Oleh:
ZILAWATI
NIM. 210204136
i
DAFTAR ISI
A. PENGERTIAN......................................................................................................1
B. SYARAT PERIKATAN.......................................................................................3
D. ANALISI...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8
ii
A. PENGERTIAN
hubungan hutang piutang antara para pihak (dipakai oleh Sri Soedewi,
Vollmar, Kusumadi).
antara orang yang satu dan orang yang lain. Istilah hukum perikatan sendiri
mencakup semua ketentuan yang tertuang dalam buku ketiga KUH Perdata.
hukum perikatan atau hukum perutangan. Hukum perikatan adalah aturan yang
(vermogenrecht) antara dua orang atau lebih, yang memberi hak (recht) pada
salah pihak (kreditur) dan memberi kewajiban (plicht) pada pihak yang lain
1
Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari sudut pandang Hukum Bisnis). Bandung: Citra Aditya Bakti. 1999.
hal.1
1
a. PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI
1. HOFMANN
cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang demikian
2. PITLO
kekayaan antara dua orang atau lebih atas dasar mana pihak yang satu
sesuatu prestasi.
3. VOLMARR
Jadi perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau
dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut
suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
hukum
2
(rechtsbetrekking) oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara
penghubungannya.
perorangan (person) adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan
yang timbul dengan sendirinya, akan tetapi hubungan yang tercipta karena
diberi hak oleh pihak lain untuk memperoleh prestasi, sedangkan pihak yang
prestasi.2
B. SYARAT PERIKATAN
menjelaskan peruhubungan antara dua belah pihak yang dimana saling mengikat
yang dapat mengikat dua belah pihak secara sah menurut hukum perikatan
trsebut.
perjanjian yaitu:
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (tidak ada paksaan, tidak ada
2
L.C. Hoffman, sebagaimana dikutip dari R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan,Putra Abardin,
1999, hal. 2
3
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ; (dewasa, tidak di bawah
pengampu)
hukum baru, sedangkan sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah
tidak bisa timbul dengan sendirinya, melainkan harus didahului oleh adanya
tindakan yang sesuai atau tidak sesuai dengan undang-undang. Dengan demikian,
Menurut KUH Perdata, dasar hukum perikatan berasal dari tiga sumber
sebagai berikut :
mengikatkan diri, dalam perikatan mana kedua pihak mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi. Pihak debitur wajib memenuhi prestasi dan
3
Dr. Joko Sriwidodo, S.H.,M.H.,M.Kn.,CLA.. Dr. Kristiawanto, S.H.I.,M.H.. memahami hukum
perikatan: Yogyakarta, Kepel Press, 2021, h 26
4
ibid
4
Ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa: Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melawan hukum.
perbuatan yang dilakukan oleh seorang, yang sesuai atau telah diatur
5
ibid
5
olehketentuan perundang-undangan (hukum). Yang termasuk dalam
D. ANALISI
Indonesia adalah suatu Negara yang menganut hukum positif yang dimana
anatar seseorang dengan orang lain atau yang disebut hukum perikatan,
suatu aturan yang mengatur tentang keterhubungan dua belah pihak yang
ditempat tersebut.
manfaat antara kedua belah pihak dan tidak akan merugikan salah satu antara dua
6
DAFTAR PUSTAKA
Munir Fuady, Hukum Kontrak (dari sudut pandang Hukum Bisnis). Bandung: Citra
Aditya Bakti. 1999.