ABSTRACT
Good faith is a value that becomes a benchmark in determining whether a contract is feasible
or not to be implemented. Good faith is a filter based on morality and propriety for the
existence of a contract, after the contract is declared to have been valid under the terms of the
legal contract as stipulated in Article 1320 Civil Code. Standard contracts are contracts that
tend to be unilateral and tend to violate the principle of freedom of contract. Contracts that in
its formation are less involving the other party is often disifati as take it or leave it contract.
This exposure aims to examine the function of the principle of good faith in judging a
standard contract and its legal consequences if the principle is violated. Descriptive and
normative analysis becomes an option in the discussion.sebagai conclusion then the result of
the violation of the principle of good faith is the agreement null and void or can be canceled
ABSTRACT
Itikad baik adalah satu nilai yang menjadi tolok ukur dalam menentukan apakah suatu
kontrak itu layak atau tidak untuk dilaksanakan. Itikad baik merupakan penyaring yang
didasari oleh nilai moraldan kepatutan bagi keberadaan sebuah kontrak, setelah kontrak itu
dinyatakan telah sah berdasarkan syarat sah kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KUH Perdata. Kontrak baku adalah kontrak yang cenderung bersifat sepihak dan cenderung
melanggar asas kebebasan berkontrak. Kontrak yang dalam pembentukannya kurang
melibatkan pihak lainnya itu sering disifati sebagai take it or leave it contract. Paparan ini
bertujuan untuk menelaah fungsi asas itikad baik dalam menilai sebuah kontrak baku dan
akibat hukumnya jika asas tersebut dilanggar. Analisis deskriptif dan normatif menjadi
pilihan dalam pembahasannya.sebagai kesimpulan maka akibat pelanggran terhadap asas
itikad baik adalah perjanjian batal demi hukum atau dapat dibatalkan
13
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)
dalam Praktek Bisnis di Indonesia. Majalah BPHN. Faith and Fair Dealing: Examining Employeee Good
Jakarta, hlm. 51 Faith Duties”, The Hasting Law Journal, Vol 39,
14
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017
15
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)
particular party to the contract, saat ini.20 Perjanjian yang lebih banyak
standard forms should represent bersifat adhesi ini tidak memberi ruang
both parties on an equal and fair kepada pihak yang lemah untuk melakukan
basis by providing for an equitable proses negosiasi sebagaiman mestinya.
distribution of risk16 Menerima atau menolak (take it or leave it)
Perjanjian baku adalah perjanjian
merupakan satu satunya pilihan bagi pihak
yang brbentuk tertulis berupa formulir,
yang isinya telah di standarisasi atau yang lemah posisi tawarnya.
dibakukan terlebih dahulu secara sepihak Penyimpangan yang sering mendompleng
oleh kreditor serta bersifat masal tanpa pada perjanjian baku adalah
mempertimbangkan perbedaan kondisi dicantumkannya klausula eksonerasi
yang dimiliki debitur yang dibakukan (exemption clauses), yaitu suatu pasal atau
meliputi model, rumusan, dan ukuran.17 ketentuan yang isinya berupa pemabatasan
Perjanjian baku semakin lazim tanggung jawab atau bahkan pembebasan
digunakan dalam transaksi perdagangan, tanggung jawab salah satu pihak terhadap
dengan alasan untuk memperlancar pihak yang lain. Penyimpangan ini juga
sirkulasi perdagangan. Hal ini berkembang
merupakan dampak negatif dari penerapan
dipakai secara meluas dalam dunia bisnis,
dan kenyataan itu terbentuk karena asas Kebebasan Berkontrak yang tidak
perjanjian baku memang lahir dari terkontrol dengan baik.
kebutuhan masyarakat itu sendiri.18
Perjanjian baku diakui atau tidak 2. Perjanjian baku dan asas kebebasan
telah menjadi pembatas ruang gerak Asas berkontrak
Kebebasan Berkontrak. Asas Kebebasan Asas kebebasan membuat
Berkontrak yang awalnya menjadi kontrak dikenal dengan istilah "partij
pedoman bagi para pihak untuk otonomie" atau " freedom of contract'
mewujudkan perjanjian yang berkeadilan, atau "liberty of contract'. Istilah yang
dalam perkembangannya justru disalah kedua lebih umum digunakan daripada
gunakan oleh pihak yang kuat untuk istilah yang pertama dan ketiga. Asas
menekan pihak yang lemah, dengan kebebasan membuat kontrak ini adalah
pembuatan perjanjian secara baku yang asas yang universal, artinya dianut
bersifat take it or leave it contract. Atas oleh hukum kontrak di semua negara
nama kebebasan berkontrak, keadilan bagi pada umumnya.21
para pihak, khususnya pihak yang lemah Asas Kebebasan Berkontrak
menjadi tidak terwujud.19 merupakan asas universal, Schmitthoff
Perjanjian baku pada dasarnya dalam Huala Adolf menegaskan
tidak dilarang, dengan alasan efisiensi “The autonomy of the parties will in
maka pejanjian baku selalu diterapkan the law of contract is the
foundation on which an
dalam hampir semua perjanjianyang ada
autonomous law of international
trade can be built. The national
souverign has,....no objection that
16Stephen Simister dan Rodney Turner Standard Form in that area an autonomous law of
Of Contracts, Hamshire, Gower Publishing Limited,
2003. Hlm.19 international trade is develop by
17 Abdul Kadir Mohammad, 1992, Perjanjian Baku the parties, provided always that
Dalam Praktik Perusahaan Perdagangan, Citra the law respect in every national
Aditya Bakti. Bandung,. Hlm. 6.
18 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak
dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak
20Ibid.
dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut
Bank Indonesia, Jakarta,. Hlm. 70. 21Sairam Bath, 2009, loc. Cit., hlm. 9, Willem M Vissert
19 G.H. Treitel, The Law Of Contract, Tenth Edition, , Hooft, 2005, loc. Cit, Mo Zhang, Chinese Contract
2000, London, Sweet & Maxwell Limited. Hlm. 196. Law, 2006loc. Cit
16
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017
Kebebasan Berkontrak. PascaSarjana Fakultas dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak
Hukum UI, Jakarta.. Hlm.42 dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut
25 Ibid. Bankir Indonesia, Jakarta, hlm. 47
17
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)
18
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017
tidak bisa ditiadakan meskipun para pihak Makna "itikad baik" menurut
menyepakatinya (immutable)29 Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Asas Itikad Baik dan Kepatutan kepercayaan, keyakinan yang teguh,
berasal dari hukum Romawi, yang maksud, kemauan (yang baik).33Kemudian,
kemudian dianut oleh oleh civil Law, itikad baik (te goede trouvv) menurut
bahkan dalam perkembangannya juga Kamus Hukum Fockema Andreae, adalah
dianut oleh beberapa negara berfaham "maksud, semangat yang menjiwai para
Common Law. 30 peserta dalam suatu perbuatan hukum atau
Perkembangan iktikad baik dalam tersangkut dalam suatu hubungan
hukum Romawi tidak lepas kaitannya hukum".34
dengan evolusi hukum kontrak itu sendiri.
Pada mulanya hukum Romawi hanya Selanjutnya, Black's Law
mengenal iudicia stricti iuris, yakni Dictionary memberikan pengertian itikad
kontrak yang lahir dari perbuatan menurut baik (good faith), yaitu:
hukum (negotium) yang secara ketat dan "Good faith is an intangible and
formal mengacu ke ius civile. Apabila abstract quality with no technical
hakim menghadapi kasus kontrak semacam meaning or statutory definition, and it
itu, ia harus memutusnya sesuai dengan compasses, among other things, an
hukum. Hakim terikat kepada apa yang honest belief, the absence of malice and
secara tegas dinyatakan dalam kontrak the absence of design to defraud or to
(express term). Berikutnya berkembang seek an unconscionable advantage, and
iudicia bonae fidei. Perbuatan hukum yang individual's personal good faith is
didasarkan iudicia bonae fidei disebut concept of his own mind and inner spirit
negotia bonae fidei. Konsep negotia and, therefore, may not conclusively be
berasal dari ius gentium yang determined by his protestations
mensyaratkan pihak-pihak yang membuat alone,...In common usage this term is
dan melaksanakan kontrak harus sesuai ordinarily used to describe that state of
dengan iktikad baik.31 mind denoting honesty of purpose,
Pengertian itikad baik dan freedom from intention to defraud, and,
kepatutan berkembang sejalan dengan generally speaking, means being faithful
perkembangan hukum kontrak Romawi, to one's duty or obligation35
yang semula hanya memberikan ruang bagi Simposium Hukum Perdata
kontrak-kontrak yang telah diatur dalam Nasional yang diselenggarakan oleh Badan
undang-undang (iudicia stricti iuris yang Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) pada
bersumber pada Civil Law). Di terimanya 1981, mengartikan itikad baik, yaitu:
kontrak-kontrak yang didasarkan pada a. Kejujuran pada waktu membuat
bonae fides yang mengharuskan kontrak;
diterapkannya Asas Itikad Baik dan b. Pada tahap pembuatan ditekankan,
Kepatutan dalam pembuatan dan apabila kontrak dibuat di hadapan
pelaksanaan perjanjian.32 pejabat, para pihak dianggap beritikad
baik (meskipun ada juga pendapat yang
menyatakan keberatannya);
29 Ian Ayrest and Robert Gertner, Filling Gap in c. Sebagai kepatutan dalam tahap
Incomplet Contract : an Economic Theory of Default pelaksanaan, yaitu terkait suatu
Rules dalam Eric A Posner, 2001, Law and penilaian baik terhadap perilaku para
Economics Second Series, Burlington, USA, Ashgate
Dartmouth, , hlm.1 pihak dalam melaksanakan apa yang
30Ibid. Hlm. 2
31Ridwan Khairandy, Makna, Tolok Ukur, Pemahaman,
33Mohammad Syaifuddin, Op.Cit. hlm.59
dan Sikap Pengadilan di Indonesia terhadap Iktikad
34
Baik dalam Pelaksanaan Kontrak , hlm 5. Ibid hlm.60
32Ridwan Khairandi. 2003, Itikad Baik dalam kebebasan 35Henry Cambel Black, 1979, Black’s Law Dictionary,
Berkontrak. Universitas Indonesia.. hlm. 131 fifth edition, ST. Paul Minn West Publishing Co.hlm. 623
19
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)
telah disepakati dalam kontrak, semata- kewajiban itu tidak secara tegas
mata bertujuan untuk mencegah diperjanjikan 38
perilaku yang tidak patut dalam Terkait dengan keberlakuan asas
pelaksanaan kontrak tersebut. itikad baik pada tahap prapembuatan
Subekti menjelaskan bahwa itikad kontrak, dapat dijelaskan bahwa jika
baik menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH pelaksanaan suatu kontrak menimbulkan
Perdata merupakan satu dari beberapa ketidakseimbangan atau melanggar
sendi yang terpenting dari hukum kontrak, perasaan keadilan, maka hakim dapat
yang memberikan kekuasaan kepada mengadakan penyesuaian terhadap hak dan
hakim untuk mengawasi pelaksanaan suatu kewajiban yang tercantum dalam kontrak
kontrak, agar tidak melanggar kepatutan tersebut. Dalam praktik hukum kontrak,
dan keadilan.59 Ini berarti bahwa hakim hakim memang menggunakan
berwenang untuk menyimpang dari kewenangannya untuk mencampuri isi
kontrak jika pelaksanaan kontrak yang kontrak, sehingga tampaknya itikad baik
melanggar perasaan keadilan (recht harus ada tidak hanya pada tahap
gevoel) satu di antara dua pihak. Jika Pasal pembuatan (penandatanganan) dan tahap
1338 ayat (1) KUH Perdata menuntut pascapembuatan (pelaksanaan) kontrak,
kepastian hukum, dalam arti syarat-syarat tetapi juga tahap prapembuatan
dan norma-norma hukum konkrit dan (perancangan) kontrak.39
individual (pasal-pasal) dalam kontrak itu Sebagai contoh, Mahkamah Agung
harus 1338 ayat (3) KUH Perdata bersifat Republik Indonesia (MARI), dalam
dinamis melingkupi keseluruhan proses perkara perdata No. 341/K/Pdt/1985,
kontrak tersebut36. tanggal 14 Maret 1987, Ny. Boesono dan
Masalah yang muncul, hingga saat R. Boesono melawan Sri Setianingsih,
ini belum satu kata untuk memberikan memutuskan bahwa bunga pinjaman
dasar yang tepat sebagai patokan apakah sebesar 10% perbulan adalah terlalu tinggi
perjanjian telah dilaksanakan atas dasar dan menimbulkan ketidakadilan. Oieh
itikad baik dan kepatutan atau belum . karena itu, MARI menurunkan tingkat
Prakteknya diserahkan kepada hakim suku bunga dari 10% menjadi 1%
untuk menilai hal tersebut. Hal ini juga perbulan.40
terjadi di negara-negara Anglo Saxon, Pengujian itikad baik harus
hakim-hakim di negara-negara Anglo dilakukan untuk setiap tahap kontrak, baik
saxon belum mempunyai standar yang tahap prapembuatan (perancangan)
telah disepakati untuk mengukur asas kontrak, tahap pembuatan
tersebut. Biasanya frase …itikad baik dan (penandatanganan) kontrak dan tahap
kepatutan selalu dikaitkan dengan makna pascapembuatan (pelaksanaan) kontrak.
fairness, reasonable standart of dealing, a Secara subjektif keadaan ketidaktahuan
common ethical sense37 akan mengakibatkan satu pihak dalam
Iktikad baik dalam hukum Romawi keadaan tidak melaksanakan kontrak.
mengacu kepada tiga bentuk perilaku para Selanjutnya, penting dipahami bahwa
pihak dalam kontrak. Pertama, para pihak pengujian objektif terhadap itikad baik
harus memegang teguh janji atau dengan kepatutan harus cermat dan
perkatannya. Kedua, para pihak tidak boleh mendalam, karena kepatutan senantiasa
mengambil keuntungan dengan tindakan mengalami perubahan sesuai dengan
yang menyesatkan terhadap salah satu
perkembangan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak. Ketiga, para pihak mematuhi
kewajibannya dan berperilaku sebagai warga masyarakat.41
orang terhormat dan jujur walaupun
38Mohammad Syaifuddin, Op. Cit. Hlm. 130
36Mohammad Syaifuddin, Op.Cit.hlm.96 39 Ibid.
37 James Gordley, “Good Faith in Contract Law in the 40 ibid
20
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017
IV. KESIMPULAN
Secara umum pemahaman atas Kontrak yang berbentuk baku pada
Pengertian “itikad baik” terdiri dari dua dasarnya tidak dilarang ketika mengingat
pengertian42 : kebutuhan praktek yang menuntut
a. Arti yang obyektif : bahwa perjanjian dibuatnya kontrak yang mempertimbangan
yang dibuat itu mesti dilaksanakan aspek efisiensi, baik dari segi waktu , biaya
dengan mengindahkan norma , dan tenaga. Pelanggaran terhadap asas
kepatutan dan kesusilaan. itikad baik dikarenakan adanya kontrak
Arti yang subyektif : yaitu dalam bentuk baku dapat berakibat kontrak
pengertian “itikad baik” yang terletak tersebut batal demi hukum jika
dalam sikap batin seseorang. dikategorikan pelanggaran asas itikad baik
sebagai pelanggaran atas syarat obyektif.
Sedangkan pelanggaran asas itikad baik
jika dikategorikan sebagai pelanggaran
atas syarat subyektif maka perjanjiannya
batal demi hukum.
21
Peranan Asas Itikad Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga Keseimbangan bagi Para Pihak)
DAFTAR PUSTAKA
22