Anda di halaman 1dari 10

PERANAN ASAS ITIKAD BAIK DALAM KONTRAK BAKU

(Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)

Ery Agus Priyono


Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Email: Eap_fh_undip@yahoo.com

ABSTRACT

Good faith is a value that becomes a benchmark in determining whether a contract is feasible
or not to be implemented. Good faith is a filter based on morality and propriety for the
existence of a contract, after the contract is declared to have been valid under the terms of the
legal contract as stipulated in Article 1320 Civil Code. Standard contracts are contracts that
tend to be unilateral and tend to violate the principle of freedom of contract. Contracts that in
its formation are less involving the other party is often disifati as take it or leave it contract.
This exposure aims to examine the function of the principle of good faith in judging a
standard contract and its legal consequences if the principle is violated. Descriptive and
normative analysis becomes an option in the discussion.sebagai conclusion then the result of
the violation of the principle of good faith is the agreement null and void or can be canceled

Keywords : Good faith, standard contract, unilateral,normative

ABSTRACT

Itikad baik adalah satu nilai yang menjadi tolok ukur dalam menentukan apakah suatu
kontrak itu layak atau tidak untuk dilaksanakan. Itikad baik merupakan penyaring yang
didasari oleh nilai moraldan kepatutan bagi keberadaan sebuah kontrak, setelah kontrak itu
dinyatakan telah sah berdasarkan syarat sah kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KUH Perdata. Kontrak baku adalah kontrak yang cenderung bersifat sepihak dan cenderung
melanggar asas kebebasan berkontrak. Kontrak yang dalam pembentukannya kurang
melibatkan pihak lainnya itu sering disifati sebagai take it or leave it contract. Paparan ini
bertujuan untuk menelaah fungsi asas itikad baik dalam menilai sebuah kontrak baku dan
akibat hukumnya jika asas tersebut dilanggar. Analisis deskriptif dan normatif menjadi
pilihan dalam pembahasannya.sebagai kesimpulan maka akibat pelanggran terhadap asas
itikad baik adalah perjanjian batal demi hukum atau dapat dibatalkan

Kata kunci : Itikad baik, kontrak baku, sepihak, , normatif

A. LATAR BELAKANG namun pada dewasa ini kecenderungan


Suatu kontrak, secara tradisional makin memperlihatkan bahwa banyak
terjadi berdasarkan asas kebebasan kontrak di dalam transaksi bisnis yang
berkontrak, melalui suatu proses negosiasi terjadi bukan melalui proses negosiasi
diantara yang seimbang diantara mereka1, yang seimbang di antara para
pihak.Kontrak itu terjadi dengan cara pihak
1HerlienBudiono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum yang satu telah menyiapkan syarat-syarat
Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, baku pada suatu formulir kontrak yang
Bandung, hlm. 1

13
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)

sudah dicetak dan kemudian disodorkan tingkat regional maupun internasional. 5


kepada pihak lainnya untuk disetujui Asas ini juga mendasari berlakunya
dengan hampir tidak memberikan kontrak di India6, Jepang7, dan China8
kebebasan sama sekali kepada pihak Kontrak baku yang dalam
lainnya untuk melakukan negosiasi atas pekembangannya “menyingkirkan” asas
syarat-syarat yang disodorkan. Kontrak
kebebasan berkontrak, perlu dikendalikan
yang demikian itu dinamakan kontrak
standar atau kontrak baku atau kontrak dengan suatu pengendali yang didasari
adhesi.2 pada nilai moral, hati nurani yang lazim
Kontrak baku,kehadirannya dikenal dengan istilah Itikad baik. Iktikad
dipenuhi kontroversi yang tidak pernah baik (good faith) dalam pelaksanaan
henti, banyak pakar yang menentang kontrak merupakan lembaga hukum
kehadirannya dalam kasanah hukum bisnis, (rechtsfiguur) yang berasal dari hukum
akan tetapi yang mendukungpun tidak Romawi yang kemudian diserap oleh Civil
sedikit. Fakta yang ada menunjukkan Law. Belakangan, asas ini diterima pula
meskipun diliputi kondisi yang hukum kontrak di negara-negara yang
kontroversial tersebut. Secara kasat mata
menganut Common Law, seperti Amerika
kita dapat melihat hampir merata di dalam
kehidupan kita, kontrak baku ini selalu Serikat, Australia, dan Kanada. Bahkan
muncul dalam berbagai macam kontrak asas ini telah diterima pula oleh hukum
yang dibuat para pihak. 3 internasional seperti Artikel 1.7
Slawson4 dalam tulisannya UNIDROIT dan Artikel 1.7 Convention
“Standard Form Contract and Democratic Sales of Goods.9 Asas ini ditempatkan
of Law Making Power” sebagaimana sebagai asas yang paling penting (super
dikutip Pohan, menulis … eminent principle) dalam kontrak.10 Ia
Standart contract form probably menjadi suatu ketentuan fundamental
account for more than 90 percent dalam hukum kontrak, dan mengikat para
of all contract now made. Most
pihak dalam kontrak.11
persons have difficult remembering
the last time they contracted other
than by standard form.
5
Benedicte Fauvarque-Coson and Denis Mazeaud,
editors, European Contract Law, European Law
Kontroversi yang dibawa oleh Publisher, hlm. 423
kontrak yang berbentuk kontrak baku ini 6 Sairam Bath, 2009, Basis For Cntract Law dalam Law

and Business Contracts in India, Saiga Publications


terkait dengan “dilanggarnya” suatu asas India, hlm. 9
yang sangat dijunjung tinggi dalam dunia 7 Willem M Vissert Hooft, 2005, Japanese Contract and

Anti Trust Law, London, Routledge Curzon Taylor


kontrak, yaitu Asas Kebebasan Berkontrak &Francis Group, hlm. 180
(partij autonomie, freedom of contract). 8 Mo Zhang, Chinese Contract Law, 2006, Leiden,
Asas ini yang menjadi sumber Martinus Nijhoof Publisher, hlm. 31
9 Lihat Mary E. Histock, “The Keeper of the Flame: Good
berkembang pesatnya hukum kontrak, Faith and Fair Dealing in International Trade”, Loyola of
tidak hanya di Indonesia, begitu juga di Los Angeles Law Review, Vol 25 April 1996, hlm 160
dalam Ridwan Khairandy, Makna, Tolok Ukur,
2Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Pemahaman, dan Sikap Pengadilan di Indonesia
Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam terhadap Iktikad Baik dalam Pelaksanaan Kontrak ,
Kontrak Kredt Bank di Indonesia, Institut Bankir hlm.2
Indonesia, Jakarta, hlm. 66 10A.F. Mason, 2000, “Contract, good Faith and
3Purwahid Patrik, 1995, Perjanjian Baku dan Syarat-
Equitable Standard in Fair Dealing”, The Law
Syarat Eksonerasi, Makalah Penataran Dosen Perdata , Quarterly Review, Vol 116, January, hlm 66. Dalam
Semarang. Ridwan Khairandy, ibid
4Pohan Portomuan, 1994, Penggunaan Kontrak Baku 11 Jeffrey M. Judd, “The Implied Covenant of Gaood

dalam Praktek Bisnis di Indonesia. Majalah BPHN. Faith and Fair Dealing: Examining Employeee Good
Jakarta, hlm. 51 Faith Duties”, The Hasting Law Journal, Vol 39,

14
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

Berdasarkan paparan di atas maka Nama perjanjian adhesie adalah yang


Itikad baik telah menjadi asas yang sangat paling tua yang oleh Saleilles, ahli hukum
penting di dalam sebuah kontrak baik pada Perancis, yang kemudian menyebar dengan
tahap pra kontrak maupun tahap istilah Contract d'adhesion", "adhesion
pelaksanaan kontrak, akan tetapi dalam contract".13
Ciri yang melekat pada sifat
prakteknya asas itikad baik ini tidak masih
adhesieyaitu "take it or leave it". Pihak
membutuhkan penjelasan terkait dengan lawan dari yang menyusun kontrak,
bagaimana itikad baik menilai sebuah umumnya disebut "adherent", berhadapan
kontrak yang bentuknya baku ? dengan yang menyusun kontrak, ia tidak
mempunyai pilihan. Dalam hal ini si
B. METODE PENELITIAN penyusun kontrak mempunyai kedudukan
Metode penelitian yang digunakan monopoli, atau dengan demikian
dalam penulisan makalah ini ini adalah dikehendaki bahwa perusahaan lain
metode penelitian yuridis normatif yang supaya mempergunakan syarat-syarat yang
bersifat kualitatif dan komparatif. Metode sama. Terserah mau mengikuti atau
yuridis normatif yang digunakan dalam menolak.Si penyusun kontrak bebas dalam
penelitian ini adalah untuk menganalisis membuat redaksinya,sehingga pihak lawan
berada dalam keadaan dibawah
data yang mengacu kepada norma-norma
kekuasaannya.14
yang terdapat dalam peraturan perundang- Prakteknya, hampir semua
undangan. Metode yuridis normatif ini perjanjian dalam dunia bisnis khususnya
mengacu pula kepada penelitian yang yang berskala besar dan atau berulang,
mengarah kepada dasar filosofis kontrak, berkelanjutan, perjanjian dilaksanakan
khususnya berkaitan dengan landasan dalam bentuk perjanjian baku (standard
filosofis keberadaan doktrin iktikad baik. contract) yang sifatnya membatasi Asas
Kebebasan Berkontrak. Latar belakang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN tumbuhnya perjanjian baku karena keadaan
1. Pengertian Perjanjian Baku dan Sifat sosial ekonomi, dalam penggunaan
Perjanjian Baku perjanjian baku ini, maka pengusaha
Banyak definisi diberikan oleh para khususnya pemberi waralaba memperoleh
pakar hukum tentang definisi Perjanjian efisiensi dalam pengeluaran biaya, tenaga
Baku tersebut antara lain : Hondius dalam dan waktu. 15
disertasinya mengatakan bahwa Tujuan pembuatan perjanjian baku,
:"Perjanjian Baku adalah konsep janji-janji apa awalnya ini tidak berbeda dengan
tertulis, disusun tanpa membicarakan perjanjian tertulis lainnya, yaitu
isinya dan lazimnya dituangkan ke dalam memberikan manfaat yang seimbang atau
sejumlah tak terbatas perjanjian yang proporsional bagi para pihak. Stephen
sifatnya tertentu", sedangkan Mariam Simister dan Rodney Turner menyatakan
Darus , menyimpulkan"Perjanjian Baku dalam karya tulisnya......
adalah perjanjian yang isinya dibakukan ... Standard forms of contract
dan dituangkan dalam bentuk formulir".12 purport to provide a representative
Perjanjian baku adalah suatu viewpoint of the industry which
perjanjian yang didalamnya telah terdapat they serve. Rather than favour one
syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh
salah satu pihak, yang umumnya disebut 13Purwahid Patrik, Op. Cit. Hlm. 1
14Ibid.
perjanjian adhesie atau perjanjian baku. 15 Ahmad Busro, Pengaruh Perjanjian Baku terhadap

Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak dalam


January, 1998, hlm 483. Dalam Ridwan Khairandy, Rangka Menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean,
ibid Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar FH Undip,
12Pohan Portomuan, Op. Cit. Hlm. 2 Januari 2016. Hlm. 1

15
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)

particular party to the contract, saat ini.20 Perjanjian yang lebih banyak
standard forms should represent bersifat adhesi ini tidak memberi ruang
both parties on an equal and fair kepada pihak yang lemah untuk melakukan
basis by providing for an equitable proses negosiasi sebagaiman mestinya.
distribution of risk16 Menerima atau menolak (take it or leave it)
Perjanjian baku adalah perjanjian
merupakan satu satunya pilihan bagi pihak
yang brbentuk tertulis berupa formulir,
yang isinya telah di standarisasi atau yang lemah posisi tawarnya.
dibakukan terlebih dahulu secara sepihak Penyimpangan yang sering mendompleng
oleh kreditor serta bersifat masal tanpa pada perjanjian baku adalah
mempertimbangkan perbedaan kondisi dicantumkannya klausula eksonerasi
yang dimiliki debitur yang dibakukan (exemption clauses), yaitu suatu pasal atau
meliputi model, rumusan, dan ukuran.17 ketentuan yang isinya berupa pemabatasan
Perjanjian baku semakin lazim tanggung jawab atau bahkan pembebasan
digunakan dalam transaksi perdagangan, tanggung jawab salah satu pihak terhadap
dengan alasan untuk memperlancar pihak yang lain. Penyimpangan ini juga
sirkulasi perdagangan. Hal ini berkembang
merupakan dampak negatif dari penerapan
dipakai secara meluas dalam dunia bisnis,
dan kenyataan itu terbentuk karena asas Kebebasan Berkontrak yang tidak
perjanjian baku memang lahir dari terkontrol dengan baik.
kebutuhan masyarakat itu sendiri.18
Perjanjian baku diakui atau tidak 2. Perjanjian baku dan asas kebebasan
telah menjadi pembatas ruang gerak Asas berkontrak
Kebebasan Berkontrak. Asas Kebebasan Asas kebebasan membuat
Berkontrak yang awalnya menjadi kontrak dikenal dengan istilah "partij
pedoman bagi para pihak untuk otonomie" atau " freedom of contract'
mewujudkan perjanjian yang berkeadilan, atau "liberty of contract'. Istilah yang
dalam perkembangannya justru disalah kedua lebih umum digunakan daripada
gunakan oleh pihak yang kuat untuk istilah yang pertama dan ketiga. Asas
menekan pihak yang lemah, dengan kebebasan membuat kontrak ini adalah
pembuatan perjanjian secara baku yang asas yang universal, artinya dianut
bersifat take it or leave it contract. Atas oleh hukum kontrak di semua negara
nama kebebasan berkontrak, keadilan bagi pada umumnya.21
para pihak, khususnya pihak yang lemah Asas Kebebasan Berkontrak
menjadi tidak terwujud.19 merupakan asas universal, Schmitthoff
Perjanjian baku pada dasarnya dalam Huala Adolf menegaskan
tidak dilarang, dengan alasan efisiensi “The autonomy of the parties will in
maka pejanjian baku selalu diterapkan the law of contract is the
foundation on which an
dalam hampir semua perjanjianyang ada
autonomous law of international
trade can be built. The national
souverign has,....no objection that
16Stephen Simister dan Rodney Turner Standard Form in that area an autonomous law of
Of Contracts, Hamshire, Gower Publishing Limited,
2003. Hlm.19 international trade is develop by
17 Abdul Kadir Mohammad, 1992, Perjanjian Baku the parties, provided always that
Dalam Praktik Perusahaan Perdagangan, Citra the law respect in every national
Aditya Bakti. Bandung,. Hlm. 6.
18 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak
dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak
20Ibid.
dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut
Bank Indonesia, Jakarta,. Hlm. 70. 21Sairam Bath, 2009, loc. Cit., hlm. 9, Willem M Vissert
19 G.H. Treitel, The Law Of Contract, Tenth Edition, , Hooft, 2005, loc. Cit, Mo Zhang, Chinese Contract
2000, London, Sweet & Maxwell Limited. Hlm. 196. Law, 2006loc. Cit

16
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

jurisdiction the limitations imposed menjadi sarana penekan terhadap pihak


by public policy22 yang lemah, oleh karena itu Pasal 1337
KUH Perdata memberikan batasan pada
Berdasarkan Asas Kebebasan praktek penerapan asas tersebut dengan
Berkontrak, maka orangboleh membuat menegaskan ”sebab” perjanjian itu harus
atau tidak membuat perjanjian. Para pihak halal artinya tidak dilarang undang-
yang telah sepakat akan membuat undang, tidak bertentangan dengan
perjanjian bebas menentukan apa yang kesusilaan yang baik atau ketertiban
umum.
boleh dan tidak boleh dicantumkan dalam
Kebebasan merupakan hak asasi
suatu perjanjian. Kesepakatan yang yang diakui di dalam Undang-Undang
diambil oleh para pihak mengikat mereka Dasar 1945.26 Kebebasan yang diberikan
sebagai undang-undang (Pasal 1338 KUH kepada para pihak dalam membuat
Perdata). Penerapan asas ini memberikan perjanjian, bukanlah kebebasan yang tidak
tempat yang penting bagi berlakunya asas ada pembatasannya. Pasal 1320 KUH
konsensual, yang mengindikasikan adanya Perdata , Pasal 1337 KUH Perdata, Pasal
keseimbangan kepentingan, keseimbangan 1338 KUH Perdata, dan Pasal 1339 KUH
dalam pembagian beban resiko, dan Perdata merupakan bukti nyata adanya
keseimbangan posisi tawar (bargaining pembatasan itu, dengan kata lain bahwa di
dalam Asas Kebebasan Berkontrak itu
position).23
terkandung “tanggung jawab”, terlebih lagi
Kebebasan berkontrak, di negara yang landasan idiilnya
suatu asas yang lahir pada zaman Pancasila27
merebaknya aliran laisseiz faire yang Sutan Remy Sjahdeini28
dalam bidang ekonomi dipelopori oleh menjelaskan bahwa asas kebebasan
Adam Smith, guna mencegah campur membuat kontrak menurut hukum kontrak
tangan pemerintah yang berlebihan, dan Indonesia (KUH Perdata, Pen-) meliputi
merupakan wujud pemujaan terhadap ruang lingkup sebagai berikut:
faham individualisme.24Perkembangannya 1. Kebebasan untuk membuat atau tidak
asas ini muncul menjadi paradigma baru membuat kontrak;
dalam hukum kontrak yang menjurus pada 2. Kebebasan untuk memilih pihak
kebebasan tanpa batas (unretristicted dengan siapa ia ingin membuat
freedom of contract).25 kontrak;
Asas ini juga membuat 3. Kebebasan untuk menentukan atau
orang/pihak yang kuat bisa memaksakan memilih causa dari kontrak yang akan
kehendaknya terhadap pihak yang lemah, dibuatnya;
sehingga cita-cita kebebasan berkontrak 4. Kebebasan untuk menentukan objek
yang awalnya memberikan keseimbangan kontrak;
hukum, keseimbangan kepentingan dan 5. Kebebasan untuk menentukan bentuk
juga keseimbangan dalam posisi tawar, suatu kontrak;
6. Kebebasan untuk menerima atau
22Clive
menyimpangi ketentuan undang-
M Schmitthoff, 1981, Comercial Law in a
Changing Economic Climate, Sweet and
MaxwelLondon. hlm. 22. dalam Huala Adolf, 2005,
26 Muladi. 2007, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep
Hukum Perdagangan Internasional, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, , hlm. 15 dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan
23 Henry R Cheeseman, 1998, Business Law, The Legal, Masyarakat, PT Refika Aditama, Bandung hlm. 12
27Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum
Ethical, and International Environment, Third
Edition, Prentice Hall New Yersey, hlm.170 Perikatan, Bandung, Citra Adtya Bakti, hlm. 84
24 Ridwan Khairandy. 2003, Itikad Baik dalam 28 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak

Kebebasan Berkontrak. PascaSarjana Fakultas dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak
Hukum UI, Jakarta.. Hlm.42 dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut
25 Ibid. Bankir Indonesia, Jakarta, hlm. 47

17
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)

undang yang bersifat opsional dan/atau jasa yang dibeli oleh


(aanvullend, optional).26 konsumen;
d. menyatakan pemberian kuasa dari
Asas kebebasan membuat kontrak konsumen kepada pelaku usaha baik
terkandung dalam Pasal 1338 KUH secara angsung maupun tidak langsung
Perdata, yang memuat ketentuan-ketentuan untuk melakukan segala tindakan
normatif, sebagai berikut: sepihak yang berkaitan dengan barang
1. Semua kontrak yang dibuat secara sah yang dibeli oleh konsumen secara
berlaku sebagai undang-undang bagi angsuran;
mereka yang membuatnya. e. mengatur perihal pembuktian atas
2. Kontrak itu tidak dapat ditarik kembali hilangnya kegunaan barang atau
selain dengan sepakat kedua belah pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
pihak, atau karena alasan-alasan yang konsumen;
oleh uncfang-undang dinyatakan f. memberi hak kepada pelaku usaha
cukup untuk itu. untuk mengurangi manfaat jasa atau
3. Kontrak-kontrak harus dilaksanakan mengurangi harta kekayaan konsumen
dengan itikad baik. yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen
Selain dibatasi oleh ketentuan kepada peraturan yang berupa aturan
normatif dalam Pasal 1338 KUH Perdata, baru, tambahan, lanjutan dan/atau
kebebasan membuat kontrak juga dibatasi pengubahan lanjutan yang dibuat
oleh ketentuan limitatif dalam Pasal 1337 sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
KUH Perdata, karena pasal ini melarang konsumen memanfaatkan jasa yang
kontrak yang substansinya bertentangan dibelinya;
dengan undang-undang, ketertiban umum, h. menyatakan bahwa konsumen memberi
dan kesusilaan. Jadi, setiap kontrak yang kuasa kepada pelaku usaha untuk
disepakati tetap sah apabila memenuhi pembebanan hak tanggungan, hak
persyaratan yang ditentukan peraturan gadai, atau hak jaminan terhadap
perundang-undangan, ketertiban umum, barang yang dibeli oleh konsumen
dan kesusilaan. secara angsuran.
Pembatasan lainnya terdapat dalam
Undang undang no. 8 tahun 1999 tentang 3. Pengertian Iktikad Baik dan
Perlindungan konsumendalam Bab V, Penerapannya
Ketentuan Pencatuman Klausula Baku, Semua perjanjian harus
Pasal 18: dilaksanakan dengan itikad baik (te
goeder trouw; in good faith,). Demikianlah
(1) Pelaku usaha dalam menawarkan isi Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata.
barang dan/atau jasa yang ditujukan Asas ini menegaskan bahwa para
untuk diperdagangkan dilarang pihak dalam membuat perjanjian harus
membuat atau mencantumkan klausula didasarkan pada itikad baik dan kepatutan,
baku pada setiap dokumen dan/atau yang mengandung pengertian pembuatan
perjanjian apabila: perjanjian antara para pihak harus
a. menyatakan pengalihan tanggung didasarkan pada kejujuran untuk mencapai
jawab pelaku usaha; tujuan bersama. Pelaksanaan perjanjian
b. menyatakan bahwa pelaku usaha juga harus mengacu pada apa yang patut
berhak menolak penyerahan kembali dan seharusnya diikuti dalam pergaulan
barang yang dibeli konsumen; masyarakat. Asas ini merupakan asas yang
c. menyatakan bahwa pelaku usaha harus ada dalam setiap perjanjian, dan
berhak menolak penyerahan kembali
uang yang dibayarkan atas barang

18
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

tidak bisa ditiadakan meskipun para pihak Makna "itikad baik" menurut
menyepakatinya (immutable)29 Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Asas Itikad Baik dan Kepatutan kepercayaan, keyakinan yang teguh,
berasal dari hukum Romawi, yang maksud, kemauan (yang baik).33Kemudian,
kemudian dianut oleh oleh civil Law, itikad baik (te goede trouvv) menurut
bahkan dalam perkembangannya juga Kamus Hukum Fockema Andreae, adalah
dianut oleh beberapa negara berfaham "maksud, semangat yang menjiwai para
Common Law. 30 peserta dalam suatu perbuatan hukum atau
Perkembangan iktikad baik dalam tersangkut dalam suatu hubungan
hukum Romawi tidak lepas kaitannya hukum".34
dengan evolusi hukum kontrak itu sendiri.
Pada mulanya hukum Romawi hanya Selanjutnya, Black's Law
mengenal iudicia stricti iuris, yakni Dictionary memberikan pengertian itikad
kontrak yang lahir dari perbuatan menurut baik (good faith), yaitu:
hukum (negotium) yang secara ketat dan "Good faith is an intangible and
formal mengacu ke ius civile. Apabila abstract quality with no technical
hakim menghadapi kasus kontrak semacam meaning or statutory definition, and it
itu, ia harus memutusnya sesuai dengan compasses, among other things, an
hukum. Hakim terikat kepada apa yang honest belief, the absence of malice and
secara tegas dinyatakan dalam kontrak the absence of design to defraud or to
(express term). Berikutnya berkembang seek an unconscionable advantage, and
iudicia bonae fidei. Perbuatan hukum yang individual's personal good faith is
didasarkan iudicia bonae fidei disebut concept of his own mind and inner spirit
negotia bonae fidei. Konsep negotia and, therefore, may not conclusively be
berasal dari ius gentium yang determined by his protestations
mensyaratkan pihak-pihak yang membuat alone,...In common usage this term is
dan melaksanakan kontrak harus sesuai ordinarily used to describe that state of
dengan iktikad baik.31 mind denoting honesty of purpose,
Pengertian itikad baik dan freedom from intention to defraud, and,
kepatutan berkembang sejalan dengan generally speaking, means being faithful
perkembangan hukum kontrak Romawi, to one's duty or obligation35
yang semula hanya memberikan ruang bagi Simposium Hukum Perdata
kontrak-kontrak yang telah diatur dalam Nasional yang diselenggarakan oleh Badan
undang-undang (iudicia stricti iuris yang Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) pada
bersumber pada Civil Law). Di terimanya 1981, mengartikan itikad baik, yaitu:
kontrak-kontrak yang didasarkan pada a. Kejujuran pada waktu membuat
bonae fides yang mengharuskan kontrak;
diterapkannya Asas Itikad Baik dan b. Pada tahap pembuatan ditekankan,
Kepatutan dalam pembuatan dan apabila kontrak dibuat di hadapan
pelaksanaan perjanjian.32 pejabat, para pihak dianggap beritikad
baik (meskipun ada juga pendapat yang
menyatakan keberatannya);
29 Ian Ayrest and Robert Gertner, Filling Gap in c. Sebagai kepatutan dalam tahap
Incomplet Contract : an Economic Theory of Default pelaksanaan, yaitu terkait suatu
Rules dalam Eric A Posner, 2001, Law and penilaian baik terhadap perilaku para
Economics Second Series, Burlington, USA, Ashgate
Dartmouth, , hlm.1 pihak dalam melaksanakan apa yang
30Ibid. Hlm. 2
31Ridwan Khairandy, Makna, Tolok Ukur, Pemahaman,
33Mohammad Syaifuddin, Op.Cit. hlm.59
dan Sikap Pengadilan di Indonesia terhadap Iktikad
34
Baik dalam Pelaksanaan Kontrak , hlm 5. Ibid hlm.60
32Ridwan Khairandi. 2003, Itikad Baik dalam kebebasan 35Henry Cambel Black, 1979, Black’s Law Dictionary,

Berkontrak. Universitas Indonesia.. hlm. 131 fifth edition, ST. Paul Minn West Publishing Co.hlm. 623

19
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)

telah disepakati dalam kontrak, semata- kewajiban itu tidak secara tegas
mata bertujuan untuk mencegah diperjanjikan 38
perilaku yang tidak patut dalam Terkait dengan keberlakuan asas
pelaksanaan kontrak tersebut. itikad baik pada tahap prapembuatan
Subekti menjelaskan bahwa itikad kontrak, dapat dijelaskan bahwa jika
baik menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH pelaksanaan suatu kontrak menimbulkan
Perdata merupakan satu dari beberapa ketidakseimbangan atau melanggar
sendi yang terpenting dari hukum kontrak, perasaan keadilan, maka hakim dapat
yang memberikan kekuasaan kepada mengadakan penyesuaian terhadap hak dan
hakim untuk mengawasi pelaksanaan suatu kewajiban yang tercantum dalam kontrak
kontrak, agar tidak melanggar kepatutan tersebut. Dalam praktik hukum kontrak,
dan keadilan.59 Ini berarti bahwa hakim hakim memang menggunakan
berwenang untuk menyimpang dari kewenangannya untuk mencampuri isi
kontrak jika pelaksanaan kontrak yang kontrak, sehingga tampaknya itikad baik
melanggar perasaan keadilan (recht harus ada tidak hanya pada tahap
gevoel) satu di antara dua pihak. Jika Pasal pembuatan (penandatanganan) dan tahap
1338 ayat (1) KUH Perdata menuntut pascapembuatan (pelaksanaan) kontrak,
kepastian hukum, dalam arti syarat-syarat tetapi juga tahap prapembuatan
dan norma-norma hukum konkrit dan (perancangan) kontrak.39
individual (pasal-pasal) dalam kontrak itu Sebagai contoh, Mahkamah Agung
harus 1338 ayat (3) KUH Perdata bersifat Republik Indonesia (MARI), dalam
dinamis melingkupi keseluruhan proses perkara perdata No. 341/K/Pdt/1985,
kontrak tersebut36. tanggal 14 Maret 1987, Ny. Boesono dan
Masalah yang muncul, hingga saat R. Boesono melawan Sri Setianingsih,
ini belum satu kata untuk memberikan memutuskan bahwa bunga pinjaman
dasar yang tepat sebagai patokan apakah sebesar 10% perbulan adalah terlalu tinggi
perjanjian telah dilaksanakan atas dasar dan menimbulkan ketidakadilan. Oieh
itikad baik dan kepatutan atau belum . karena itu, MARI menurunkan tingkat
Prakteknya diserahkan kepada hakim suku bunga dari 10% menjadi 1%
untuk menilai hal tersebut. Hal ini juga perbulan.40
terjadi di negara-negara Anglo Saxon, Pengujian itikad baik harus
hakim-hakim di negara-negara Anglo dilakukan untuk setiap tahap kontrak, baik
saxon belum mempunyai standar yang tahap prapembuatan (perancangan)
telah disepakati untuk mengukur asas kontrak, tahap pembuatan
tersebut. Biasanya frase …itikad baik dan (penandatanganan) kontrak dan tahap
kepatutan selalu dikaitkan dengan makna pascapembuatan (pelaksanaan) kontrak.
fairness, reasonable standart of dealing, a Secara subjektif keadaan ketidaktahuan
common ethical sense37 akan mengakibatkan satu pihak dalam
Iktikad baik dalam hukum Romawi keadaan tidak melaksanakan kontrak.
mengacu kepada tiga bentuk perilaku para Selanjutnya, penting dipahami bahwa
pihak dalam kontrak. Pertama, para pihak pengujian objektif terhadap itikad baik
harus memegang teguh janji atau dengan kepatutan harus cermat dan
perkatannya. Kedua, para pihak tidak boleh mendalam, karena kepatutan senantiasa
mengambil keuntungan dengan tindakan mengalami perubahan sesuai dengan
yang menyesatkan terhadap salah satu
perkembangan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak. Ketiga, para pihak mematuhi
kewajibannya dan berperilaku sebagai warga masyarakat.41
orang terhormat dan jujur walaupun
38Mohammad Syaifuddin, Op. Cit. Hlm. 130
36Mohammad Syaifuddin, Op.Cit.hlm.96 39 Ibid.
37 James Gordley, “Good Faith in Contract Law in the 40 ibid

Medieval Ius Commune 41 Ibid.

20
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

IV. KESIMPULAN
Secara umum pemahaman atas Kontrak yang berbentuk baku pada
Pengertian “itikad baik” terdiri dari dua dasarnya tidak dilarang ketika mengingat
pengertian42 : kebutuhan praktek yang menuntut
a. Arti yang obyektif : bahwa perjanjian dibuatnya kontrak yang mempertimbangan
yang dibuat itu mesti dilaksanakan aspek efisiensi, baik dari segi waktu , biaya
dengan mengindahkan norma , dan tenaga. Pelanggaran terhadap asas
kepatutan dan kesusilaan. itikad baik dikarenakan adanya kontrak
Arti yang subyektif : yaitu dalam bentuk baku dapat berakibat kontrak
pengertian “itikad baik” yang terletak tersebut batal demi hukum jika
dalam sikap batin seseorang. dikategorikan pelanggaran asas itikad baik
sebagai pelanggaran atas syarat obyektif.
Sedangkan pelanggaran asas itikad baik
jika dikategorikan sebagai pelanggaran
atas syarat subyektif maka perjanjiannya
batal demi hukum.

42Muhammad Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak,


Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, teori,
Dokmatik dan praktek Hukum, Bandung, Mandar Maju,
hlm. 95

21
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)

DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala 2005, Hukum Perdagangan Khairandy,Ridwan Makna, Tolok Ukur,


Internasional, Jakarta, Raja Grafindo Pemahaman, dan Sikap Pengadilan di
Persada. Indonesia terhadap Iktikad Baik dalam
Pelaksanaan Kontrak
Bath, Sairam 2009, Basis For Cntract Law
Mohammad, Abdul Kadir, 1992, Perjanjian
dalam Law and Business Contracts in
Baku Dalam Praktik Perusahaan
India, Saiga Publications India.
Perdagangan, Citra Aditya Bakti.
Badrulzaman, Mariam Darus , 2001,
Bandung.
Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, Citra
Adtya Bakti. Muladi. 2007, Hak Asasi Manusia, Hakekat,
Konsep dan Implikasinya dalam
Black, Henry Cambel 1979, Black’s Law Perspektif Hukum dan Masyarakat,
Dictionary, fifth edition, ST. Paul Minn PT Refika Aditama, Bandung.
West Publishing Co Patrik, Purwahid 1995, Perjanjian Baku dan
Syarat-Syarat Eksonerasi, Makalah
Budiono, Herlien 2007, Kumpulan Tulisan Penataran Dosen Perdata , Semarang.
Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,
Portomuan, Pohan 1994, Penggunaan Kontrak
Citra Aditya Bakti, Bandung. Baku dalam Praktek Bisnis di
Indonesia. Majalah BPHN. Jakarta
Busro, Ahmad, 2016.Pengaruh Perjanjian
Baku terhadap Penerapan Asas Kebebasan Schmitthoff, Clive M 1981, Comercial Law in
Berkontrak dalam Rangka Menyongsong a Changing Economic Climate, Sweet
Masyarakat Ekonomi Asean, Naskah Pidato and Maxwel London.
Pengukuhan Guru Besar FH Undip. Simister, Stephen dan Rodney Turner2003,
Standard Form Of Contracts,
Cheeseman, Henry R 1998, Business Law, The Hamshire, Gower Publishing Limited.
Legal, Ethical, and International
Environment, Third Edition, Prentice Hall Sjahdeini, Sutan Remy 1993, Kebebasan
New Yersey. Berkontrak dan Perlindungan yang
Seimbang Bagi Para Pihak dalam
Coson, Benedicte Fauvarque- and Denis Perjanjian Kredt Bank di Indonesia,
Mazeaud, editors, European Contract Law, Institut Bankir Indonesia, Jakarta.
European Law Publisher. Syaifuddin, Muhammad 2012, Hukum
Kontrak, Memahami Kontrak dalam
Coson, Benedicte Fauvarque- and Denis Perspektif Filsafat, teori, Dokmatik
Mazeaud, editors, European Contract dan praktek Hukum, Bandung, Mandar
Law, European Law Publisher. Maju.
Gordley, James “Good Faith in Contract Law Treitel,G.H. The Law Of Contract, Tenth
in the Medieval Ius Commune Edition, , 2000, London, Sweet &
Ian Ayrest and Robert Gertner, Filling Gap in Maxwell Limited.
Incomplet Contract : an Economic Vissert Hooft, Willem M, 2005, Japanese
Theory of Default Rules dalam Eric A Contract and Anti Trust Law, London,
Posner, 2001, Law and Economics Routledge Curzon Taylor &Francis
Second Series, Burlington, USA, Group.
Ashgate Dartmouth.
Zhang , Mo, Chinese Contract Law, 2006,
Khairandi.Ridwan 2003, Itikad Baik dalam Leiden, Martinus Nijhoof Publisher.
kebebasan Berkontrak. Universitas
Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai