Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN TERHADAP PERANAN ASAS HUKUM PERJANJIAN

Oleh :
Indah Aini Br Sagala
NIM. 21103080012

ABSTRAK
Hukum selalu dijadikan landasan setiap kegiatan dalam lini kehidupan khususnya hukum
perjanjian sebagai bingkai setiap aktivitas ekonomi. Pasalnya kegiatan sehari- hari setiap orang
tidak lepas dari kegiatan perjanjian. Hukum perjanjian merupakan hukum yang sangat penting
yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum perjanjian merupakan peristiwa dimana
dua pihak atau lebih mengikatkan dirinya (berjanji) untuk melaksanakan sesuatu. Perjanjian
biasanya berkaitan pula dengan hubungan hukum kekayaan atau harta benda dengan para pihak
tersebut.
Kata Kunci : Hukum Perjanjian,Hukum Kontrak

I.PENDAHULUAN Rumusan Masalah


Latar Belakang 1. Apa itu Hukum Kontrak?
2. Apa saja syarat-syarat dari hukum
Indonesia adalah negara hukum. Hukum kontrak?
dibuat untuk mengatur ketertiban dan 3. Apa saja asas-asas dari hukum kontrak?
menjaga keamanan serta kenyamanan
bersama, hingga kita sebagai masyarakat bisa
hidup harmonis dan damai di dalam sebuah
negara. Walaupun Indonesia sebagai negara II.PEMBAHASAN
hukum akan tetapi masih banyak masyarakat Pengertian Hukum Kontrak
awam yang belum tahu tentang apa-apa saja
hukum yang di negaranya sendiri. Contohnya Istilah kontrak berasal dari bahasa
mengenai hukum kontrak, orang-orang yang Inggris, yaitu contract. Menurut Black’s Law
tidak mengetahui tentang hukum kontrak akan Dictionary, kontrak/ contract diartikan
mengalami beberapa kendala dalam sebagai suatu perjanjian antara dua orang atau
kehidupan sehari-harinya, karena hukum lebih yang menciptakan kewajiban untuk
kontrak merupakan salah satu hukum yang berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal yang
banyak kita jumpai prakteknya dalam khusus (contract is an agreement between two
kehidupan sehari-hari. or more persons which creates an obligation
to do or not to do a peculiar things).1
Dalam jurnal ini penulis akan
memaparkan tentang syarat-syarat hukum Ada 3 unsur dalam hukum kontrak, yaitu:
kontrak dan asas-asas hukum kontrak, untuk
1) Adanya kesepakatan tentang fakta
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kontrak.
anatar kedua belah pihak
Penulis berharapa dengan jurnal ini bisa
2) Persetujuan tersebut dibuat secara
membantu pembaca untuk memahami
tertulis
mengenai perjanjian atau perikatan dalam
hukum adat.

1
Mardani, Hukum Kontrak Keuangan Syariah,
cetakan ke-1, (Jakarta: KENCANA, 2021), hal. 1.

1
3) Adanya orang-orang yang berhak dan kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan
berkewajiban untuk membuat atau penipuan.”
kesepakatan dan persetujuan tertulis
2) Kecakapan Para Pihak
Berdasarkan pengertian dan unsur-unsur
kontrak tersebut, menganai sefinisi Mengenai cakap tidaknya seseorang,
kontrakini, ada yang menilai memiliki arti perlu diketahui siapa saja yang menurut
yang sama dengan perjanjian (overeenkomst), hukum tidak cakap atau tidak punya
tetapi ada yang menilai kontrak adalah suatu kedudukan hukum untuk membuat perjanjian,
perjanjian yang dituangkan dalam tulisan atau sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1330
perjanjian tertulis atau singkatnya kontrak KUH Perdata yaitu:
adalah perjanjian tertulis.2 Yang tak cakap untuk membuat
Kontrak merupakan suatu perjanjian/ persetujuan adalah;
perikatan yang sengaja dibuat secara tertulis a) anak yang belum dewasa;
sebagai alat bukti para pihak yang b) orang yang ditaruh di bawah
berkepentingan. pengampuan;
Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa c) perempuan yang telah kawin dalam hal-
kontrak adalah sutau perjanjian tertulis atas hal yang ditentukan undang-undang dan
kesepatakan bersama antara dua belah pihak pada umumnya semua orang yang oleh
atau lebih dimana belah pihak itu merupakan undang-undang dilarang untuk membuat
subjek hukum (orang atau badan hukum), persetujuan tertentu.
yang mengakibatkan timbulnya hak dan 3) Suatu Hal Tertentu
kewajiban antara pihak yang membuat Yang dimaksud suatu hal tertentu dalam
kontrak. syarat perjanjian agar dinyatakan sah adalah
objek perjanjian yaitu prestasi misalnya
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau
Syarat-Syarat Sahnya Hukum Kontrak tidak berbuat sesuatu seperti yang disebutkan
dalam Pasal 1234 KUH Perdata.
Syarat perjanjian dikatakan sah telah
tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata 4) Sebab yang Halal
yaitu terdapat 4 syarat sah perjanjian
mencakup kesepakatan, kecakapan, suatu hal KUH Perdata tidak menjelaskan lebih
tertentu, dan sebab yang halal. lanjut mengenai sebab yang halal. Adapun
yang diatur adalah suatu sebab terlarang jika
Berikut ini penjelasan satu per satu syarat dilarang oleh undang-undang, bertentangan
perjanjian dapat dikatakan sah: dengan kesusilaan atau ketertiban umum.
Demikian yang disebutkan dalam Pasal 1337
1) Kesepakatan Para Pihak
KUH Perdata.
Syarat perjanjian dinyatakan sah yang
Asas-Asas Hukum Kontrak
pertama adalah adanya kesepakatan para
pihak. Artinya harus ada persetujuan atau 1) Asas Kebebasan Berkontrak (freedom
kesepakatan para pihak yang membuat of contract)
perjanjian. Tidak boleh ada paksaan atau Asas kebebasan berkontrak dapat
tekanan, melainkan perjanjian harus atas dasar dianalisis dari ketentuan Pasal 1338
kehendak sendiri. Hal ini juga telah ayat (1) KUHPer, yang berbunyi: “Semua
ditegaskan kembali dalam Pasal 1321 KUH perjanjian yang dibuat secara sah
Perdata: “Tiada suatu persetujuan pun berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
mempunyai kekuatan jika diberikan karena yang membuatnya. “Asas ini merupakan suatu
asas yang memberikan kebebasan kepada para

2
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum
Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga Keuangan
Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal. 11-12.

2
pihak untuk: (1) membuat atau tidak membuat Artinya, bahwa terjadinya perjanjian apabila
perjanjian; (2) mengadakan perjanjian dengan memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas
siapa pun; (3) menentukan isi perjanjian, konsensualisme yang dikenal dalam KUHPer
pelaksanaan, dan persyaratannya, serta (4) adalah berkaitan dengan berbentuk perjanjian.
menentukan bentuk perjanjiannya apakah
tertulis atau lisan. Pada akhir abad ke-19, 3) Asas Kepastian Hukum (pactasunt
akibat desakan paham etis dan sosialis, paham servanda)
individualisme mulai pudar, terlebih-lebih
sejak berakhirnya Perang Dunia II. Paham ini Asas kepastian hukum atau disebut juga
kemudian tidak mencerminkan keadilan. dengan asas pacta sunt servanda merupakan
Masyarakat menginginkan pihak yang lemah asas yang berhubungan dengan akibat
lebih banyak mendapat perlindungan. Oleh perjanjian. Asas pactasunt servanda
karena itu, kehendak bebas tidak lagi diberi merupakan asas bahwa hakim atau pihak
arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif, ketiga harus menghormati substansi kontrak
dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
Pengaturan substansi kontrak tidak layaknya sebuah undang-undang. Mereka
semata-mata dibiarkan kepada para pihak tidak boleh melakukan intervensi terhadap
namun perlu juga diawasi. Pemerintah sebagai substansi kontrak yang dibuat oleh para
pengemban kepentingan umum menjaga pihak. Asas pacta sunt servanda dapat
keseimbangan kepentingan individu dan disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1)
kepentingan masyarakat. Melalui KUHPer. Asas ini pada mulanya dikenal
penerobosan hukum kontrak oleh pemerintah dalam hukum gereja.
maka terjadi pergeseran hukum kontrak ke Dalam hukum gereja itu disebutkan
bidang hukum publik. Oleh karena itu, bahwa terjadinya suatuperjanjian bila ada
melalui intervensi pemerintah inilah terjadi kesepakatan antar pihak yang melakukannya
pemasyarakatan hukum kontrak/perjanjian. dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini
mengandung makna bahwa setiap perjanjian
2) Asas Konsensualisme (concensualism) yang diadakan oleh kedua pihak merupakan
Asas konsensualisme dapat perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan
disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) unsur keagamaan. Namun, dalam
KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan perkembangan selanjutnya asas pacta sunt
bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian servanda diberi arti sebagai pactum, yang
adalah adanya kata kesepakatan antara kedua berarti sepakat yang tidak perlu dikuatkan
belah pihak. Asas ini merupakan asas yang dengan sumpah dan tindakan formalitas
menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya lainnya. Sedangkan istilah nudus pactum
tidak diadakan secara formal, melainkan sudah cukup dengan kata sepakat saja.
cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak.
Kesepakatan adalah persesuaian 4) Asas Itikad Baik (good faith)
antara kehendak dan pernyataan yang dibuat
Asas itikad baik tercantum dalamPasal
oleh kedua belah pihak. Asas konsensualisme
1338 ayat (3) KUHPer yang berbunyi:
muncul diilhami dari hukum Romawi dan
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
hukum Jerman. Di dalam hukum Jerman tidak
baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para
dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi
pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus
lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan
dan perjanjian formal. Perjanjian riil adalah
kepercayaan atau keyakinan yang teguh
suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan
maupun kemauan baik dari para pihak. Asas
secara nyata (dalam hukum adat disebut
itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni
secara kontan). Sedangkan perjanjian formal
itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada
adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan
itikad yang pertama, seseorang
bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
otentik maupun akta bawah tangan). Dalam
nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua,
hukum Romawi dikenal istilah contractus
penilaian terletak pada akal sehat dan
verbis literis dan contractus innominat.

3
keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini
untuk menilai keadaan (penilaian tidak dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal
memihak) menurut norma-norma yang 1340 KUHPer. Pasal 1315 KUHPer
objektif. Berbagai putusan Hoge Raad (HR) menegaskan: “Pada umumnya seseorang
yang erat kaitannya dengan penerapan asas tidak dapat mengadakan perikatan atau
itikad baik dapat diperhatikan dalam perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti
kasuskasus posisi berikut ini. Kasus yang ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk
paling menonjol adalah kasus Sarong Arrest mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut
dan Mark Arrest. Kedua arrest ini berkaitan harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
dengan turunnya nilai uang (devaluasi) Pasal 1340 KUHPer berbunyi: “Perjanjian
Jerman setelah Perang Dunia I (Salim H.S, hanya berlaku antara pihak yang
2004: 3). membuatnya.” Hal ini mengandung maksud
bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak
Kasus Sarong Arrest: Pada tahun 1918 hanya berlaku bagi mereka yang
suatu firma Belanda memesan pada membuatnya. Namun demikian, ketentuan
pengusaha Jerman sejumlah sarong dengan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana
harga sebesar 100.000 gulden. Karena diintridusir dalam Pasal 1317 KUHPer yang
keadaan memaksa sementara, penjual dalam menyatakan: “Dapat pula perjanjian
waktu tertentu tidak dapat menyerahkan diadakan untuk kepentingan pihak ketiga,
pesanan. Setelah keadaan memaksa berakhir, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri
pembeli menuntut pemenuhan prestasi. sendiri, atau suatu pemberian kepada orang
Tetapi sejak diadakan perjanjian, keadaan lain, mengandung suatu syarat semacam itu.”
sudah banyak berubah dan penjual bersedia Pasal ini mengkonstruksikan bahwa
memenuhi pesanan tetapi dengan harga yang seseorang dapat mengadakan perjanjian/
lebih tinggi, sebab apabila harga tetap sama kontrak untuk kepentingan pihak ketiga,
maka penjual akan menderita kerugian, yang dengan adanya suatu syarat yang ditentukan.
berdasarkan itikad baik antara para pihak Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPer,
tidak dapat dituntut darinya. Pembelaan yang tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri
penjual ajukan atas dasar Pasal 1338 ayat (3) sendiri, melainkan juga untuk kepentingan
KUHPer dikesampingkan oleh HR dalam ahli warisnya dan untuk orang-orang yang
arrest tersebut. Menurut putusan HR tidak memperoleh hak daripadanya. Jika
mungkin satu pihak dari suatu perikatan atas dibandingkan kedua pasal itu, maka Pasal
dasar perubahan keadaan bagaimanapun 1317 KUHPer mengatur tentang perjanjian
sifatnya, berhak berpatokan pada itikad baik untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal
untuk mengingkari janjinya yang secara jelas 1318 KUHPer untuk kepentingan dirinya
dinyatakan HR masih memberi harapan sendiri, ahli warisnya dan orang-orang yang
tentang hal ini dengan memformulasikan: memperoleh hak dari yang membuatnya.
mengubah inti perjanjian atau Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPer
mengesampingkan secara keseluruhan. mengatur tentang pengecualiannya,
Dapatkah diharapkan suatu putusan yang sedangkan Pasal 1318 KUHPer memiliki
lebih ringan, jika hal itu bukan merupakan ruang lingkup yg luas.
perubahan inti atau mengesampingkan secara
keseluruhan. Putusan HR ini selalu Di samping kelima asas yang telah
berpatokan pada saat dibuatnya oleh para diuraikan di atas, dalam Lokakarya Hukum
pihak: Apabila pihak pemesan sarong Perikatan yang diselenggarakan oleh Badan
sebanyak yang dipesan, maka penjual harus Pembinaan Hukum Nasional (BPHN),
melaksanakan isi perjanjian tersebut, karena Departemen Kehakiman RI pada tanggal 17–
didasarkan bahwa perjanjian harus 19 Desember 1985 telah berhasil
dilaksanakan dengan itikad baik. dirumuskannya delapan asas hukum
perikatan nasional (BPHN, 1985:21).
5) Asas Kepribadian (personality) Kedelapan asas tersebut adalah: asas
Asas kepribadian merupakan asas yang kepercayaan, asas persamaan hukum, asas
menentukan bahwa seseorang yang akan keseimbangan, asas kepastian hukum, asas
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya moralitas, asas kepatutan, asas kebiasaan,

4
dan asas perlindungan. Adapun dipandang sebagai bagian dari
penjelasannya adalah sebagai berikut: Asas perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya
Kepercayaan, yaitu bahwa setiap orang yang mengikat untuk
akan mengadakan perjanjian akan memenuhi apa yang secara tegas diatur, akan tetapi
setiap prestasi yang diadakan di antara juga hal-hal yang menurut kebiasaan
mereka di belakang hari. lazim diikutin.
5) Asas Perlindungan, yaitu asas yang
1) Asas Persamaan Hukum, yaitu bahwa mengandung pengertian bahwa antara
subjek hukum yang mengadakan debitur dan kreditur harus dilindungi
perjanjian mempunyai kedudukan, hak oleh hukum. Namun, yang perlu
dan kewajiban yang sama dalam hukum. mendapat perlindungan itu adalah pihak
Mereka tidak boleh dibeda-bedakan debitur karena pihak ini berada pada
antara satu sama lainnya, walaupun posisi yang lemah. Asas-asas inilah yang
subjek hukum itu berbeda warna kulit, menjadi dasar pijakan dari para pihak
agama, dan ras. Asas Keseimbangan, dalam menentukan dan membuat suatu
yaitu asas yang menghendaki kedua kontrak/ perjanjian dalam kegiatan
belah pihak memenuhi dan hukum seharihari. Dengan demikian,
melaksanakan perjanjian. Kreditur dapat dipahami bahwa keseluruhan asas
mempunyai kekuatan untuk menuntut di atas merupakan hal penting dan mutlak
prestasi dan jika diperlukan dapat harus diperhatikan bagi pembuat
menuntut pelunasan prestasi melalui kontrak/ perjanjian, sehingga tujuan
kekayaan debitur, namun debitur akhir dari suatu kesepakatan dapat
memikul pula kewajiban untuk tercapai dan terlaksana sebagaimana
melaksanakan perjanjian itu dengan diinginkan oleh para pihak.
itikad baik.
2) Asas Kepastian Hukum, yaitu asas ini III.PENUTUP
mengandung maksud bahwa perjanjian
sebagai figur hukum mengandung Kesimpulan
kepastian hukum. Kepastian ini
terungkap dari kekuatan mengikatnya Kontrak adalah sutau perjanjian tertulis
perjanjian, yaitu sebagai undang-undang atas kesepatakan bersama antara dua belah
bagi yang membuatnya. pihak atau lebih dimana belah pihak itu
3) Asas Moralitas, adalah asas yang merupakan subjek hukum (orang atau badan
berkaitan dengan perikatan wajar, yaitu hukum), yang mengakibatkan timbulnya hak
suatu perbuatan sukarela dari seseorang dan kewajiban antara pihak yang membuat
tidak dapat menuntut hak baginya untuk kontrak. Syarat-syarat sahnya kontrak adalah
menggugat prestasi dari pihak debitur. kesepakatan para pihak, kecakapan para
Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, pihak, suatu hal tertentu dan sebab yang halal.
yaitu seseorang melakukan perbuatan Adapun untuk memahami dan
dengan sukarela (moral), yang membentuk suatu perjanjian, maka para pihak
bersangkutan mempunyai kewajiban harus memenuhi syarat sahnya perjanjian
hukum untuk meneruskan dan berdasarkan Pasal 1320 KUHPer, yakni syarat
menyelesaikan perbuatannya. Salah satu subjektif: adanya kata sepakat untuk
faktor yang memberikan motivasi pada mengikatkan dirinya dan kecakapan para
yang bersangkutan melakukan perbuatan pihakuntuk membuat suatu perikatan,
hukum itu adalah didasarkan pada sedangkan syarat objektif adalah suatu hal
kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati tertentu dan suatu sebab yang halal. Oleh
nuraninya. sebab itu, dalam melakukan perbuatan hukum
4) Asas Kepatutan, yaitu asas yang tertuang membuat suatu kontrak/perjanjian haruslah
dalam Pasal 1339 KUHPer. Asas ini pula memahami asas-asas yang berlaku dalam
berkaitan dengan ketentuan mengenai isi dasar suatu kontrak/ perjanjian antara lain:
perjanjian yang diharuskan oleh asas kebebasan berkontrak, asas
kepatutan berdasarkan sifat konsesnsualisme, asas kepastian hukum/pacta
perjanjiannya. Asas Kebiasaan, yaitu

5
sunt servanda, asas itikad baik dan asas Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
kepribadian.
Sudarsono. (2007). Kamus Hukum. Jakarta:
Dari kelima asas yang berdasarkan teori Rineka Cipta.
ilmu hukum tersebut ditambahkan delapan
asas hukum perikatan nasionalyang Roha Efa, dkk. “Perjanjian Bagi Hasil
merupakan hasil rumusan bersama Tanah Pertanian Pada Masyarakat Desa
berdasarkan kesepakatan nasional, antara lain: Bligorejo Kecamatan Doro
asas kepercayaan, asas persamaan hukum, Kabupaten Pekalongan (Perspektif Pasal 10
asas keseimbangan, asas kepastian hukum, UUPA Menuju Terwujudnya Aspek
asas moralitas, asas kepatutan, asas kebiasaan Keadilan Masyarakat)”. Vol. 5 No. 3. (2016).
dan asas perlindungan. Dengan demikian
asasasas perjanjian tersebut berlaku secara Sugiastuti Natasya Yunita. “Esensi Kontrak
umum dalam hal membentuk atau merancang Sebagai Hukum Vs Budaya Masyarakat
suatu kontrak di parkiran umum. Indonesia yang Non-Law Minded
dan Berbasis Oral Tradition”. Vol. 5 No.
DAFTAR PUSTAKA 1 (2015). Jurnal Hukum Prioris.

Erwin Owan Hermansyah dkk. (2021). Buku Saufa Ata Taqiyya. (29 Maret 2022).
Ajar Hukum Adat. Malang: Madza Perbedaan Antara Perikatan dan Perjanjian.
Media. Diakses pada 9 Desember 2022,
https://www.merdeka.com/trending/cara-
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). penulisan-footnote-lengkap-beserta-contoh-
Kamus Besar Ikthasar Indonesi Edisi pahami-aturannya-pula-kln.html.

Anda mungkin juga menyukai