Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STUDI GERAKAN ISLAM


“AKTUALISASI INDEPENDEN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
SEBAGAI MEDIATOR GERAKAN-GERAKAN ISLAM DI ERA
MODERN”

OLEH : HAMDAN
KODE : J
EMAIL : atthamdan818@gmail.com
Nomor telpon : 082242166109

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG JAMBI
BADKO JAMBI
1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan makalah dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “Aktualisasi Independen Himpunan Mahasiswa Islam
Sebagai Mediator Gerakan-Gerakan Islam Di Era Modern”, bertujuan guna
memenuhi persyaratan mengikuti ”Intermediet Traning (LKII)” Tingkat Nasional
Cabang Tanjung Jabung Timur yang Insya Allah akan dilaksanakan pada bulan
November 2022.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengalami kesulitan. Akan
tetapi, penulis percaya, bahwa di mana ada kesulitan di situ pasti ada jalan dan
akhirnya mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima
kasih kepada yeng terhormat:
1. Kedua orang tua yang kami sayangi,
2. Teman-teman HMI seperjuangan.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang memilki kepentingan atas permasalahan penulis angkat (terutama para kader
HMI) dan semoga ke depannya kader HMI mampu mengambil langkah yang tepat
dan akurat sebagai wujud tindak lanjut dari penulisan makalah ini
Jambi 17 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
BAB II .................................................................................................. 3
PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Independen HMI sebagai Organisasi Mahasiswa ......................... 3
1. Ideologi HMI sebagai Organisasi yang jauh dari partai politik ... 4
2. HMI sebagai Organisasi Mahasiswa dan Perjuangan ................ 6
B. Gerakan-gerakan Islam yang muncul Di era-Modern ................... 7
1. Pembentukan Masyumi .......................................................... 8
2. Nahdatul Ulama (NU) ............................................................ 8
3. Muhammadiyah..................................................................... 9
4. PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) .................................. 10
5. Front Pembela Islam (FPI) ................................................... 11
C. Peran HMI sebagai Mediator Gerakan-geraka Islam Di era-
Modern ........................................................................................... 12
BAB III .............................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah membuktikan bahwa tahun 1942 adalah tahun pergantian penguasa
di Indonesia, dari tangan Belanda ke tangan Jepang. Akan tetapi, pemikiran,
gerakan, perkembangan umumnya yang bersangkutan dengan gerakan Islam
modern yang terjadi di Indonesia tidak berhenti dengan pergantian tersebut. Malah,
semakin bertambah, gerakan Islam moderen ini masih terus berlanjut, bukan hanya
pada masa Jepang saja, melainkan juga setelah Indonesia merdeka hingga sampai
saat ini. Namun, gerakan tersebut lebih kentara pada masa kemerdekaan. Hal ini
disebabkan oleh: pertama, kebebasan yang sama-sama dicapai dengan golongan
lain sebangsa, dan kedua, tantangan-tantangan yang dihadapi gerakan tersebut
condong bersifat bebas dan terbuka.
Perkembangan pemikiran dan gerakan Islam pada masa 1900-1942 masih
sangat relevan dengan masa sesudah merdeka, baik itu dari Muhammadiyah,
Nahdatul Ulama, FPI, Perti, PSII, Persatuan Islam dan lain-lain. Dari sekian banyak
organisasi Islam tersebut, tentu memiliki ideologi yang berbeda. Namun, tujuan
mereka sama, yaitu untuk mempersatukan umat Islam.

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang


berhijrah, dan berjihad di jalan Allah , mereka itulah yang mengarah rahmat Allah.
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. ” (QS. Al-Baqarah: 218)
Salah satu yang menjadi perbedaan adalah ideologi dalam pemikiran politik
Islam, pandangan tentang masalah hubungan agama dan negara ada tiga paradigm.
Pertama, paradigma yang menyatakan bahwa antara agama dan negara merupakan
kekuasaan yang tidak terpisahkan (integrated). Kedua, paradigma yang
menyatakan bahwa antara agama dan negara merupakan suatu yang saling terkait
dan berhubungan (simbiotik). Ketiga, paradigma yang menyatakan bahwa antar

1
agama dan negara merupakan suatu yang harus terpisah (sekularistik).
Alhasil dari gerakan-gerakan organisasi Islam tersebut, tidak menghasilkan
suatu yang baik, justru malah menimbulkan kontroversi yang begitu sengit. Nah,
dalam situasi seperti ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi
mahasiswa yang bersifat independen (cenderung kepada kebenaran), artinya
organisasi mahasiswa Islam ini berdiri tanpa ada naungan khusus dari Ormas Islam
(Muhammadiyah, NU, dan lain-lain). Oleh karena sifat independen tersebut,
Himpunan Mahasisw Islam (HMI) diperuntukan sebagai mediator dari golongan-
golo ngan pergerakan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Independen HMI sebagai Organisasi Mahasiswa dalam
Dinamikan Perpolitikan?
2. Bagaimana Kondisi Gerakan-gerakan Islam Di era Modern?
3. Bagaimana Peran HMI sebagai Mediator Gerakan-gerakan Islam Di era
Modern?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Independen HMI sebagai Organisasi Mahasiswa


Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka.

“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datang dari Tuhanmu;


barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman dan barangsiapa
menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” (QS. Al-Khafi: 29)
Karena kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu
yang lebih berharga dari pada kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas dan
kemerdekaan adalah mutlak diperlukan terutama pada fase/saat manusia berada
dalam pembentukan dan pengembangan. Masa/fase pembentukan dari
pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau generasi muda.
Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit
dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari
kelompok elit dalam generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat
kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasarkan pada obyektif yang harus
diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam
suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang
progresif (maju) sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran
keadilan dan obyektifitas.
Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula
bersifat independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 5 Anggaran Dasar HMI
yang mengemukakan secara tersurat bahwa "HMI adalah organisasi yang bersifat
independen"sifat dan watak independen bagi HMI adalah merupakan hak azasi
yang pertama. Untuk lebih memahani esensi independen HMI, maka harus juga
ditinjau secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang tergabung
dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami status dan fungsi dari
HMI.1

1 Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII, Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, 15 Maret - 15

April 2013.

3
1. Ideologi HMI sebagai Organisasi yang jauh dari partai politik
Dalam banyak hal HMI bisa dikatakan sebagai gerakan Muslim dengan corak
moderen. Tentang hal ini, Gibb melukiskannya dengan organisasi- organisasi yang
walaupun bertolak dari suatu wawasan keagamaan yang bersifat baru.
Dengan demikian dalam perkembanga terakhir, tercatat sangat banyak jumlah
Mahasiswa dari lembaga-lembaga pendidikan keagmaan Islam yang menjadi
anggota HMI dan berhasil mendaki jenjang kepemimpinan organisasi. Pada masa
kepemimpinan Nurcholis Majid itulah HMI, secara nasional, mampu menghasilkan
suatu dasar asasi yang kukuh bagi organisasinya terutama untuk mejawab dengan
tepat masalah-masalah pembaharuan keagamaan di dalam ummat. 2 a. Asas-asas
Dasar Wawasan Keagamaan HMI
Dalam beberapa kalimat yang dihasilkan selama kongresnya yang ke- 9 pada
tahun 1969, kedudukan keagamaan dan ideologi HMI secara resmi yang
dirumuskan antara lain oleh Nurcholis Majid dan Sakib Mahmud. Pokok masalah
pertama yang ditangani ialah dasar kepercayaan. Diakui sebagai kenyataan, bahwa
kepercayaan, atau iman, adalah hakiki bagi peradaban dan tak terelakkan bagi
manusia. Tetapi walaupun keimanan ini memberikan kebenaran, namun ia pun
melahirkan tradisi-tradisi yang kemudian membelit masyarakat dan dengan tegas
menolak perubahan. Sehingga kerapkali juga melawan kemajuan. Tampaknya jalan
keluar dari “buah simalakama” ini ialah bahwa bagaimanapun, masyarakat harus
membebaskan tradisi-tradisi yang menghambat kemajuan dan kembali kepada
keimanan semula yang ditegakkan oleh Allah atau kebenaran Mutlak itu sendiri,
karena Dialah yang selalu merupakan petunjuk sejati. Kalimat syahadat yang
pertama

2
Victor Immanuel Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam (Jakarta: Pustakan Sinar Harapan,
1991) hlm. 105

4
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah” mengandung pengertian baik
penyangkalan maupun pengecualian. Kalimat “Tak ada Tuhan”, menyangkali
semua kepercayaan palsu; sedangkan kalimat “melainkan Allah” adalah
kepercayaan yang diperuntukan bagi kepkercayaan yang benar terhadap Allah.
Dengan menyangkali semua kepercayaan palsu, manusia membebaskan dirinnya
sendiri dari ikatan tradisi. Sedangkan dengan memberikan pengecualian bagi yang
benar, manusia menyerahkan dirinya kepada Allah, itulah arti hakiki Islam. 3 4
Manusia sebagai khalifah Tuhan di atas bumi, dan dengan mengingat fitrah
atau sifat aslinya, manusia akan cendrung kepada kebeneran (hanif), hati nuraninya
merupakan pemancar bagi keinginannya untuk melakukan kebenaran. Fitrah-nya
itu jugalah yang menyebabkan manusia berbeda dengan makhluk-makhluk yang
lain.

“Hadapkanlah dengan seluruh dirimu itu kepada agama (Islam)


sebagaimana engkau adalah hanif (sejarah kodrat memihak kebeneran) itulah
fitrah Tuhan yang telah memfitrahakan manusia kepada-Nya.” (QS. Ar-Rum: 30)4
Berkenan dengan masyarakat, manusia adalah makhluk sosial namun tetap
merdeka; kemerdekaan pribadi terwujud di dalam masyarakat. Karena pribadi-
pribadi didalam masyarakat itu merdeka, maka bermacam-macam pengelompokan
sosial dengan kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda pun terjadi. Bermacam-
macam, bahwa pribadi-pribadi di dalam masyarakat harus mempunyai
kemerdekaan memilih sepenuhnya untuk memperkembangkan bakat dan
pengetahuannya di bidang-bidangnya. 5 b. Berjuang untuk Pembaharuan Pikiran
Ideologi.

3 Ibid,. hlm. 106.


4 Ibid,. hlm. 107.
5 Ibid,. hlm. 109.

5
Agar dapat persesuain dengan masalah pembaharuan keagamaan, maka sangat
penting tulisan-tulisan dua orang yaitu Deliar Noer dan Nurcholis Majid. Alasan
untuk memberii perhatian khusus pada karya-karya mereka itu bukan saja karena
pernah menjabat sebagai ketua HMI yang paling kreatif, tetapi karena percakapan-
percakapan penulis dengan anggota Dewan Pemimpin Pusat yang lalu juga
menyatakan bahwa, tulisan-tulisan mereka dipandang sebagai uraian tentnag
kedudukan ideologi HMI yang telah resmi diterima. Deliar Noer mengingatkan
para mahasiswa Muslim tentang bahaya terseret ke dalam kancah perjuangan
kekuatan-kekuatan politik yang telah berulang kali mengecam kehidupan Negara. 6

2. HMI sebagai Organisasi Mahasiswa dan Perjuangan


HMI sebagai organisasi mahasiswa Muslim terbesar di negeri ini, harus
mempertahankan ciri keagamaannya yang bebas demi keutuhannya sendiri. 7
Para pemimpin tua Masyumi berpendapat bahwa, Islam merupakan sistem
kehidupan yang sempurna, yang menghendaki kesejahteraan manusia baik
sekarang maupun nanti, baik di atas bumi atau di alam akhirat. Tetapi menurut
Nurcholis Majid, golongan ini tidak mau menghadapi kenyataan, mereka memang
merugikan perjuangan Islam yaitu dengan menjadikan gagasannya sebagai tujuan
besar politik Indonesia. Sebaliknya Majid menitikberatkan politik pada pengertian
sebagai seni untuk memberi dan menerima. Dan sebagai pemimpin organisasi
terbesar kaum cendekiawan muda Muslim pada saat kemelut politik, dari sudut
kepentingan pembaharuan ummat, dia melihat selayaknyalah untuk menafsirkan
kembali rumus-rumus keagamaaan yang hakiki dalam Quran dan Hadis. 8
Pada fase Perjuangan bersenjata menghadapi penjajah Belanda dan
pengkhianatan PKI I. fase ini mulai tahun 1947-1949. Sesuai dengan tujuan HMI
yang pertama, HMI mengemban dua tugas, tugas Negara dan Agama. HMI yang
lahir di suasan debu dan kabut Revolsui yang masih menghitam pekat, terjun ke
gelanggang medan pertempuran memanggul senjata membantu Pemerintahan
untuk mengusir tentara penjajah, membela kehormatan bangsa, negara dan Agama

6 Ibid,. hlm.111
7 Ibid,. hlm. 114.
8 Ibid,. hlm. 116.

6
dari penjajah Belanda, sampai bangsa Indonesia memperoleh Kedaulatannya 27
Desember 1949.9
Keterlibatan maupun keikutsertaan HMI dalam revolusi, memeprtahankan
kemerdekaan, merupakan pengalaman yang sangat berharga, sehingga Panglima
Angkatan Perang Republik Indonesia Jendral Sudirman, ketika menyambut pada
peringatan Dies Natalis I HMI di Bangsal Agung Kepatihan Yogyakarta tanggal 6
Februai 1948, di samping beliau mengartikan HMI adalah Himpunan Mahasiswa
Islam, juga diartikan dan bermakana (H)arapan (M)asyarakat (I)ndonesia. Karena
rakyat Indonesia mayoritas, sekaligus diartikan (H)arapan (M)asyarakat (I)slam
(I)ndonesia. Selain itu oleh Jendral Sudirman mengingatlan HMI jangan
menyendiri. Maksudnya agar (I)salam jangan menyendiri di luar (I)ndonesia. 9 10
B. Gerakan-gerakan Islam yang muncul Di era-Modern
Pada awal kemerdekaan, setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 4
november 1945 yang memperbolehkan berdirinya partai-partai politik, umat Islam
merespons Maklumat tersebut dengan mendirikan partai Masyumi. Berdirinya
Masyumi ini dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik yang akan
memperjuangkan aspirasi dan nasib umat Islam Indonesia.

“Wahai manusia sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa dan
bersuku-suku agar saling kamu mengetahui. Sungguh, yang paling yang mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Partai politik Masyumi didukung oleh dua kekuatan ormas besar Islam, yaitu
NU dan Muhammadiyah. Namun dalam perjalanannya, para pendukung partai
Masyumi keluar satu persatu.bermula dengan keluarnya PSII tahun 1947, menyusul

9
Agusssalim Sitompul, Pemikiran HMI dan Relevansinya denagan Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia (Jakarta Pusat: PT. Integrita Dinamika Press, 1986) hlm. 40.
10
Ibid. hlm. 43.

7
kemudia NU tahun 1952. Keluarnya NU dari Masyumi karena perebutan kursi
Menteri Agama, yang seharusnya diberikan kepada NU bukan kepada
Muhammadiyah. 11 Posisi Masyumi menjadi lemah dalam pencaturan poltik
nasinoal. Hal ini karena wakil-wakil NU dan juga PSII yang duduk dalam kabinet
tidak lagi atas nama Masyumi. 12

1. Pembentukan Masyumi
Dalam rangka merespons Maklumat Pemerintah tanggal 4 November 1945
tersebut, umat Islam Indonesia mengadakan Muktamar Islam Indonesia yang
diadakan di Yogyakarta pada tanggal 7-8 november 1945. Muktamar ini dihadiri
oleh tokoh-tokoh dari berbagai organisasi Islam Indonesia. Dua organisasi besar
Islam, yaitu NU dan Muhammadiyah merupakan pelopor dalam penyelenggaraan
muktamar tersebut.13

2. Nahdatul Ulama (NU)


Pada mulanya NU merupakan organisasi sosial keagamaan dari kelompok
Islam tradisional. NU didiriikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Pendiri
NU ini sebagai usaha menahan perkembangan paham pembaharu Islam di
Indonesia. Pada waktu itu faham pembaharuan masuk ke Indonesia yang dibawa
oleh para jama’ah haji yang pulang ke Indonesia. Seruan yang dikumandangkan
adalah perlunya kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis Nabi sebagai sumber utama
ajaran Islam. Masih terbukannya ijtihad dan melarang praktik-praktik yang tidak
sesuai denagn Islam berupa bid’ah dan kufarat. Dengan tumbuhnya faham
pembaharuan Islam ini, kelompok Islam tradisional berusaha menjaga faham yang
selama ini dilaksanakan dengan membentuk organisasi, yang diberi nama Nahdatul
Ulama (Kebangkitan Ulama). Organisasi didirikan dimaksudkan juga dalam rangka
mempertahankan ajaran-ajaran empat madzhab (Hambali, Hanafi, Syafii, dan
Maliki), terutama madzhab Syafii. Pendiri NU adalh KH. Hasyim As’ary dan KH.
Wachab Hasbullah.14

11
Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta: Grafitipers, 1987)
12
Lili Romli, Islam Yes Partai islam Yes, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 1.
13
Ibid., hlm. 35
14
Ibid., hlm. 37.

8
Ketika Indonesia merdeka, NU merupakan salah satu pilar partai politik
Masyumi. Bersama-sama dengan Muhammadiayh, organisasi Islam pembaharu,
NU mendirikan partai politik Masyumi. Partai ini dimaksudkan sebagai satu-
satunya partai Islam di Indonesia sebagai alat perjuangan dan aspirasi umat Islam
Indonesia. 15
Namun dalam perkembangan kemudian, karena ada salah paham dan
pandangan yang berbeda dengan unsur-unsur dalam tubuh Masyumi, NU pada
tahun 1952 keluar dari Masyumi. Dalam muktamar yang diselenggarakan di
Palembang tahun 1952, NU menyatakan sebagai partai politik yang berdiri sendiri
dan tidak lagi menjadi bagian dari Masyumi. 16

3. Muhammadiyah
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogykarta
tanggnal 18 Novemeber 1912, tidak dapat dipungkiri bahwa, ini adalah wujud dari
gerkan pembaharuan Islam yang terbesar di Indonesia. 17
Dengan bertolak dari kenyataan besarnya jumlah gerakan ini yeang terbesar
tidak saja di Indonesia, tapi juga menembus Singapura, Malaysia, Penang serta
luasnya bidang yang digarap: sekolah, rumah sakit, poliklinik, rumah yatim dan
lain-lain, maka James L. Peacock tiba pada kesimpulan bahwa, “Muhammadiyah
merupakan gerkan reformasi Islam terkuat yang ada di kalangan Islam di Asia
Tenggara, bahkan mungkin di seluruh dunia Islam. 18
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indoesia lahir atas
dorongan kondisi-kondisi yang hadir dan mengitari dunia Islam di Indonesia pada
permulaan abad ke-20, anatar lain kondisi sosial-politik, kultural dan keagamaan.
Perkataan Deliar Noer cukup tepat dalam memformulasikan kondisi itu, ketika dia
menulis: “Kira-kira pada pergantian abad ini banyak orang Islam Indonesia mulai
menyadari bahwa, mereka tidak akan berkompetesi dengan kekuatan-kekuatan

15
Ibid., hlm. 38.
16
Ibid., hlm. 39.
17
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakakarta: Pustaka SInar
Harapan, 1995) hlm. 18.
18
James L. Peacock, Gerakan Muhammadiyah memurnikan ajaran Islam di Indonesia,
(Jakarta: Citra Kreatif, 1986) hlm. 5

9
yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda, panetrasi Kristen dan perjuangan
untuk maju di bagian-bagian lain di Asia apabila mereka terus melanjutkan kegiatan
dengan cara-cara tradisional dalam menegakkan Islam. Mereka mulai menyadari
perlunya perubahan-perubahan”.19
Perkataan Noer tersebut, bisa dikatakan sebagai dali utama, tentang sebab
munculnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah yang terjadi di kalangan. Islam
di Indonesia. Sedangkan pandangan Haaji Abdul Malik Karim Anrukah, tentang
sebab munculnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah, sebagaimana yang
dikutip oleh Syafii Maarif menyatakan bahwa, ada tiga faktor yang mendoromg
lahirnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah, ialah: keterbelakangan serta
kebodohan ummat Islam Indonesia hamper semua aspek.kehidupan, kemiskinan
yang sangat parah yang diderita ummat Islam justru dalam suatu negeri yang kaya
seperti Indonesia, keadaan pendidikan Islam yang sudah sangat kuno, sebagaimana
yang dilihat melalui pesantren.20

4. PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia)


Cikal bakal PSII merupakan perkembangan dan kelanjutan dari Sarekat
Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh KH Samanhoedi pada tahun 1905.SDI
didirikan pada waktu itu dalam usaha membendung usaha perdagangan yang
dilakukan oleh etnis China di Indonesia. Dengan berdirinya SDI ini dimaksudkan
untuk memajukan dan melindungi para pedagang-pedagang pribumi dari serbuan
pedagang China.
Pada perkembangannya, pada tahun 1912 SDI berubah menjadi Syarikat
Islam (SI). Pada waktu itu SI merupakan satu-satunya organsasi yang
beranggotakan banyak tersebar ke seluruh Indonesia. Di bawah pimpinan HOS
Tjokroaminoto, SI merupakan garda terdepan dalam perjuangan pergerakan
menentang penjajahan. Namun saying dalam perkembangannya SI mengalami
perpecahan di dalam. Di dalam tubuh SI berkembang faham marxis, terutama SI
Cabang Semarang di bawah pimpinan Semaoen. Akhirnya SI terpecah menjadi dua,
yaitu SI merah (Komunis) dan SI Putih (Islam).

19
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 37
20
Weinata Sairin, Op.Cit., hlm. 24.

10
Akibat perpecahan ini peranan SI menjadi menurun. Kemudian kekuatan
digantikan oleh kalangan nasinalis, terutama dari PNI dibawah pimpinan Soekarno.
Pada tahun 1921 SI kemudian berubah menjadi Partai Syarikat Islam (PSI) dan pada
tahun 1930 berubah lagi menjadi Partai Syarikat Islam Insonesia (PSII). 21

5. Front Pembela Islam (FPI)


Menurut para aktivis Front Pembela Islam (FPI), pada era reformasi,
pemerintah tidak dapat mengendalikan terjadinya tindak kemaksiatan di
Masyarakat. Hl ini terbukti dengan maraknya praktik perjudian, narkoba, minuman
keras, dan beroperasi tempat-tempat maksiat secara terbuka. Oleh karena
pemerintah tidak bersikap tegas terhadap masalah kemaksiatan, maka umat Islam,
menurut kelompok ini, berkeawijab mengambil inisiatif membanu pemerintah
untuk memrangi kemaksiatan tersebut.
Akhirnya, sekelompok umat Islam yang memiliki perhatian terhadap masalah
ini pun berkumpul dan melakukan kosolidasi untuk mengefektifkan kegiatan-
kegiatan mereka dengan cara membangun Front Pembela Islam. Dari situ kemudian
berdirilah FPI. Kelompok ini secara resmi berdiri pada 17 Agustus 1998, bertepatan
dengan 24 Rabiuts Tsani 1419 H, di pondok pesantern Al-Umm, Kampung Utan,
Ciputat, Jakarta Selatan. FPI didirikan oleh sejumlah haba’ib, ulama, muballigh,
serta aktivis muslim dan umat Islam. Tokoh yang mempelopori berdirinya FPI
adalh Habib Muhammad Rizieq Shihab. 22
Situasi sosial-politik yang melatarbelakangi berdirinya FPI dirimuskan oleh
para aktivis gerakan ini sebagai berikut: pertama, adanya penderitaan panjang yang
dialami umat Islam Indonesia akibat adanya pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh oknum penguasa. Kedua, adanya kewajiban bagi stiap muslim untuk menjaga
dan mempertahankan harkat dan martabat Islam dan umat Islam. Ketiga, adanya
kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat menegakkan amar mafruf nahi
mungkar.23

21 Lili Romlli, Op.cit., hlm. 39.


22
Al-Zastrouw, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI (Yogyakarta: LKiS,
2006), hlm. 89.
23 Ibid,. hlm. 90.

11
ِ ‫اس ت َْأ ُم ُر ْونَ بِا ْل َمعْ ُر ْو‬
ِ‫ف َوتَ ْنَهَ ْْونَ َعَ ِِن ا ْل ُم ْن ََك ِر َوتُْؤْ ِمنُ ْْونَ بِا ّٰلل‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخي َْر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت ِلل َّن‬
“Kamu (umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari uang mungkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS. Al-Imran: 110)
Jika melihat FPI lebih jeli maka kita akan mengetahui bahwa orientasi
gerakan ini bukanlah pada bentuk kelembagaan, melainkan pada gerakan untuk
menumpas kemaksiatan.24 Jadi bisa dikatakan bahwa, mengenai faham keagamaan
FPI, sebagaimana yang dijelaskan dalam dokumen Risalah historis dan garis
perjuangan FPi, asas FPI adalah Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Menurut para
pemimpin FPI, Aswaja yang dipahami FPI tidaklah sama dengan yang dipahami
NU maupun Muhammdaiyah. Aswaja yang dipahami aktivis FPI lebih mendekati
pemahaman Aswaja menurut kelompok Salafi yang dipimpin oleh Ustadz Ja’far
Umar Thalib di Yogyakarta. Menurut kelompok ini, Aswaja adalah mereka yang
telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana yang
tertera dalam Al-Quran dan Al-Hadis dan mereka itu adalah para sahabat dan tabiin
(orang yang belajar dari sahabat dalam pemahaman dan pengambilan ilmu). 25

C. Peran HMI sebagai Mediator Gerakan-gerakan Islam Di era-Modern


HMI adalah organisasi mahasiswa Muslim terbesar di Indonesia. Organisasi
ini didirikan pada tahun 1947 di Yoyakarta dan telah memilih “Islam” sebagai
dasarnya, dengan tujuan “hendak mnyempurnakan perkembangan rohani dan
jasmani dari mahasisea Islam, dalam memenuhi fungsi universitas dan
kemasyarakatan.”26
Jika kita membicarakan persoalan HMI dengan melihat dasar dan tujuannya,
maka kita akan mengetahui, bahwa salah satu fungsi HMI adalah sebagai

24 Ibid,. hlm. 93.


25 Ibid,. hlm. 97.
26 Agusssalim Sitompul, Op. Cit., hlm. 91

12
pendukung dasar Islam. Islam sebagai “way of life” seharusnya tetapi menjadi
dasar dari segala macam gerak dan langkah seorang muslim. Dan karena seluruh
anggota HMI adalah Muslim. Oleh karena itu, HMI memakai “Islam” sebagai dasar
Negara. 27

Di samping itu, HMI sebagai “orang tengah” (ummatan wasathon) yang harus
memperhubungkan golongan intelektual dengan golongan ulama, dalam menuju
cita-cita suatu masyarakat yang berdasarkan Islam. Suatu kenyataan yang harus
dihadapi sekarang ini adalah: pertama, golongan intelek menjauhkan diri dari
agama dan sebaliknya golongan agama sedikit sekali yang mau menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai alat perjuangan. 28
Kedua, munculnya golongan-golongan pergerakan Islam baik dari kalangan
partai Islam maupun organisasi Islam yang memiliki ideologi yang berbeda. Dari
sana peran HMI sebagai organisasi yang independen (cenderung kepada
kebenaran), artinya bediri sendiri tanpa ada naungan khusus dari Ormas Islam
(Muhammadiyah, NU dan lain-lain). Oleh karena itu, HMI hadir sebagai mediator
dari Ormas Islam yang satu dengan Ormas Islam yang lain.

22
Ibid., hlm. 95.
28
Ibid., hlm. 96.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahun 1942 adalah tahun pergantian penguasa di Indonesia, dari tangan
Belanda ke tangan Jepang. Akan tetapi, pemikiran, gerakan, perkembangan
umumnya yang bersangkutan dengan gerakan Islam modern yang terjadi di
Indonesia tidak berhenti dengan pergantian tersebut. Malah, semakin
bertambah, gerakan Islam modern ini masih terus berlanjut, bukan hanya pada masa
Jepang saja, melainkan juga setelah Indonesia merdeka hingga sampai saat ini.
Namun, gerakan tersebut lebih kentara pada masa kemerdekaan.
Pada awal kemerdekaan, setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 4
november 1945 yang memperbolehkan berdirinya partai-partai politik, umat Islam
merespons Maklumat tersebut dengan mendirikan partai Masyumi. Berdirinya
Masyumi ini dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik yang akan
memperjuangkan aspirasi dan nasib umat Islam Indonesia.

“Wahai manusia sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengetahui. Sungguh, yang paling yang mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Partai politik Masyumi didukung oleh dua kekuatan ormas besar Islam, yaitu
NU dan Muhammadiyah. Namun dalam perjalanannya, para pendukung partai
Masyumi keluar satu persatu.bermula dengan keluarnya PSII tahun 1947, menyusul
kemudia NU tahun 1952. Keluarnya NU dari Masyumi karena perebutan kursi
Menteri Agama, yang seharusnya diberikan kepada NU bukan kepada
Muhammadiyah. 29 Posisi Masyumi menjadi lemah dalam pencaturan poltik

29
Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta: Grafitipers, 1987)

14
nasinoal. Hal ini karena wakil-wakil NU dan juga PSII yang duduk dalam kabinet
tidak lagi atas nama Masyumi.

Alhasil dari pergerakan Islam muncul Ormas Islam dan partai Islam yang
memilki ideologi yang berbeda. Demikian itulah yang membedakan peran HMI
sebagai organisasi yang bersifat independen (cenderung kepada kebenaran), artinya
organisasi mahasiswa Islam ini bediri sendiri tanpa ada naungan khusus dari Ormas
Islam (Muhammadiyah, NU dan lain-lain). Oleh karena itu, HMI hadir sebagai
mediator dari Ormas Islam yang satu dengan Ormas Islam yang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA
Tanja, Victor Immanuel. 1991. Himpunan Mahasiswa Islam. Jakarta:
Pustakan Sinar Harapan,
Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII, Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, 15
Maret - 15 April 2013.
Sitompul, Agusssalim. 1986. Pemikiran HMI dan Relevansinya denagan
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta Pusat: PT. Integrita
Dinamika Press.
Noer, Deliar. 1987. Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Grafitipers.
Romli, Lili. 2006. Islam Yes Partai islam Yes. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sairin, Weinata. 1995. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakakarta:
Pustaka SInar Harapan.
Peacock, James. 1986. Gerakan Muhammadiyah memurnikan ajaran Islam
di Indonesia. Jakarta: Citra Kreatif.
Noer, Deliar. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES
Al-Zastrouw. 2006. Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI.
Yogyakarta: LKIS

16
FORULIR PENDAFTARAN PESERTA (INTERMEDIATE TREANING)
LATIHAN KADER II (LKII) HIMPUNA MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG TANJUNG JABUNG TIMUR

DATA DIRI
1. Nama Lengkap : Hamdan
2. Nama Panggilan : Hamdan
3. Tempat/Tgl. Lahir : Kalimau 08 April 2002
4. Jeis Kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Jambi, Telanai Pura
6. Asal Cabang dan Badko : Cabang Janbi dan Badko Jambi
7. NO. HP / WA : 082242166109
8. Fb / Twitter : Handan Fcc
9. Line / Instagram : Hamdan Fcc
10. Email : atthamdan818@gmail.com
11. Perguruan Tinggi : UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
12. Fakultas / jurusan : Tarbiyah dan Keguruan / PAI

PENGALAMAN ORGNISASI
NO Nama Organisasi Jabatan Tahun
1. Himsar Sekbid Sosial 2021/2022

PENGALAMAN TREANIG DI HMI


NO Jenjang Treanin Tahun
1. LK I 2020

Anda mungkin juga menyukai