Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MEMPERTEGAS ARAH PERJUANGAN HMI DALAM MEREALISASIKAN


KOMITMEN KEUMATAN DAN KEBANGSAAN
NDP TAFSIRAN ANTROPOLOGI
Diajukan Sebagai Syarat Menjadi Peserta
Intermediate Training (Latihan Kader II) HMI Cabang Mataram

Oleh :
AHMAD HUSAEN

CABANG MATARAM
KOMISARIAT SYARI’AH UIN MATARAM
2020

1
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………..2
Kata Pengantar…………………………………………………………….3
BAB I Pendahuluan……………………………………………………….4

A. Latar Belakang……………………………………………………….4
B. Rumusaan Masalah……………………………………………….…..5
C. Tujuan Pembuatan…………………………………………………....5

BAB II Pembahasan………………………….…………………………..6
A. Islam dan Kemunculan HMI di Indonesia…………………………..6
B. Peranan HMI Dalam Dinamika Keislaman dan Keindonesian……...7
C. Mission HMI Menjawab Problem Keumatan di era Globalasasi……15

BAB III Penutup………………………………………………………..20


A. Kesimpulan………………………………………………………....20
B. Saran ………………………………………………………….........21
Daftar Pustaka…………………………………………………………..22

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Segala puji bagi allah swt yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami ddpaat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya
tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesikan makalah ini dengan baik. Salawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi
muhammaad saw yang kita nanti-natikan syafaatnya di hari akhir.
Penulis mengucapkan syukur kepada allah swt atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai persyaratan mengikuti intermediate traing
(lk ii) hmi cabang dompu.
Penulis tentu menyadari maklagh ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan keritik serta saran dari pembaca u nutuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada senior
yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdirinya suatu organisasi tidak pernah lepas dari peristiwa-peristiwa yang


melatarbelakanginya. Sebagaimana Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang
didirikan dengan latar belakang politik yang ditandai dengan propaganda ideologi, 1
memantapkan niat mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi mahasiswa sendiri.
Bagi HMI, sifat dan karakter pemikirannya dilandaskan pada dua rumusan tujuan
HMI: 2
1. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesiao di dalamnya terkandung wawasan atau pemikiran
keindonesiaan, dan
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islamo di dalamnya
terkandung pemikiran keislaman.
Kedua platform tersebut menjadi rambu untuk diingat bagi kader-kader HMI
maupun mahasiswa Islam sehingga tidak terlupa akan tujuan awal yang melandasi
berdirinya HMI hingga saat ini. Tujuan awal berdirinya HMI ini yang sampai
sekarang terus dijadikan kaca perbandingan untuk meneruskan perjuangan-
perjuangan yang diusahakan kader-kader HMI. Karena kedua tujuan itulah kader
HMI dapat memastikan agar perjuangan yang dilakukan tidak keluar dari apa yang
dicita-citakan founding fathers HMI.

1
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation, 2b1b, hlm. 2

2
Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation, 2010, hlm. 150

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Edisi Revisi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm.
188

4
Dua landasan tersebut merupakan inspirasi kader HMI yang diterjemahkan
dalam Mission HMI yang adalah tanggung jawab seluruh kader HMI. Mission ini
meliputi Pasal 4, 6, 7, h, dan j Anggaran Dasar HMI. Yang mana dijelaskan dalam
tiga teks penting, yaitu oMemori Penjelasan tentang Islam sebagai Asas HMIo,
oTafsir Tujuan HMIo, dan oTafsir Independensi HMIo. Penjabaran Mission kedalam
teks-teks tersebut menunjukkan pentingnya Mission yang dibawa tiap-tiap kader
HMI, sehingga diharapkan bagi mereka yang mengemban tugas ini tidak terlupa akan
landasan awal didirikannya organisasi ini.
Jika melihat landasan awal didirikannya organisasi ini, HMI erat sekali
kaitannya dengan kesadaran nasionalis yang islami. Meski antara Muslim Nasionalis
dan Nasionalis Muslim tidak berbeda, ada yang mengatakan bahwa kader HMI
adalah Muslim Nasionalis karena ia terlebih dahulu beragama Islam, lantas kemudian
tumbuh jiwa nasionalisnya setelah berislam. Namun apapun itu, kader HMI sudah
sewajarnya memiliki dua sifat ini sehingga tidak menyalahi platform-nya.
Karena itulah makalah ini akan mengulas refleksi kebangsaan (keindonesiaan)
dan keumatan (keislaman) yang seharusnya terus menjadi ruh dalam membawa
amanah kader HMI yang terdapat pada rumusan Mission HMI. Sehingga melalui
makalah sederhana ini dapat diketahui gambaran relevansi Mission HMI untuk
dibawa oleh kader-kadernya hingga saat ini.

B. Rumusan Masalah

Sehingga berdasarkan latar belakang yang penulis utarakan maka perlu digariskan
sebuah rumusan masalah untuk memetakan lanskap kontekstual tersebut.

1. Bagaimana Islam dan kemunculan HMI di Indonesia?


2. Bagaimana peranan HMI dalam dinamika keislaman dan keindonesian?
3. Bagaiamana mission HMI menjawab problem keumatan di era globalisasi?

5
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Islam dan kemunculan HMI di Indonesia
2. Untuk mengetahui peranan HMI dalam dinamika keislaman dan
keindonesian?
3. Untuk menegetahui bagaimana mission HMI menjawab problem keumatan di
era globalasasi.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dan Kemunculan HMI di Indonesia

Islam dilahirkan dari proses berpikir kemudian menghasilkan keyakinan yang


teguh terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur
Kehidupan –alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Islam sebagai ajaran
yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup
manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi
dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian, karena ada
sekian banyak kebutuhan manusia yang tidak dapat dipenuhinya sendiri. 3
Kesempurnaan hidup terukur dari kepribadianmanusia yang integratif antara dimensi
dunia dan ukhrawi, individu dan sosial,serta iman, ilmu dan amal yang semuanya
mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara induvidual maupun
kolektif.
Perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus diwujudkan dalam suatu
landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya, sehingga perubahan yang terjadi
pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang, atau paling sedikit riak yang
menyentuh orang-orang lain. Perubahan yang dimaksudkan adalah sesuai dengan
tugas umat Islam untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi sekalian
alam(rahmatan lil ‘lamin).

Islam datang ke Indonesia telah berlangsung selama berabad-abad dan terus


berlanjut hingga saat ini. Islam menjadi sebuah kekuatan yang berpengaruh melalui
serangkaian gelombang dalam berjalannya sejarah (yaitu perdagangan internasional,

3
Shihab, M. Quraish, Membumika Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung: Mizan, 1992, hlm 211

7
pendirian berbagai kesultanan Islam yang berpengaruh, dan gerakan-gerakan4
sosial.Salah satu gerakan sosial yang diprakarsai oleh mahasiswa Islam adalah
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
HMI lahir dari kalangan mahasiswa yang memahami situasi dan kondisi
bangsa Indonesia dan juga keadaan Islam –khususnya di Indonesia, pada saat itu.
Maka sebagaimana dua tujuan utama berdirinya HMI (pertama, mempertahankan
kemerdekaan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia,
dan kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam), kader HMI
ditempatkan pada posisi yang harus berjuang untuk membela umat Islam dan tanah
airnya.

B. Peranan HMI Dalam Dinamika Keislaman dan Keindonesian

Sejak berdiri 1947, HMI melewati lima zaman yang watak dan tantangannya
berbeda dan terkristal dalam citra, budaya, network, dan sistem HMI seperti sekarang
ini. Walaupun melewati berbagai zaman itu, normal atau kritis, cita-cita HMI ternyata
tetap seperti ketika lahir, yaitu: (1) mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1j4. dan NKRI, dan (2) menegakkan syiar Islam sebagai
rahmatan lil alamin. Dengan cita-cita itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman pernah
menyatakan HMI, bukan saja berarti Himpunan Mahasiswa Islam, tetapi juga,
Harapan Masyarakat Indonesia. Cita-cita itu yang dirumuskan dalam tujuan HMI,
berlaku sampai sekarang: Terbinanya insan akademis, pencipta pengabdi, yang
bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diredhoi Allah SWT.
Lima zaman pengembaraan HMI adalah era sejarah bangsa ini: 1. Era
Kemerdekaan; 2. Era Demokrasi Parlementer; C. Era Demokrasi Terpimpin; 4. Era
Demokrasi Pancasila dan .. Era Reformasi. Tiap era sejarah itu memiliki

4
Ibid, hlm 247

8
karakteristiknya masing-masing. Pada era Kemerdekaan, HMI menyatu dengan
rakyat membela mati-matian kemerdekaan negara yang baru diproklamasikan, tekad
Merdeka atau Mati dikumandangkan HMI. Sampai kini semboyan itu tidak lapuk dan
sering bermanfaat secara politik. Di era inilah HMI didirikan mahasiwa bernama
Lafran Pane dan teman-temannya. Pane sampai akhir hayat menjadikan perguruan
tinggi sebagai orientasi utama hidupnya. Baginya, HMI haruslah menjadi operguruan
tinggi keduao untuk anggotanya. Bila di perguruan tingginya anggota HMI
memperoleh nilai tambah ilmu pengetahuan, di HMI anggotanya memperoleh nilai
tambah kepemimpinan, menjadi pemimpin. Bila ilmu pengetahuan membuat manusia
paham nilai-nilai kebenaran sehingga bisa membedakan yang benar dan yang salah.
Pemimpin adalah orang yang bertanggungjawab menegakkan kebenaran (ma’ruf) dan
mencegah kesalahan (mungkar). Karena itu, menurut Pane, pengurus HMI yang tidak
becus megurus kaderisasi anggota menjadi pemimpin, ia tidak paham untuk apa HMI
didirikan. 5
Pada era Demokrasi Parlementer, dengan kembalinya Republik Indonesia
Serikat (RIS) ke bentuk Republik Indonesia (RI) tahun 1951, parta-partai politik
mulai melirik HMI agar mendukung mereka. Jati diri mandiri sejak berdiri, HMI
tegak independen tidak memihak suatu partai. Yang dibela HMI bukan partai tetapi
bangsa dan negara. Atau, bila menggunakan bahasa politik kini: kepentingan rakyat.
Terhadap kepentingan rakyat, keadilan dan kesejahteraan rakyat, HMI tidaklah
independen. HMI memerangi penyebab penderitaan rakyat. HMI memerangi
penindasan atas rakyat. HMI memihak cita-cita mulia menegakkan kebenaran. Watak
inilah yang disebut sifat independen HMI, tetapi memihak perjuangan kebenaran,
mewujudkan rakyat adil sejahtera.
Pada era Demokrasi Terpimpin, sejak Dekrit Presiden Soekarno . Juli 1949,
Indonesia kembali ke UUD 1945.. Indonesia pernah mengalami UUD RIS 1949 dan
UUD Sementara 1950 yang berlaku sampai 1959. Setelah Dekrit, kekuatan politik

5
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. dan NKRI, dan (2)
menegakkan syiar Islam sebagai rahmatan lil alamin.

9
Indonesia berubah. Bila di era Demokrasi Parlementer, empat partai politik besar
adalah Masyumi, PNI, NU dan PKI. Pada Demokrasi Terpimpin, ketika Masyumi
dan PSI dibubarkan 1961, tinggal tiga kekuatan partai yakni PNI, PKI dan NU.
Partai-partai Islam lainnya tetap sebagai partai kecil. Yang menarik, pada era ini
muncul kekuatan non-politik baru yaitu kelompok militer, terutama TNI-Angkatan
Darat, yang menjadi openyeimbang politiko terutama terhadap PKI.
Pada masa inilah HMI masuki era paling kritis, ketika PKI dan
pendukungnya, seperti CGMI, berusaha membubarkan HMI. Yel-yel seperti bila
tidak bisa bubarkan HMI, pakai kain sarung saja, menjadi tema utama PKI kepada
pendukungnya. Tidak dapat dibayangkan yang terjadi pada Indonesia bila HMI
berhasil dibubarkan. Indonesia berubah total bila PKI menguasai negara. Perlawanan
HMI kepada PKI dan kekuasaan yang monolit ternyata menarik simpati banyak
pihak, termasuk Pimpinan TNI-AD. 6
HMI, melalui alumni dan kader-kadernya seperti Dahlan Ranuwihardjo,
Sulastomo, Ekki Syahruddin, Fahmi Idris, Abdul Gafur berhasil meyakinkan TNI-AD
sehingga Kepala Staf AD, Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani, saat itu sampai
mengeluarkan pernyataan sangat historik bagi HMI, osiapa saja yang ingin
membubarkan HMI, langkahi mayat saya terlebih dahulu.o Inilah awal hubungan
yang makin dekat antara HMI dan TNI, yang berlanjut ketika Orde Baru mengambil
alih kekuasaan.
Era Demokrasi Pancasila, ditandai dengan jatuhnya Presiden Soekarno dan
munculnya Presiden Soeharto yang mengubah lagi peta politik nasional. Di era ini,
setelah 1971 tinggal tiga partai politik resmi yang diakui, yaitu Golkar, PPP dan
PDIP. Pengamat politik menyatakan sebenarnya tidak ada partai politik karena tidak

6
Hariqo Wibawa Satria, Lafran Pane; Jejak Hayat dan Pemikiran, Jakarta: Penerbit Lingkar, 2010,
hlm 203

Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation, 2010, hlm 22

10
mirip dengan partai politik era Demokrasi Parlementer atau seperti sekarang ini. Pada
era inilah mulai banyak alumni HMI ikut kekuasaan seperti di DPR-D, Menteri
maupun Kepala Daerah. Belum lagi di birokrasi dan perguruan tinggi. Juga terlihat
yang merintis dunia intelektual, profesional dan usaha swasta, tidak sedikit berkelana
di dunia pengangguran atau betah menjadi demonstran. Keanekaragaman wilayah
kerja alumni HMI itu bisa saja hasil kaderisasi organisasi yang memang berwatak
independen.
Era Reformasi (1998-sekarang) adalah era kebebasan baru yang juga
dinikmati HMI. Setahun Presiden BJ Habibie memimpin, HMI memanfaatkan
Kongres HMI tahun 1999 di Jambi kembali ke khittahnya, menetapkan kembali asas
Islam sebagai dasar organisasi, setelah 15 tahun berasaskan Pancasila yang ditetapkan
Kongres HMI tahun 1986 di Padang.
Berbeda dengan era-era sebelumnya, tantangan era reformasi yang dihadapi
HMI ternyata lebih kompleks. Walaupun demikian, paling tidak ada tiga tantangan
pokok yang selalu dihadapi organisasi HMI, yaitu: (1) Independensi, (2) Kaderisasi,
dan (3) Kontektualisasi Visi. Yang pertama, independensi HMI. Bagi HMI,
independensi adalah karakter organisasi. Dalam konteks politik selalu diartikan
sebagai menjaga ojarak samao dengan kekuatan politik yang ada, dalam hampir
semua momentum. Arti dinamis, begitu kekuatan politik berubah, HMI harus berubah
bila ingin menjaga symmetrical position-nya, kalau tidak HMI dapat tidak
independen lagi. Benarkah demikian? Impelementasi organisatorisnya, pengurus HMI
tidak boleh rangkap jabatan atau yang lebih sederhana, pengurus HMI tidak boleh
membuat pernyataan mendukung suatu partai politik atau pemerintah. Begitu ia
mendukung atau mendemo suatu establishment politik biasanya ada saja kelompok
lain dalam HMI menolaknya. Mendukung atau menolak sesuatu yang melibatkan
HMI dianggap melawan prinsip independensi. Ini konflik yang berkaitan tafsir
independensi HMI. Tidak sedikit kasus di PB HMI, Badko atau Cabang, pengurusnya
melawan sifat independensi HMI yang menambah pekerjaan rumah. Hikmahnya,
kekayaan konflik internal bertambah dan substansi demokrasi HMI semakin mature,

11
bila tidak menimbulkan perpecahan atau kerusakan. Independensi model ini dikenal
independensi organisatoris. HMI tidak boleh terkait kekuatan politik manapun. 7
Bagaimana menafsirkan independensi HMI dalam konteks nilai-nilai? Secara
etis biasanya ditafsirkan bahwa HMI tunduk (tidak independen) pada nilai-nilai
kebenaran mutlak yang bersumber Al Qur’an dan Hadist maupun hukum alam raya,
termasuk hukum sosial yang baku. Pertanyaannya adalah apakah ketika premis
berubah atau berbeda, sikap juga boleh berubah? Cak Nur (Dr Nurcholish Madjid)
pernah menyatakan bahwa islam Yes, Partai Islam No di tahun 1970an, yang
ditafsirkan sebagai mendukung partai-partai nasionalis (non-Islam), dimana ketika itu
diperkirakan Golkar memperoleh benefitnya. Mungkin keseimbangan politik,
walaupun masa itu dianggap melawan arus mapan. Kesimbangan politik (check and
balance) sebagai nilai etis yang harus diperjuangkan. Benarkah? Bagaimana HMI
harus menempatkan diri dalam arus pergumulan nilai-nilai etis tentang pemahaman
ajaran Islam atau kondisi masyarakat. Sebut saja, misalnya, antara yang disebut Islam
Liberal dan Islam mainstraiming. Antara MUI dan Ahmadiah. Antara Fatwa haram
Golput dan Fatwa haram rokok. Antara Lia Aminuddin dan Hizbut Thahrir. Antara
goyang Rhoma Irama-Camelia Malik dan Goyang Inoel. Antara penduduk miskin
yang bertambah dan tersangka koruptor yang dibebaskan sidang pengadilan. Antara
kedukaan murid SD yang bunuh diri karena ketiadaan biaya dan kegembiraan negara
membayar utang yang dikorupsi. Dan lain-lain. Dan lain-lain.
Apa batas antara meningkatkan perjuangan idealisme (high-terrain politics)
dan menghindari politik praktis (low-terrain politics)? Biasanya, ujung idealisme
adalah penegakkan moral, sedang politik praktis adalah akumulasi kekuasaaan. Di
dunia utopia, dua hal ini sebenarnya bisa tidak berbeda. Ketika kekuasaan benevolent
(bijak bestari), maka moralitas menjadi cahaya penerang (enlightenment). Ketika

7
HMI tidak boleh terkait kekuatan politik manapun. Independensi model ini dikenal independensi
organisatoris

12
kekuasaan corrupt, moralitas menjadi trading-house, yang mendagangkan kebenaran.
Mampukah HMI dengan sifat independensinya membedakan kedua hal ini secara
honest, sehingga tidak menabrak jalur yang dibuat HMI sendiri. Atau, mungkinkah
dalam independensi HMI terdapat derajat interdependensi? Dalam pola hubungan
makin terbuka, modern dan kompleks, hakekat saling mempengaruhi atau saling
ketergantungan tidak dapat dihindari. Dalam model lama, independensi yang pasif
menjadi tidak mungkin. Beberapa interpretasi tentang orangkap jabatano dan
opemihakano diperlukan untuk memahami derajat independensi HMI yang lebih
bersifat aktif. Misalnya, apakah kebenaran itu memihak atau tidak memihak?
Kejujuran apakah itu penderitaan atau kebebasan? Ketika HMI otetap,o yang lain
berubah, organisasi ini bisa saja menjadi kehilangan konteksnya. Apa yang
sesungguhnya diperjuangkan HMI? Dilema etis ini dapat dijelaskan dalam kasus
seperti dimana seorang ahli jantung harus memutuskan sorang pasien yang
didiagnosa kena ostrokeo harus segera dioperasi atau tidak. Secara prosedur, ahli
jantung itu harus memperoleh izin dari ahli warisnya untuk melakukan tindakan
operasi medis. Bila izin itu, karena sesuatu hal, tidak diperoleh, dan berdasarkan
diagnosa pasien itu harus segera dioperasi agar jiwanya oterselamatkan,o maka apa
keputusannya? Operasi tanpa izin berhadapan dengan hukum, operasi menunggu izin
berhadapan dengan misi kemanusiaan, penyelamatan jiwa. Pilih mana? Kasus-kasus
pengambilan keputusan di HMI, jelas dipengaruhi oleh sifat independensinya (misi
etis yang aktif) dan interdependensinya (resiko hukum atau sosial-politik lainnya).
Meneruskan nilai-nilai yang diperjuangkan HMI kepada generasi penerus
memerlukan perkaderan HMI yang kuat. Tetapi, apakah kaderisasi anggota untuk
merebut kekuasaan politik? Jawabannya cukup jelas: tidak. HMI memang bukanlah
organisasi politik. Penyebutan bahwa HMI sebagai organisasi quasi-politik juga tidak
dapat dipertanggungjawabkan, kecuali bila pengertian ini mengandung paham zoon
politicon, dimana politik diartikan secara luas tidak sekedar kekuasaan atau organisasi
politik. Dalam konteks inipun, hasilnya tidak dapat dikatakan langsung sebagai
merebut kekuasaan politik untuk kepentingan anggotanya seperti dikenal dalam

13
perjuangan partai-partai politik agar anggota atau kadernya memperoleh posisi-posisi
politik tertentu. Bahkan dalam perebutan posisi-posisi politik organisasi intra-kampus
pun, apakah itu Dewan Mahasiswa (dulu) atau Senat Mahasiswa, kecuali KNPI atau
Kelompok Cipayung, apakah HMI tidak dapat disebut bermain politik secara
langsung? Bila ini benar, HMI bukan organisasi quasi-politik atau apalagi organisasi
politik, dimana posisi HMI dalam konteks politik? Jawaban lebih tepat adalah
politisasi HMI.
HMI dengan sejarahnya yang panjang dan jumlah anggota yang besar dan
alumni yang tersebar di pelbagai bidang pekerjaan memang telah dianggap sebagai
suatu kekuatan politik. Di arena politik praktis, kita melihat alumni HMI tersebar di
semua partai politik, yang dengan misleading disebut telah terbentuk suatu HMI
Connection. Dengan sistem politik yang ada sekarang, alumni HMI yang berpolitik
tidak mungkin secara sempurna beridealisasi seperti harapan tujuan HMI, betapapun
tujuan HMI telah menjadi semacam spirit perjuangan mereka. Bukan saja penafsiran
aktual atas tujuan HMI di kalangan HMI, ataupun alumninya, bisa berbeda-beda,
tetapi juga kepentingan partai masing-masing dimana alumni HMI berafiliasi bisa
tidak sama. Dalam kaitan itu, alumni HMI yang memegang kekuasaan politik, pada
akhirnya lebih bersifat individual, atau paling tidak berorientasi kepada partainya.
Yang menarik, tidak sedikit alumni HMI berusaha menghilangkan afiliasinya dengan
HMI ketika citra politik HMI tidak menguntungkan. Sebaliknya, tidak sedikit pula
yang mengaku pernah menjadi anggota HMI ketika citra HMI atau lebih tepat ketika
alumni HMI memegang kekuasaan. Dalam politisasi HMI tidak suatu kekuatan
politik manapun menguasainya, tetapi bisa mempengaruhi pengambilan
keputusannya. Keputusan HMI, apakah oleh institusi HMI, tidak pernah luput dari
jangkauan pengaruh politik aktual. Dalam kacamata positif, politisasi HMI bisa saja
merupakan refleksi dari kekuatan-kekuatan yang bertarung di HMI, yang sekaligus
memberikan nuansa demokratisasi HMI.
Kembali kepada pertanyaan di atas, apakah kaderisasi HMI membawa
anggotanya menuju wilayah kekuasaan politik. Jawabnya bisa ya atau tidak. Pertama,

14
tidak semua kader HMI memiliki orientasi politik praktis atau bersedia menjadi
politisi atau birokrat. Sebagian mereka memilih jalur pengusaha, sebagian lagi jalur
intelektual dan professional, da’i, makelar, wartawan, petani, supir, tukang ojek atau
mungkin pengangguran, walau dengan terpaksa. Prosentase alumni HMI yang terjun
ke dunia politik relatif kecil. Kedua, jarak waktu dari anggota atau pengurus HMI
menjadi politisi, apalagi yang kemudian memegang jabatan politik, bisa panjang atau
pendek, yang semua bergantung momentum, kemampuan, relasi patron-client dan
lainnya. Ketiga, kaderisasi HMI tidaklah secara spesifik mengarahkan anggota HMI
menjadi politisi, tetapi lebih kepada pembentukan kualitas kepemimpinan, sesuatu
yang memang tidak ditemui secara kurikula di dunia perguruan tinggi formal.
Kepemimpinan yang terbentuk diharapkan bukan hanya berkembang di arena politik,
tetapi di semua bidang yang menjadi minat anggota. Denga alasan-alasan itu,
kaderisasi HMI tidak difokuskan menjadikan anggotanya pemimpin politik. Bahwa
kualitas kepemimpinan berpengaruhi terhadap pilihan politik, pada dasarnya memiliki
kans yang sama untuk pilihan pada bidang pekerjaan lain.

C. Menjawab Problem Keumatan di Era Globalisasi


Tujuan yang jelas dip[erlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha
yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa
tujuan suatu organisais dipengaruhi oleh suatu motifasi dasar pembentukan, status
dan fiungsinya dalam totalitas di mana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa
Indonesia maka HMI adalah organisasi yang menjadikan islam sebagai sumber nilai.
Motifasi dan inspirasi bahwa HMI bersatu berstatus sebagai organisasi mahasiswa,
berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan
dan bersifat indenpenden.
Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa
bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki
keseimbangann hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi,

15
iman dan ilmu, individu dan masyarkat sehingga operanana kaun intelektual yang
semakin bessar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar.
Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana
dirumuskan dalam pasal 4 AD ART HMI yaitu:8
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI,
BERNAFASKAN ISLAM, DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS
TYERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG ADIL DAN MAKMUR YANG
DIRIDHOI ALLAH”
Menempuh jalan yang benar diperlukan adanya keberanian moral. Spontan
dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh
dari sikap apatis. Rasa tanggung jawab takwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Korektif terhadap setiap langkah
yang berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah fil ardhi
yang harus melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan iman of future, insan pelopor yaitu
insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersifat terbuka, terampil atau ahli
dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana
mencari ilmu  perjuangan untuk secara operatif bekerja sesuai yang dicita-citakan.
Ideal type dari hasil perkaderan HMI adalah iman of inodanatori (duta-duta
pembaharu). Penyuaran idea of progressi insan yang berkepribadian imbang dan
padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada allah SwT.
mereka itu manusia-manusia yang beriman berilmu dan mampu beramal soleh dalam
kualitasyang maksimal (insan kamil). Dari lima kualitas lima insan cita tersebut pada
dasarnya harus dipahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas Insan akademis,
kualitas insan pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga kualitas insan pengabdi

8
terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas
tyerwujudnya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi allah”

16
tersebut merupakan insan Islam yang terefleksikan dalam sikap senantiasa
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi allah
SWT. Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya pada
kualitas insan cita HMI seperti tersebut di atas. 9Tetapi juga sebaliknya HMI
berkewajiban untuk memberikan pimpinan, bimbingan dan kondusif bagi
perkembangannya potensi kualitas pribadi-pribadi anggota-anggota dengan
memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap anggota
HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang independen. Untuk itu
senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan  bertaqwa kepada
allah SWT.
Tantanagan zaman dapat dikatakan munculnya fakta, keadaan, problem  baru
seiring dengan perkembangan waktu. misalnya tidak terbayang dulu ada layanan
komunikasi yang canggih sepeti layanan internet saat ini.dengan adanya internet,
bererti ada tantangan zaman. dengan adanya perdagangan bebas tanpa  bisa meraut
keuntungan berarti ada problem dalam perkembangan zaman.
Setiap tantangan, pasti butuh jawaban dan penyelesaian. Dalam hal ini, Islam
sebagai ideologi sempurna secara potensial menyediakan jawaban-jawaban  bagi
segalah problem yang timbul di tengah manusia. menguraiakan secara ringkas metode
(thariqah) islam dalam memecahkan masalah, yaitu memahami fakta persoalan
sebagaimana adanya, lalu memberikan solusi padanya. Solusi ini  bisa berupa syariat
islam bila persoalannya berkaitan dengan hukum syara’, dan  bisa berupa cara (uslub)
dan sarana (wasilah) tentu bila persoalan yang dihadapi tidak secara langsung
berhubngan dengan syara’, misalnya thenik dalam  pertanian, kedokteran, dan
sebagainya. 10

9
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan iman of future, insan pelopor yaitu insan yang berfikiran
luas dan berpandangan jauh, bersifat terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya
10
www.ariekurniawan.com. menjawab tantangan zaman.14 februari 2013

17
Taqiyyuddin an nabhani menjelaskan metode Islam yang harus ditempuh para
mujtahidin untuk memecahkan persoalan. Pertama, mempelajari dan memahami
problem yang ada (fahmul musykilah).
Kedua, mengkaji nash-nash syara’ yang bertalian dengan problem tersebut (dirasatun
nushush). Ketiga, mengistinbath hukum syara’ dari dalil-dalil syara’ untuk
menyelesaikan persoalan yang ada.metode itulah yang dapat kita gunakan dalam
menjawab tantangan zaman.
Secara ringkas, islam menjawab perkembangan zaman dengan cara
memberikan  pemecahan-pemecahan terhadap problem-problem yang baru muncul.
Inilah  pengertian yang benar bagaiman islam menjawab perkembangan zaman yang
terjadi. dengan demikain, jelas tidak betul pendapat yang mengatakan bahwa dalam
menjawab perkembangan zaman islam harus beradaptasi, menyesuaikan diri atau
dengan cara merubah ukum-hukumnya agar selaras dengan waktu. dalihnya, Islam itu
luwes, fleksibel, tidak kaku, tidak ekstrem, tetapi moderat, lunak, dan selalu bersikap
kompromistis dengan realitas. dalih batil itu kadang  juga dilengkapi dengan kaidah
ushul fiqih yang fatal kekeliruannya.
 Laa yunkaru taghayyurul ahkam bi taghayyuri. (Tidak boleh diingkari,
adanya perubahan hukum karena perubahan waktu dan tempat). Berdasarkan
argumen-argumen sesat itu akhirnya mereka membuang hukum-hukum Islam yang
dianggapnya biadab atau tidak sesuai dengan semangat orang zaman modern saat ini.
hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam  bagi pezina, haramnya riba,
hukuman mati untuk orang murtad, harus dienyahkan dari muka bumi karena
dianggap tidak berperikemanusaan, sudah usang, kuno, dan ketinggalan zaman.
Begitu pula kewajiban jihad fi sabilillah dan kewajiban adanya Khilafah Islamiyah
harus ditolak mentah-mentah atau diselewengkan dari  pengertiannya yang hakiki,
karena dianggap sebagai kegiatan kaum ekstremis, fundamentalis, serta tidak cocok
dengan selera orang yang telah maju pikirannya.

18
11
Pendapat seperti ini, serta pola pikir yang melahirkan pendapat ini, sangat
bertentangan dengan Islam. Karena pola pikir yang dipakai oleh mereka yang
berpendapat seperti itu, adalah pola pikir khas barat tatkala mereka berbicara tentang
persoalan hukum dan kaitannya dengan kenyataan masyarakat yang ada. hukum,
menurut barat, haruslah lahir dari masyarakat. hukum adalah anak kandung, dan
ibunya adalah masyarakat. dengan kata lain, yang sumber hukum, adalah keadaan
masyarakat itu sendiri. Karenanya, jika keadaan masyarakat  berubah, berubah
pulalah segala nilai, norma, dan pranata kehidupan.Pandangan ini adalah pandangan
kufur, yang bertentangan dengan Islam. Sebab dalam Islam sumber hukum adalah
wahyu semata, bukan yang lain. bukan kenyataan masyarakat, bukan tuntutan
keadaan, bukan semangat kemodernan,  bukan pula hal-hal lain yang sebenarnya
merupakan alasan-alasan yang terlalu dicari-cari. jika zina dan riba telah haram
menurut wahyu, maka sampai hari Kiamat tetap haram. jika hudud wajib
dilaksanakan menurut wahyu, maka statusnya tetap wajib sampai hari Kiamat. begitu
pula jihad dan Khilafah yang diwajibkan allah dan rasul-nya, hukumnya tetap wajib
dan tidak boleh dianulir atau dibatalkan oleh siapa pun sampai hari Kiamat.

BAB III
PENUTUP

11
Gaus AF, ahmad, Api Islam Nurcholis Majid Jalam Hidup Seseorang Visioner, Jakarta: KOMPAS, 2010

19
A. KESIMPULAN

HMI merupakan sebuah organisasi perjuangan yang telah lama hadir di


Indonesia dalam menciptakan kader-kader sebagai leader di bangsa ini, HMI telahikut
berperan aktidan dalam kancah perpolitikan dan dimensi ruang social di bangsa yang
telah merdeka 73 tahun silam.Tidak dapat dipungkiri setelah berdirinya HMI di tahun
1947 HMI langsung memberi kontribusinya untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan bangsa ini, yang saat itu sedang mengalami degradasi moral setelah
dijajah ratusan tahun oleh bangsa luar. Ini juga dikarenakan alasan atau penyebab Le!
ran Pane menagmabil inisiati! untuk mendekalrasikan HMI. HMI tidaklah  boleh
terus terlena dengan romantisme masa lalu, haruslah ada perubahan di dalamtubuh
HMI, dari semua lini, apakah secara struktural atau kultural di internal HMI sendiri.
Persatuan menjadi modal dasar bagi HMI agar terus eksis dalam sebuah organisasi
visi dan misi adalah sebuah hal yang sakral bagi tiap anggotanya untuk direle!ansikan
dalam kehidupan sehari-hari dan terutama untuk kemajuan bangsa ini, HMI memiliki
lima insan cita yaitu TERBINANANYA INSAN AKADEMIS, PEN'CIPTA, PENGABDI ,
YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA
MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDOHI ALLAH SWT.
haruslah ditanamkan dalam setiap kader himpunan mahasiswa islam ( HMI ) dalam
mengawal perkembangan zaman beserta problemnya. indonesia masih memiliki
banyak pekerjaan rumah di era moderenisasi saat ini yang penulis sajikan. Berwal
dari redanolusi diri sendiri menuju redanolusi sosial.

B. SARAN
Mahasiswa yang hedonis,apatis, pragmatis haruslah kita cerahkan di
organisasi hijau hitam ( HMI) supaya tiap pemuda mampu berpikir dan meningkat

20
ibu pertiwi dalam menjawab perkembanga zaman. hmi harus mengingat bahwa ini
adalah organisasi pengkaderan, dan inilah kita harus kembalikepada titah perjuangan
yang sebenarnya. tidak terus terseret ke arus politik, karena HMI bukan hanya
mengurusi bidang politik. Peningkatan kapasitas setiap kader juga harus ditingkatkan,
buat apa kita sebagai organisasi besar tetapi kader yang kita miliki hanya penjadi
pengekor tanpa kapasitas untuk diri sendiri. moral para kader juga harus diperhatikan
kembali.
 
Melakukan reformasi keagamaan untuk meningkatkan dan memperbaharui
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama islam bagi
setiap indidanidu anggota hmi, memperkokoh kembali tradisi intelektual HMI
yang pernah diraihnya, sebagai pewaris dari generasi sebelumnya, HMI harus
menghindari kepentingan politik sesaat dan harus berani untuk melakukan koreksi,
kritikan terhadap alumni HMI dimanapun berada, sebagai konsekuensi dari sifat
indenpendensi HMI. perkembangan zaman adalah produk moderenisasi yang
memaksa manusia untuk mengikutinya jadi seberapa banyak kader HMI dalam setiap
wilayah diharakan mampu mencerahkan minimal individu-individu yang masih
apatis, hedonis, prgamatis terhadap bumi ibu pertiwi.

DAFTAR PUSTAKA

21
Hariqo Wibawa Satria, Lafran Pane; Jejak Hayat dan Pemikiran, Jakarta: Penerbit
Lingkar, 2010, hlm 203

www.ariekurniawan.com. menjawab tantangan zaman.14 februari 2013

Gaus AF, ahmad, Api Islam Nurcholis Majid Jalan Hidup Seseorang Visioner, Jakarta:
KOMPAS, 2010

Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation,


2010, hlm 22

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam


Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1992, hlm 211

Pengurus Besar HMI. Hasil-Hasil Kongres XXIX di pekanbaru tanggal 22


November s.d 5 Desember 2015 (Jakarta : Penerbit PB HMI) 2015

Nurcholis Madjid. Islam kemoderan dan keindonesiaan. (Bandung: penerbit Mizan).


1997.

Agussalim Sitompul. Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa islam (1947-1975).


(Jakarta : Peneerbit Misaka Galiza). 2008

Agussalim Sitompul. Histografi HMI tahun 1947-1993. (Jakarta : Penerbit Misaka


Gaaliza) 2008

Agussalim Sitompul. HMI Mengayuh di antara cita dan kritik. (Jakarta: penerbit
Misaka Galiza). 2008

PERNYATAAN

22
Saya menyatakan bahwa makalah yang berjudul ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak
ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya
siap saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Mataram, Januari 2020


Yang membuat pernyataan

AHMAD HUSAEN

Curriculum Vitae

23
Nama : Ahmad Husaen
Tempat/ Tanggal Lahir : Raminara, 22 Februari 1996
Alamat : Jln. Pertanian Ling. Tegal Selagalas Mataram
Pendidikan :
SD :SDN 43 Mataram, selesai 2010
SMP : MTS DARUL AMAN, selesai 2013
SMA : MA DARUL AMAN, Selesai 2016
Training yangpernah diikuti di HMI:

1. Training Formal HMI


-Latihan Kader 1 (LK 1): HMI KOM FIISI UIN Mataram, 2016

2. Training Informal HMI :-

Pengalam Organisasi :Ketua Bidang PPPA HMI KOM Syariah UIN


Mataram

Skretaris Umum Karang Taruna Kel. Selagalas

Eksternal HMI : Member English Study Club

Mengetahui

Ahmad Husaen

24
25

Anda mungkin juga menyukai