merupakan Pihak atau pihak-pihak yang mengajukan Permohonan Arbitrase
kepada BAPMI sesuai Peraturan BAPMI ini
66
Termohon adalah Pihak atau pihak-pihak yang menjadi lawan dari Pemohon dalam
penyelesaian sengketa melalui Arbitrase
67
Turut Termohon merupakan Pihak atau pihak-pihak yang turut ditarik oleh Pemohon sebagai
lawan Pemohon dalam Permohonan Arbitrase.
58
BAPMI ini menunjuk pada 2 (dua) atau lebih Pihak seluruhnya
Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain,
68
Pasal 1 Huruf (l) Peraturan BAPMI.
59
menyelesaikan transaksi Efek dan mewakili pemegang
60
Manajer Investasi diatur dalam Pasal 1 Angka (11) UU
Pada tahun 2002 di lingk ungan Pasar Modal diantaranya PT. Bursa
Efek Jakarta (BEJ) kini berganti nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia
(BEI), PT. Kliring Penjaminan Efek (KPEI) dan PT. Kustodian Sentral
dalam bentuk Akta Nomor 14 (empat belas) dibuat oleh Notaris Fathiah
KSEI pada tanggal 9 Agustus 2002 dan disaksikan oleh Bapak Boediono
selaku Menteri Keuangan Republik Indonesia pada saat itu dalam suatu
61
hukum berdasarkan SK Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No.
BAPMI ini tidak terlepas dari keinginan para pelaku di bidang Pasar
orang-orang yang memahami Pasar Modal dengan proses yang cepat dan
murah, hasil yang final dan mengikat serta memenuhi rasa keadilan.69
perkara dalam lingkup Pasar Modal saja yang dapat diselesaikan melalui
sebagai berikut70 :
bersengketa;
69
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia, Latar Belakang, bapmi.org, diakses tanggal 4 Maret
2019.
70
Pasal 2 Ayat (2) Peraturan BAPMI.
62
c. Sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan dapat diadakan
perdamaian;
di luar pengadilan yang dapat dipilih oleh para pihak yang bersengketa
kepentingan dengan kasus yang ditangani atau dengan salah satu pihak
itu harus diganti dengan yang lain yang tidak memiliki benturan
kepentingan.71
71
Ibid.
63
3. Prosedur Penyelesaian Sengketa di BAPMI
perjanjian arbitrase.
64
1) Kesepakatan sebagaimana dimaksud diatas;
perkara;
akan memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah, maka pada
65
ditanggung oleh para pihak dalam pembagian beban yang dianggap
72
www.bapmi.org.
66