a. Pengertian Kontrak
diri terhadap satu orang atau lebih. Oleh karenanya, tidak ada
1
Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar
Grafika, 2019, hlm.3
2
Ibid.,
atau tertulis. Namun, dengan tertuangnya suatu perjanjian secara
b. Unsur-Unsur Kontrak
1) Essentialia
2) Naturalia
3) Accidentalia
angsuran.3
3) Adanya prestasi
3
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Binacipta,1978, hlm.50
4
Salim H.S., Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Op.Cit., hlm. 27.
melakukannya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam
kontrak.
dalam kontrak.
2) Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme merupakan asas kesepakatan para
a. Teori Pernyataan
pembeli.5
b. Teori Penawaran
5
Djaja S. Meliala, Hukum Perjanjian Khusus: Jual-Beli, Sewa Menyewa, Pinjam-
Meminjam, Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2012, hlm.4.
dianggap sudah ada pada saat diterima jawaban
dalam isi perjanjian atau kontrak adalah para pihak itu sendiri
6
Ibid.,
7
Nury Khoril Jamil, “Implikasi Asas Pacta Sunt Servanda pada Keadaan Memaksa
(Force Majeure) dalam Hukum Perjanjian Indonesia”, Jurnal Kertha Semaya, Vol. 8,
No.7, 2020, hlm. 1045.
8
Ery Agus Priyono, “Peranan Asas Itikad Baik dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga
Keseimbangan bagi Para Pihak)”, Diponegoro Private Law Review, Vol. 1, No.1, 2017,
hlm. 18.
Asas ini menekankan bahwa suatu perjanjian tidak dapat
dalam suatu kontrak jual beli antara para pihak yang berdomisili di
9
Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan dalam KUHPerdata, Bandung:PT Citra
Aditya Bakti, 2015, hlm. 102.
internasional untuk mengatasi konflik-konflik atas perbedaan
tertulis untuk kontrak jual beli internasional, di mana hal ini juga
10
Bunga Dita Rahma Cesaria, “Harmonization of International Sales Law: CISG as
Supplement to Indonesian Contract Law”, Juris Gentium Law Review, 2016, hlm. 33.
11
Lihat Article 2 CISG.
Berbeda dengan UPICC, di mana UPICC sendiri tidak
sarana legislatif.12
adalah:
12
Jason Daniel, “An Investigation into the Relationship between the Unidroit Principles of
International Commercial Contracts (UPICC) and the UN Convention on the International
Sale of Goods (CISG)”, diakses pada 23 Maret 2023.
13
Huala Adolf, Instrumen-Instrumen Hukum tentang Kontrak Internasional, Bandung:Keni
Media, 2021, hlm. 82.
CISG memberikan kebebasan bagi para pihak untuk
kontrak jual beli tidak diatur secara kaku oleh CISG harus
para pembentuknya.14
3) Asas Konsensualitas
14
Lihat Article 4 CISG.
15
Andre Janssen, “The CISG and Its General Principles” pada CISG Methodology
kompilasi Andre Janssen dan Olaf Meyer, Munich: Sellier, 2009, hlm. 272.
16
Lihat Article 6 CISG.
CISG konsensus ini diartikan pada saat adanya
Membentuk Kontrak
dimaksud.19
17
Lihat Article 23 CISG.
18
Lihat Article 7 (1) CISG.
19
Dandy Aditya Qasthari, Huala Adolf, dan Etty H. Djukardi, “Urgensi Ratifikasi United
Nations Convention on Contracts for The International Sale of Goods (CISG) Vienna
1980 terhadap Perkembangan Hukum Perjanjian Jual Beli Barang di Indonesia Dikaitkan
dengan Akta Notaris”, ACTA DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, Vol. 3, No.1,
2019, hlm. 13.
Ditegaskan pula pada Article 8 (3) CISG bahwa dalam
kelalaian penjual.22
20
Lihat Article 8 (3) CISG.
21
Dandy Aditya Qasthari, Huala Adolf, dan Etty H. Djukardi, “Urgensi Ratifikasi United
Nations Convention on Contracts for The International Sale of Goods (CISG) Vienna
1980 terhadap Perkembangan Hukum Perjanjian Jual Beli Barang di Indonesia Dikaitkan
dengan Akta Notaris”, Op.Cit.
22
Lihat Article 66 CISG.
c. Pengaturan Kontrak Jual Beli Internasional berdasarkan
Konvensi Internasional
kontrak jual beli yang diakui oleh CISG, yakni adanya penawaran
1) Penawaran (Offer)
penerimaan.26
2) Penerimaan (Acceptance)
25
Belkis Vural, “Formation of Contract According to the CISG”, Op.Cit., hlm. 130-131.
26
Ibid.,
Penerimaan diam-diam (Special Case of Silence), dan 3.
pembeli.28
pelanggaran tersebut.29
27
Ibid., hlm. 138-139.
28
Huala Adolf, Instrumen-Instrumen Hukum tentang Kontrak Internasional, Op.Cit, hlm.
83.
29
Lihat Article 25 CISG.
Selain itu, diatur juga megenai tata cara adanya
30
Lihat Article 26 CISG.
31
Lihat Article 27 CISG.
32
Lihat Article 28 CISG.
Penjual harus mengirimkan barang, menyerahkan semua
33
Lihat Article 30 CISG.
34
Lihat Article 31 CISG.
(b) Penjual dalam beberapa kondisi berkewajiban untuk
36
Lihat Article 56 CISG.
37
Huala Adolf, Instrumen-Instrumen Hukum tentang Kontrak Internasional, Op.Cit, hlm.
84.
yang wajar pembeli tetap gagal melakukannya, maka
42
Lihat Article 71 CISG.
43
Lihat Article 73 CISG.
kontrak berubah secara drastis setelah adanya kesepakatan
nasional mungkin sangat berbeda dari satu negara dan negara lain,
pihak lain pihak yang dirugikan akan memilikan hak untuk meminta
44
Seema Deshwal and Ritu, “Contractual Exempion Theories of Force Majeure and
Hardship in International Law”, International Journal of Law Management and
Humanities, Vol. 5, Issue 6, 2022, hlm. 10.
penyesuaian keadaan kontrak yang diubah oleh hakim atau
arbiter.45
45
ICC Force Majeure and Hardship Clause March 2020, https://iccwbo.org/news-
publications/icc-rules-guidelines/icc-force-majeure-and-Hardship-clauses/#single-hero-
document, diakses pada 21 April 2023.
46
Huala Adolf, Bab-Bab tentang Hukum Kontrak Internasional, Bandung:Keni Media,
2021, hlm. 88-89.
Konsep mengenai hardship dikenal dalam sistem
terhadap kontrak.47
perjanjian
47
Ibid., hlm. 91-93.
3) Perubahan keadaan ini tidak memungkinkan untuk
dan keadilan.48
48
Ibid., hlm. 95-96.
49
Rodrigo Momberg Uribe, “Change of Circumstances in International Insturments of
Contract Law”, Euopean Review of Private Law, Vol 15 (2), 2011, hlm. 247.
ketentuan perubahan keadaan dalam PECL hanya
50
Ibid., hlm. 248.
51
Ibid., hlm 249.
52
Ibid., hlm. 260.
f. Hardship berdasarkan ketentuan dalam International
a. Party to terminate;
mengakhiri kontak.
c. Judge to terminate.53
53
Baker McKenzie Istanbul, “ICC Force Majeure and Hardship Clause 2020”,
https://insightplus.bakermckenzie.com/bm/attachment_dw.action?
attkey=FRbANEucS95NMLRN47z
%2BeeOgEFCt8EGQJsWJiCH2WAXWHJVSAeOsDvFFDPQ2YLOl&nav=FRbANEucS95
NMLRN47z%2BeeOgEFCt8EGQbuwypnpZjc4%3D&attdocparam=pB7HEsg
%2FZ312Bk8OIuOIH1c%2BY4beLEAeR654HSn%2B7vk%3D&fromContentView=1,
diakses pada 26 April 2023.
pihak mungkin ingin mengatur situasi hardship ke dalam
pengakhiran kontrak55.
54
ICC Force Majeure and Hardship Clause March 2020, https://iccwbo.org/news-
publications/icc-rules-guidelines/icc-force-majeure-and-Hardship-clauses/#single-hero-
document, diakses pada 21 April 2023.
55
Ibid.,
memiliki pemahaman dan implikasi yang berbeda-beda,
pihaknya.
2. Unsur-Unsur Hardship
tak terduga dan bersifat luar biasa dari keadaan yang membuat
56
Ibid., hlm. 104.
57
Ingeborg Schwenzer, “Exemption in Case of Force majeure and Hardship-CISG, PICC,
PECL, and DCFR”, Curitiba Jurua Editora, 2014, hlm. 366.
58
Ibid.,
59
Ibid.,
Kondisi yang berubah tak terduga merupakan salah satu
para pihak yang terikat dalam kontrak dengan jangka waktu yang
dibentuk;
dan
60
Ingeborg Schwenzer, “Force Majeure and Hardship in International Sales Contract”,
Victoria University of Wellington Law Review, Vol. 39, 2008, hlm. 712.
61
Ibid.,
4) Risiko kejadian tidak dapat diketahui oleh pihak yang
dirugikan.62
pihak.
sebagai berikut:
para pihak;
hal ini tidak secara spesifik diatur atau disebutkan dalam UPICC,
63
Komentar Umum Chapter 6 Section 2 UPICC,
https://www.unidroit.org/instruments/commercial-contracts/unidroit-principles-2010/
chapter-6-section-2/#1623694323415-30641944-9988, diakses pada 25 Maret 2023.
5) Bila upaya renegosiasi dalam jangka waktu yang layak tidak
ini ke pengadilan;
tersebut.
bergantung pada hukum yang berlaku pada kontrak terkait, hal ini
(enforceable).69
Hardship
a. Force Majeure
69
Ibid., hlm. 127.
70
Mitja Kovac, “Duty to Renegotiate in International Commercial Law and
Uncontemplated Behavioural Effect”, Maastricht Journal of European and Comparative
Law, Vol 27 (4), hlm. 3.
71
Ibid., 4.
72
Ibid.,
Force Majeure atau lebih sering dikenal dengan
73
Renjith Mathew, “Force-Majeure under Contract Law in the Context of Covid-19
Pandemic”, diakses melalui https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?
abstract_id=3588338 pada 28 April 2023.
kontrak yang memang sebelumnya tidak dapat diperkirakan. 74
b. Frustration
78
Ibid., hlm. 225.
tujuan dari kontrak tidak dapat dicapai. 79 Doktrin frustration
79
Sheela Jayabalan, “The Legality of Doctrine of Frustration in the Realm of Covid-19
Pandemic”, Sociological Jurisprudence Journal, Vol. 3, Issue 2, 2020, hlm. 85.
80
Ibid.,
81
Vernon Valentine Palmer, “Excused Performances:Force Majeure, Impracticability, and
Frustration of Contracts”,Op.Cit., hlm. 179.
kontrak membuat keseluruhan kontrak menjadi tidak berarti
dapat dilanjutkan.
dapat dilanjutkan.84
tersirat.
Hardship
87
Ibid., hlm. 87.
88
Spencer Wright, “Frustration of Conntracts: What Causes a Contract to Break?”,
https://gibbswrightlawyers.com.au/publications/frustration-contract-law diakses pada 28
April 2023.
melahirkan beberapa prinsip dan doktrin dalam hukum kontrak
berkontrak.
para pihak pada saat peristiwa yang tidak terduga itu terjadi.
90
Ratna Januarita dan Yeti Sumiyati, “Legal Risk Management: Can the COVID-19
Pandemic be Included as a Force Majeure Clause in a Contract”, Op. Cit., hlm. 227.