perjanjian, baik karena undang-undang. Jadi perikatan lebih luas dari perjanjian.
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Perjanjian
dengan demikian mengikat para pihak secara hukum, untuk mendapatkan hak atau
merupakan kesepakatan yang dibuat lebih dari dua pihak dan perjanjian itu
Perjanjian lisan lazimnya dilakukan dimasyarakat adat untuk ikatan hukum yang
masyarakat yang relatif sudah modern, berkaitan dengan bisnis yang berhubungan
1
Ketut Artadi, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Impelementasi Ketentuan-
Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press,
Denpasar, Hal. 28.
48
dengan hukum yang komplek. Perjanjian tertulis untuk hubungan bisnis lazimnya
dapat disamakan dengan perjanjian yang dimana dua pihak atau lebih melakukan
suatu janji yang mengikat satu sama lain, jadi apabila ada pihak yang melanggar
atau wanprestasi mengenai isi perjanjian yang telah disepakati itu maka terhadap
pihak yang melanggar tersebut harus mebayar kerugian dan dapat dituntut dimuka
peradilan. Sehingga hal tersebut dari segi yuridis Pengadilan menyelesaikan suatu
sengketa dan Pengadilan dapat memaksakan untuk berlakunya suatu kontrak dan
yang telah di sepakati dalam kontrak tersebut. Tidak semua perjanjian tertulis
2
Ibid.
3
Gordon W. Brown and Paula A. Sukys, 2001, Business Law With UCC Applications,
10th Edition, Glencoe Mc. Grow-Hill, New York America, Hal.95.
4
Robert Duxbury, 2009, Nutshells Contract Law, 8th Edition, Sweet & Maxwell, Hal 45.
5
Catherine Elliot and Frances Quinn, 2005, Contract law,Perason Education
Limited,England, Hal.10
diberi judul kontrak, akan tetapi hal tersebut tergantung daripada kesepakatan para
pihak karena segala jenis perjanjian yang dibuat para pihak sesuai dengan
kehendaknya.
merupakan instrumen pokok untuk menguji keabsahan perjanjian yang dibuat para
pihak. Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata terdapat empat syarat yang harus
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (de toestemming van degenen die
zich verbiden),
aan te gaan);
yaitu: ayat (1) mengenai adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan diri
adalah adanya kemauan yang bebas sebagai syarat pertama untuk suatu perjanjian
yang sahdan dianggap tidak ada jika perjanjian itu telah terjadi karena paksaan
6
Abdul Kadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hal. 228.
7
Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak
Komersil, Kencana, Jakarta, Hal. 157.
kecakapan, maksudnya adalah kedua belah pihak harus cakap menurut hukum
Mereka itu, seperti orang dibawah umur, orang dibawah pengawasan (curatele).
Jika ayat (1) dan (2) tidak dipenuhi maka perjanjian ini cacat dan dapat
maksudnya yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau
suatu barang yang cukup jelas atau tertentu. Syarat ini perlu untuk dapat
perjanjian harus ada oorzaak atau causa. Secara letterlijk, oorzaak atau causa
berarti sebab, tetapi menurut riwayatnya yang dimaksudkan dengan kata itu
adalah tujuan, yaitu apa yang dikehendaki oleh kedua pihak dengan mengadakan
perjanjian itu. Jika ayat (3) dan Ayat (4) maka perjanjian ini batal demi hukum.8
yaitu harus terpenuhinya syarat subyektif dan obyektif. Karena syarat subyektif
dari akibat tidak dipenuhinya salah satu dari syarat subyektif ini adalah bahwa
kontrak tersebut dapat dibatalkan atau dimintakan batal oleh salah satu pihak yang
berkepentingan. Syarat ini juga tidak boleh adanya unsur paksaan dari pihak
8
R. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, (selanjutnya disebut Subekti R
IV) Hal. 135-137.
tersebut. Konsekuensi dari akibat tidak dipenuhinya salah satu syarat obyektif
tersebut maka perjanjian itu batal demi hukum. Seperti halnya apabila terjadi jual
beli tanah, namun obyek tersebut sedang dalam sengketa maka apabila tanah
tersebut ingin diperjual belikan dan perjanjian yang telah dibuat batal demi
hukum.
1. Unsur Esensiali
Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian
adalah adanya kesepakatan antara para pihak tanpa ada paksaan dari pihak
manapun, jika tidak ada unsur esensiali ini maka tidak ada perjanjian. Sebagai
contoh, dalam peralihan hak atas tanah harus ada kesepakatan mengenai tanah
dan harga karena tanpa kesepakatan mengenai barang dan harga dalam
perjanjian jual beli, perjanjian tersebut batal demi hukum karena tidak ada hal
2. Unsur Naturalia
undang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam perjanjian,
merupakan unsur yang selalu danggap ada dalam perjanjian. Sebagai contoh,
jika dalam perjanjian adanya kerusakan dan tentang cacat pada barang yang
9
Miru, Ahmad, 2007, Hukum Kontrak, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 31-32
tersembunyi, secara otomatis berlaku ketentuan dalam KUHPerdata yang
3. Unsur Aksidentalia
Unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau mengikat para
ihak jika para pihak memperjanjikan. Sebagai contoh, dalam perjanjian jual
dikenakan denda sebesar yang telah diperjanjikan, dan apabila pembeli tidak
membayar angsuran yang pertama, maka obyek yang sudah dibeli dapat
4. Perbuatan hukum terjadi karena kerja sama antara dua orang atau lebih,
5. Pernyataan kehendak yang sesuai harus saling bergantung satu sama lain,
7. Akibat hukum itu untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain atau
undangan.
Menurut Salim H.S. menyebutkan dalam hukum kontrak terdapat beberapa
unsur, yaitu10 :
2. Adanya subyek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban, bisa debitur dan
kreditur.
5. Akibat hukum yang berkaitan dengan timbulnya hak dan kewajiban dari para
pihak.
A. KUHPerdata
bentuk perjanjian.
10
Salim H.S, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Jakarta, (selanjutnya disebut Salim H.S II),Hal. 25.
g. Pasal 1548-1600 KUHPerdata tentang sewa menyewa;
pekerjaan;
bukti tulisan.
B. Perundang-undangan
khususnya
Tanggungan
khususnya
khususnya
Menyesatkan
Setiap Perjanjian.
kepada satu pihak dan hak kepada pihak lainnya, misalkan hibah.
masyarakat menurut syarat yang ditentukan oleh pihak- pihak, atau menurut jenis
prestasi yang harus dipenuhi, atau menurut jumlah subyek yang terlibat dalam
perikatan itu.
3. Perikatan alternative
debitur dari penagihan kreditur lainnya atau pembayaran kepada kreditur oleh
7. Perikatan wajar
Istilah akta berasal dari bahasa Belanda yaitu akte. Dalam kehidupan
sehari-hari akta sering didengar, misalnya akta kelahiran, akta perkawinan, akta
jual beli, akta hibah, akta perceraian, dan sebagainya. Tetapi apa sesungguhnya
yang dimaksud dengan akta, perlu ada pemahaman lebih dulu sebelum
menguraikan mengenai macam-macam akta, isi akta, kegunaan akta, dan akta
perjanjian jual beli tanah. Arti penting untuk menetapkan suatu tulisan itu
dinamakan akta karena kekuatan pembukti dari suatu akta diatur dalam undang-
undang, sedangkan kekuatan pembuktian dari suatu surat yang bukan akta pada
(pengakuan dan sebagainya) yang disaksikan atau disahkan oleh suatu badan
Subekti akta adalah tulisan yang memang sengaja dibuat untuk dijadikan suatu
tanda bukti mengenai suatu peristiwa dan kemudian ditanda tangani.12 Kunthoro
Basuki dan Retno Supartinah menyebutkan akta adalah setiap surat yang diberi
tanda tangan dan sejak semula dengan sengaja dibuat untuk pembuktian.13 Tanda
tangan adalah nama si penanda tangan dan bukan monogram atau initial, sehingga
hanyalah singkatan dari nama atau kebanyakan bahkan hanya merupakan huruf
pertama saja dari nama yang bertanda tangan, maka oleh karena itu tidak berlaku
sebagai tanda tangan (HR 17 Des. 1885 W. 5251).14 MR.A. Pitlo menyebutkan
suatu akta adalah suatu surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai
11
Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta
Hal. 26
12
Subekti, 1969, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, (selanjutnya disebut
Subekti VI) Hal. 23. 40
13
Kunthoro Basuki dan Retno Supartinah, 1 984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty,
Yogyakarta, Hal. 100
14
Ibid, Hal. 101
bukti, dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu
dibuat.15 Untuk dapat disebut sebagai suatu akta, maka suatu surat mesti
mempunyai tanda tangan, ternyata dari Pasal-pasal seperti Pasal 1911, 1912,
1915, 1917 BW, dan tidak perlu ditulis tangan sendiri, kecuali dalam hal-hal di
mana undang-undang menentukan syarat ini (Pasal 979,982, 988, dan 1915
BW).16 Akta juga diartikan sebagai surat yang sengaja dibuat sebagai alat bukti,
Jadi dari pengertian diatas tersebut dapat diartikan akta adalah suatu
bentuk yang tertulis dalam suatu kertas yang dimana terdapat tanda tangan para
pihak yang dalam hal ini sebagai piuhak yang ingin melakukan segala jenis
perjanjian dan yang sudah diatur juga oleh undang-undang dengan diikuti atau
disahkan oleh pejabat berwenang. Sehingga hal-hal terpenting suatu akta adalah
adanya kesengajaan yang dibuat para pihak-pihak yang terkait yang dilakukan
tanpa ada campur tangan pihak manapun yang dimana dalam akta tersebut untuk
menciptakan suatu bukti tertulis bagi para pihak dan penandatanganan tulisan
tersebut.
Dilihat dari segi pembuatannya akta dapat dibedakan atas dua macam
yaitu:
15
Pitlo, 1978, Pembuktian dan Daluarsa, Alih Bahasa Oleh M. Isa Arief, PT. Intermasa,
Jakarta, Hal. 52.
16
Ibid, Hal. 52-53
17
N.G. Yudara, 2005, Pokok-Pokok Pikiran Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris
Menurut Sistem Hukum di Indonesia, Majelis Kehormatan lkatan Notaris Indonesia, Jawa Timur,
Hal.3.
a. Akta Otentik
sebagaimana diuraikan di atas ada suatu golongan akta lagi yaitu yang disebut
Akta otentik apabila digunakan sebagai alat bukti maka akta otentik
tersebut merupakan alat bukti terkuat dan terpenuhi, dan mempunyai peranan
yang cukup penting dalam setiap hubungan hukum pada masyarakat, baik
Pasal 165 R.I.B. atau Pasal 285 R.B.G.) disebutkan bahwa suatu akta otentik
dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang yang ditunjuk oleh
1. Akta para pihak (partij akte) adalah akta yang memuat keterangan atau
komparan dari kehendak para pihak tersebut dalam suatu akta. Partij akte
2. Akta Pejabat (Ambtelijke Akte atau Relaas Akte) adalah akta yang memuat
keterangan resmi dari pejabat yang berwenang. Jadi akta ini hanya
memuat keterangan dari satu pihak saja, yakni pihak pejabat yang
terhadap semua orang, misalnya akta kelahiran. Jadi ambtelijke akte atau
18
Mochammad Dja’is dan RMJ. Kosmargono, 2008, Membaca dan Mengerti HIR, Badan
Penerbit, Universitas Ponegoro, Semarang, Hal. 154-155.
Apabila seorang Notaris membuat suatu perslag atau laporan tentang
suatu rapat yang dihadirinya dari para pemegang sero dari suatu perseroan
terbatas maka proses perbal itu merupakan suatu akta otentik yang telah dibuat
oleh Notaris tersebut. Begitu pula proses perbal yang dibuat oleh seorang juru
merupakan suatu akta otentik yang dibuat oleh juru sita tadi. Akta-akta seperti
itu sebenarnya merupakan suatu laporan (relasi) tentang suatu perbuatan resmi
yang telah dilakukan oleh pegawai umum tersebut. Apabila dua orang datang
perjanjian (misalnya jual beli, sewa menyewa dan lain-lain sebagainya) dan
suatu akta, maka akta itu adalah suatu akta yang dibuat dihadapan Notaris itu.
Notaris ini hanya mendengarkan apa yang dikehendaki oleh kedua belah pihak
yang menghadap itu dan meletakkan perjanjian yang dibuat oleh dua orang
menikah,
19
Subekti V, Op.cit., Hal. 24-25
cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2
Akten), sedangkan akta yang dibuat oleh Notaris disebut “Akta Pejabat”
(Ambtelijke Akten).
otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara
yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Untuk suatu akta Notaris maka
otentitasnya adalah:
beikut:
a. Judul akta.
b. Nomor akta.
c. Jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun, dan
mereka wakili.
c. isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan.
d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta
Ayat (5) Akta Notaris Pengganti, Notaris Pengganti Khusus, dan Pejabat
telah ditetapkan, maka akta tersebut dapat diberlakukan sebagai akta yang
otentik, karena suatu tulisan dapat disebut sebagai suatu akta yang otentik jika
2. Pejabat umum tersebut harus berwenang untuk itu ditempat akta itu dibuat.
adalah:
1. Pengertian bentuk adalah norma yang memuat awal kaia, isi akta, dan
akhir akta.
umum.
tempatnya.
Jika unsur-unsur tersebut tidak dipenuhi, maka akta tersebut tidak dapat
disebut sebagai akta otentik, tetapi sebagai akta di bawah tangan atau surat di
bawah tangan. Jadi akta-akta yang dibuat dan memenuhi ketentuan Pasa1
tangan adalah:
a. Akta otentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan oleh
undang-undang.
b. Akta otentik dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang;
ketidak benarannya.
f. Akta di bawah tangan dapat dibuat bebas oleh setiap subyek hukum yang
berkepentingan;
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuhi, sehingga apa yang
ditulis aiau dinyatakan dalam akta Notaris tersebut harus diterima, kecuali
di muka Pengadilan.
Di samping akta Notaris juga ada akta yang ditandatangani oleh pejabat
tertentu atau disebut juga akta PPAT. Adapun yang dimaksud dengan akta
yang ditanda tangani oleh pejabat atau akta PPAT adalah akta perjanjian yang
bermaksud mengalihkan hak atau pembebanan hak dengan jaminan untuk
sesuatu hutang, atau pemberian hak baru seperti hak guna bangunan, di atas
tanah itu, dibuat di atas kertas yang ukuran maupun kwalitasnya ditetapkan
oleh pemerintah.20
semacam akta transport dan berkekuatan sebagai alat bukti untuk dapat
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam Pasal 1
angka 4 ditentukan akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT. sebagai
1998 jo. Pasal 3 ayat (1) PKBPN No. 1 Tahun 2006 menegaskan bahwa akta
yang dibuat oleh PPAT adalah akta otentik, namun perlu untuk melihat aturan
yang lebih umum yaitu KUHPerdata Akta otentik ditentukan dalam Pasal
1868 KUHPerdata sebagai suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan
yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya". Pasal 1868
20
Pitlo, Op.cit, Hal. 52.
21
Ibid, Hal. 52-53
KUHPerdata memberikan batasan unsur-unsur yang dimaksud dengan akta
otentik yaitu: 22
1. Akta itu harus dibuat oleh atau dihadapan seorang Pejabat Umum;
2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;
3. Pegawai Umum (Pejabat Umum) oleh atau di hadapan siapa akta itu
1. Unsur pertama suatu akta dikatakan sebagai akta otentik apabila akta
hal ini berlaku bagi akta PPAT. Akta PPAT tidak ditentukan oleh undang-
a. Pasal 38 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997 ditentukan bahwa bentuk, isi,
Badan Pertanahan;
2012 menetapkan bahwa macam dan bentuk akta yang dibuat oleh
22
Habib Adjie, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan),
Cetakan Kesatu, CV. Mandar Maju, Bandung, Hal. 6.
PPAT;
menteri, meskipun akta PPAT tersebut bentuknya baku dan dibuat oleh
2. Unsur kedua, suatu akta dikatakan sebagai akta otentik apabila akta
kewenangan untuk itu Dalam PP No. 37 Tahun 1998 dan PKBPN No. 1
3. Unsur ketiga, akta dikatakan sebagai akta otentik apabila akta dibuat oleh
37 Tahun 1998 dan PKBPN No. 1 Tahun 2006 ditentukan bahwa PPAT
Kabupaten/Kota.
Dari ketiga unsur tersebut, akta yang dibuat oleh PPAT tidak memenuhi
unsur sebagai akta otentik. Unsur pertama yang menentukan bahwa bentuk
akta ditetapkan oleh undang-undang tidak dipenuhi, karena bentuk akta PPAT
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, namun unsur
kedua dan ketiga terpenuhi yaitu PPAT merupakan pejabat umum dan PPAT
bukan sebagai akta otentik dalam hal proses balik nama tidak mengurangi nilai
esensial yang dimana akta PPAT merupakan suatu akta yang penting untuk
akta otentik ialah suatu alat bukti yang sempurna karena dalam akta tersebut
dibuat dan dan ditandatangani oleh para pihak dan diikuti ataupun dilakukan
dihadapan pejabat berwenang. Dalam sebagi alat bukti, akta otentik terdapat
1. Dalam pembuktian formal antara kedua belah pihak atau pihak yang
pihak ketiga dimana pada saat kejadian waktu dan tempat sebagaimana
tertulis dalam akta tersebut, bahwa benar para pihak itu menghadap
akta tersebut.
dapat diberlakukan sebagai akta otentik jika akta itu dibuat oleh pejabat yang
tidak berwenang untuk membuat akta otentik, atau jika terdapat cacat di dalam
dengan akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat dan ditandatangani oleh
dan antara pihak-pihak yang membuatnya yang berisi tentang apa yang
hari bisa digunakan sebagai alat bukti. Akta di bawah tangan ini bentuknya
bebas, tidak terikat pada bentuk tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang
atau peraturan lainnya, dan di samping itu pembuatannya juga tidak harus
Akta di bawah tangan atau ondehands acte adalah akta yang dibuat
tidak oleh atau tanpa perantaraan seorang pejabat umum, melainkan dibuat
misalnya perjanjian jual beli atau perjanjian sewa menyewa. 23 Dalam hal
dan tidak menyangkal tanda tangannya tidak menyangkal isi dan apa yang
tertulis dalam surat perjanjian itu akta di bawah tangan tersebut mempunyai
23
Soeroso, 2010, Perjanjian Dibawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 8
tangan tidak ada syarat formal tertentu. Apabila ada suatu perjanjian yang
dengan ancaman tidak mengikat apabila tidak tibuat secara tertulis yang juga
kecematan dari para pihak baik dari penjual maupun pembeli. Untuk itu
sebagai berikut:
1. Judul perjanjian;
Contohnya Perjanjian Jual Beli Mobil. Dari judul tersebut dapat diketahui
hal ini mobil, dan adalah janggal apabila dengan judul perjanjian jual beli
dalamnya sudah barang tentu tidak berbicara tentang beralihnya hak milik
atau sebaliknya. Dengan demikian dari uraian tersebut, bahwa dari sebuah
24
Ibid, Hal. 53
diketahui bahwa isi perjanjian itu akan berbicara berkaitan dengan judul
Sebagai catatan, istiah surat juga tidak perlu dicantumkan pada judul
Contoh surat perjanjian jual beli, dan yang benar adalah “Perjanjian Jual
Beli”.25
2. Kepala perjanjian;
Kepala nerjanjian adalah bagian dari akta perjanjian yang berupa hari,
3. Komparisi;
4. Sebab/akibat;
Adalah bagian dari tata urut anatomi perjanjian yang ditempatkan setelah
berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu harus ada kata sepakat antara
para pihak.
25
Ibid, Hal. 58
5. Syarat-syarat;
a. Kriteria umum
b. Objek Perjanjian
hak dan kewajiban para pihak harus tegas disebutkan dalam pasal
d. Pelaksanaan
f) cara pembayaran;
g) ketentuan pajak;
h) jaminan;
j) penyelesaian perselisihan;
k) keadaan memaksa;
l) Syarat administrasi;
diperjanjian;
apakah:
1) Pemenuhan perjanjian;
4) Pembatalan perjanjian;
f. Keadaan Memaksa
g. Penyelesaian Perselisihan
yang mungkin timbul antaa para pihak maupun dengan pihak ketiga,
1) musyawarah;
6. Penutup; dan
a. administrasi;
7. Tanda tangan
akta perjanjian;
a. Angka
Angka bab ditulis dengan angka romawi, judul bab dengan huruf
b. Lampiran
pihak.
c. Ralat
d. Garis pengaman
e. Huruf
dibelakang koma.
f. Alamat
dan Provinsi.
Jadi menurut penulis akta dibawah tangan bukan sebagai alat bukti yang
sempurna karena hanya dibuat dan ditanda tangani oleh para pihak tanpa
dihadapan pejabat berwenang. Hal inilah yang apabila diajukan sebagai alat
bukti harus dapat dibukitkan terlebih dahulu pembuktian formal dan materil,
karena dalam tanda tangan pada akta dibawah tangan masih dapat
bentuknya yang bebas akta dibawah tangan terletak pada kekuatannya sebagai
alat bukti, yaitu akta di bawah tangan atau surat tangan merupakan bukti bebas
(vrij bewijs), karena akta di bawah tangan tersebut baru mempunyai kekuatan
kebenaran isi dan cara penbuatan akta tersebut, sehingga apabila terjadi
sengketa maka bukti surat dibawah tangan masih perlu lagi dibuktikan dengan
dimaksud dalam Pasal 1870 KUHPerdata. Akta otentik ini memberikan suatu
bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuat atau dinyatakan di dalam
akta tersebut.
2.2.3 Syarat-syarat Akta
Sebagaimana lazimnya bagi setiap akta khususnya akta dalam jenis yang
otentik agar tidak kehilangan fungsinya sebagai alat pembuktian harus dipenuhi
berbagai persyaratan. Syarat-syarat yang demikian jika tidak dipenuhi sudah tentu
yang demikian itu disamping akan memberi kesan adanya kecerobohan dari
dua golongan yaitu, di satu sisi menyangkut syarat bentuk, dan di sisi yang lain
menyangkut syarat-syarat bagi isi akta itu sendiri. Dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa syarat-syarat bagi suatu akta dapat digolongkan ke dalam dua
golongan, yaitu:
1. Syarat formal
itu maka akan dapat digunakan sebagai alat bukti, yang dengan sendirinya
dalam hal ini adalah alat bukti tertulis, dan tulisan yang disyaratkan hanya
mempunyai sifat sebagai alat bukti, yang hanya memperoleh arti apabila
perjanjian yang diadakannya dibantah.26 Menurut R. Subekti, bahwa bukti
tulisan ini dalam suatu perkara perdata merupakan alat bukti yang utama,
karena di dalam lalu lintas keperdataan sering kali orang dengan sengaja
menyediakan suatu bukti yang dapat dipakai kalau terjadi suatu perselisihan.27
dapat diberlakukan sebagai akta otentik jika akta itu dibuat oleh pejabat yang
tidak berwenang untuk membuat akta otentik, atau jika terdapat cacad di
dalam bentuknya, akan tetapi dapat mempunyai kekuatan bukti sebagai akta di
bawah tangan asalkan ditandatangi oleh para pihak. Jadi dari ketentuan Pasal
1869 tersebut dapat disebutkan bahwa yang berwenang menulis atau membuat
2. Syarat Material
Syarat material adalah syarat yang menyangkut isi akta, dalam arti apa
saja yang diperbolehkan sebagai isi akta itu dan apa saja yang tidak
tidak akan kehilangan fungsinya sebagai alat pembuktian. Dalam suatu akta
diharuskan memuat pokokpokok yang harus ada, yaitu mengenai identitas dari
suatu sebab yang halal. Di samping itu juga berisi tanggal, bulan tahun
pembuatan akta yang dapat dilihat pada bagian permulaan dari akta tersebut.
26
Dirktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri, 1981, Buku Tuntunan Bagi
Pejabat Pembuat Akta Tanah, Yayasan Hudaya Bina Sejahtera, Jakarta, Hal. 19
27
Mareim Darus Badrulzaman, 1980, Bab Bab Tentang Hypotheek, Alumni, Bandung,
(selanjutnya disebut Mareim Darus Badrulzaman II), Hal.35.
Akta tersebut juga berisi tanda tangan dari para pihak yang membuatnya, dan
untuk menguatkan isi akta tersebut juga ada saksi-saksi yang membubuhkan
tanda tangannya. Isi akta akan dapat merupakan syarat bagi syahnya
Secara umum akta-akta yang tergolong ke dalam akta yang otentik, jika
2. Bagian tubuh akta, yaitu merupakan bagian yang terpenting dari setiap
akta.
disebutkan bahwa isi akta merupakan bagian yang terpenting yang tergolong
ke dalam tubuh akta. Isi akta itu pada pokoknya ada isi yang wajib dan ada isi
sesuai dengan apa yang diberitahukan atau diterangkan oleh para pihak yang
untuk memasukkan bahwa apa yang terdapat dalam akta otentik sungguh-
sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak yang
akta otentik ialah suatu alat bukti yang sempurna karena dalam akta tersebut
dibuat dan dan ditandatangani oleh para pihak dan diikuti ataupun dilakukan
dihadapan pejabat berwenang. Dalam sebagi alat bukti, akta otentik terdapat
belah pihak atau pihak yang melakukan perjanjian telah membuktikan apa
Sedangkan dalam pembuktian material para pihak telah benar atau sungguh-
persengketaan atau perkara dimuka Hakim atau Pengadilan. Pembuktian itu hanya
diperlukan apabila timbul perselisihan. Dalam hukum perdata dan hukum pidana
pembuktiannya berbeda, dalam hukum acara pidana alat bukti berdasarkan Pasal
1) Keterangan Saksi
2) Keterangan Ahli
3) Surat
4) Petunjuk
5) Pengakuan
terdiri atas:28
28
Subekti R IV, Hal. 19.
1) Bukti Surat
Bukti surat dalam hukum acara perdata merupakan bukti yang utama,
bukti yang berupa surat. Dalam bukti surat digolongkan lagi mengenai nilai
pembuktian tersebut, bukti surat akta otentik dan bukti surat dibawah tangan
akta otentik merupakan suatu alat bukti yang kebenaranya tidak perlu
dibuktikan lagi karena akta tersebut dibuat berdasarkan dan ditentukan oleh
Notaris. Sedangkan bukti surat dibawah tangan merupakan surat yang dibuat
oleh para pihak saja tanpa melibatkan pejabat yang berwenang dan hal inilah
menyaksikan dan mendengar suatu kejadian tersebut. Saksi itu ada yang
dan ada saksi sengaja yang dimintakan menyaksikan suatu perbuatan hukum
misalnya seperti dalam jual beli tanah. Namun saksi merupakan bukan suatu
alat bukti yang sempurna dan mengikat Hakim dalam persidangan, yang
undang undang atau oleh Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui
umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum. Ada dua
1. Perbuatan yang dinyatakan batal oleh undang undang, karena perbuatan itu
4) Pengakuan
dengan perantaraan seorang yang khusus dikuasakan untuk itu Pasal 1925
diakui itu sebagai benar dan meluluskan (mengabulkan) segala tuntutan atau
sini pengakuan yang merupakan di yang mengikat dan sem bahwa pengakuan
yang dilakukan tadi adalah Hakim sidang. Pengakuan itu harus diucapkan di
muka itu oleh tergugat sendiri atau oleh seorang yang khusus dikuasakan
untuk itu. Jadi apabila tergugat telah mengakui segala dalil-dalil yang
kebenarannya.
5) Sumpah
Dalam perkara perdata sumpah yang diangkat oleh salah satu pihak di
1. Sumpah yang oleh pihak yang satu diperintahkan kepada pihak lawan
apapun juga, selainnya tentang hal-hal yang para pihak tidak berkuasa
boleh diperhatikan.
atau sumpah tambahan karena itu dipergunakan oleh Hakim untuk menambah
tidak terbukti dengan sempurna; tuntutan maupun tangkisan itu juga tidak
sama sekali tak terbukti hal ini berdasarkan Pasal 1941 KUHPerdata. Jadi
untuk memerintahkan sumpah tambahan itu ditetapkan bahwa harus terpenuhi
berupa tulisan,ada yang berupa suatu pengakuan di luar sidang, dan lain