Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RINGKASAN HUKUM KONTRAK

(Tugas ini dibuat sebagai pengganti Ujian Tengah Semester Ganjil Mata Kuliah Hukum Kontrak)

Dosen Pengampu:

1. Agus, S.H.,M.H.
2. Dr. Siti Rohani , SH, M.Hum\n

Dibuat Oleh:
Nama: Vico Yoresha
NIM: A1012221140
Kelas: D PPAPK(Sore)

Judul Buku: HUKUM KONTRAK DAN PERANCANGAN KONTRAK


Penulis: Dr. Ahmadi Miru, S.H., M.S.

Fakultas Hukum
Universitas Tanjungpura
Tahun 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Istilah Hukum Kontrak
Hukum Kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan.
Kontrak atau perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji
kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
Kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret dan dapat diamati baik itu yang
dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini berbeda dari perikatan yang tidak
konkret, tetapi abstrak atau tidak langsung dapat diamati karena perikatan itu hanya
merupakan akibat dari adanya kontrak tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak
terikat untuk memenuhi apa yang dijanjikan.
B. Asas-asas Hukum Kontrak
1. Asas Konsensualisme
Asas Konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya
kesepakatan. Tercapainya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak dan
kewajiban bagi mereka (bersifat obligator) dan hanya berlaku terhadap Kontrak
konsensual.
2. Asas Kebebasan Berkontrak
Merupakan salah satu asas yang sangat penting dalam hukum kontrak. Dalam Pasal
11338 ayat (1) BW bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
3. Asas Mengikatnya Kontrak (Pacta Sunt Servanda)
Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut
mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.
4. Asas Iktikad Baik
Dalam pasal 1338 ayat (3) bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
C. Para Pihak dalam Kontrak
Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa saja yang
dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang untuk
melakukan kontrak.
Pihak-pihak dalam kontrak dapat berupa orang perorangan atau badan usaha yang
bukan badan hukum atau badan hukum.
 Perjanjian antara pelaku usaha dan pelaku usaha secara khusus diatur dalam
Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
 Perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen diatur secara khusus dalam
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
 Perjanjian antara non-profesional dan non-profesional lainnya tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.
BAB 2
LAHIRNYA KONTRAK
Secara umum kontrak lahir pada saat tercapainya kesepakatan para pihak
mengenai hal yang pokok atau unsur esensial dari kontrak tersebut.
A.Syarat Sahnya Kontrak
Syarat Sahnya Kontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1320 BW, yaitu:
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu; dan
d. Suatu sebab yang halal.
1. Kesepakatan
Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak.
Kesepakatan terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya
penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut.
Cara terjadinya kesepakatan:
a. Dengan cara tertulis (akta di bawah tangan, akta autentik)
b. Dengan cara lisan(Membeli barang di toko)
c. Dengan simbol-simbol tertentu (jual beli narkoba)
d. Dengan berdiam diri (perjanjian pengangkutan)
 Akta di bawah tangan merupakan akta yang dibuat oleh para pihak tanpa
melibatkan pejabat yang berwenang membuat akta seperti notaris, PPAT, atau
pejabat lain yang diberi wewenang untuk itu.
 Akta Autentik adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
berwenang.
Cacat Kehendak atau cacat kesepakatan (pasal 1312 dan pasal 1449 BW) dapat
terjadi karena terjadinya hal-hal:
a. Kekhilafan ;
b. Paksaan;
c. Penipuan; dan
d. Penyalahgunaan keadaan.
2.Kecakapan
Untuk mengadakan kontrak, para pihak harus cakap. Seorang oleh hukum dianggap tidak
cakap untuk melaksanakan kontrak jika belum berusia 21 tahun dan belum menikah, kecuali
jika ia telah kawin sebelum cujup 21 tahun. Berusia 21 tahun , tetapi gelap mata, sakit
ingatan, dungu dan boros.
3.Hal Tertentu
Objek perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para pihak, objek perjanjian tersebut dapat
berupa barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu.
4.Sebab yang Halal
Bahwa isi kontrak tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
B. Unsur-unsur Kontrak
1. Unsur esensial merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak karena tanpa
adanya kesepakatan tentang unsur esensial ini maka tidak ada kontrak.
2. Unsur Naturlia merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak (telah diatur
dalam undang-undang).
3. Unsur Aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau mengikat para pihak jika para
pihak memperjanjikannya.
C. Teori-teori Tercapainya Kesepakatan
 Dikenal berbagai teori terpenting, yaitu teori pengiriman dan teori penerimaan.
Selain itu, dikenal teori-teori lain seperti teori pengetahuan, teori ucapan, teori kotak
pos, dan teori dugaan.
 Selain teori diatas, masih dikenal teori lain yang terkait dengan kehendak dan
pernyataan para pihak dalam perjanjian, yaitu: teori kehendak, teori pernyataan, dan
teori kepercayaan.
Tiga Jenis Kontrak:
1.Kontrak konsensual lahir pada saat tercapainya kesepakatan atau mengenai unsur esensial
dari kontrak.
2.Kontrak formal lahir pada saat telah dilakukannya formalitas tertentu, yaitu dilakukan
secara tertulis.
3.Kontrak Riel lahir pada saat diserahkannya barang yang menjadi objek kontrak.
D. Kontrak Baku
1. Pengertian Kontrak Baku
Kontrak Baju adalah kontrak yang Klausul-klausulnya telah ditetapkan atau dirancang oleh
salah satu pihak.
2.Klausul Eksonerasi
Rijken mengatakan bahwa klausul Eksonerasi adalah klausul yang dicantumkan dalam suatu
perjanjian dengan mana satu pihak untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi
seluruhnya atau terbatas yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum.
3.Penyalahgunaan Keadaan
Penerapan klausul-klausul tertentu yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kedudukan lebih
kuat yang mengakibatkan sangat dirugikannya pihak lemah, biasanya dikenal dengan
penyalahgunaan keadaan.
E. Jenis-jenis Kontrak
1.Kontrak Bersyarat
Kontrak bersyarat adalah kontak yang digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang
dan peristiwa tersebut belum tentu akan terjadi. Kontrak bersyarat ini dapat dibagi dua,
yaitu kontrak dengan syarat tangguh dan kontak dengan syarat batal.
Suatu kontrak disebut kontrak dengan syarat tangguh jika untuk lahirnya kontrak tersebut
digantungkan pada suatu peristiwa tertentu yang akan datang dan belum tentu akan terjadi
sedangkan suatu kontrak disebut kontrak dengan syarat batal jika untuk batalnya atau
berakhirnya kontrak tersebut digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan
belum tentu akan terjadi.
2.Kontrak dengan Ketetapan Waktu
Berbeda dari kontrak bersyarat, kontrak dengan ketetapan waktu ini tidak menangguhkan
terjadinya atau lahirnya kontrak melainkan menangguhkan pelaksanaan kontrak.
3.Kontrak Mana Suka atau Alternatif
Kontrak mana suka atau alternatif ini mungkin jarang kita temui dalam praktik, tetapi hal ini
dimungkinkan dalam hukum Kontrak. Dalam hal terjadi kontrak mana suka ini, debitur
diperkenankan untuk memilih salah satu dari beberapa pilihan yang ditentukan dalam
kontrak,
4 Kontrak Tanggung Renteng atau Tanggung Menanggung
Suatu kontrak dikatakan tanggung menanggung jika dalam kontrak tersebut terdiri atas
beberapa orang kreditor, dan dalam kontrak tersebut secara tegas dinyatakan bahwa
masing-masing kreditor berhak untuk menagih seluruh utang atau pembayaran seluruh
utang kepada salah seorang kreditor akan membebaskan debitur pada kreditor lainnya.
5.Kontrak yang dapat dibagi dan Tak dapat dibagi
Suatu kontrak digolongkan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi tergantung pada kontrak
yang prestasinya berupa barang atau jasa yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi, baik
secara nyata maupun secara perhitungan.
6.Kontrak dengan Ancaman Hukuman
Ancaman hukuman ini hanya merupakan prestasi tam- bahan jika debitur wanprestasi.
Karena itu, sifatnya yang hanya tambahan, apabila kontraknya batal, ancaman hukumannya
pun batal, sebaliknya, apabila ancaman hukumannya batal, tidak secara otomatis
membatalkan kontraknya.
F.Kuasi Kontrak
Kontrak tersamar adalah suatu kontrak yang diciptakan oleh hukum atas dua pihak atau
lebih semata-mata dengan tujuan agar tercapai keadilan di antara pihak-pihak dimaksud,
tanpa adanya suatu pernyataan yang jelas tentang adanya kesepakatan kehendak.
BAB 3
PELAKSANAAN KONTRAK
Pada tahap pelaksanaan perjanjian, para pihak harus melaksanakan apa yang telah
dijanjikan atau apa yang telah menjadi kewajibannya dalam perjanjian tersebut. Kewajiban
memenuhi apa yang dijanjikan itulah yang disebut sebagai prestasi, sedangkan apabila salah
satu pihak atau bahkan kedua pihak tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuatnya, itulah yang disebut dengan wanprestasi.
A. Prestasi
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu kontrak. Prestasi
pokok tersebut dapat berwujud:
1. Benda;
2. Tenaga atau keahlian;
3. 3. Tidak berbuat sesuatu.
Pada umumnya literatur yang ada sekarang membagi prestasi ke dalam tiga macam,
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1234 BW, yaitu:
a. Menyerahkan sesuatu;
b. Berbuat sesuatu; dan
c. Tidak berbuat sesuatu
B. Wanprestasi
Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi bail karena disengaja maupun tidak
disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapat terjadi karena memang tidal
mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan
prestasi tersebut. Wanprestasi dapat berupa:
1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi;
2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna; 3. Terlambat
memenuhi prestasi;
3. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk
dilakukan.
Oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, pihak wanprestasi harus
menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa tuntutan:

 Pembatalan kontrak (disertai atau tidak disertai ganti rugi);


 pemenuhan kontrak (diserati atau tidak disertai ganti rugi)
C. Pembelaan Pihak yang Dituduh Wanprestasi
Pihak yang dituduh wanprestasi (yang pada umumnya adalah debitur), dapat mengajukan
tangkisan-tangkisan untuk membebaskan diri dari akibat buruk dari wanprestasi tersebut
Tangkisan atau pembelaan tersebut dapat berupa:
o Tidak dipenuhinya kontrak (wanprestasi) terjadi karena keadaan terpaksa
(overmacht);
o tidak dipenuhinya kontrak (wanprestasi) terjadi karena pihak Lain juga wanprestasi
(exceptio non adimpleti contractus);
o tidak dipenuhinya kontrak (wanprestasi) terjadi karena pihak lawan telah melepaskan
haknya atas pemenuhan prestasi.
D. Tuntutan Ganti Rugi Berdasarkan Wanprestasi
1. Ganti Rugi
Ganti rugi yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya
kewajiban utama atau kewajiban sampingan (kewajiban atas prestasi atau kewajiban
jaminan atau garansi) dalam perjanjian.
2. Kerugian
Pengertian kerugian menurut Nieuwenhuis adalah berkurangnya harta kekayaan pihak yang
satu yang disebabkan oleh perbuatan (melakukan atau membiarkan) yang melanggar norma
oleh pihak lain.26
Kerugian yang diderita seseorang secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu
kerugian yang menimpa diri dan kerugian yang menimpa harta benda seseorang. Sementara
itu kerugian harta benda sendiri dapat berupa kerugian nyata yang dialami serta kehilangan
keuntungan yang diharapkan.
3. Kerugian Tanpa Kesalahan (Risiko)
Kerugian tanpa kesalahan ini merupakan suatu hal yang sangat erat terkait dengan
pembelaan debitur yang dituduh lalai, terutama tentang pembelaan yang berupa keadaan
terpaksa (overmacht).
BAB 4
BERAKHIRNYA ATAU HAPUSNYA KONTRAK
Dalam BW tidak diatur secara khusus tentang berakhirnya kontrak, tetapi yang diatur dalam
Bab IV Buku III BW hanya hapusnya perikatan-perikatan. Berdasarkan pasal 1318 BW
hapusnya perikatan karena:
A. Pembayaran
Dimaksud dengan pembayaran adalah segala bentuk pemenuhan prestasi.
B. Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti dengan Penyimpanan atau Penitipan
Apabila seorang kreditor menolak pembayaran yang dilakukan oleh debitur, debitur dapat
melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika kreditor masih menolak,
debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di pengadilan.
C. Pembaruan Utang
Pembaruan utang pada dasarnya merupakan penggantian objek atau subjek kontrak lama
dengan objek atau subjek kontrak yang baru.
D. Perjumpaan Utang atau Kompensasi
Perjumpaan utang atau kompensasi ini terjadi jika antara dua pihak saling berutang antara
satu dan yang lain sehingga Apabila utang tersebut masing-masing diperhitungkan dan sama
Nilainya, kedua belah pihak akan bebas dari utangnya.
E. Percampuran Utang
Apabila kedudukan kreditor dan debitur berkumpul pada satu orang, utang tersebut hapus
demi hukum.
F. Pembebasan Utang
Pembebasan utang bagi kreditor tidak dapat dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan karena
jangan sampai utang tersebut sudah cukup lama tidak ditagih, debitur menyangka bahwa
terjadi pembebasan utang.
G. Musnahnya Barang yang Terutang
Jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek perjanjian musnah, tidak dapat lagi
diperdagangkan, atau hilang, hapuslah perikatannya, kecuali kalau hal tersebut terjadi
karena kesalahan debitur atau debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
H. Kebatalan atau Pembatalan
Kebatalan atau batal demi hukum suatu kontrak terjadi jika perjanjian tersebut tidak
memenuhi syarat objektif dari syarat sahnya kontrak yaitu “suatu hal tertentu” dan “sebab
yang halal.”
I. Berlakunya Syarat Batal
Hapusnya perikatan yang diakibatkan oleh berlakunya syarat batal berlaku jika kontrak yang
dibuat oleh para pihak dibuat dengan syarat tanggguh atau syarat batal karena apabila
kontrak tersebut dibuat dengan syarat tangguh dan ternyata syarat yang dijadikan syarat
penangguhan tersebut tidak terpenuhi, kontrak tersebut dengan sendirinya batal. Demikian
pula kontrak yang dibuat dengan syarat batal, apabila syarat batal tersebut terpenuhi,
kontrak tersebut dengan sendirinya telah batal yang berarti mengakibatkan hapusnya
kontrak tersebut.
J. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa atau lewat waktu juga dapat mengakibatkan hapusnya kontak antara para
pihak. Hal ini diatur dalam BW, Pasal 1967 dan seterusnya.
BAB 5
PENYELESAIAN SANGKETA DI LUAR PENGADILAN
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikenal dengan Alternative Dispute
Resolution (ADR) dapat ditempuh dengan berbagai cara. ADR tersebut dapat berupa
arbitrase, mediasi, konsiliasi, minitrial, summary jury trial, settlement conference serta
bentuk lainnya.
BAB 6
KONTRAK JUAL BELI
A. Pengertian Jual Beli
Perjanjian jual beli diatur dalam pasal 1457-pasal 1540 BW. Pengertian perjanjian jual beli
menurut pasal 1457 BW :Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan.
B. Penyerahan
Berdasarkan Pasal 1475 BW, penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual
ke dalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli.
C. Risiko
Risiko adalah kerugian yang timbul di luar kesalahan salah satu pihak. Risiko dalam
perjanjian jual beli tergantung pada jenis barang yang diperjualbelikan, yaitu apakah (a)
barang telah ditentukan; (b) barang tumpukan; atau (c) barang yang dijual berdasarkan
timbangan, ukuran, atau jumlah.
D. Kewajiban Pembeli dan Penjual
Kewajiban utama pembeli adalah Membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat
yang telah diperjanjikan. Sedangkan kewajiban penjual adalah menyerahkan barang,
menanggung dan menjamin barang tersebut.

BAB 7
PERANCANGAN ATAU PEMBUATAN KONTRAK
A. Hal Penting yang Harus diperhatikan dalam Kontrak
Hal yang paling penting diperhatikan oleh para pihak adalah syarat sahnya perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 BW, yang pada intinya mengatur tentang: Kesepakatan
para pihak; Kecakapan (termasuk juga kewenangan) para pihak; Objek tertentu; Sebab yang
halal.
B. Kerangka atau Anatomi Kontrak
Pada umumnya kontrak terbagi atas tiga bagian utama, yaitu: bagian pendahuluan, bagian
isi, dan penutup.
C. Tahap-tahap dalam Pembuatan Kontrak Tertulis
kadang suatu kontrak didahului oleh nota kesepahaman atau memorandum of
understanding (MoU). Setelah Penandatanganan MoU (kalau ada), selanjutnya dilakukan
langkah-langkah atau tahap-tahap berikut. Pembuatan draft pertama; Pertukaran draft
kontrak; revisi (jika perlu); Penyelesaian akhir; penandatanganan para pihak.

Anda mungkin juga menyukai