Anda di halaman 1dari 29

HUKUM PERJANJIAN DALAM PERKEMBANGAN

Dosen:
1. Dr. Veronica Komalawati, S.H., MH.
2. Lastuti Abubakar, S.H., MH.
3. R. Kartikasari, S.H., MH.

MATERI PERKULIAHAN
 Antara lain meliputi :
1 Perjanjian sewa guna usaha
(leasing),
2. Perjanjian jual beli sewa dan jual beli cicilan,
3. Perjanjian anjak piutang (factoring),
4. Perjanjian modal ventura (venture capital),
5. Perjanjian build operate transfer (BOT),
6. Perjanjian keagenan,
7. Peijanjian distributor (distributorship),
8. Perjanjian wara laba (franchise},
9. Perjanjian imbal dagang (counter trade),
10. Dll.

PENDAHULUAN
 Dasar hukum yang paling mendasar dari Hukum Perjanjian Dalam
Perkembangan adalah :
1. Pasal 1338 KUHPdt; asas kebebasan berkontrak dan itikad baik,
2. Pasal 1319 KUHPdt; asas keterbukaan.
 Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan mempelajari atau membahas
tentang perjanjian-perjanjian yang berkembang dalam masyarakat dewasa ini,
misalnya perjanjian jual beli yang dalam perkembangannya menjadi perjanjian jual
beli dengan angsuran dan perkembangan selanjutnya adalah bahwa saat ini perjanjian

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 1


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
seperti itu menjadi perjanjian beli sewa yang melahirkan kontrak bisnis.
 Berkenaan dengan asas keterbukaan yang di anut dalam Buku III, maka
selain macam perjanjian yang dikenal dalam Buku III, setiap orang boleh membuat
perjanjian perikatan asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang dan
memenuhi pasal 1320 KUHPdt tentang syarat sahnya perjanjian. Juga sesuai dengan
penafsiran perjanjian yang ada dalam Buku III KUHPdt.
 Setiap orang itu sepanjang tidak dilarang oleh undang-undang, boleh
membuat perjanjian. Orang yang dilarang membuat perjanjian adalah orang yang
tercantum dalam pasal 1329, 1330 KUHPdt, dimana undang-undang menyatakan
orang yang cakap adalah orang yang tidak dinyatakan tidak cakap oleh undang-
undang.
 Dalam pasal 1233 KUHPdt, berbunyi:
Tiap-tiap perikatan dilahirhan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang.
Dari pasal ini maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa apa yang menjadi
sumber daripada perikatan itu sendiri ada dua, yaitu perjanjian dan undang-undang.
 Undang-undang saja tidaklah dapat mengatur semua segi kehidupan, untuk itu
manusia diberi kebebasan untuk mengatur hidupnya sendiri tetapi tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang itu sendiri.
 Perikatan tidak sama dengan perjanjian karena kita ketahui bahwa perjanjian itu
melahirkan perikatan sehingga perjanjian itu merupakan salah satu dari sumber
perikatan. Adapun fungsi daripada pengaturan tentang perikatan ini sebagaimana
diatur dalam Buku III KUHPdt adalah tak lain daripada bagian dari fungsi hukum itu
sendiri secara seutuhnya yaitu dimana hukum itu berfungsi :
1. Mewujudkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
2. Hukum memberi wewenang bagi institusi yang memberi putusan.
3. Hukum memberikan penyelesaian kepentingan, yaitu dengan aturan-aturannya
sebagai aturan main dimana aturan ini tidak boleh bertentangan dengan undang-
undang, kepatutan, dan kesusilaan.
4. Hukum memberikan sanksi bagi siapa saja yang melanggar daripada ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan dalam hukum itu sendiri.
 Dalam hal perjanjian berdasarkan pasal 1319 KUHPdt, maka

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 2


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
kita mengenal 2 jenis perjanjian, yaitu :
Semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak
terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum. yang termuat di
dalam bab ini dan bab yang lalu.
Dari sini maka lahir dua bentuk perjanjian, yaitu :
1. Perjanjian bernama,
2. Perjanjian tidak bernama.
 Dari pasal 1319 KUHPdt, maka kita dapat tarik kesimpulan bawa
selain di KUHPdt maka perjanjian juga diatur di luar KUHPdt. Perjanjian campuran
tidak ada pengaturannya dalam KUHPdt. Perjanjian campuran adalah perjanjian yang
didalamnya terdapat 2 unsur atau lebih unsur-unsur perjanjian. Dalam menganalisis
suatu kontrak maka kita perlu untuk mengetahui apa yang menjadi objek daripada
kontrak itu sendiri, kemudian kita juga akan menemukan apa yang menjadi
permasalahannya, yaitu kesenjangan antara yang ditulis dalam kontrak itu sendiri
dengan kenyataan dalam praktek.
 Dalam suatu perjanjian maka tidak lepas dari hak dan kewajiban
daripada pihak-pihak yang melakukan perjanjian, yang tentunya adalah untuk
kepentingan mereka masing-masing juga. Adapun kepentingan di sini adalah tak lain
daripada tuntutan kebutuhan hidup yang diharapkan pemenuhannya, sedang hak itu
sendiri adalah kepentingan yang pemenuhannya dijamin oleh hukum.
 Hubungan kepentingan dengan perjanjian adalah bahwa dalam
setiap perjanjian maka selalu ada hak dan kewajiban beserta kepentingan-kepentingan
yang melekat daripadanya.
 Dalam pemenuhan kepentingan daripada manusia maka manusia
wajib untuk bekerjasama dengan manusia lainnya agar dalam pemenuhan
kepentingan itu tidak terjadi saling benturan.
 Apabila suatu pihak berhadapan untuk memenuhi kebutuhannya
masing-masing, maka harus ada persesuaian kehendak yang mana dituangkan dalam
bentuk kontrak/ perjanjian tertulis.
 Asas pokok dalam Hukum Perikatan yailu para pihak harus
mempunyai itikad baik, sebagaimana termuat dalam pasal 1338 KUHPdt, dimana

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 3


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
perjanjian harus didasari oleh itikad baik melalui suatu proses prakontraktual,
kontraktual dan postkontraktual.
 Itikad baik itu muncul dari prinsip bahwa setiap orang mempunyai
kepentingan dan manusia harus saling tolong-menolong dalam memenuhi
kepentingannya tersebut.
 Dalam hukum bisnis ada syarat, yaitu haruslah saling
menguntungkan, apabila kita menolong itupun harus ada aturannya yaitu dimana
pertolongan kita tentunya jangan merugikan orang lain yang kita tolong terlebih lagi
merugikan diri kita sendiri sebagai penolongnya.
 Guna mencapai persesuaian kehendak itu dapat dilakukan dengan
melalui komunikasi yang bersifat timbal balik serta negosiasi. Prakontraktual itu
diawali dengan proses pencarian informasi sebanyak mungkin dimana terdapat
penawaran dan permintaan sehingga melahirkan suatu komunikasi. Ketidaktelitian,
kelalaian, dan kecerobohan dalam mengetahui bahwa pihak lawan tidak cakap atau
ketidakwenangan untuk melakukan perjanjian, bukan merupakan suatu alasan untuk
pembatalan, dimana hal ini berkenaan dengan salah satu prinsip dalam perjanjian
yaitu prinsip kehati-hatian dalam berkontrak.
 Namun pemerintah juga tidak tinggal diam dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan seperti demikian, dimana pemerintah dapat
mengintervensi apabila ada perselisihan atas kontrak apabila didasari oleh itikad baik
dan wewenang untuk kepentingan umum.
 Hal-hal yang perlu diidentifikasi dalam suatu perjanjian adalah
antara lain :
1. Siapa subjeknya,
Hal ini perlu untuk kita ketahui, karena tidak semua pihak dalam suatu perjanjian
merupakan subjek dalam perjanjian tersebut, misalnya dalam leasing, maka
suplier bukanlah subjek melainkan objek.
2. Apa yang menjadi objek perjanjian,
Dalam pasal 1234 KUHPdt, dikatakan bahwa:
Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 4


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
Pasal ini memuat apa saja yang merupakan objek perjanjian. Dengan demikian
kita harus dapat menentukan apa objek perjanjian yang kita buat.
3. Keabsahan perjanjian,
Apabila kita melihat pasal 1320 KUHPdt, maka untuk sahnya perjanjian
diperlukan 4 syarat, antara lain;
a. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,
b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
c. suatu hal tertentu,
d. suatu sebab yang halal.
4. Kapan seseorang dikatakan wanprestasi.
Seseorang dikatakan wanprestasi apabila terhadapnya telah ditetapkan lalai.
5. Tindakan terhadap yang melakukan wanprestasi,
Apabila terjadi wanprestasi maka berdasarkan pasal 1243 KUHPdt maka kita
mengenal dengan apa yang dinamakan ganti rugi.
6. Mengenai bentuk ganti rugi,
Mengenai bentuk ganti rugi maka ganti rugi dapat berupa sebagai pengganti
prestasi, akan tetapi dapat juga berdiri sendiri di samping prestasi. Begitu juga
dalam hal penyelesaiannya adalah tergantung perjanjiannya juga perlu
diperhatikan apabila kerugian diakibatkan oleh overmacht.
Overmacht/keadaan memaksa adalah suatu keadaaan yang tidak dapat diduga
pada saat perjanjian dibuat sehingga menghalangi debitur dalam memenuhi
prestasinya tapi bukan karena lalai (kalau karena lalai, itu dinamakan
wanprestasi). Tetapi setelah beberapa waktu terjadi maka debitur wajib
memberitahukan kepada pihak kreditur mengenai hal tersebut, dan hal inilah yang
merupakan perwujudan adanya itikad baik dari pihak debitur.
 Dasar-dasar Perjanjian
- Pengertian
- Syarat sahnya
- Unsur-unsur
- Asas-asas
- Akibat hukum

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 5


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Perjanjian-perjanjian Dasar
- Jual beli - Perjanjian perorangan
- Sewa menyewa - Perjanjian persekutuan

 Perkembangan Perjanjian
- Jual beli cicilan
- Beli sewa
- Berdasarkan Kepres 61/88 : - sewa guna usaha
- modal ventura
- perdagangan surat berharga
- anjak piutang
- usaha kartu kredit
- pembiayaan konsumen
- PP No 16/97 tentang waralaba

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA (LEASING)


Dasar hukum
 Antara lain meliputi:
- Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt yaitu mengenai asas kebebasan berkontrak,
- Pasal 1319 KUHPdt mengenai asas keterbukaan,
- SK Menkeu No. Kep-38/MK/TV/1/1972 tentang Lembaga Keuangan, yang telah
diubah dengan Kepmenkeu. No. 562 /KMK/011/1982,
- SK bersama Menkeu, Menperindag RI No. Kep-122/MK/IV/IV//2/1974, No.
32/M/SK/2/1974, No. 30/Kpb/I/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing,
- Keppres RI No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,
- Kepmenkeu RI No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah diubah dengan
Kepmenkeu RI No. 1256/KMK.00/1989,
- Kepmenkeu RI No.634/KMK.013/1990 tentang Pengadaan Barang Modal
Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa Guna Usaha (Perusahan Leasing),

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 6


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
- Kepmenkeu RI No. H69/KMK-01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha
(Leasing),
- Uni Droit Convention 1988 on International Financial Leasing,
- Dll.

Definisi
 Menurut Kepmenkeu RI No. 1169/KMK.01/1991, yang dimaksud
dengan leasing adalah:
Suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa
hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
 Menurut Kepmenkeu RI No. 1169/KMK.O1/1991, yang dimaksud
barang modal adalah :
Setiap aktiva tetap berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut
melekat aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud
merupakan suatu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari
(1) satu tahun dan digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau
meningkatkan ataupun memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh
lessee.

Para Pihak
 Meliputi :
1. Lessor, yaitu perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa guna usaha yang
telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan sewa guna
usaha.
2. Lessee, yaitu perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal
dengan pembiayaan dari lessor,
3. Supplier, yaitu pihak yang menyediakan barang modal yang menjadi objek
leasing, barang modal mana dibayar oleh lessor kepada supplier untuk
kepentingan lessee.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 7


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Perusahan Leasing : Badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal secara ‘finance lease’ maupun
‘operating lease’ (berkenaan dengan hak opsi) untuk digunakan oleh penyewa guna
usaha dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala (Kepres
No 61/88 pasal 1 angka 9).
 Perusahaan sewa guna usaha (leasor)
1. badan usaha
2. usaha pembiayaan
3. penyediaan barang modal (objek)
4. secara finance lease dan operating lease
5. selama jangka waktu tertentu
6. pembayaran secara berkala
 Finance lease :
kegiatan usaha dimana penyewa guna usaha (lessee) pada akhir masa kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa
yang disepakati bersama (apakah barang tersebut dibeli atau tidak) → pasal 1 huruf d.
 Operating lease :
penyewa guna usaha tidak punya hak opsi untuk membeli objek sewa guna → pasal 1
huruf f.
 Penyewa guna :
orang/ perusahaan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari lessor
→ pasal 1 huruf g.
 Skema hubungan
hukum yang terjadi dalam leasing:

leasing
Lessor Lessor
C

A Jual Beli tunai


(langsung) Jual Beli

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 8


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
B (tidak langsung)
Supplier

 Hubungan hukum
yang terjadi :
A : pembayaran harga barang modal secara tunai
B : penyerahan barang modal
C : pembayaran kembali harga barang modal secara cicilan
 Contoh leasing :

Keterangan:
- ALC membeli barang dari Auto 2000 (pembayaran secara tunai).
- Auto 2000 menyerahkan barang kepada A.
- Antara ALC dan A terjadi perjanjian leasing.
Dalam praktek :
BPKB dan STNK (sebagai bukti hak milik) atas nama A.
Komentar :
Harusnya bukti hak milik atas narna ALC terlebih dahulu kemudian setelah lunas
barulah diberikan atas nama A.
 Supplier
- berkewajiban menyerahkan barang kepada lessor
- tidak bertanggung jawab penuh terhadap kerusakan barang karena lessee
mempunyai ikatan dengan lessor
 Lesse
- berkewajiban memelihara barang modal dan menjaga sampai barang
tersebut diserahkan kembali.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 9


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
- berhak mengakhiri perjanjian jika barang tidak diberikan tepat waktu
berhak menuntut ganti rugi kepada lessor apabila supply agreement tidak ditepati.

Hak Opsi
 Perjanjian leasing
memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
 Opsi adalah hak
lessee untuk membeli barang modal yang disewa guna usaha atau memperpanjang
jangka waktu perjanjian sewa guna usaha.
 Sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) :
- Jumlah pembayaran leasing selama leasing ditambah dengan nilai sisa barang
modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessee.
- Jangka waktu leasing :
1. Jangka waktu singkat, yaitu minimal (dua) tahun belaku bagi barang
modal golongan I.
2. Jangka waktu menengah, yaitu minimal 3 tahun, berlaku bagi barang
golongan I dan III.
3. Jangka waktu panjang, yaitu minimal 7 (tujuh) tahun, berlaku bagi
golongan bangunan.
 Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) :
- Jumlah pembayaran leasing selama masa sewa guna usaha dapat menutup
perolehan barang modal yang dileasingkan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan lessee.
- Perjanjian leasing tidak memuat mengenai hak opsi bagi lessee;
- Lessee kecenderungannya ke sewa, kekhususannya ada opsi.
- Dalam leasing maka hakekatnya tidak ada peralihan hak milik.

Perjanjian
 Prinsip perjanjian: leasing objeknya harus barang modal.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 10


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Hal-hal yang termuat dalam perjanjian leasing antara lain :
1. Jenis transaksi leasing
2. Nama dan alamat masing-masing pihak
3. Nama, jenis, type dan lokasi pengguna barang modal,
4. Harga,
5. Masa leasing,
6. Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi leasing yang dipercepat dan
penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal yang
dileasingkan dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab
apapun,
7. Opsi bagi penyewa leasing dalam hal transaksi leasing dengan hak opsi,
8. Tanggung Jawab para pihak atas barang modal yang dileasingkan,
 Keuntungan dan kerugian menggunakan leasing:
Keuntungan:
1. Unsur fleksibilitas,
2. Ongkos yang relatif murah,
3. Pengaturan yang tidak terlalu rumit,
4. Kriteria bagi lessee yang longgar,
5. Pemutusan kontrak oleh lessee,
6. Pembukuan yang lebih mudah.
Kerugiannya:
1. Biaya yang tinggi,
2. Biaya marginal yang tinggi,
3. Kurangnya perlindungan hukum (loosely regulation),
4. Proses eksekusi leasing macet yang sulit.
 Jaminan hutang dalam leasing:
1. Jaminan utama,
Keyakinan lessor bahwa lessee akan dan sanggup membayar kembali cicilan.
Diterapkan prinsip 5 C.
2. Jaminan pokok,
Barang modal sebagai objek leasing

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 11


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
3. Jaminan tambahan, Antara lain :
- Jaminan kebendaan (misal, fidusia, gadai, hipotik, dsb.),
- Jaminan perorangan (misal; personal garansi, corporate garansi, dsb.),
- Jaminan kontraktual (misal; kuasa menjual barang modal, pengakuan
hutang, dsb.)
 Dokumentasi yang diperlukan dalam leasing, antara lain :
- Dokumen permintaan dan penawaran,
- Dokumen pokok (kontrak leasing itu sendiri),
- Dokumen tambahan (misal; jadwal pembayaran, tanda bukti
pembayaran, dsb.)
 Putusnya perjanjian leasing :
- Karena konsensus,
- Karena wanprestasi,
- Karena keadaan memaksa (overmacht/ force majeur).
 Eksekusi jika cicilan macet :
- Dapat dilakukan terlebih dahulu tindakan rescheduling, reconditioning, atau
restructuring.
- Kontrak dinyatakan putus dan lessee berkewajiban untuk membayar seluruh
tunggakan plus bunga dan biaya.
- Lessor mengambii alih barang berdasarkan klausula dalam kontrak leasing atau
klausula menjual.
- Lessor mengeksekusi jaminan.

Format Kontrak
 Setiap orang bebas menentukan bentuk/form kontrak, tetapi harus memenuhi unsur-
unsur …
 Bagian kontrak secara umum :
 kepala
 komposisi
 premis para pihak
 akha

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 12


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 akhir/penutup
 Unsur : naturalia acccidentalia, terdiri dari :
 judul kontrak
 komposisi
 premis
 bentuk objek perjanjian
 jenis barang yang diperjanjikan
 jangka waktu perjanjian
 harga
 waktu dan cara pembayaran
 waktu dan tempat penyerahan objek
 resiko
 asuransi pernyataan jaminan
 penyelesaian sengketa : negosiasi
 hukum yang berlaku jika mengikat intel
 penggunaan, pemeliharaan, perawatan
 perubahan dan penambahan
 ganti rugi dan sanksi
 pemutusan perjanjian dan akibatnya (1266, 1267 BW)
 force majeur
 berakhirnya perjanjian
 pemberitahuan, komunikasi, dan penutup (contact ….)
 tanda tangan para pihak
 Unsur-unsur pembentuk pengertian leasing menunjukkan karakteristik ciri-ciri dasar
tersebut :
1. Benda yang menjadi objek leasing : alat produksi/ barang-barang modal yang
dalam lalu lintas ekonomi mewakili nilai-nilai tersebut.
→ leasing tidak dapat diperjanjikan atas barang-barang yang bersifat konsumtif,
hak-hak dan benda-benda yang dapat dipakai habis.
2. Pihak yang terikat dalam perjanjian leasing (…. Dan lessee) adalah badan usaha
dan perorangan yang melakukan suatu perusahaan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 13


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
3. Jangka waktu kontrak berkaitan dengan umur ekonomis objek perjanjian.
4. Ada pemisahan antara hak milik yang tetap (pada lessor) dan hak pakai (pada
lessee).
Merupakan ciri dasar yang membentuk pengertian leasing dan mempunyai kemiripan
dengan sewa menyewa.
 Perbedaan leasing dan sewa menyewa
Leasing Sewa menyewa
Objek Hanya benda-benda modal Tidak ditentukan sifat dan
jenisnya, termasuk didalamnya
hak-hak dan benda-benda yang
dapat dipakai habis.
Para pihak Badan usaha atau Siapa saja.
perorangan yang melakukan
usaha
Jangka waktu Berkaitan dengan usia objek Bebas.

PERJANJIAN JUAL BELI SEWA DAN JUAL BELI CICILAN


 Esensi sewa menyewa ada!ah menikmati kebendaan, dalam perkembangannya
muncul apa yang dinamakan leasing.
 Manusia tidak dapat dijadikan objek sewa-mcnyewa karena sebagaimana kita ketahui
bahwa manusia bukanlah objek hukum melainkan subjek hukum sehingga tidaklah
benar apabila manusia dijadikan sebagai objek sewa-menyewa.
 Perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1457 KUHPdt, dimana terdapat 3 unsur :
1. Essentialia
Yaitu yang memuat unsur-unsur perjanjian, misalnya dengan adanya para pihak
penjual yang mempunyai barang dan pembeli yang memiliki uang untuk membeli
barang, ketentuan ini merupakan ketentuan yang mutlak harus ada.
2. Naturalia
Yaitu ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengatur, misalnya bahwa jual beli
harus ada barang dan jasa, maka berdasarkan naturalia diatur cara pembayaran

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 14


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
dan penyerahan barang yang mana menurut hal ini bersifat mengatur sehingga
tidak boleh disimpangi.
3. Accidentalia
Yaitu hal-hal yang khusus atau yang tidak umum diperjanjikan, misalnya dimana
selain jual beli juga memberikan jasa lainnya misalnya jasa pemakaian, hal
tersebut ditambahkan oleh para pihak berdasarkan kesepakatan para pihak yang
melakukan perjanjian tersebut.
 Yang harus dipenuhi dalam perjanjian juai beli adalah dimana penjual harus
menyerahkan barangnya begitupun dengan pembeli harus menyerahkan uangnya.
 Jual beli sewa dan jual beli cicilan; perbedaan terlelak pada peralihan kepemilikan
daripada barang yang dijualbelikan. Dimana dalam jual beli dengan sewa maka hak
milik berpindah ketika debitur telah rnembayar seluruh daripada kewajiban debitur
(di akhir) sedangkan pada jual beli dengan cicilan maka hak milik berpindah ketika
ada kata sepakat dibuatnya perjanjian tersebut (di awal).
 Mengenai beli sewa menurut sistem hukum Eropa Kontinental lebih condong pada
jual beli, sedangkan menurut sistem hukum Anglo Saxon lebih condong pada sewa-
menyewa.
 Perjanjian jual beli sewa dengan jual beli cicilan keduanya merupakan perjanjian
campuran. Dalam jual beli sewa terdapat unsur perjanjian jual beli dan perjanjian
sewa, namun yang dominan adalah mengenai perjanjian sewanya, sedangkan dalam
perjanjian jual beli cicilan terdapat unsur perjanjian jual beli dan perjanjian cicilan
dimana yang dominan adalah unsur daripada perjanjian jual belinya.
 Prinsip jual beli Ada barang
Ada penjual dan pembeli
Ada peralihan hak
 Jual beli cicilan
- Perjanjian jual beli
- Pembayaran secara mencicil
- Hak milik telah beralih sebelum cicilan berakhir
→ cara pembayaran
contoh : KPR

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 15


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Beli sewa/ huurkoop
- Perjanjian jual beli ada unsur-unsurnya
- Pembayaran secara mencicil
- Hak milik belum beralih sampai dengan cicilan berakhir
- Tujuan akhir : beli
→ prinsip jual beli
perjanjian-perjanjian ini prinsipnya = jual beli

PERJANJIAN ANJAK PIUTANG (FACTORING)


Dasar Hukum
 Antara lain meliputi :
- Pasal 1338 ayat (l) jo. 1319 KUHPdt,
- Keppres RI No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,
- Kepmenkeu RI No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah diubah dengan
Kepmenkeu RI No. 1256/KMK.OO/1989,
- UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
- Uni Droit Convention 1988 on International Financial Leasing,
- Dll.

Definisi
 Menurut Keppres RI No. 61 Tahun 1988;
Factoring merupakan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari suatu
perusahaan yang terbit dari suatu transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.
 Dalam Uni Droit Convention 1988, article 1 ayat (2)a :
Factoring contract (perjanjian factoring) adalah suatu perjanjian yang ditandatangani
antara suplier di satu pihak dan factor di pihak lain.
 Factoring adalah kegiatan pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, yang dilakukan dengan
cara pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 16


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Dalam factoring maka tagihan dijual kepada factoring company
sehingga terjadi pengalihan utang. Jadi Factoring adalah pengalihan atau pembelian
utang.
 Supplier/klien akan menyerahkan kepada factor piutang-piutang
yang timbul dari perjanjian penjualan barang.
 Dalam factoring terjadi mekanisme peralihan utang/surat berharga
yang disebut cessi, dalam hal ini yaitu penyerahan piutang dari kreditur lama kepada
kreditur baru.
 Dilihat dari segi cessie-nya, maka perusahaan factor sebagai
pembeli piutang disebut juga dengan cessionaries, sementara pihak klien sebagai
penjual disebut dengan cedent, dan pihak debitur sebagai yang berpiutang disebut
dengan cessus.

Fungsi
 Factor akan melakukan paling sedikit 2 dari fungsi dibawah ini :
- Memberikan pembiayaan kepada supplier/ klien termasuk pembiayaan dan
pembayaran di muka.
- Menatausahakan/ memelihara tagihan/ piutang yang belum jatuh tempo
(pembukuan pada buku besar dan buku induk).
- Pengumpulan (memungut) tagihan atau piutang.
- Memberikan perlindungan terhadap pelanggaran atau kelalaian pembayaran
debitur (customer) daripada kliennya.

Para Pihak
 Antara lain meliputi :
1. Perusahaan factoring (factoring company factor),
Yaitu suatu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk
pembelian piutang.
2. Klien,
Yaitu pihak yang memiliki piutang/tagihan.
3. Customer.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 17


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
Yaitu pihak debitur yang berhutang kepada klien.
 Skema hubungan hukum yang terjadi dalam
perjanjian factoring :

 Suatu factoring company memperoleh untung dari


selisih jual beli tagihan itu sendiri, misalnya :
Pembayaran sejumlah Rp. 1 milyar Rupiah oleh suatu perusahaan A kepada
perusahan B jatuh tempo pada bulan Januari 2002. Perusahaan B membutuhkan uang
pada bulan Oktober 2001 sehingga ia menjual tagihannya kepada Factoring
Company, dan Factoring Company tersebut membeli tagihan dari perusahaan B pada
bulan Oktober seharga Rp. 800 juta Rupiah. Pada bulan Januari Factoring Company
menagih utang/ meminta perusahaan A untuk membayar utangnya sejumlah Rp. 1
milyar Rupiah, sehingga Factoring Company mendapat keuntungan sejumlah Rp. 200
juta Rupiah.

Jangka Waktu
 Jangka waktu perjanjian factoring (dalam praktek)
adalah sekitar 30 s/d 100 hari.

Kegagalan Tagihan
 Bentuk kegagalan yang mungkin terjadi
diantaranya :
1. Kepailitan,
2. Penipuan,
3. Dilusi hutang (besarnya tagihan berkurang),

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 18


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
PERJANJIAN MODAL VENTURA (VENTURA CAPITAL)
Dasar Hukum
 Antara lain meliputi :
- Pasal 1338 ayat (l) jo. 1319 KUHPdt,
- Keppres RI No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,
- Kepmenkeu RI No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, sebagaimana telah diubah dengan
Kepmenkeu RI No. 1256/KMK.OO/1989,
- UU No. 1 Tahun 1995 tentang PT,
- UU No. 7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
- Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun l973,
- Dll.

Definisi
 Dalam Dictionary of Business Terms.
 Modal ventura adalah suatu sumber pembiayaan
yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang melibatkan risiko investasi tetapi
juga menyimpan potensi keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi
dalam bentuk lain.
 Menurut Keppres RI No. 61 Tahun 1988, yang
dimaksud modal ventura, adalah :
Usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan biaya untuk jangka waktu tertentu.

Para Pihak
 Meliputi:
1. Perusahaan modal ventura,
Yaitu pihak yang memberikan dana kepada perusahaan yang membutuhkan dana.
2. Perusahaan pasangan usaha (investee company),
Yaitu perusahaan yang membutuhkan bantuan dana untuk bisa mengembangkan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 19


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
produknya.
3. Penyandang dana.
Yaitu pihak ketiga yang juga memberikan dana kepada perusahaan yang
membutukan melalui perusahaan modal ventura, dalam hal ini maka perusahaan
modal ventura selain berkedudukan sebagai investee management juga sebagai
fund management.

BUILT OPERATION TRANSFER (BOT)


Dasar Hukum
 Antara lain meliputi :
- Pasal 1338 ayat (1) jo. 1319 KUHPdt,
- Keppres RI No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,
- Dll.

Definisi
 BOT adalah suatu perjanjian dimana pemilik hak
eksklusif/ pemilik lahan menyerahkan studi kelayakan, pengadaan barang dan
peralatan pembangunan serta pengoperasian hasil pembangunannya kepada investor
dalam jangka waktu tertentu (masa konsesi) diberi hak mengoperasikan, memelihara
serta mengambil manfaat ekonomi dari bangunan bersangkutan dengan maksud
mengganti biaya yang telah dikeluarkan, kemudian setelah jangka waktu tertentu
tersebut selesai, bangunan beserta fasilitas yang melekat padanya diserahkan kepada
pemilik hak eksklusif.
 Dalam perjanjian yang berkembang di dalam
praktek untuk kepentingan dua belah pihak, misal Ruislag (tukar guling), dalam hal
ini berkenaan dengan masalah lahan-lahan strategis milik negara yang ditukar dengan
lahan-lahan milik swasta yang memiliki modal, maka BOT dibuat agar negara tidak
kehilangan lahannya.
 BOT terjadi karena :
- Pemerintah mempunyai lahan strategis tapi tidak punya modal.
- Investor punya modal tapi tidak punya lahan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 20


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Investor membangun di atas lahan strategis dengan modal dari investor, pemerintah
mendapat bagian.
 Ciri BOT adalah adanya pengembalian asset, pengaturannya ada dalam Keppres No.
61 Tahun 1988.

Asas-asas
 Asas perjanjian BOT:
1. Asas kerjasama yang saling menguntungkan,
2. Asas kepastian hukum,
3. Asas musyawarah.

Keuntungan dan Kerugian


 Keuntungan bagi pemilik lahan (swasta):
- Pemilik lahan akan memiliki bangunan tanpa mengeluarkan biaya.
- Mendapat dana (uang) terlebih dahulu.
 Keuntungan bagi pemilik lahan (pemerintah):
- Mengurangi dana APBN dan pinjaman.
- Menguntungkan secara financial maupun administrasi.
- Bangunan dan fasilitas akan diusahakan pemerintah.
- Tidak menimbulkan beban utang.
- Membuka lapangan pekerjaan baru.
 Kerugian bagi pemilik lahan (pemerintah) :
- Tidak dapat menjamin kepada pihak lain untuk mendapat utang.
- Melepas salah satu sumber pendapatan potensial.
- Melepas hak-hak pengelolaan aset-aset strategis negara kepada swasta.
 Keuntungan bagi investor (swasta):
- Dapat memasuki bidang-bidang usaha yang semula hanya diberikan kepada atau
dikelola oleh pemerintah/ BUMN.
- Memperluas usaha/ ekspansi ke bidang usaha yang mempunyai prospek yang
menguntungkan.
- Memanfaatkan lahan strategis.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 21


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
 Kerugian bagi pihak investor:
- Memasuki bidang usaha yang lebih mengandung resiko.
- Memerlukan perhitungan, penimbangan, persiapan khusus.

Lingkup Pekerjaan
 Lingkup pekerjaan :
- Dari sisi kepentingan investor; bentuk, ukuran, konstruksi, jenis bahan bangunan
ditentukan sendiri oleh investor.
- Dari sisi kepentingan pemerintah; bentuk, ukuran, konstruksi, jenis bahan
bangunan ditentukan oleh pemerintah sebagai pemilik proyek.
 Investor memiliki hak untuk mengelola fasilitas tersebut tapi tidak
memiliki hak atas tanah tersebut, misalnya; fasilitas jalan tol.
 Pemerintah dan investor harus menegosiasikan bentuk dan jenis
usaha dalam pembangunan tersebut.
 Pelaksanaan pembangunan :
- Perizinan,
Diurus oleh dan atas biaya pihak ke-2 (investor), pemerintah/ pemilik lahan
mendukung atau membantu dalam poses permintaan izin pelaksanaan.
- Asuransi,
Diurus dan dibiayai oleh pihak investor. Fungsi asuransi adalah sebagai
pengalihan resiko.
 Operasional bangunan:
- Peruntukkan bangunan sesuai dengan kontrak.
- Pemasaran sepenuhnya dilakukan oleh investor.
- Tarif ditentukan oleh investor.
 Jangka waktu perjanjian BOT :
Jangka waktu BOT minimal 25 tahun dan bisa dialihkan kepada pihak investor lain
atau pihak ke-3 bila pemerintah tidak dapat mengelolanya.
 Pengembalian asset :
- Pada saat perjanjian BOT berakhir, banguoan dan bagian turutan serta
perlengkapannya termasuk segala perubahan dan tambahan menjadi hak dan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 22


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
dimiliki pihak pertama tanpa pembayaran ganti rugi berupa apapun.
- Pada hari berikutnya sejak BOT berakhir pihak ke-2 harus menyerahkan kembali
tanah dan turutannya dalam keadaan kosong, tanpa penghuni dan barang serta
tetap dalam keadaan terpelihara baik.
- Apabila pada akhir perjanjian pihak ke-3 belum dapat menyerahkan kembali
tanah beserta turutannya yang disepakati menjadi hak pihak pertama dengan
lampaunya waktu.

Jaminan
 Jaminan investor :
1. Selama perjanjian BOT belum berakhir, untuk dan atas kepentingan pihak ke-I
(pemilik lahan/pemerintah), pihak investor memberi kuasa pada pihak ke-1,
- Membongkar dan mengeluarkan segala macam barang apapun baik milik
pihak ke-2 maupun milik pihak/orang lain yang mendapat hak dari pihak ke-2
dari tempat yang disewakan.
- Berbuat sesuatu yang diperlukan/ diharuskan untuk pengosongan tanpa
kuasa khusus.
- Jika perlu dapat meminta bantuan alat negara yang berwenang.
- Biaya menjadi beban investor.
2. Pihak pertama tidak dapat mengakhiri perjanjian BOT secara sepihak. Pihak ke-
dua berhak menuntut ganti rugi.
 Jaminan pemilik lahan/pemilik hak eksklusif.
Pihak ke-1 menjamin pihak ke-2 tidak akan mendapat gugatan/tuntutan berupa apa
pun dan dari siapapun dan akan menyelesaikan sendiri semua persoalan yang
kemudian hari akan timbul atas pemilik tanah dengan biaya dan resiko pihak ke-1
menjamin :
- Pihak ke-1 adalah satu-satunya pihak yang berhak menyewakan tanah.
- Tanah dan turutannya bebas dari sitaan, tidak sedang dijaminkan, tidak dalam
sengketa dan bebas dari segala tagihan berupa apapun dari yang berwajib.
- Memberikan HBG/hak-hak lain yang diperlukan pihak ke-2 sepanjang
dimungkinkan berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku di atas

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 23


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
tanah dan turutannya.
- Pihak ke-1 bersedia turut dan/atau membantu menghadap pejabat yang
berwenang.

Hak dan Kewajiban


 Kewajiban investor:
- Memelihara dan menjaga objek menurut ketentuan peraturan dan kebiasaan yang
berlaku.
- Memperbaiki kerusakan yang terjadi.
- Menanggung pajak atas objek.
- Tidak diperkenankan menjaminkan objek untuk pelunasan suatu utang.
 Hak investor
- Mendirikan bangunan di atas tanah sesuai rencana atas biaya dan resiko sendiri.
- Mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan atas bangunan bila
diperlukan.
- Menyewakan ulang/mengoperasikan hak sewa tanah untuk jangka waktu yang
tersisa sampai perjanjian BOT selesai.
 Overmacht (keadaan memaksa):
- Masing-masing pihak dibebankan dari kewajiban/pelaksanaan kewajiban
berdasarkan BOT.
- Kerugian yang timbul menjadi resiko dan ditanggung masing-masing pihak.
- Tidak ada penuntutan satu sama lain.

FRANCHISE
Dasar Hukum
 Pasal 1338 ayat (l) jo. 1319 KUHPdt,
 UU No. 14 Tahun 2001 jo. UU No 13 Tahun 1997 tentang Paten,
 UU No. 12 Tahun 1997 jo. UU No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta,
 UU No. 15 Tahun 2001 jo. UU No. 14 Tahun 1997 Merek,
 Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1997,
 Dll.
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 24
Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
Definisi
 Menurut pasal 1 angka (1) PP no. 16 Tahun 1997.
Franchise/waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan
atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan
persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan/atau
penjualan barang dan/atau jasa.
 Franchise adalah suatu perjanjian dimana franchisor memberi izin kepada
franchisee untuk menggunakan kekayaan intelektual franchisor dengan membayar
fee/royalty.
 Tujuan Franchise adalah dalam rangka memasarkan suatu produk.

Unsur-Unsur
 Elemen Franchise:
1. Para pihak,
Franchisee; yang menerima waralaba (bisa perorangan bisa juga badan usaha).
Franchisor; pemberi waralaba.
2. Menyerahkan hak intelektual/ ciri khas usaha,
Hak kekayan intelektual yang dimaksud dalam definisi tersebut di atas misalnya;
hak paten, nama dagang, logo, desain, ciptaan, rahasia dagang.
Penemuan/ciri khas usaha yang dimaksud dalam definisi tersebut di atas
misalnya; cara distribusi, cara pemasaran, cara manajemen yang akan
memperlihatkan karakteristik pemiliknya.
3. Menetapkan wilayah tertentu,
4. Menyerahkan royalty/fee.

Bentuk Franchise
 Antara lain meliputi :
1. Franchise format bisnis, terdapat beberapa jenis, diantaranya :
- Franchise pekerjaan,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 25


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
- Franchise usaha,
Bentuknya berupa toko eceran, restoran fast food, contoh : KFC, CFC,
Pizza Express, dll.
- Franchisc investasi,
Besamya usaha, khususnya investasi yang dibutuhkan besar (sebagai ciri
utama).
Tujuan; ingin melakukan diversifikasi tetapi karena manajemennya kurang
bagus maka lebih cenderung memiliki, contoh; hotel.
2. Franchise distribusi barang,
Memperoleh lisensi eksekutif untuk memasarkan suatu produk dalam wilayah
tertentu. Franchise wilayah memberi kesempatan lebih besar untuk memasarkan
produk (rental usaha).
 Ada juga yang menggolongkan :
1. Franchise industrial,
2. Franchise distribusi,
3. Franchise format bisnis,
4. Franchise jasa.

Objek Franchise
 Objeknya adalah hak atas kekayaan intelektual/ hak
atas ciri usaha.
 Objeknya meliputi :
1. Produk barang/yang sudah memiliki pasar yang mapan dan citra yang baik di
masyarakat,
2. Formula-formula atau desain yang sudah dipatenkan,
3. Nama dan merek,
4. Sistem manajemen financial untuk mengontrol keuangan,
5. Petunjuk-pctunjuk managerial dari ahli-ahli di bidangnya,
6. Membeli informasi tentang pertimbangan keuntungan-keuntungan dan kerugian-
kerugian dalam strategi pemasaran dan pembelian,
7. Membeli konsep-konsep industri yang sudah teruji.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 26


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
Klausul dalam Perjanjian Franchise
 Klausula yang harus dicantumkan
dalam suatu perjanjian franchise, diantaranya meliputi:
Unsur esentialia, berupa; objek, territorial, lisensi (bisa disewakan), pelatihan dan
bantuan teknik dari franchise, standar bisnis, pertimbangan-pertimbangan keuangan,
klausula yang membatasi persaingan dan kerahasian (tidak seluruh rahasia franchisor
disampaikan pada franchise), pertanggungjawaban, pengalihan franchisee,
pengiklanan dan strategi pemasaran, penetapan harga dan pembelian-pembelian,
status badan usaha/ perusahaan, hak-hak untuk menggunakan merek/ nama dagang,
masa berlakunya kontrak dan perpanjangan, akibat-akibat sesudah berlakunya
kontrak, penolakan pertanggungjawaban, integritas perusahaan, perubahan keadaan,
hukum yang berlaku, bagaimana penyelesaian sengketa.
 Bentuk klausula dari franchise itu
begitu banyak karena banyak dipengaruhi oleh sistem Anglo Saxon, sehingga
penafsirannya perlu dicantumkan dalam kontrak.

PERJANJIAN IMBAL DAGANG (COUNTER TRADE)


Pengertian
 Counter trade merupakan perjanjian
jual beli dimana pembayaran tidak dengan uang melainkan dengan barang yang telah
diperjanjikan.
 Lahir sebagai perkembangan dari
perjanjian tukar-menukar (barter), meskipun bukan merupakan perjanjian barter
(secara murni) karena pada hakikatnya adalah perjanjian jual beli, tetapi pada
prinsipnya hampir sama dengan perjanjian barter.
 Counter trade terjadi karena :
1. Kesulitan hard currency,
2. Akses ke pasar/ mencari pasar,
3. Memperkenalkan produk baru.
 Counter trade dilarang dalam GATT

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 27


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
karena harga yang seharusnya menurut ketentuan dalam GATT harus sama bagi
semua pihak, melalui mekanisine counter trade ini maka harga dimungkinkan
berbeda karena dapat dinegosiasikan terlebih dahulu dan didorong oleh kebutuhan
yang mendesak. Sebagai contoh; counter trade yang dilakukan antara Indonesia
dengan Thailand, dimana Indonesia menjual Pesawat CN-nya sedang Thailand
menjual berasnya. Karena Indonesia sangat membutuhkan persediaan beras yang
mendesak maka mungkin berapapun harga tukar dengan beras Thailand akan
disetujui oleh Indonesia yang menimbulkan perbedaan nilai jual terhadap pembeli
lainnya, dan inilah yang dilarang oleh GATT.
 Trader agent; menampung barang
untuk dijual/ditukar.
 Dalam counter trade Agreement bisa
melahirkan 2 atau lebih agreement, misal; mengenai counter trade antara Indonesia
dengan Thailand; maka dari perjanjian ini melahirkan :
1. Perjanjian Jual beli beras antara Thailand sebagai penjual dan Indonesia sebagai
pembeli.
2. Perjanjian Jual beli pesawat antara Indonesia sebagai penjual dan Thailand
sebagai pembeli.
Tetapi dalam perjanjian yang dibuat antara IPTN (Indonesia) dengan pemerintah
Thailand maka bentuknya adalah single agreement.
 Biasanya didahului
dengan MoU ataupun LoI, dimana MoU dan LoI ini bukan merupakan agreement tapi
hanya merupakan kesepakatan kehendak menuju pada perjanjian pokok.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 28


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan
REFERENSI

- Aneka Perjanjian, oleh Prof. Subekti, S.H.


- Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek) : oleh Munir
Fuady, S.H., MH., LL.M.
- Pembiayaan Perusahaan Masa Kini - Tinjauan Hukum Bisnis : oleh
Munir Fuady, S.H., MH., LL.M.
- Dll.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 29


Campus in Compact – Hukum Perjanjian Dalam Perkembangan

Anda mungkin juga menyukai