Anda di halaman 1dari 58

BAB II: PERIKATAN YANG LAHIR

DARI PERJANJIAN
• Istilah dan Pengertian Perjanjian
• Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari
kata overeenkomst (Belanda) atau contract
(Inggris)
• Pengertian Perjanijan:
Pasal 1313 KUHPedata:
“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih”
Pendapat Sarjana Tentang
Pengertian Perjanjian
• Para sarjana pada umumnya berpendapat
bahwa definisi perjanjian di dalam Pasal
1313 KUHPerdata adalah tidak lengkap
dan terlalu luas.
• Menurut Salim HS, bahwa definisi
perjanjian di dalam Pasal 1313
KUHPerdata adalah, tidak jelas, tidak
tampak asas konsensualisme dan bersifat
dulisme
Lanjutan Pengertian Perjanjian
• Menurut doktrin (teori lama) yang disebut
perjanjian adalah “perbuatan hukum
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum”.
• Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van
Dunne yang diartikan dengan perjanjian adalah
“Suatu hubungan hukum antara dua pihak atau
lebihberdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum”.
• Teori baru tersebut mengatakan bahwa
ada tiga tahap dalam membuat perjanjian
yaitu:
1.Tahap pra contractual, yaitu adanya
penawaran dan penerimaan
2.Tahap contractual, yaitu adanya
persesuaian pernyataan antara para pihak
3.Tahap post contactual, yaitupelaksanaan
perjanjian
JENIS-JENIS PERJANIAN
A. Jenis-Jenis Perjanijan Berdasarkan Sumber
Hukumnya.
1. Perjanjian yang bersumber dari hukum
keluarga
2. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan
3. Perjanjian obligatoir
4. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara
5. Perjanjian yang bersumber dari hukum publik
Pembedaan Jenis-Jenis Perjanjian
Obligatoir
1. Perjanjian sepihak dan timbalbalik
2. Perjanjian bernama dan tidak bernama
3. Perjanjian Konsensuil, riil dan formil
4. Perjanjian Cuma-Cuma dan Atas Beban
5. Perjanjian Sepintas Lalu dan Terus
Manerus
6. Perjanjian Pokok dan Tambahan
7. Perjanjian Untung-Untungan
PERJANJIAN SEPIHAK DAN
TIMBAL bALIK
Perjanjian sepihak adalah perjanjian dimana
pada satu pihak ada hak saja dan pada pihak
lain ada kewajiban saja. Misalnya perjanjian
hibah, perjanjian kuasa tanpa upah.
Perjanijan timbal balik adalah perjanjian dimana
masing-pmasing pihak mempunyai hak dan
kewajiban. Misalnya perjanjian jual beli,
perjanjian sewa menyewa.
PERJANJIAN BERNAMA DAN
TIDAK BERNAMA
Perjanjian Bernama adalah perjanjian yang telah diatur
dalam KUHPerdata dan diberi nama oleh pembentuk
undang-undang. (Perjanjian khusus yang terdapat dalam
Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata).

Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian-perjanjian yang


tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat
didalam masyarakat. Lahirnya perjanjian ini dalam
praktek berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
Misalnya Leasing, beli sewa, franchise, kontrak karya
dsb.
PERJANJIAN KONSENSUIL, RIIL
DAN FORMIL.
• Perjanjian Konsensuil adalah perjanjian yang
sudah mempunyai kekuatan mengikat apabila
diantara kedua belah pihak telah dapat
persesuaian kehendak.
• Perjanjian Riil adalah perjanjian yang hanya
berlaku sesudah terjadi penyerahan barang.
Misalnya perjanjian penitipan barang.
• Perjanjian Formil adalah perjanjian yang hanya
berlaku apabila dibuat dengan formalitas
tertentu. Misalnya perjanjian kawin, perjanjian
Pendirian Perseroan Terbatas.
PERJANJIAN CUMA-CUMA DAN
ATAS BEBAN
• Perjanjian Cuma-Cuma adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan
suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa
menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
Misalnya hibah, pinjam pakai Cuma-Cuma.
• Perjanjian atas beban adalah perjanjian di mana
terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu
terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan
antara kedua prestasi itu ada hubungannnya
menurut hukum
PERJANJIAN SEPINTAS LALU
DAN TERUS MENERUS
• Perjanjian sepintas lalu adalah perjanjian
yang pemenuhan prestasinya satu kali
saja.
• Perjajian terus menerus adalah perjajian
yang pemenuhan prestasinya dilakukan
terus menerus sampai berakhirnya
perjanjian
PERJANJIAN POKOK DAN
TAMBAHAN
• Perjanjian Pokok adalah perjanjian yang
utama atau yang tidak bergantung kepada
hubungan hukum yang lain, misalnya
perjanjian pinjam uang.
• Perjanjian Tambahan (Accesoir) adalah
perjanjian yang bergantung pada
perjanjian pokok. Misalnya perjanjian
pembebanan hak tanggungan.
PERJANJIAN UNTUNG-
UNTUNGAN
• Perjanjian untung-untungan adalah suatu
perbuatan yang hasilnya, mengenai
untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak,
bergantung kepada suatu kejadian yang
belum tentu.
PERJANJIAN CAMPURAN
(COTRACTUS SUI GENERIS)
• Perjanjian campuran adalah perjanjian yang
mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya
pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa
menyewa), tapi juga menyajikan makanan (jual beli) dan
juga memberikan pelayanan.
• Terhadap perjanjian campuran ini ada berbagai paham:
1. Contractus kombinasi, bhw ketentuan-ketentuan
mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogis,
sehingga unsur dari perjanjian khusus tetap ada
2. Teori absorsi, mengatakan ketentuan-ketentuan yg
dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian yg
paling menentukan
PERJANJIAN GARANSI
• Perjanjian ini diatur dalam Pasal 1316
KUHPerdata yg menyatakan meskipun
demikian adalah diperbolehkan untuk
menanggung atau menjamin seorang pihak
dengan menjanjikan bahwa orang ini akan
berbuat sesuatu.
• Dalam hal ini yg menanggung orang ketiga
bukannya mengikat orang yg ditanggungnya
tersebut akan tetapi adalah mengikat dirinya
sendiri. Perjanjian ini bersifat berdiri sendiri
PERJANJIAN BAKU
(STANDART CONTRACT)
• Perjanjian baku/ standar yaitu suatu
perjanjian yang didasarkan kepada
ketentuan umum di dalamnya. Biasanya
perjanjian ini dituangkan dalam bentuk
formulir.
• Pada perjanjian ini dimuat kalausula-
klausula baku yang ditentukan oleh pihak
yang mempunyai kedudukan baik secara
ekonomis maupun psykhis lebih tinggi
ASAS-ASAS
HUKUMPERJAJIAN
1. Asas Kebebasan Berkontrak. Asas ini dianalisis
dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata. Adalah suatu asas `yg
memeberikan kebebasan kpd para pihak utk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan
persyaratannya
d. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis
atau lisan
2. Asas Konsensualisme. Asas disimpulkan dari
Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.
Asas konsensualisme merupakan asas yang
menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya
tidak diadakan secara formal, tetapi cukup
dengan kesepakatan kedua belah pihak.
3. Asas Pacta Sunt Servanda. Asas ini
disimpulkan dari Ps.1338 ayat (1) KUHPerdata.
Asas ini disebut juga dengan asas kepastian
hukum . Asas pacta sunt servanda merupakan
asas` bhw hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi perjanjian yg dibuat
oleh para pihak, sbagamn layaknya sebuah UU
4. Asas Iktikad Baik (Goede Trouw).
Asas ini disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata.
Asas` iktikad baik merupakan asas`bahwa
para pihak yaitu kreditor dan debitor harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
kemauan baik dari para pihak.
Asas ini dibedakan menjadi 2 macam ( iktikad
baik nisbi dan mutlak. Pd iktikad baik nisbi org
memperhatikan sikap dan tingkah laku nyata
dari subjek. Pd iktikad baik mutlak penilaiannya
terletak pd akal sehat dan keadilan.
5. Asas Kepribadian (Personalitas)
Asas kepribadian merupakan asas yang
menentukan bahwa seseorang yang akan
membuat perjanjian hanya untuk kepentingan
perseorangan saja (Ps. 1315 dan Ps. 1340
KUHPerdata) Namun ketentuan ini ada
pengecualiannya sebagaimana diintrodusir
dalam Ps.1317 KUHPerdata bahwa seseorang
dapat mengadakan perjanjian utk kepentingan
pihak ketiga. Sedangkan dalam Ps. 1318
KUHPerdata , tidak hanya mengatur perjanjian
utk dirinya sendiri, tetapi juga utk kepentingan
ahliwarisnya & utk orang yg memperoleh hak
darinya
SYARAT-SYARAT SAHNYA
PERJANJIAN
Pasal 1320 KUHPerdata:
Untuk sahnya perjanjian diperlukan
4(empat) syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
2. Cakap untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Syarat pertama dan kedua dinamakan syarat Subjektif, karena kedua
syarat tersebut mengenai subjek perjanjian, dan apabila syarat
tersebut tidak dipenuhi perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbaar)
Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena mengenai
objek perjanjian, dan jika syarat tersebut tidak dipenuhi perjanjian
batal dengan sendirinya (nietig)
Syarat Pertama Sepakat Mereka
Yang Mengikatkan Diri
Yang dimaksud dengan kesepakatan
(toesteming) adalah persesuaian
pernyataan kehendak antara satu orang
atau lebih dengan pihak lainnya.
Momentum terjadinya persesuaian
pernyataan kehendak (terjadinya perjanjian)
Ada empat teori:
1. Teori ucapan (uitingstheorie)
2. Teori Pengiriman (verzendtheorie)
3. Teori Pengetahuan (vernemingstheorie)
4. Teori Penerimaan (ontvangstheorie)
Lanjutan Teori Terjadinya
Perjanjian
1. Teori Ucapan (Uitingstheorie)
Menurut teori ucapan, kesepakatan (toesteming) terjadi
pada saatpihak yang menerima penawaran itu
menyatakan bahwa ia menerima penawaran itu.
Kelemahan teori ini adalah sangat teoritis, karena
dianggap terjadinya kesepakatan secara otomatis.
2. Teori Pengiriman (Verzendtheorie)
Menurut teori pengiriman kesepakatan terjadi apabila
pihak yang menerima penawaran mengirim telegram.
Kritik terhadap teori ini, bagaimana hal itu bisa diketahui.
Teori ini juga sangat teoritis , dianggap terjadinya
kesepakatan secara otomatis
Lanjutan
3. Teori Pengetahuan (Vernemingstheorie)
Teori pengetahuan berpendapat bahwa kesepakatan
terjadi apabila pihak yang menawarkan itu mengetahui
adanya penerimaan, tetapi penerimaan itu belum
diterimanya. Kritik terhadap teori ini bagaimana ia bisa
mengetahui isi penerimaan itu apabila ia belum
menerimanya.
4. Teori penerimaan (Ontvangstheorie)
Menurut teori penerimaan, bahwa kesepakatan terjadi
pada saat pihak yang menawarkan menerima langsung
jawaban dari pihak lawan.
Teori Terjadinya Perjanjian Jika Terdapat Ketidak Sesuaian
Antara Kehendak Dan Pernyataan

Tiga teori yang menjawab tentang ketidak


sesuaian antara kehendak dan pernyatan
yaitu:
1. Teori Kehendak (Wilstheorie)
2. Teori Pernyataan (Verklaringstheorie)
3. Teori Kepercayaan
(Vertrouwenstheorie)
1. Teori Kehendak (wilstheorie)
Menurut teori kehendak, bahwa perjanjian itu
terjadi apabila terjadi persesuaian antara
kehendak dan pernyataan. Apabila terjadi ketida
wajaran, kehendaklah yang menyebabkan
terjadinya perjanjian.
Kelemahan teori ini menimbulkan kesulitan
apabila tidak ada persesuaian antara kehendak
dan pernyataan.
2. Teori pernyataan (verklaringstheorie)
Menurut teori ini, kehendak merupakan proses
batiniah yang tidak diketahui orang lain.
Akantetapi yang menyebabkan terjadinya
perjajian adalah pernyataan. Dalam prakteknya
teori ini menimbulkan kesulitan-kesulitan,
misalnya apa yang dinyatakan berbeda dengan
apa yang dikehendaki.
3. Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie)
Menurut teori ini, tidak setiap pernyataan
menimbulkan perjanjian, tetapi pernyataan
yang menimbulkan kepercayaan saja yang
menimbulkan perjanjian. Kepercayaan dalam
arti bahwa pernyataan itu benar-benar
dikehendaki. Kelemahan teori ini bahwa
kepercayaan itu sulit dinilai.
CACAT KEHENDAK (CACAT
KESEPAKATAN)
• Cacat kehendak atau cacat kesepakatan dapat
terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
1.Kekhilafan atau kesesatan (dwaling)
2.Paksaan (dwang)
3.Penipuan (bedrog)
Ketiga cacat kehendak tsb dapat dilihat dalam
Pasal 1321 KUHPerdata yg menentukan “Tiada
kesepakatan yang sah apabila sepakat itu
diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya
dengan paksaan atau penipuan.
• Ps. 1449 KUHPerdata: Perikatan yang dibuat
dengan paksaan, kekhilafan atau penipuan,
menerbitkan suatu tuntutan untuk
membatalkannya.
1.Kekhilafan atau kesesatan (dwaling), Ps.1322
KUHPerdata. Kekhilafan terjadi jika salah
satu pihak keliru tentang apa yang
diperjanjikan, namun pihak lain membiarkan
pihak tersebut dalam keadaan keliru.
Kekhilafan atau kesesatan dapat dibedakan
yaitu kekhilafan mengenai orangnya (error in
persona) dan kekhilafan mengenai hakikat
barangnya (error in substantia)
2. Paksaan (dwang), Ps. 1323- 1327
KUHPerdata
Paksaan terjadi jika salah satu pihak
memberikan kesepakatannya karena ditekan
(dipaksa secara psikologis), jadi yg dimaksud
dgn paksaan bukan paksaan fisik, karena jika
yg terjadi adalah paksaan fisik pada dasrnya
tdk ada kesepakatan.
3. Penipuan (bedrog), Ps. 1328 KUHPerdata
Penipuan terjadi jika salah satu pihak secara
aktif mempengaruhi pihak lain sehingga pihak
yang dipengaruhi menyerahkan sesuatu atau
melepaskan sesuatu.
SARAT KEDUA CAKAP UNTUK
MEMBUAT PERIKATAN
• Ps. 1329 KUHPerdata: “Setiap orang adalah cakap
untuk membuat perikatan-perikatan jika oleh
undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap”.
• Ps. 1330 KUHPerdata: “Tidak cakap untuk
membuat persetujuan-persetujuan adalah:
1.Orang yang belum dewasa
2.Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
3.Orang-orang perempuan, dalam hal yang
ditetapkan undang-undang, dan pada
umumnya semua orang kepada siapa undang-
undang telah melarang, membuat
persetujuan-persetujuan tertentu ( ketidak
cakapan seorang perempuan yg bersuami ini
sekarang tidak berlaku lagi)

SARAT KETIGA SUATU HAL TERTENTU


(Ps. 1332-1334 KUHPerdata)
Suatu perjanjian haruslah mempunyai objek
(bepaald onderwerp) tertentu, sekurang-
kurangnya dapat ditentukan bahwa objek
tertentu itu dapat berupa benda yang sekaran
ada dan nanti akan ada.
SARAT KEEMPAT: SUATU SEBAB YANG
HALAL (Ps.1335-1337 KUHPerdata)
• Undang-undang tidak memberikan pengertian
mengenai sebab atau kausa. Menurut yuris
prudensi yang ditafsirkan dengan kausa adalah
isi atau maksud dari perjanjian.
• Ps. 1337 KUHPerdata : “Suatu sebab adalah
terlarang, apabila dilarang oleh undang-
undang, atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan baik atau ketertiban umum”.
• Dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian maka
dalam suatu perjanjian dikenal tiga unsur yaitu
1)Unsur Esensialia, 2)Unsur Naturalia, 3)Unsur
Aksidentalia.
1.Unsur Esensialia merupakan unsur yang harus ada
dalam suatu perjanjian. Sifat yang menentukan atau
menyebabkan perjanjian nitu lahir seperti
kesepakatan para pihak dan objek perjanjian
2.Unsur Naturalia merupakan unsur yang telah diatur
dalam undang-undang, sehingga apabila tidak
diatur oleh para pihak dalam perjanjian undang-
undang yg mengaturnya.
Bagian ini merupakan sifat bawaan perjanjian
sehingga secara diam-diam melekat pd
perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat
dalam benda yang dijual.
3. Unsur Aksidentalia, merupakan unsur yang
nanti ada atau mengikat para pihak jika mereka
memperjanjikannya. Dengan demikian bagian
ini merupakan sifat yang melekat pada
perjanjian dalam hal secara tegas diperjanjikan
oleh para pihak, seperti ketentuan-ketentuan
mengenai domisili para pihak
ISI PERJANJIAN (Ps. 1339 dan
Ps. 1347 KUHPerdata)
• Dari ketentuan ini dapat disimpulkan elemen-
elemen perjanjian adalah:
1.Isi perjanjian itu sendiri (hal-hal yang secara
tegas dinyatakan dalam perjanjian)
2 Kepatutan
3. Kebiasaan
4. Undang-undang.
Dalam praktek urutan yg ditentukan dalam Ps.
1339 KUHPerdata mengalami perubahan.
• Dalam Ps. 3 AB, ditentukan bahwa kebiasaan
diakui sebagai sumber hukum apabila ditunjuk
oleh undang-undang.
• Dengan dasar tersebut peradilan menempatkan
undang-undang di atas kebiasaan. Didalam
kenyataannya isi perjanjian itu adalah:
1.Hal-hal tegas yang diperjanjikan
2.Undang-undang
3.Kebiasaan
4.Kepatutan
ACTIO PAULIANA (PS. 1341
KUHPerdata)
• Actio Pauliana adalah hak kreditor untuk
membatalkan perjanjian yang diadakan
debitornya dengan pihak ketiga.
• Dalam hal ini kreditor tidaklah merupakan pihak
dalam perjanjian tersebut, karena yang
mengadkan perjanjian itu adalah debitornya
dengan pihak lain, akan tetapi perjanjian itu
merugikan kepentingan dirinya.
INGEBREKESTELLING
(SOMASI)
• Somasi diatur dalam Ps. 1238 dan Ps. 1243
KUHPerdata.
• Somasi adalah teguran dari si kreditor kepada
debitor agar dapat memenuhi prestasi sesuai
dengan isi perjanjian yang telah disepakati
antara keduanya.
• Dari berbagai ketentuan tentang somasi, dapat
diketahui bahwa somasi itu harus disampaikan
dalam bentuk surat perintah atau sebuah akta
yang sejenis
• Isi atau hal-hal yang harus dimuat dalam somasi
adalah:
1. Apa yang dituntut (misalnya pembayaran pokok kredit
dan bunganya).
2. Dasar tuntutan (perjanjian kredit antara kreditor dan
debitor)
3. Tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi.
Ada peristiwa-peristiwa yg tidak memerlukan somasi :
1. Debitor menolak pemenuhan prestasi,
2. Debitor mengakui kelalaiannya,
3. pemenuhan prestasi tdk mungkin dilakukan,
4. Pemenuhan prestasi tidak berarti lagi (zinloos)
5. Debitor melakukan prestasi tidak sebagaimana
mestinya.
RISIKO
• Pengertian risiko dalam bahasa sehari-hari
berbeda dengan pengertian risiko di dalam
hukum perikatan.
• Risiko dalam bahasa sehari-hari adalah
tanggung jawab seseorang sebagai akibat
perbuatannya.
• Risiko dalam hukum perikatan adalah suatu
ajaran ttg siapakah yg harus menanggung ganti
rugi apabila debitor tidak memenuhi prestasi
dalam keadaan memaksa (overmahct)
KETENTUAN RISIKO DALAM
KUHPerdata
• Beberapa ketentuan risiko dalam KUHPerdata
antara lain:
1.Ps. 1237 KUHPerdata , mengatur ttg risiko
dalam perjanjian sepihak risiko ada pada
kreditor. Ketentuan Ps. 1237 diperluas lagi
dalam Ps. 1444 KUHPerdata
2.Ps. 1460 KUHPerdatamengatur tentang risiko
dalam perjanjian jual beli (ketentuan pasal ini
tidak berlaku lagi)
RISIKO DALAM PERJANJIAN
TIMBAL BALIK
• Dalam bagian umum KUHPerdata tidak diatur
tentang risiko dalam perjanjian timbal
balik.Para pengarang mencari penyelesaian
hal ini dalam asas kepatutan.
• Asas kepatutan di dalam KUHPerdata
dituangkan dalam ketentuan Ps. 1545 dan Ps.
1553 KUHPerdata. Dari kedua ketentuan ini
dapat disimpulkan bhw dalam perjanjian timbal
balik, apabila terjadi keadaan memaksa maka
risiko adalah atas tanggungan pemilik
BAB III PERIKATAN YG LAHIR
DARI UNDANG-UNDANG
• Perikatan yang lahir dari undang-undang
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.Perikatan yang lahir dari undang-undang saja,
adalah perikatan yg lahir karena adanya
hubungan kekeluargaan. Contoh alimentasi
2.Perikatan yang lahir karena perbuatan manusia
dibedakan:a
a.Perbuatan yg diperbolehkan (Ps.1354 dan Ps.
1359 KUHPerdata)
b. Yg melanggar hukum (Ps, 1365 KUHPerdata)
ZAAKWAARNEMING (Ps. 1354 –
1358 KUHPerdata)
• Rumusan Zaakwaarneming (Pengurusan
kepentingan orang lain tanpa perintah
ditentukan dalam Pasal 1354 KUHPerdata
yaitu: Jika sesorang dengan sukarela, dengan
ntidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain, dengan atau tanpa
penetahuan orang ini, maka secara diam-diam
mengikat dirinya untuk menyelesaikan urusan
tersebut, hingga orang yang diwakili
kepentingannya dapat mengerjakan sendiri
urusan itu
• Unsur-unsur Zaakwaarneming:
1.Adalah suatu perbuatan hukum pengurusan
kepentingan pihak atau orang lain
2.Dilakukan secara sukarela
3.Dilakukan tanpa adanya perintah (kuasa atau
kewenangan) yg diberikan oleh pihak yg
kepentingannya diurus
4.Dilakukan dengan atau tanpa sepengetahuan
dr orang yg kepentingannya diurus
5.Pihak yg melakukan pengurusan (gestor) dg
dilakukannya pengurusan, berkewajiban
untuk menyelesaikan pengrusan tersebut
tersebut hingga selesai atau hingga pihak
yang diurus kepentingannya tersebut
(dominus) dapat mengerjakan sendiri
kepentingannya tersebut.

Kelima unsur tersebut adalah unsur yg


saling melengkapi agar suatu tindakan
atau perbuatan hukum dapat dinamakan
zaakwaarneming dan karenanya tunduk
dan membawa akibat hukum
sebagaimana diatur dalam ps.1354 hingga
Ps. 1358 KUHPerdata.
ONVERSCHULDIGDE
BETALING
• Onverschuldigde Betaling (pembayaran yang
tidak terutang) diatur dalam Ps. 1359 – 1364
KUHPerdata.
• Dari rumusan Ps.1359 ayat (1) KUHPerdata
dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
pembayaran yang tidak terutang adalah suatu
pembayaran yang dilakukan oleh seseorang
atau pihak tertentu kepada seseorang lain atau
pihak tertentu lainnya, yang didasarkan pada
suatu asumsi atau anggapan bahwa orang
yang membayar, memiliki utang atau kewajiban
atau prestasi yang harus dipenuhi olehnya
kepada seseorang lain tersebut , meskipun
sesungguhnya utang atau kewajiban tersebut
pada dasarnya tidak pernah ada sejak awal,
ataupun karena suatu sebab tertentu telah
hapus, sehingga sesungguhnya utang atau
kewajiban tersebut sudah tidak ada lagi
ONRECHTMATIGE DAAD (Ps.
1365 – Ps. 1380 KUHPerdata
• Unsur-unsur Pasal 1365 KUHperdata:
A.Perbuatan Melawan Hukum
B.Kesalahan
C.Kerugian
D.Hubungan Sebab Akibat
ISTILAH DAN PENGERTIAN
PMH
• Istilah perbuatan melawan hukum (PMH)
merupakan terjemahan dari kata onrechtmatige
daad (Bhs. Belanda).
• Belum terdapat kesepakatan tentang
penggunaan istilah perbuatan melawan hukum.
• R. Wirjono Prodjodikoro menggunakan istilah
perbuatan melanggar hukum
• Utrecht memakai istilah perbuatan yang
bertentangan dengan asas-asas hukum
M.A. Mugni Djojodirdjo dan Rachmat Setiawan
menyetujui istilah “Perbuatan Melawan Hukum”.
M.A. Mugni menerangkan bahwa istilah
“melawan” melekat kedua sifat aktif dan pasif.
Kalau ia dengan sengaja melakukan sesuatu
perbuatan yang menimbulkan kerugian kepada
orang lain, jadi sengaja melakukan gerakan,
maka nampaklah sifat aktifnya dari istilah
melawan tersebut. Sebaliknya kalau ia sengaja
diam saja, sedangkan ia mengetahui bahwa ia
harus melakukan sesuatu utk tidak merugikan
orang lain, inilah sifat pasif dari istilah melawan
tersebut
• Pengertian Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
• Untuk mengetahui apa yang diartikan dengan
perbuatan melawan hukum, kita harus melihat
kepada yurisprudensi dan perkembangan
tentang pengertian perbuatan melawan hukum
tersebut sebelum dan sesudah tahun 1919.
• Sampai akhir abad ke-19, dimana ajaran
legisme memegang peranan penting, yaitu
bahwa tidak ada hukum di luar undang. Hoge
Raad dalam arrestnya tanggal 6 April 1883
berpendapat bahwa PMH dalam Ps. 1365
KUHperdata harus diartikan berbuat atau tidak
berbuat yang bertentangan dengan kewajiban
hukum si pembuat atau melanggar hak orang
lain.
Sesuai dengan pandangan legistis, perbuatan
tersebut harus melanggar hak orang lain atau
bertentangan dengan kewajiban hukum
sipembuat yang telah diatur dalam undang-
undang ( inilah yang merupakan pengertian
PMH dalam arti yang sempit)
interpretasi yg sempit tersebut ditentang oleh
doktrin. Dan yg paling terkemuka adalah
Molengraaff, yg menyatakan bahwa PMH tidak
hanya melanggar undang-undang tapi juga
melanggar kaidah kesusilaan dan kepatutan
• Contoh Putusan Hoge Raad yang
mempertahankan ajaran yang sempit tentang
PMH adalah:
1.Arrest HR 6 Januari 1905 dalam perkara
mesin jahit singer.
2. Arrest HR 10 juni 1910 dalam perkara pipa
air ledeng.
Putusan Hoge Raad yang mencerminkan
ajaran yang sempit tentang PMH sangat
dirasakan dalam bidang perdagangan dan
industri. Untuk mengatasi keadaan tersebut
telah diajukan rancangan utk merubah redaksi
Ps. 1365 KUHperdata, tapi tdk pernah
pernah disahkan sebagai undang-undang.
Akhirnya Hoge Raad memberikan rumusan
yang luas tentang pengertian PMH, dituangkan
dalam “Standard Arrest” tanggal 31 Januari
1919 dalam perkara Cohen lawan lindenbaum.
Rumusan yg luas tersebut adalah: Perbuatan
melawan hukum harus diartikan berbuat atau
tidak berbuat yang memperkosa hak orang lain
atau bertentangan kewajiban hukum sipembuat
atau kesusilaan atau kepatutan dalam
masyarakat , baik terhadap diri atau benda
orang lain. Sejak th1919, pengadilan
menetapkan pengertian PMH dalam arti luas
• Sejak Arres HR tanggal 31 Januari 1919, suatu
perbuatan merupakan perbuatan malawan
hukum apabila:
1. Melanggar hak orang lain, atau
2. Bertentangan dengan kewajiban hukum si
pembuat, atau
3. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik,
atau
4. Bertentangan dengan kepatutan yang terdapat
dalam masyarakat terhadap diri atau barang
orang lain

Anda mungkin juga menyukai