PERTEMUAN KE- 7
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pada pertemuan ke-7 ini mahasiswa mampu
menerangkan tentang perikatan yang lahir dari perjanjian.
B. URAIAN MATERI
Menurut Subekti bahwa: “Perikatan adalah terjemahan dari istilah aslinya
dalam bahasa Belanda yaitu verbintenis. Sedangkan perikatan itu sendiri ialah
sebagai suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”.1
Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa "Tiap-tiap perikatan dilahirkan
baik karena persetujuan, baik karena undang-undang". Isi dari ketentuan pasal
1233 KUH Perdata tersebut secara tegas membedakan antara persetujuan atau
perjanjian dengan perikatan. Walaupun dalam pembicaraan sehari-hari timbul kesan
bahwa perjanjian sama artinya dengan perikatan. Melihat dari isi pasal 1233 KUH
Perdata tersebut dapatlah diambil kesimpulan bahwa perikatan merupakan isi dari
suatu perjanjian yang bersangkutan. Dengan kata lain bahwa perjanjian dan
undang-undang adalah sumber dari perikatan atau bahwa perikatan lahir karena
adanya perjanjian dan undang-undang yang melahirkan perikatan.
Sumber-sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah perjanjian dan
undang-undang. Perikatan yang bersumber dari undang-undang dapat dibagi lagi
menjadi undang-undang saja dan undang-undang karena perbuatan manusia.
Sumber undang-undang dan perbuatan manusia dibagi lagi menjadi perbuatan yang
menurut hukum dan perbuatan yang melanggar hukum.
Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Pihak
yang berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan
pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang.
1
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. 18, Intermasa, Jakarta, 2001, hal.1
Hukum Perikatan 1
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Perhubungan antara dua orang tadi, adalah suatu hubungan hukum, yang berarti
bahwa hak si berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-undang.2
Menurut sumbernya perikatan dibedakan menjadi perikatan yang bersumber
dari perjanjian dan perikatan yang bersumber dari undang-undang. Menurut
Simanjuntak bahwa : “ Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda
Overeenkomst, yang oleh beberapa ahli hokum juga diterjemahkan sebagai
persetujuan. Istilah persetujuan digunakan karena untuk terjadinya suatu
3
overeenkomst diperlukan persetujuan dari para pihak” .
Menurut Titik Triwulan Tutik bahwa : “Pasal 1313 KUHPerdata. Yang
menyatakan Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih dipandang memiliki kelemahan
karena :4
Hukum Perikatan 2
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
adalah sumber dari perikatan disamping sumber lain yang juga bisa melahirkan
perikatan. Sumber lain tersebut yaitu undang-undang. Adapun pengertian perjanjian
lainnya adalah naskah perjanjian keseluruhan dan dokumen bukti perjanjian yang
memuat syarat – syarat baku”7.
Menurut Subekti bahwa :” Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah
bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan,
disampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan,
karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua
perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perkataan kontrak,
lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.8
Memahami unsur-unsur perjanjian sangat penting agar kita dapat mengetahui
dengan pasti apakah yang kita hadapi termasuk perjanjian atau bukan. Menurut
Herlien Budiono bahwa: “Unsur-unsur perjanjian adalah sebagai berikut :9
Hukum Perikatan 3
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
social atau kesusilaan. Misalnya janji diantara beberapa orang untuk menonton
bioskop. Apabila salah satu diantara mereka tidak dapat menepati janjinya untuk
hadir di bioskop. Maka ia tidak dapat digugat di hadapan pengadilan.
4. Akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu dan atas beban yang lain
atau timbal balik.
Akibat hukum yang terjadi adalah untuk kepentingan pihak yang satu dan
atas beban terhadap pihak yang lainnya atau bersifat timbal balik. Yang perlu
diperhatikan adalah akibat hukum dari suatu perjanjian hanya berlaku bagi para
pihak dan tidal boleh merugikan pihak ketiga. (Pasal 1340 KUHPerdata).
10
Abdul Kadir Muhammad, “Hukum Perikatan”, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1992, Hal. 78
Hukum Perikatan 4
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Untuk mengetahui apakah perjanjian adalah sah atau tidak sah, maka
perjanjian tersebut harus diuji dengan beberapa syarat. Menurut ketentuan Pasal
1320 KUHPerdata, syarat- syarat sah perjanjian adalah sebagai berikut :11
11
P.N.H. Simanjuntak, Op Cit hal. 334
Hukum Perikatan 5
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
Menurut Komariah bahwa: “ Syarat pertama dan kedua disebut sebagai syarat
subyektif karena kedua syarat tersebut harus dipenuhi oleh subyek hukum.
Sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut sebagai syarat obyektif karena
kedua syarat ini harus dipenuhi sebagai obyek perjanjian”. Komariah melanjutkan
bahwa : “Tidak dipenuhinya syarat subyektif akan mengakibatkan suatu perjanjian
Hukum Perikatan 6
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
dapat dibatalkan. Maksudnya perjanjian tersebut menjadi batal apabila ada yang
memohonkan pembatalan. Sedangkan tidak terpenuhinya syarat obyektif akan
mengakibatkan perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum. Artinya sejak semula
dianggap tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu
perikatan”.12
Asas-asas yang berlaku dalam sebuah perjanjian harus diperhatikan ketika
kita membuat suatu perjanjian. Asas-asas perjanjian tersebut termaktub dalam
KUHPerdata, diantaranya :
2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme atau asas kesepakatan dapat ditarik kesimpulan
dalam Pasal 1320 angka 1 KUHPerdata, yang menentukan bahwa salah satu
syarat sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan
diri. Asas ini memberikan pengertian bahwa pada umumnya perjanjian tidak
diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dengan
pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
12
Komariah, Hukum Perdata, Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hlm. 175-177
Hukum Perikatan 7
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
perjanjian seperti itu mengikat para pihak dan karenanya para pihak harus
memenuhi janji-janjinya.
Hukum Perikatan 8
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
orang-orang yang memperoleh hak dari yang membuatnya. Maka Pasal 1317
KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318
KUHPerdata memiliki ruang lingkup yang luas.
CONTOH KASUS:
“Pada awal dibukanya PT Surabaya Delta Plaza (PT SDP) pihak pengelola
menyewakan untuk pertokoan, namun merasa kesulitan untuk
memasarkannya. Salah satu cara yang ditempuh adalah mengajak para pedagang
meramaikan komplek pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah seorang diantara
pedagang yang menerima ajakan PT surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno,
yang tinggal di Sunter-Jakarta.
Tarmin memanfaatkan ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk menjual
perabotan rumah tangga dengan nama Combi Furniture. Empat bulan berlalu
Tarmin menempati ruangan itu, pengelola SDP mengajak Tarmin membuat
“Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan Notaris. Dua belah pihak bersepakat
mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service Charge, sanksi dan segala
hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan. Tarmin bersedia
membayar semua kewajibannya pada PT SDP, tiap bulan terhitung sejak Mei 1988
s/d 30 April 1998 paling lambat pembayaran disetorkan tanggal 10 dan denda 2
0/00 (dua permil) perhari untuk kelambatan pembayaran. Kesepakatan antara
pengelola PT SDP dengan Tarmin dilakukan dalam Akte Notaris Stefanus
Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.
Tetapi perjanjian antara keduanya agaknya hanya tinggal
perjanjian. Kewajiban Tarmin ternyata tidak pernah dipenuhi, Tarmin menganggap
kesepakatan itu sekedar formalitas, sehingga tagihan demi tagihan pengelola SDP
tidak pernah dipedulikannya. Bahkan menurutnya, Akte No. 40 tersebut, tidak
berlaku karena pihak SDP telah membatalkan “Gentlement agreement”
dan kesempatan yang diberikan untuk menunda pembayaran. Hanya sewa
ruangan, menurut Tarmin akan dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. Namun
pengelola SDP berpendapat sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan harga sewa
ruangan tetap seperti yang tercantum pada Akta tersebut.
Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50 dan
Rp. 12.406.279,44 kepada PT SDP. Meski kian hari jumlah uang yang harus
dibayarkan untuk ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin tetap
Hukum Perikatan 9
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
C. SOAL LATIHAN
1. Apa perbedaaan antara perikatan dengan perjanjian dan bagaimana
hubungannya?
2. Beberapa ahli hukum berpendapat bahwa pengertian perjanjian sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1313 KUHPerdata mengandung kelemahan. Apakah
kelemahan yang dimaksud? Jelaskan!
3. Berikan contoh perikatan yang lahir dari perjanjian dan apa akibat hukum dari
perjanjian tersebut?
4. Untuk menentukan sah atau tidaknya suatu perjanjian maka harus diuji dengan
beberapa syarat. Jelaskan syarat-syarat tersebut!
5. Apakah perjanjian yang tidak memenuhi asas-asas yang disebutkan dalam
KUHPerdata sama artinya bahwa perjanjian tersebut tidak sah? Berikan
pendapat saudara!
Hukum Perikatan 10
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1
D. REFERENSI
Abdul Kadir Muhammad, “Hukum Perikatan”, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1992
Hukum Perikatan 11