OLEH : HAMDAN
KODE : J
EMAIL : atthamdan818@gmail.com
Nomor telpon : 082242166109
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah membuktikan bahwa tahun 1942 adalah tahun pergantian penguasa
di Indonesia, dari tangan Belanda ke tangan Jepang. Akan tetapi, pemikiran,
gerakan, perkembangan umumnya yang bersangkutan dengan gerakan Islam
modern yang terjadi di Indonesia tidak berhenti dengan pergantian tersebut. Malah,
semakin bertambah, gerakan Islam moderen ini masih terus berlanjut, bukan hanya
pada masa Jepang saja, melainkan juga setelah Indonesia merdeka hingga sampai
saat ini. Namun, gerakan tersebut lebih kentara pada masa kemerdekaan. Hal ini
disebabkan oleh: pertama, kebebasan yang sama-sama dicapai dengan golongan
lain sebangsa, dan kedua, tantangan-tantangan yang dihadapi gerakan tersebut
condong bersifat bebas dan terbuka.
Perkembangan pemikiran dan gerakan Islam pada masa 1900-1942 masih
sangat relevan dengan masa sesudah merdeka, baik itu dari Muhammadiyah,
Nahdatul Ulama, FPI, Perti, PSII, Persatuan Islam dan lain-lain. Dari sekian banyak
organisasi Islam tersebut, tentu memiliki ideologi yang berbeda. Namun, tujuan
mereka sama, yaitu untuk mempersatukan umat Islam.
1
agama dan negara merupakan suatu yang harus terpisah (sekularistik).
Alhasil dari gerakan-gerakan organisasi Islam tersebut, tidak menghasilkan
suatu yang baik, justru malah menimbulkan kontroversi yang begitu sengit. Nah,
dalam situasi seperti ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi
mahasiswa yang bersifat independen (cenderung kepada kebenaran), artinya
organisasi mahasiswa Islam ini berdiri tanpa ada naungan khusus dari Ormas Islam
(Muhammadiyah, NU, dan lain-lain). Oleh karena sifat independen tersebut,
Himpunan Mahasisw Islam (HMI) diperuntukan sebagai mediator dari golongan-
golo ngan pergerakan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Independen HMI sebagai Organisasi Mahasiswa dalam
Dinamikan Perpolitikan?
2. Bagaimana Kondisi Gerakan-gerakan Islam Di era Modern?
3. Bagaimana Peran HMI sebagai Mediator Gerakan-gerakan Islam Di era
Modern?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII, Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, 15 Maret - 15
April 2013.
3
1. Ideologi HMI sebagai Organisasi yang jauh dari partai politik
Dalam banyak hal HMI bisa dikatakan sebagai gerakan Muslim dengan corak
moderen. Tentang hal ini, Gibb melukiskannya dengan organisasi- organisasi yang
walaupun bertolak dari suatu wawasan keagamaan yang bersifat baru.
Dengan demikian dalam perkembanga terakhir, tercatat sangat banyak jumlah
Mahasiswa dari lembaga-lembaga pendidikan keagmaan Islam yang menjadi
anggota HMI dan berhasil mendaki jenjang kepemimpinan organisasi. Pada masa
kepemimpinan Nurcholis Majid itulah HMI, secara nasional, mampu menghasilkan
suatu dasar asasi yang kukuh bagi organisasinya terutama untuk mejawab dengan
tepat masalah-masalah pembaharuan keagamaan di dalam ummat. 2 a. Asas-asas
Dasar Wawasan Keagamaan HMI
Dalam beberapa kalimat yang dihasilkan selama kongresnya yang ke- 9 pada
tahun 1969, kedudukan keagamaan dan ideologi HMI secara resmi yang
dirumuskan antara lain oleh Nurcholis Majid dan Sakib Mahmud. Pokok masalah
pertama yang ditangani ialah dasar kepercayaan. Diakui sebagai kenyataan, bahwa
kepercayaan, atau iman, adalah hakiki bagi peradaban dan tak terelakkan bagi
manusia. Tetapi walaupun keimanan ini memberikan kebenaran, namun ia pun
melahirkan tradisi-tradisi yang kemudian membelit masyarakat dan dengan tegas
menolak perubahan. Sehingga kerapkali juga melawan kemajuan. Tampaknya jalan
keluar dari “buah simalakama” ini ialah bahwa bagaimanapun, masyarakat harus
membebaskan tradisi-tradisi yang menghambat kemajuan dan kembali kepada
keimanan semula yang ditegakkan oleh Allah atau kebenaran Mutlak itu sendiri,
karena Dialah yang selalu merupakan petunjuk sejati. Kalimat syahadat yang
pertama
2
Victor Immanuel Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam (Jakarta: Pustakan Sinar Harapan,
1991) hlm. 105
4
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah” mengandung pengertian baik
penyangkalan maupun pengecualian. Kalimat “Tak ada Tuhan”, menyangkali
semua kepercayaan palsu; sedangkan kalimat “melainkan Allah” adalah
kepercayaan yang diperuntukan bagi kepkercayaan yang benar terhadap Allah.
Dengan menyangkali semua kepercayaan palsu, manusia membebaskan dirinnya
sendiri dari ikatan tradisi. Sedangkan dengan memberikan pengecualian bagi yang
benar, manusia menyerahkan dirinya kepada Allah, itulah arti hakiki Islam. 3 4
Manusia sebagai khalifah Tuhan di atas bumi, dan dengan mengingat fitrah
atau sifat aslinya, manusia akan cendrung kepada kebeneran (hanif), hati nuraninya
merupakan pemancar bagi keinginannya untuk melakukan kebenaran. Fitrah-nya
itu jugalah yang menyebabkan manusia berbeda dengan makhluk-makhluk yang
lain.
5
Agar dapat persesuain dengan masalah pembaharuan keagamaan, maka sangat
penting tulisan-tulisan dua orang yaitu Deliar Noer dan Nurcholis Majid. Alasan
untuk memberii perhatian khusus pada karya-karya mereka itu bukan saja karena
pernah menjabat sebagai ketua HMI yang paling kreatif, tetapi karena percakapan-
percakapan penulis dengan anggota Dewan Pemimpin Pusat yang lalu juga
menyatakan bahwa, tulisan-tulisan mereka dipandang sebagai uraian tentnag
kedudukan ideologi HMI yang telah resmi diterima. Deliar Noer mengingatkan
para mahasiswa Muslim tentang bahaya terseret ke dalam kancah perjuangan
kekuatan-kekuatan politik yang telah berulang kali mengecam kehidupan Negara. 6
6 Ibid,. hlm.111
7 Ibid,. hlm. 114.
8 Ibid,. hlm. 116.
6
dari penjajah Belanda, sampai bangsa Indonesia memperoleh Kedaulatannya 27
Desember 1949.9
Keterlibatan maupun keikutsertaan HMI dalam revolusi, memeprtahankan
kemerdekaan, merupakan pengalaman yang sangat berharga, sehingga Panglima
Angkatan Perang Republik Indonesia Jendral Sudirman, ketika menyambut pada
peringatan Dies Natalis I HMI di Bangsal Agung Kepatihan Yogyakarta tanggal 6
Februai 1948, di samping beliau mengartikan HMI adalah Himpunan Mahasiswa
Islam, juga diartikan dan bermakana (H)arapan (M)asyarakat (I)ndonesia. Karena
rakyat Indonesia mayoritas, sekaligus diartikan (H)arapan (M)asyarakat (I)slam
(I)ndonesia. Selain itu oleh Jendral Sudirman mengingatlan HMI jangan
menyendiri. Maksudnya agar (I)salam jangan menyendiri di luar (I)ndonesia. 9 10
B. Gerakan-gerakan Islam yang muncul Di era-Modern
Pada awal kemerdekaan, setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 4
november 1945 yang memperbolehkan berdirinya partai-partai politik, umat Islam
merespons Maklumat tersebut dengan mendirikan partai Masyumi. Berdirinya
Masyumi ini dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik yang akan
memperjuangkan aspirasi dan nasib umat Islam Indonesia.
“Wahai manusia sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa dan
bersuku-suku agar saling kamu mengetahui. Sungguh, yang paling yang mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Partai politik Masyumi didukung oleh dua kekuatan ormas besar Islam, yaitu
NU dan Muhammadiyah. Namun dalam perjalanannya, para pendukung partai
Masyumi keluar satu persatu.bermula dengan keluarnya PSII tahun 1947, menyusul
9
Agusssalim Sitompul, Pemikiran HMI dan Relevansinya denagan Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia (Jakarta Pusat: PT. Integrita Dinamika Press, 1986) hlm. 40.
10
Ibid. hlm. 43.
7
kemudia NU tahun 1952. Keluarnya NU dari Masyumi karena perebutan kursi
Menteri Agama, yang seharusnya diberikan kepada NU bukan kepada
Muhammadiyah. 11 Posisi Masyumi menjadi lemah dalam pencaturan poltik
nasinoal. Hal ini karena wakil-wakil NU dan juga PSII yang duduk dalam kabinet
tidak lagi atas nama Masyumi. 12
1. Pembentukan Masyumi
Dalam rangka merespons Maklumat Pemerintah tanggal 4 November 1945
tersebut, umat Islam Indonesia mengadakan Muktamar Islam Indonesia yang
diadakan di Yogyakarta pada tanggal 7-8 november 1945. Muktamar ini dihadiri
oleh tokoh-tokoh dari berbagai organisasi Islam Indonesia. Dua organisasi besar
Islam, yaitu NU dan Muhammadiyah merupakan pelopor dalam penyelenggaraan
muktamar tersebut.13
11
Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta: Grafitipers, 1987)
12
Lili Romli, Islam Yes Partai islam Yes, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 1.
13
Ibid., hlm. 35
14
Ibid., hlm. 37.
8
Ketika Indonesia merdeka, NU merupakan salah satu pilar partai politik
Masyumi. Bersama-sama dengan Muhammadiayh, organisasi Islam pembaharu,
NU mendirikan partai politik Masyumi. Partai ini dimaksudkan sebagai satu-
satunya partai Islam di Indonesia sebagai alat perjuangan dan aspirasi umat Islam
Indonesia. 15
Namun dalam perkembangan kemudian, karena ada salah paham dan
pandangan yang berbeda dengan unsur-unsur dalam tubuh Masyumi, NU pada
tahun 1952 keluar dari Masyumi. Dalam muktamar yang diselenggarakan di
Palembang tahun 1952, NU menyatakan sebagai partai politik yang berdiri sendiri
dan tidak lagi menjadi bagian dari Masyumi. 16
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogykarta
tanggnal 18 Novemeber 1912, tidak dapat dipungkiri bahwa, ini adalah wujud dari
gerkan pembaharuan Islam yang terbesar di Indonesia. 17
Dengan bertolak dari kenyataan besarnya jumlah gerakan ini yeang terbesar
tidak saja di Indonesia, tapi juga menembus Singapura, Malaysia, Penang serta
luasnya bidang yang digarap: sekolah, rumah sakit, poliklinik, rumah yatim dan
lain-lain, maka James L. Peacock tiba pada kesimpulan bahwa, “Muhammadiyah
merupakan gerkan reformasi Islam terkuat yang ada di kalangan Islam di Asia
Tenggara, bahkan mungkin di seluruh dunia Islam. 18
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indoesia lahir atas
dorongan kondisi-kondisi yang hadir dan mengitari dunia Islam di Indonesia pada
permulaan abad ke-20, anatar lain kondisi sosial-politik, kultural dan keagamaan.
Perkataan Deliar Noer cukup tepat dalam memformulasikan kondisi itu, ketika dia
menulis: “Kira-kira pada pergantian abad ini banyak orang Islam Indonesia mulai
menyadari bahwa, mereka tidak akan berkompetesi dengan kekuatan-kekuatan
15
Ibid., hlm. 38.
16
Ibid., hlm. 39.
17
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakakarta: Pustaka SInar
Harapan, 1995) hlm. 18.
18
James L. Peacock, Gerakan Muhammadiyah memurnikan ajaran Islam di Indonesia,
(Jakarta: Citra Kreatif, 1986) hlm. 5
9
yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda, panetrasi Kristen dan perjuangan
untuk maju di bagian-bagian lain di Asia apabila mereka terus melanjutkan kegiatan
dengan cara-cara tradisional dalam menegakkan Islam. Mereka mulai menyadari
perlunya perubahan-perubahan”.19
Perkataan Noer tersebut, bisa dikatakan sebagai dali utama, tentang sebab
munculnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah yang terjadi di kalangan. Islam
di Indonesia. Sedangkan pandangan Haaji Abdul Malik Karim Anrukah, tentang
sebab munculnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah, sebagaimana yang
dikutip oleh Syafii Maarif menyatakan bahwa, ada tiga faktor yang mendoromg
lahirnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah, ialah: keterbelakangan serta
kebodohan ummat Islam Indonesia hamper semua aspek.kehidupan, kemiskinan
yang sangat parah yang diderita ummat Islam justru dalam suatu negeri yang kaya
seperti Indonesia, keadaan pendidikan Islam yang sudah sangat kuno, sebagaimana
yang dilihat melalui pesantren.20
19
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 37
20
Weinata Sairin, Op.Cit., hlm. 24.
10
Akibat perpecahan ini peranan SI menjadi menurun. Kemudian kekuatan
digantikan oleh kalangan nasinalis, terutama dari PNI dibawah pimpinan Soekarno.
Pada tahun 1921 SI kemudian berubah menjadi Partai Syarikat Islam (PSI) dan pada
tahun 1930 berubah lagi menjadi Partai Syarikat Islam Insonesia (PSII). 21
11
ِ اس ت َْأ ُم ُر ْونَ بِا ْل َمعْ ُر ْو
ِف َوتَ ْنَهَ ْْونَ َعَ ِِن ا ْل ُم ْن ََك ِر َوتُْؤْ ِمنُ ْْونَ بِا ّٰلل ْ ُك ْنتُ ْم َخي َْر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج
ِ ت ِلل َّن
“Kamu (umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari uang mungkar, dan
beriman kepada Allah.” (QS. Al-Imran: 110)
Jika melihat FPI lebih jeli maka kita akan mengetahui bahwa orientasi
gerakan ini bukanlah pada bentuk kelembagaan, melainkan pada gerakan untuk
menumpas kemaksiatan.24 Jadi bisa dikatakan bahwa, mengenai faham keagamaan
FPI, sebagaimana yang dijelaskan dalam dokumen Risalah historis dan garis
perjuangan FPi, asas FPI adalah Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja). Menurut para
pemimpin FPI, Aswaja yang dipahami FPI tidaklah sama dengan yang dipahami
NU maupun Muhammdaiyah. Aswaja yang dipahami aktivis FPI lebih mendekati
pemahaman Aswaja menurut kelompok Salafi yang dipimpin oleh Ustadz Ja’far
Umar Thalib di Yogyakarta. Menurut kelompok ini, Aswaja adalah mereka yang
telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana yang
tertera dalam Al-Quran dan Al-Hadis dan mereka itu adalah para sahabat dan tabiin
(orang yang belajar dari sahabat dalam pemahaman dan pengambilan ilmu). 25
12
pendukung dasar Islam. Islam sebagai “way of life” seharusnya tetapi menjadi
dasar dari segala macam gerak dan langkah seorang muslim. Dan karena seluruh
anggota HMI adalah Muslim. Oleh karena itu, HMI memakai “Islam” sebagai dasar
Negara. 27
Di samping itu, HMI sebagai “orang tengah” (ummatan wasathon) yang harus
memperhubungkan golongan intelektual dengan golongan ulama, dalam menuju
cita-cita suatu masyarakat yang berdasarkan Islam. Suatu kenyataan yang harus
dihadapi sekarang ini adalah: pertama, golongan intelek menjauhkan diri dari
agama dan sebaliknya golongan agama sedikit sekali yang mau menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai alat perjuangan. 28
Kedua, munculnya golongan-golongan pergerakan Islam baik dari kalangan
partai Islam maupun organisasi Islam yang memiliki ideologi yang berbeda. Dari
sana peran HMI sebagai organisasi yang independen (cenderung kepada
kebenaran), artinya bediri sendiri tanpa ada naungan khusus dari Ormas Islam
(Muhammadiyah, NU dan lain-lain). Oleh karena itu, HMI hadir sebagai mediator
dari Ormas Islam yang satu dengan Ormas Islam yang lain.
22
Ibid., hlm. 95.
28
Ibid., hlm. 96.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tahun 1942 adalah tahun pergantian penguasa di Indonesia, dari tangan
Belanda ke tangan Jepang. Akan tetapi, pemikiran, gerakan, perkembangan
umumnya yang bersangkutan dengan gerakan Islam modern yang terjadi di
Indonesia tidak berhenti dengan pergantian tersebut. Malah, semakin
bertambah, gerakan Islam modern ini masih terus berlanjut, bukan hanya pada masa
Jepang saja, melainkan juga setelah Indonesia merdeka hingga sampai saat ini.
Namun, gerakan tersebut lebih kentara pada masa kemerdekaan.
Pada awal kemerdekaan, setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tanggal 4
november 1945 yang memperbolehkan berdirinya partai-partai politik, umat Islam
merespons Maklumat tersebut dengan mendirikan partai Masyumi. Berdirinya
Masyumi ini dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik yang akan
memperjuangkan aspirasi dan nasib umat Islam Indonesia.
“Wahai manusia sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengetahui. Sungguh, yang paling yang mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Partai politik Masyumi didukung oleh dua kekuatan ormas besar Islam, yaitu
NU dan Muhammadiyah. Namun dalam perjalanannya, para pendukung partai
Masyumi keluar satu persatu.bermula dengan keluarnya PSII tahun 1947, menyusul
kemudia NU tahun 1952. Keluarnya NU dari Masyumi karena perebutan kursi
Menteri Agama, yang seharusnya diberikan kepada NU bukan kepada
Muhammadiyah. 29 Posisi Masyumi menjadi lemah dalam pencaturan poltik
29
Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta: Grafitipers, 1987)
14
nasinoal. Hal ini karena wakil-wakil NU dan juga PSII yang duduk dalam kabinet
tidak lagi atas nama Masyumi.
Alhasil dari pergerakan Islam muncul Ormas Islam dan partai Islam yang
memilki ideologi yang berbeda. Demikian itulah yang membedakan peran HMI
sebagai organisasi yang bersifat independen (cenderung kepada kebenaran), artinya
organisasi mahasiswa Islam ini bediri sendiri tanpa ada naungan khusus dari Ormas
Islam (Muhammadiyah, NU dan lain-lain). Oleh karena itu, HMI hadir sebagai
mediator dari Ormas Islam yang satu dengan Ormas Islam yang lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Tanja, Victor Immanuel. 1991. Himpunan Mahasiswa Islam. Jakarta:
Pustakan Sinar Harapan,
Hasil-hasil Kongres HMI XXVIII, Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, 15
Maret - 15 April 2013.
Sitompul, Agusssalim. 1986. Pemikiran HMI dan Relevansinya denagan
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta Pusat: PT. Integrita
Dinamika Press.
Noer, Deliar. 1987. Partai Islam di Pentas Nasional. Jakarta: Grafitipers.
Romli, Lili. 2006. Islam Yes Partai islam Yes. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sairin, Weinata. 1995. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Jakakarta:
Pustaka SInar Harapan.
Peacock, James. 1986. Gerakan Muhammadiyah memurnikan ajaran Islam
di Indonesia. Jakarta: Citra Kreatif.
Noer, Deliar. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES
Al-Zastrouw. 2006. Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI.
Yogyakarta: LKIS
16
FORULIR PENDAFTARAN PESERTA (INTERMEDIATE TREANING)
LATIHAN KADER II (LKII) HIMPUNA MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG TANJUNG JABUNG TIMUR
DATA DIRI
1. Nama Lengkap : Hamdan
2. Nama Panggilan : Hamdan
3. Tempat/Tgl. Lahir : Kalimau 08 April 2002
4. Jeis Kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Jambi, Telanai Pura
6. Asal Cabang dan Badko : Cabang Janbi dan Badko Jambi
7. NO. HP / WA : 082242166109
8. Fb / Twitter : Handan Fcc
9. Line / Instagram : Hamdan Fcc
10. Email : atthamdan818@gmail.com
11. Perguruan Tinggi : UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
12. Fakultas / jurusan : Tarbiyah dan Keguruan / PAI
PENGALAMAN ORGNISASI
NO Nama Organisasi Jabatan Tahun
1. Himsar Sekbid Sosial 2021/2022