PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sesorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal. Dari peristiwa ini timbulah suatu hubungan diantara dua orang tersebut
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang-orang yang tidak sadar bahwa setiap
harinya mereka melakukan perikatan. Hal-hal seperti membeli suatu barang atau
KUHPerdata(BW). Dalam hukum perdata banyak sekali hal yang dapat menjadi
hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak
yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan
hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari
1
http://www.negarahukum.com/hukum/hukum-perikatan-pertemuan-pertama.html.diakses pada 8
novemeber 2019,pukul 14.00 WIB.
Perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara dua
orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
harta kekayaan seseorang atau badan yang diakui sebagai badan hukum,akan
dipertaruhkan dan dijadikan jaminan setiap perikatan orang perorangan dan atau
badan hukum tersebut. Pihak yang berhak menuntut sesuatu, dinamakan kreditur atau
debitur atau si berhutang. Perhubungan antara dua orang atau dua pihak tadi, adalah
suatu perhubungan hukum, yang berarti hak si berpiutang itu dijamin oleh hukum
atau undang-undang.
Rumusan pasal 1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang secara lengkapnya
yang sudah ada maupun yang akan ada,menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan
debitor itu.” 2
3
Dalam buku seri hukum perikatan : Perikatan pada umumnya telah dijelaskan bahwa
merupakan pasal pertama dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2
Gunawan Widjaja & Kartini Muljadi. Perikatan yang lahir dari undang-undang. Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada, 2003, Hal.1.
3
Ibid. Hal. 2
Undang Hukum Perdata menentukan bahwa perikatan dapat lahir dari Undang-
hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan dapat terjadi setiap saat,baik terjadi
karena dikehendaki oleh pihak yang terikat dalam perikatan tersebut,maupun secara
yang tidak dikehendaki oleh orang perorangan yang terikat (yang wajib
atau tidak oleh pihak,yang karna dan oleh undang-undang,diberikan kewajiban atau
Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju
untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (Perjanjian dan
persetujuan) itu adalah sama artinya4. Perkataan kontrak, lebih sempit karena
Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat
hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan.
Di dalam hukum perikatan setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber
pada perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimana pun, baik itu yang diatur dengan
4
Salim HS, S.H.,M.S. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta, 2014, Hal. 174.
undang-undang atau tidak, inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan
syarat kebebasan berkontrak harus halal, dan tidak melanggar hukum, sebagaimana
yang telah diatur dalam Undang-Undang. Di dalam perikatan ada perikatan untuk
berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan
untuk berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan yang sifatnya positif, halal, tidak
tidak berbuat sesuatu yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah
B. Rumusan Masalah
semsestinya ?
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Isitlah perikatan
a. Perikatan
b. Perutangan
c. Perjanjain
a. Perjanjian
5
I Ketut Oka Setiawan,2017,Hukum Perikatan.Sinar Grafika,Jakarta,Hlm.1.
6
Overeenkost adalah suatu Peristiwa dimana satu orang atau pihak berjanji kepada seorang atau
pihak lain atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk melakasankan suatu hal.
Pasal 1313 KUHPerdata.
7
Titik Triwulan Tutik,Pengantar Hukum Perdata di Indonesia (Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher,2006
,hlm. 217
b. Persetujuan
B. Pengertian perikatan
2. Subekti
tuntutan tersebut.
3. Abdulkadir Muhammad
keadaan.
Secara luas :
Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan
Secara umum :
kekayaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak
atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu dalam bentuk
prestasi.
C. Unsur-unsur Perikatan
Yang dimaksud dengan hubungan hukum adalah suatu hubungan yang diatur
dan diakui oleh hukum. Hubungan yang diatur oleh hukum ,biasa disebut dengan
perikatan yang lahir karena undang-undang ;karena perikatan tersebut sudah di atur
karena perjanjian.dikatakan demikian karena hubungan hukum itu telah dibuat oleh
para pihak (subjek hukum)sedemikian rupa sehingga mengikat kedua-belah pihak dan
Dan ada juga yang mengatakan bahwa hubungan hukum itu disebut dengan kaidah
hukum.
Kaidah hukum dibedakan menjadi dua macam yaitu tertulis dan tidak tertulis.kaidah
hukum perikatan tertulis adalah kaidah hukum yang terdapat dalam perundang-
Maksudnya adalah perikatan itu biasa berlaku terhadap seseorang atau dengan
satu atau beberapa orang,yang dalam hal ini adalah para subjek hukum atau para
Subjek hukum yang dimaksudkan disini adalah subjek hukum yang memiliki
disebut dengan prestasi,atau objek dari prestasi,atau objek dari perikatan.Dan jika
tidak melakukan sesuatu yang mengikatnya maka subjek perikatan tersebut telah
melakukan wanprestasi.
Dalam syariat islam,perikatan islam adalah bagian dari hukum islam dalam bidang
yang mengatur hubungan antar dua orang atau lebih mengenai suatu benda yang
D. Objek Perikatan
Objek perikatan disebut dengan istilah: Prestasi, yaitu adalah hal yang harus
ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata, semua harta kekayaan debitur
baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka
Pada praktiknya tanggung jawab berupa jaminan harta kekayaan ini dapat
yang disebutkan secara khusus dan tertentu dalam perjanjian, ataupun hakim
Jaminan harta kekayaan yang dibatsi ini disebut jaminan khusus. Arti jaminan
khusus adalah jaminan benda tertentu saja yang nilainya sepadan dengan nilai
utang debitur, misalnya rumah, kendaraan bermotor. Bila debitur tidak dapat
memenuhi prestasinya maka benda yang menjadi jaminan khusus inilah yang
harga atau yang lainnya; (2) melakukan perbuatan, yaitu melakukan perbuatan
yang rusak dan lainnya; dan (3) tidak melakukan sesuatu perbuatan, yaitu tidak
Agar esensi itu dapat tercapai yang artinya kewajiban tersebut dipenuhi oleh
2. Harus mungkin
Pengertian Wanprestasi
yang artinya tidak dipenuhhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan
dilahirkan dari suatu perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-
undang.
prestasi di dalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan
yang diperjanjikan.
dilakukan.
Wanprestasi memberikan akibat hukum terhadap pihak yang melakukannya
dan membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak bagi pihak yang dirugikan
rugi, sehingga oleh hukum diharapkan tidak ada satu pihak pun yang
teguran dari kreditor kepada debitur agar dapat memenuhi prestasi sesuai
dengan isi perjanjian yang telah disepakati mereka. Ketentuan tentang somasi
ini diatur dalam Pasal 1238 dan Pasal 1243 KUHPerdata. Dari pasal-pasal
c. Prestasi yang dilakukan oleh debitur tidak lagi berguna bagi kreditor karena
kadaluara.
E. Asas-Asas Perikatan
1. ASAS KONSESUALISME
(Pasal 1320 dan pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata). Pada
dasarnya suatu perjanian dibuat secara lisan antara dua orang atau lebih orang telah
mengikat , dan karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu pihak dalam
para pihak yang berjanji tidak memerlukan formalitas, walau demikian, untuk
yang berbunyi:
Jerman. Dalam hukum Jerman tidak dikenal asas konsensualisme, tetapi yang
dikenal adalah perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu
perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (kontan dalam hukum
adat). Sedangkan perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan
bentuknya, tertulis (baik berupa akta otentik maupun akta dibawah tangan).
Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus
8
Kartini Muljadi dan Gunawan. widjaja, Op.cit., hlm 34-35
innominate. Berarti asas konsensualisme yang dikenal dalam KUHP berkaitan
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas
ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang telah dibuat oleh para pihak,
Asas pacta sunt servanda ini dapat disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1) Kitab
Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi: :Perjanjian yang dibuat secara sah
Pada mulanya asa ini dikenal dalam hukum gereja. Didalam hukum gereja itu
disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada kesepakatan kedua belah
pihak dan dikuatkan dengan sumpah. Ini mengandung makna bahwa setiap perjanjian
yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan
dengan unsur keagamaan. Namun dalam perkembangannya asas pacta sunt servanda
diberi arti pactum, yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan
9
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunn Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm
9
tindakan formalitas lainnya. Sedangkan nudus pactum sudah cukup dengan sepakat
saja.10
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUHP, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
yang mendasarkan pada Pasal 1320 KUHP yang menerangkan tentang syarat
sahnya perjanjian.
untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian,
diantaranya:
perundang-undangan.
10
H. Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum., Hukum Keperdataan Dalam Perspektif Hukum Nasional Jilid
Ketiga, PT RajaGrafindo Persada, Depok, hal 14
Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin
kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas dari sifat Buku
III KUHPer yang hanya merupakan hukum yang mengatur sehingga para pihak
individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan
oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman Rennaisance melalui
ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke, dan Rosseau ( dalam
Menurut paham individualisme setiap orang bebas utuk memperoleh apa yang
berkontrak”. Teori leisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan
Pada akhir abad ke-19, akibat desakan paham etis dan sosialis, paham
individualisme mulai pudar, terlebih sejak berkahirnya Perang Dunia II. Dalam
paham ini tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah
mendapat lebih banyak perlindungan. Oleh karena itu kehendak bebas tidak lagi
berarti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif dikaitkan selalu dengan kepentingan
kontrak oleh pemerintah terjadi pergeseran ke bidang hukum publik. Melalui campur
Asas iktikad baik dapat disimpulkan melalui Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-
iktikad baik.” asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak
atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.
orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek
Penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang
Putusan hakim terikat pada asas iktikad baik, artinya hakim dalam memutuskan
sebuah perkara didasarkan pada saat terjadinya jual beli atau pada saat pinjam
meminjam uang. Apabila seseorang Belanda meminjam yang sebayak f5000, maka
orang tersebut harus mengembalikannya sebanyak itu juga, walaupun dari pihak
peminjam berpendapat bahwa telah terjadi devaluasi uang. Lain hal nya dengan
Indonesia. Pada tahun 1997, kondisi negara pada saat itu mengalami krisis moneter
dan ekonomi, pihak perbankan telah mengadakan perubahan suku bunga bank secara
sepihak tanpa diberitahu dulu kepada nasabah. Pada saat perjanjian kredit dibuat,
disepakati suku bunga bank 16% pertahun, namun setelah terjadi krisis moneter, suku
bunga bank naik menjadi 21-24% pertahun. Ini berarti bahwa pihak nasabah berada
pada pihak yang dirugikan, karena kedudukan nasabah berada pada posisi yang
lemah. Oleh karena itu, pada masa-masa yang akan datang pihak kreditur harus
melaksanakan isi kontrak isi kontrak sesuai dengan yang telah disepakati dan yang
Suatu perjanjian yang dibuat hendaknya dari sejak perjanjian ditutup, perjanjian
maupun kreditor, maupun pihak lain atau pihak ketiga lainnya diluar perjanjian. Hal
mengenai iktikad baik ini sebenarnya telah kita temukan dalam pasal 1235 Kitab
seorang kepala rumah tangga yang baik, sampai saat penyerahan. Luas tidaknya
kewajiban yang terakhir ini tergantung pada perjanjian tertentu; akibatnya akan
Dalam kaitannya dengan pasal 1237 Kitab Undang-undang Hukum Perdata hang
menyatakan bahwa:
“Pada suatu perikatan untuk memberikan barang tertentu, barang itu menjadi
tanggung jawab kreditor sejak perikatan lahir. Jika debitor lalai untuk menyerahkan
menjadi tanggungannya.”
Dalam rumusan ini dapat kita lihat bahwa meskipun kebendaan yang harus
diserahkan berdasarkan suatu prestasi belum diserahkan oleh debitor, dan risiko atas
kebendaan sudah beralih pada kreditor, Kitab Undang-undang Hukum Perdata tetap
iktikad baik pemenuhan perikatan tersebut, diwajibkan untuk merawatnya hingga saat
penyerahan dilakukan.
Selanjutnya dalam ketentuan mengenai Actio Paulina yang diatur dalam pasal
1341 KUHPerdata, dapat diketahui bahwa segala perjanjian yang dibuat oleh debitor
dan pihak ketiga yang mengetahui bahwa perjanjian tersebut akan merugikan
kepentingan kreditor dari debitor tersebut adalah perjanjian yang dilakukan dengan
tidak iktikad baik, dan karenanya memberikan hak kepada kreditor yang dapat
membuktikan iktikad tidak baik tersebut untuk meminta pembatalan perjanjian yang
5. ASAS KEPRIBADIAN/PERSONALITAS
Asas ini diatur dan dapat kita temukan dalam ketentuan pasal 1315 Kitab
dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji
selain untuk dirinya sendiri”. Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa
pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya
sebagai individu, subyek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk
dirinya sendiri.
menunjuk pada asas personalia, namun lebih jauh dari itu, ketentuan Pasal 1315
juga menunjuk pada kewenangan bertindak dari seorang yang membuat atau
pribadi mandiri, yang memiliki kewenangan bertindak untuk dan atas nama
perbuatan yang dilakukan oleh orang perorangan, sebagai subyek hukum pribadi yang
mandiri, akan mengikat diri pribadi tersebut, dan dalam lapangan perikatan, mengikat
seluruh harta kekayaan yang dimiliki olehnya secara pribadi. Dalam hal ini ketentuan
Pasal 1131 KUHPerdata, yang berbunyi :
”segala kebendaan milik debitor, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi
kapasitasnya yang berbeda, yaitu tidak untuk kepentingan dirinya sendiri, maka
suatu perjanjian untuk dirinya sendiri. Sehubungan dengan hal ini ada suatu
ketentuan yang menarik, yang diatur dalam ketentuan Pasal 107 KUHD untuk
“tiap-tiap orang yang menaruh tanda tangannya didalam sesuatu surat wesel
sebagai wakil orang lain atas nama siapa yang berwenang untuk bertindak, ia pun
dengan diri sendiri terikat karena surat wesel itu, dan apabila telah membayarnya,
memperoleh juga hak-hak yang sama yang sedianya ada pada orang yang
katanya diwakili itu. Akibat-akibat yang sama berlaku juga bagi seorang wakil
Pasal 176 KUHD untuk surat sanggup, yang menunjuk pada keberlakuan
Pasal 107 KUHD tersebut bagi wesel, dan Pasal 188 KUHD untuk cek.
Ketentuan tersebut adalah ketentuan yang bersifat khusus, karena sifat surat-surat
dengan orang ( lebih tepat jika disebut dengan pihak) yang diwakili olehnya
Didalam setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak, pasti dicantumkan
identitas dari subjek hukum yang meliputi nama, umur, tempat domisili dan
bersangkutan dapat melakukan perbuatan hukum tertentu, seperti jual beli tanah
hak milik. Orang asing tidak dapat memiliki tanah hak milik, karena kalau
pranng asing diperkenankan untuk memiliki tanah hak milik maka yang
diberikan untuk mendapatkan HGB (hak guna bangunan), HGU (hak guna usaha)
Di samping kelima asas itu, itu di dalam Lokalkarya Hukum Perikatan yang
berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. Kedelapan asa itu
adalah:
1. ASAS KEPERCAYAAN
Mengandung pengertian bahwa setiap orang yang kan mengadakan
belakang hari.
Yang dimaksud asa ini bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian
mempunyai kedudakan, hak, dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka
tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain, walaupun subjek hukum itu berbeda
3. ASAS KESEIMBANGAN
Asas ini adalah asas menghandaki kedua belah pihak memenuhi dan
5. ASAS MORAL
Asas moral ini terikat dalam perjanjian wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela
dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari
pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seorang melakukan
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati
nuraninya.
6. ASAS KEPATUTAN
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan
7. ASAS KEBIASAAN
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal
mengandung arti bahwa antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh
hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur,
karena pihak debitur berada pada pihak dalam menentukan dan membuat
kontrak.
Sumber Hukum Perikatan
Sementara itu sumber perikatan yang berupa undang-undang dapat dibagi atas
manusia yang sesuai hukum/ halal dan perbuatan manusia yang melanggar
hukum.
Contoh:
perintah untuk itu, mewakili uruan orang lain dengan atau tanpa
urusan itu.
1774).
melainkan ada yang searah atau hak-haknya sama tanpa ada timbal balik
Terbatas (PT) dimana para pihak mempunyai kehendak yang sama, yaitu
awal untuk mengenal unsur –unsur yang terdapat dalam suatu perikatan.
F. Macam-macam perikatan
1.perikatan murni
apabila dalam suatu perikatan masing-masing pihak terdiri atas satu orag
saja,sedangkan yang di tuntut juga berupa satu hal saja dan penuntutannnya dapat
murni.(subekti,1979:4)
2. perikatan bersyarat
Suatu perikatan bersyarat manakala ia digantungkan pada suatu peristiwa yang
masih akan datang dan yangmasih belom tentu belom tentu akan terjadi,baik dengan
dengan cara membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadi peristiwa
datang dan yang masih belum tentu akan terjadi.kerap kali perikatan bersyarat
(tegas)b daripara pihak.sudah dianggap ada syarat dalam suatu peikatan,bila dari
keadaan dan tujuan perikatan itu terlihat dan ternyata adanya syarat itu.syarat ini
perkatan bersyarat tangguh adalah perikatan yang lahir apabila peristiwa yang
dimaksud itu terjadi.misalnya, saya berjanji untuk menyewda akan rumqah saya,kalau
saya betul di pindahkan keluar Jakarta.Jadi,perikatan itu terjadi bila betul saya
harganya kepada perkiraan seorang pihak ketiga dan bila pihak ketiga itubtidak
mampu membuat perkiraan tersebut maka tidaklah terjadi pembeliaan.Jual beli
perikatan bersyarat batal adalah perikatan yang sudah lahir, justru berakhir
kepda ali,dengan ketentuan bahwa perikatan akan berakhir kalau naksaya yang berada
Semua syarat yang bertujuan untuk melaksanakan sesuatu yang tidak mungkin
asing itu).
Syarat yang pelaksannanya tergantung dari kemauan salah satu pihak yang terikat
(Badrulzaman,1995:48).
tanggal tertentu tau satu bulan sesudah pengaksepan.contoh lain lagi,sya menjual
sawah saya kalau sudah panen atau menjual sapi saya kalau sudah beranak.Dalam
sebelum waktu yang dijanjikan itu tiba.oleh karena itu,perikatan dengan Ketetapan
Waktu selalu di anggap untuk kepentingan debitur,kecuali sifat dan tujuan perikatan
1264 jo.Pasal 1270 KUH Perdata).Debitur tidak lagi dapat menarik manfaat dari
suatu ketetapan waktu jika ia telah dinyatakan pailitatau jika karna kesalahannya
jaminan yang diberikan bagi kreditur telah merosot(Pasal 1271 KUH Perdata).
man debitur wajib memenuhi perikatan dinamakan terme de droit, seperti yang
terdapat dalam pasal 1963 KUH Perdata , dimana kepada sesorang yang beritikat baik
dan berdasarkan atas hak yang sah memperoleh hak atau benda tak bergerak karna
yang diberikan kreditur atau Hakim kepada debitur untuk masih dapat memnuhi
putus,dalam halite hakim dapat memberikan jangka waktu satunbulan lagi kepada
4.Perikatan Manasuka
Perikatan semacam ini diatur dalam Pasal 1272 KUH Perdata yang berbunyi “Dalam
dari dua barang yang disebutkan dalam perikatan,tetapi ia tidak dapat memaksa si
Hak memilih itu ada pad si berutang,jika hak ini tidak secara tegas diberikan
tagihan uang kepda si Badu yang sudah lama tidak dibayarnya.kemudian Ali
mengadakan perjanjian dengan Badu,bahwa Badu akan dibebaskan oleh Ali atas
a.bila salah satu dari barang yang dijanjikan tidak dapat menjadi pokok perikatan
b.bila salah satu dari barang-barang yang dijanjikan itu hilang atau musnah (Pasal
c.bila salah satu dari barang-barang yang dijanjikan karena kesalahan si berutang
Bila kedua barang itu hilang dan debitur salah tentang hilangnya salah satu
barang itu,ia harus membayar harga barang yang hilang paling akhir.Bila hak
memiliki diserahkan kepada kreditur dan hanya salah satu barang saja yang
hilang,sedangkan kesalahan tidak ada pada pihak debitur maka kreditur harus
mendapat barang yang masih ada.bila hilangnya salah satu barang karena kesalahan
debiur maka kreditur dapat menuntut penyerahan barang yang masih ada atau harga
barang yang telah hilang paling akhir.bila hak memiliki diserahkan kepada kreditur
dan hanya salah satu barang saja yang hilang,sedangkan kesalahan tidak ada pada
pihak debitur maka kreditur harus mendapat barang yang masih ada.bila hilangnya
salah satu barang karena debitur mak kreditur dapat menuntut penyerahan barang
yang telah hilang.Bila kedua barang telah musnah dan kesalahan ada pada debitur
maka kreditur dapat menuntut pembayaran harga salah satu barang tersebut menurut
salah satu pihak terdapat beberapa orang .Dalam hal dipihak debituar terdiri atas
Menanggung Aktif “sedangkan bila sebaliknya di pihak kreditur terdiri atas beberapa
Dalam perjanjian penyuruhan atau pemberi kuasa ,jika seorang juru kuasa
menyangkut segala akibat dari pemberi kuasa itu (Pasal 1811 KUH Perdata).Dalam
Suatu perikatan dapat dibagi atau tidak dapat dibagi semata-mata menyangkut
Mengenai dapat atau tidak dapat dibagi suatu perikatan,barulah mempunyai arti bila
perikatan itu terdiri ataslebih dari seorang debitur.Oleh karena itu,bila suatu perikatan
hanya terdiri dari seorang debitur maka perikatan itu harus dianggap tidak dapat
Akibat hukum dari ataubtidak dapat dibaginya suatu perikatan adalah bila
kreditur hanyalah berhak menuntut suatu bagian menurut imbangan dari prestasi
bagiannya .
Dalam perikatan tidak dapat dibagi,waris dari salah seorang debitur wajib
tidaklah demikian.Dalam hal ini sekalian ahli waris bersama-sama sebagai pengganti
Perikatan Tidak Dapat dibagi,bila prestasinya sudah diganti dengan pembayaran ganti
rugi (selamanya “uang”)maka para debitur tidak lagi diwajibkan memenuhi seluruh
dua maksud,yaitu :
mendirikan sebuah rumah yang harus selesai pada tanggal 31 Desember 2012 dengan
Dalam hal hukuman atau denda yang ditetapkan telalu berat dalam suatu
meringankan hukuman itu dengan ketentuan perjanjian itu sebagian telah dipenuhi
(Pasal 1309 KUH Perdata).Bagaimanakah bila pemenuhan perjanjian itu belum sama
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang mengaharuskan segala perjanjian
dilakasankan dengan iktikad baik.Menurut Subekti (1995 :12),Pasal 1388 ayat (3)
G. BERAKHIRNYA PERIKATAN
Telah diketahui bahwa perikatan dapat bersumber dari undang-undang maupun dari
perjanjian yang dibuat oleh para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
Perikatan yang telah dibuat oleh para pihak adalah berlaku sebagai undang-undang
kewajiban bagi para pihak di dalam lapangan harta kekayaan. Berdasarkan Pasal
1234 KUH Perdata, prestasi atau kewajiban para pihak dapat berbentuk 1) untuk
memberikan sesuatu, 2) untuk berbuat sesuatu atau 3) untuk tidak berbuat sesuatu.
Istilah prestasi ini juga kerap disandingkan dengan istilah wanprestasi yang dimaknai
sebagai tidak dipenuhinya prestasi/kewajiban dari salah satu atau kedua belah pihak
yang akhirnya akan melahirkan konsekwensi yuridis untuk dapat dituntutnya ganti
Rumusan Pasal 1381 KUH Perdata mengatur sepuluh (10) cara hapusnya/berakhirnya
perikatan, yaitu:
1) karena pembayaran
PEMBAHASAN
Buktinya PT..Prudential life Assurance telah di gugat wansprestasi (telah cidera janji)
oleh ibu Hotmauli manurung sebagai penerima manfaat dari pemegang polis
No.52635345,pada tanggal 10 Desember 2013 atas nama Tohap Napitupulu.
Sidang gugagat tersebut di gelar di Pengadilan Negri Jakarta. Senin(20/04/2015), di
gelar sidng ke tiganya terkait kasus penolakan klaim asuransi oleh PT..Prudential life
Assurance (tergugat) terhadap klaim Hotmauli Manurung selaku penggugat.
PEMBAHASAN
Capt.Samuel Bonaparte dan Ridha Sjartina selaku kuasa hukum penggugat
menjelaskan, dalam kasus ini Prudential menolak mencairkan Asuransi yang diajukan
oleh ibu Hotmauli Manurung dengan dasar tidak masuk akal dan terkesan mengada-
ada yaitu “menduga atau menuduh” tertanggung(suami penggugat) memiliki indikasi
penyakit jantung yang tidak di laporkan pada saat pengisian Surat Pengajuan
Asuransi Jiwa (SPAJ), semata-mata karena pernah berobat dengan nyeri dada,
dimana hal ini berbeda dengan fakta yang ada.
Walupun demikian pihak prudential tetap tidak melaksanakan kewajibanya untuk
membayarkan uang pertanggungan atas meninggalnya suami penggugat , pada 31
januari 2014 sesuai surat kematian No.101/RSEB-RM-IGD/BD/I/2014. Yang di
keluarkan oleh RS. St.Elisabeth.
Dalam perjanjian Asuransi dikenal asas UTMOST GOOD (itikat baik), hal tersebut
adalah kewajiban semua pihak dalam perjanjian asuransi dan bukan hanya kewajiban
salah satu atau sebagian pihak saja, ujar Samuel Bonaparte selaku pengacara
penggugat. Jika pencairan asuransi jiwa, perusahaan mempermasalahkan formalitas
dalam pendaftaranya, maka hal tersebut menjadi tidak adil, karena saat pencairan
tertanggung pasti sudah meninggal dan tidak bisa lagi memberikan keterangan
tentang apa yang sebenarnya terjadi saat proses pengisian Surat Pengajuan
Asuransi(SPAJ).
Padahal ,kata ibu Hotmauli Manurung juga telah mengajukan klaim yang serupa pada
Asuransi Mega Life dan Asuransi BRIngin Life terkait dengan klaim atas kematian
Tohap Napitupulu, dan Klaimnya kepada Perusahaan-perusahaan tersebut di terima.
Hotmauli Manurung kini bisa bernapas lega. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah
memutuskan bahwa PT Prudential Life Assurance telah melakukan wanprestasi atau
ingkar janji pada kesepakatan dan harus membayarkan ganti rugi kepada Hotmauli
selaku penggugat dari almarhum Tohap Napitupulu.
Samuel Bonaparte, kuasa hukum Hotmauli, menyambut baik putusan majelis hakim.
"Pihak kami cukup puas dengan putusan hakim," katanya, seperti dikutip Kontan,
Jumat (23/10/2015).
Putusan pengadilan tersebut telah dibacakan oleh majelis hakim pada Kamis
(22/10/2015).
Hotmauli menuntut pihak Prudential Indonesia membayar ganti rugi sebesar Rp 198
juta dan ganti rugi immaterial sebesar Rp 1 miliar.
Sebelumnya, sidang putusan tersebut sempat ditunda dua minggu lantaran hakim
belum siap.
Kuasa hukum Prudential Indonesia, Eri Endhi Satrio, enggan banyak berkomentar
dengan putusan majelishakim.
"Kami masih akan berkonsultasi dengan klien (Prudential Indonesia)," ujarnya.
Kasus ini berawal saat Hotmauli Manurung yang mengajukan klaim polis kepada
Prudential pada tanggal 18 Februari 2014 sebesar Rp 96 juta. Sayangnya, setelah lima
bulan, klaim polis belum juga keluar. Prudential Indonesia kemudian memberikan
tanggapan terkait hal tersebut pada 14 Oktober 2014. Salah satu perusahaan asuransi
terbesar di Indonesia ini menolak pengajuan klaim asuransi karena riwayat nyeri dada
yang dialami oleh almarhum Tohap Napitupulu tidak disampaikan. (Tri Sulistiowati)
PENYELESAIAN
PT. Prudential Indonesia akan membayar klaim sesuai yang diperintahkan Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.
"Pengadilan memerintahkan kami mematuhi kesepakatan yang dicapai kedua belah
pihak di Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI)," kata
Widyananto Sutanto, VP Corporate Communication Prudential, Rabu (28/10/2015).
Dia menjelaskan, sudah ada kesepakatan tercapai di BMAI pada Januari lalu.
Isinya, Prudential hanya membayar klaim nasabah secara ex gratia (sesuai
kebijaksanaan Prudential) yaitu Rp 48 juta. Prudential juga tidak diharuskan untuk
membayar kerugian immaterial sebesar Rp 1 miliar.
Dengan putusan pengadilan itu, Prudential tidak akan membayar nilai lain yang
pernah digugat yaitu Rp 198 juta maupun ganti rugi imateriil Rp 1 miliar.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah memutuskan bahwa PT Prudential Life
Assurance telah melakukan wanprestasi atau ingkar janji pada kesepakatan dan harus
membayarkan ganti rugi kepada Hotmauli selaku penggugat dari almarhum Tohap
Napitupulu.
Sekadar informasi, Hotmauli menggugat klaim polis Prudential pada Februari 2014
sebesar Rp 96 juta. Namun, pada Oktober 2014, Prudential menolak pengajuan klaim
lantaran almarhum Tohap sebelumnya tidak pernah menyampaikan riwayat nyeri
dada yang dialaminya.
Fakta yang Terjadi Di dalam Kasus wansprestasi PT.Prudential life Assurance :
a. Prudential menolak mencairkan Asuransi yang diajukan oleh ibu Hotmauli
Manurung dengan dasar tidak masuk akal dan terkesan mengada-ada yaitu “menduga
atau menuduh” tertanggung(suami penggugat) memiliki indikasi penyakit jantung
yang tidak di laporkan pada saat pengisian Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ),
semata-mata karena pernah berobat dengan nyeri dada.
b. pihak prudential tetap tidak melaksanakan kewajibanya untuk membayarkan
uang pertanggungan atas meninggalnya suami penggugat , pada 31 januari 2014
sesuai surat kematian No.101/RSEB-RM-IGD/BD/I/2014. Yang di keluarkan oleh
RS. St.Elisabeth.
dalam Kasus di atas dapat disimpulkan Bahwa PT..Prudential life Assurance memang
melakukan Wansprestasi karena telah mengingkari kesepakatan yang di buat oleh
PT.Prudential life Assurance dan Alm. Penggugat dalam Pasal 1243 KUHPerdata
Pasal tersebut mengatur Mengenai Kerugian akibat melanggar Perjanjian atau
BREACH OFF CONTRAK atau WANPRESTASI. Pada pasal tersebut dinyatakan
bahwa :
“ Peggatian biaya, Rugi dan Bunga karena tak di penuhinya Suatu Perikatan, barulah
mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatanya, tetap melalaikanya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya , hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukanya”
BAB IV
PENUTUP