Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

DOSEN PEMBIMBING
Prahasti Suyaman,M.AG.

DISUSUN OLEH
Haikal Azyumardi Azra
Bagas Kafabi Julianto
Siti Yunia Milanti
Putri Dwi Astika

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI


2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini kami beri
judul “Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah “

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Kemuhammadiyahan


dengan Dosen pengampu Prahasti Suyaman,M.AG. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa
menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan
bagi kami khususnya sebagai penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi otonom yang
memberikan sumbangsih perkaderan bagi persyarikatan Muhammadiyah. Sebagai
organisasi kader, IMM memposisikan perkaderan sebagai hal yang paling mendasar.
Perkaderan akan meregenerasi personal dalam mewujudkan tujuan organisasi dan
melanjutkan estafet kepemimpinan. Perkaderan IMM memiliki tanggung jawab dalam
ranah keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Ranah perkaderan IMM ini
yang disebut dengan istilah Tri Kompetensi Dasar (Religiusitas, Intelektualias dan
Humanitas). Sesuai dengan ruang lingkup mahasiswa, perkaderan IMM lebih diarahkan
pada menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas mumpuni di bidang
akademik.
IMM memiliki tujuan untuk membentuk akademisi Islam yang berakhlak mulia
dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Berdasarkan tujuan IMM tersebut
selain menjadi organisasi kader, IMM juga sebagai organisasi Islam dan organisasi
pergerakan. IMM sebagai organisasi Islam mengemban amanah dakwah Islam dalam
lingkup mahasiswa dan masyarakat luas. IMM sebagai organisasi pergerakan, memiliki
tugas dalam pemberdayaan masyarakat dan mencerdaskan masyarakat.
Sebagai
akademisi, pemberdayaan masyarakat ditekankan pada ranah keilmuan.
Kini di usianya yang sudah matang dan dengan jumlah kader yang semakin banyak dan
tersebar di seluruh penjuru negeri, IMM tetap tampil di garda terdepan untuk menjadi
inspirasi pembebasan, pencerahan,serta perlawanan atas tatanan bangsa ini yang sedang
jumud. Yang ragamnya merentang dari korupsi yang membudaya, kolusi yang menggurita,
rasa malu yang sirna, hutang yang menumpuk, pengangguran yang semakin melonjak,
angka kemiskinan yang semakin meningkat.
Jika melihat konteks sejarahnya, semestinya IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
mampu melahirkan banyak intelektual di zamannya, kaum intelektual yang selalu bergerak
dengan agenda perubahan pembaharuannya. Individu-individu yang progresif dan produktif
dengan konsep, model, pola, strategi maupun taktik perjuangan akan perubahan zamannya.
Tetapi mengapa kesan tersebut seakan lenyap, dan hanya sebatas kenangan saja. Kelahiran
IMM yang di dorong oleh karakteristik historisnya, merupakan modal untuk membangun
dan memperkokoh identitasnya sebagai gerakan mahasiswa islam yang memiliki peran
sebagai garda depan untuk melakukan liberasi atas ketertindasan dan kemiskinan umat,
melakukan humanisasi untuk pencerdasan bangsa serta melakukan upaya-upaya
transendensi sebagai penegakan nilai-nilai ketuhanan(nilai-nilai islam) dimuka bumi ini.
Apalagi dalam ruangan yang tanpa batas ini, identitas baik kelompok maupun individu
semakin kabur dan tidak jelas, termasuk di dalamnya gerakan mahasiswa.
Dalam  kapasitas inilah, IMM perlu memperkuat kembali identitasnya sebagai
khalifatullah dengan menginternalisasikan nilai-nilai sejarah yang telah diukirnya dalam
mewujudkan misi kekhalifahan tersebut, sebagaimana paradigma awal berdirinya IMM.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
1.2.2 Bagaimana sejarah terbentuknya IMM

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
1.3.2 Mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya IMM
BAB II

PEMBAHASAN

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan bagian dari AMM(Angkatan Muda


Muhammadiyah) yang merupakan organisasi otonom dibawah Muhammaadiyah.
Sesungguhnya ada dua faktor yang melandasi kelahiran IMM, yaitu faktor intern dan
ekstern.
Faktor intern yaitu faktor yang terdapat didalam diri Muhammadiyah itu sendiri,
sedangkan factor ekstern adalah faktor yang berawal dari luar Muhammadiyah, Khususnya
Umat islam di indonesia dan pada Umumnya adalah seluruh umat dunia.
            Faktor intern sebenarnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealisme, yaitu
motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita cita
Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah yang
bercita-cita untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga terwujud
masyarakat yang sebenar-benarnya. Mau tidak mau Muhammadiyah harus bersinggungan
dengan Masyarakat bawah, atau masyarakat heterogen.Ada masyarakat petani, pedagang,
peternakan dan masyarakat padat karya dan ada masyarakat administratif dan lainnya yang
juga termasuk didalamnya masyarakat kampus atau intelektual yaitu masyarakat kalangan
Mahasiswa.
            Persinggungan Muhammadiyah dalam maksud dan tujuannya, terutama
terhadap masyarakat mahasiswa, secara teknisnya bukan secara langsung terjun
mendakwahi dan mempengaruhi mahasiswa. Khususnya Para Muballighnya yang langsung
terjun ke mahasiswa. Tapi dalam hal ini muhammadiyah memakai cara jitu yaitu dengan
membentuk organisasi yang memungkinkan menarik animo atau simpati mahasiswa untuk
memakai fasilitas yang telah di siapkan.
            Pada mulanya para mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-jejak
Muhammdiyah oleh Muhammadiyah dianggapnya cukup bergabung dalam organisasi
otonom yang ada dalam Muhammadiyah, seperti pemuda Muhammadiyah yang
diperuntukkan pada mahasiswa dan Nasyi’atul Aisyiyah(NA) untuk Mahasiswi yang lahir
pada 27 Dzulhijjah 1349 H dan pemuda pada 25 Dzulhijjah 1350 H.
            Anggapan Muhammadiyah itu lahir pada saat Muhammadiyah Muktamar ke 25
di jakarta pada tahun 1936 yang pada saat itu dihembuskan pula cita-cita besar
Muhammadiyah untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyahdan pada saat itu
dipegang oleh KH. Hisyam(1933-1937)dan pada saat itu dikatakan  bahwa anggapan dan
pemikiran mengenai perlunya menghimpun mahasiswa yang sehaluan dengan
Muhammadiyah yaitu sejak kongres ke-25 tersebut.
             Namun demikian keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa
Muhammadiyah pada saat itu masih vakum, karena pada waktu itu Muhammadiyah masih
belum punya Perguruan tinggi seperti  yang diinginkan sehingga para mahasiswa yang
berada di perguruan tinggi negeri maupun swasta yang sudah ada pada waktu itu secara
ideologi tetap ber ittiba’ pada Muhammadiyahdalam kondisi tetap mereka harus bergabung
dengan PM, NA atau Hizbul Wathon.pada perkembangan keberadaan  mereka yang berada
dalam ketiga otonom tersebut merasa perlu adanya organisasi khusus mahasiswa yang
secara khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa islam. Alternatif yang mereka pilih yaitu
bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan ada image pada waktu itu
yang menyatakan  bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah yang diberi tugas khusus
untuk membawa mahasiswa dalam misi dan visi yang dimiliki oleh Muhammadiyah,
karena waktu itu ditubuh HMI sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang
secara aktif mengelola HMI.
            Pada waktu itu Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengelola HMI baik
segi moral maupun material, sampai belakangan ini menurut data-data yang ada di PP
Muhammadiyah(terutama PTM dan RS Sosial)secara materil turut membiayai hampir
setiap aktivitas HMI baik mulai dari tingkat kongres sampai aktivitas sehari-hari. Disinilah
sekali lagi bukan HMI yang turut menelorkan tokoh Muhammadiyah tapi sebaliknya bahwa
Muhammadiyah yang dulu ikut aktif membesarkan HMI.mengapa hal itu dilakukan??
Jawabnya seperti dikemukakan diatas, bahwa HMI diharapkan akan tetap konsisten akan
faham keagamaan yang di ilhami Muhammadiyah. Namun pada perkembangannya dahulu
mengalami perubahan khususnya dalam independensi diinginkan oleh Muhammadiyah
lebih cenderung liberal dalam segala aliran yang ada dalam teologi islam boleh mewarnai
tubuh HMI aliran-aliran asy’ariyah, syiah, mu’tazilah, nasionalisme, sekularisme,
pluralisme lainnya. Sementara dalam Muhammadiyah tidak independensi. Muhammadiyah
ditekankan pada berpendapat namun masih dalam konteks wacana islam masih tetap
berideologi Alqur’an dan As-Sunah dalam Muhammadiyah tidak mengenal madzab-
madzab yang ada seperti madzab Hanafi, Syafi’i, Hambali, dan Maliki.
            Melihat fenomena diatas, HMI yang kian melesat kealam berideologi tersebut
maka dengan diplomasinya pihak PP Muhammadiya mengeluarkan suatu policy atau
kebijakan yaitu menyelamatkan kader-kader Muhammadiyah yang masih berada di jenjang
pendidikan menengah atau pendidikan tinggi.
            Pada tanggal 18 November 1955 keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan
PTM ini PP Muhammadiyah melalui struktur kepemimpinannya membentuk departemen
pelajar dan mahasiswa yang menampung aspirasi aktif dari pelajar dan mahasiswa.
            Maka pada saat muktamar pemuda Muhammadiyah pertama di Palembang
tahun 1956 di dalam keputusannya menetapkan langkah ke depan pemuda Muhammadiyah
tahun 1956-1959 dan dalam langkah ini ditetapkan pula usaha untuk menghimpun pelajar
dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga
Muhammadiyah yang mampu mengemban amanah. Untuk lebih merealisasikan usaha PP
Pemuda Muhammadiyah tersebut maka, lewat KOPMA (Konferensi Pimpinan Daerah
Muhammadiyah) se-Indonesia pada tanggal 5 shafar 1381/18 Juli 1962 di Surakarta,
memutuskan untuk mendirikan IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). PP Pemuda
Muhammadiayah pada saat KONPIDA ini masih belum berhasil melahirkan organisasi
khusus mahasiswa Muhammadiyah. Pada saat itu masih boleh duduk dalam kepengurusan
IPM.
            PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan Muktamar ke-I
di Palembang(1956) dibebani tugas untuk menampung aspirasi aktif para Mahasiswa
Muhammadiyah, segera membentuk studygroup yang khusus Mahasiswa yang berasal dari
Malang, Yokyakarta, Bandung,  Surabaya, Padang, Ujung pandang dan Jakarta.menjelang
Muktamar setengah abad di Jakarta tahun 1962 mengadakan kongres Mahasiswa
Muhammadiyah di Yogyakarta, dan dari kongres ini semakin santer upaya para tokoh
pemuda untuk melepaskan departemen kemahasiswaan untuk berdiri sendiri. Pada tanggal
15 desember 1963 mulai diadakan pejajakan dengan didirikannya Dakwah
Mahasiswa  yang dikoordinir oleh : Ir. Margono, Dr. Sudibyo Markoes dan Drs. Rosyad
Sholeh. Ide pembentukan ini berasal dari Drs. Moh. Djasman Al-Kindi yang waktu itu jadi
sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Dan sementara itu desakan agar segera membentuk
organisasi Khusus mahasiswa dari berbagai kota seperti jakarta dengan Nurwijo Sarjono
MZ. Suherman, M.Yasin, Sutrisno Muhdam, PP Pemuda Muhammadiyah Dll.
            Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah waktu itu diketuai oleh H.A.
Badawi, dengan penuh bijaksana dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk
Mahasiswa Muhammadiyah yang diketuai oleh Drs. Moh. Djasman Al-Kindi sebagai
koordinator dengan anggota M. Husni Thamrin, A. Rosyad Sholeh, Sudibyo Markoes,
Moh. Arif, dll.
            Jadi Pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM
adalah Drs. Moh. Djasman Al-Kindi yang juga koordinator dan sekaligus  ketua pertama.
Muktamar IMM yang pertama pada tanggal 1-5 mei 1965 di Kota Barat, Solo dengan
Menghasilkan deklarasi yang dibawah ini :
DEKLARASI SOLO
1.      IMM, adalah gerakan Mahasiswa Islam
2.      Kepribadian Muhammadiyah, adalah landasan perjuangan IMM
3.      Fungsi IMM, adalah sebagai eksperimen Mahasiswa dalam Muhammadiyah
(stabilisator dan dinamisator)
4.      Ilmu adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiyah IMM
5.      IMM, aadalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang,
peraturan, dan falsafah negara yang berlaku
6.      Amal IMM, dilahirkan dan diabadikan untuk kepentingan agama, nusa dan
bangsa

Selanjutnya yang juga termasuk faktor Intern dalam melahirkan IMM adanya motivasi
atas kalangan keluarga Muhammadiyah. Dalam upaya mewujudkan maksud dan tujuan
Muhammadiyah baik yang berada di struktural ataupun diluar dan partisipan, baik yang
berekonomi atasmenengah maupun bawah harus dapat memahami dan mengetahui
Muhammadiyah secara general ataupun  secara spesifik sehingga tidak muncul kader-
kader Muhammadiyah yang radikal(berwawasan Sempit). penegasan motivasi etis ini
sebenarnya merupakan interpretasi (pemahaman) dari firman Allah SWT. Dalam QS. Al-
Imran: 104 yang diharapkan kader-kader IMM dapat merealisasikan motivasi etis
diantaranya dengan melakukan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, fastabiqul
khoirot(berlomba-lomba dalam kebajikan dan kebaikan).
Faktor Eksternal , yaitu sebagaimana yang tersebut diatas baik yang terjadi ditubuh
umat islam sendiri maupun yang terjadi dalam sejarah pergolakan bangsa Indonesia. Yang
terjadi di masyarakat Indonesia pada zaman dahulu hingga sekarang adalah sama saja, yaitu
kebanyakan mereka masih mengutamakan budaya nenek moyang yang mencerminkan
aktivitas sekritistik dan bahkan anemistik yang bertolak belakangdengan ajaran islam murni
khususnya dan tidak lagi sesuai dengan  perkembangan zaman. Hal semacam ini
menimbulkan signitifitasi(bias) yang begitu besar, utamanya pada kalangan mahasiswa
yang memiliki kebebasan akademik dan seharusnya memiliki pola pikir yang jauh, namun
karena dampak budaya masyarakat yang demikian membumi, mereka akan menjadi jumud
dan mengalami kemunduran.
Pergolakan OKP(organisasi Kemasyarakatan Pemuda) atau organisasi mahasiswa
periode 50 sampai 60-an terlihat menemui jalan buntu untuk mempertahankan independensi
mereka dan partisipasi aktif dalam pasca proklamasi(era kemerdekaan) RI. Hal ini terlihat
sejak pasca kongres Mahasiswa Indonesia pada tanggal 8 Juli 1947 di Malang Jawa Timur,
yang terdiri dari HMI, PMKRI, PMU, PMY, PMJ, PMKH, MMM, SMI, yang kemudian
berfusi( bergabung) menjadi PPMI( Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia).
PPMI pada mulanya tampak kompak dalam menggalang persatuan dan kesatuan diantara
mahasiswa , namun sejak PPMI menerima anggota baru pada tahun 1958 yaitu CGMI yang
berkiblat dan merupakan anak komunis akhirnya PPMI mengalami keretakan  yang
membawa kehancuran. PPMI secara resmi membubarkan diri pada oktober 1965.
Sebenarnya sebelum PPMImembubarkan diri, sekitar 1964-1965 masing-masing
organisasi yang berfusi dalam PPMI itu saling berkompetisi dan sok revolusioner untuk
merebut pengaruh para penguasa waktu itu, termasuk juga bung Karno yang tak luput dari
incaran mereka. Hal ini diakibatkan karena masuknya CGMI dalam PPMI yang seakan
mendapatkan legitimasi dari pihak penguasa waktu itu, sehingga CGMI terlihat besar, HMI
pun saat itu hampir rapuh akibat ulahnya sendiri, karena pada saat itu PKI merupakan partai
terbesar dan pendukunganya selalu meneriakkan agar HMI dibubarkan. HMI yang melihat
kondisinya rawan tidak tinggal diam, dengan segala upayauntuk mengembangkan sayap
dan memperkokohnya, HMI kembali berusaha mendapatkan legitimasi kesana kemari
untuk menangkal serangan dari PKI yang berusaha membubarkannya.
Pada saat HMI terdesak itulah IMM lahir, yaitu pada 14 maret1964. Inilah sebabnya,
ada stereo tape atau persepsi yang muncul ke permukaan bahwa IMM lahir sebagai
penampung anggota-anggota HMI manakala HMI tidak jadi dibubarkan oleh PKI, Maka
IMM tidak perlu lahir, Namun persepsi yang terputar itu tidak rasional dan kurang cerdas
dalam menginterprestasi fakta dan data sejarah.
Interprestasi yang benar dan rasional sesuai dengan data dan fakta sejarah adalah IMM
salah satu faktor historisnya adalah untuk membantu eksistensi HMI agar tidak mempan
atas usaha-usaha yang akan membubarkannya, dan sesuai dengan sifat IMM itu sendiri
yang akan selalu bekerjasama dan saling membantu dengan saudaranya( saudaranya
seakidah islam) dalam upaya beramar ma’ruf nahi mungkar yang merupakan prinsip
perjuangan IMM.
Itulah sekilas kelahiran IMM yang sampai saat ini masih ada oknum-oknum yang
mempersoalkannya(walaupun sudah terbit buku yang menangkal isu tersebut dengan judul”
kelahiran yang dipersoalkan” oleh Farid Fathoni). Dan sekarang kita telah tahu bahwa IMM
lahir memang merupakan suatu kebutuhan Muhammadiyah dalam mengembangkan sayap
dakwahnya dan sekaligus merupakan suatu aset bangsa untuk berpartisipasi aktif dalam
kemerdekaan ini.
Karena IMM merupakan suatu kebutuhan intern dan ekstern itu pulalah, maka tokoh –
tokoh PP Pemuda Muhammadiyah yang berawal dari HMI kembali ke IMM sebagai anak
atau ortom Muhammadiyah. Mereka yang dulu turut mengembangkan HMI disebabkan
karena IMM belum lahir dan keterlibatan mereka ditubuh HMI hanya sebatas
mengembangkan ideologi Muhammadiyah. Dan sampai sekarangpun HM I masih dimasuki
oleh kalangan mahasiswa dari berbagai unsur ormas islam yang pada akhirnya berbeda
dengan orientasi Muhammadiyah. Mungkin, untuk menangkal klaim seperti tersebut PP
Pemuda Muhammadiyah diatas, adalah bahwa para aktifis akan berdirinya IMM dan NA
yang berusaha mengusahakan berdirinya IMM tidak terlibat dalam aktivitas HMI langsung
maupun tidak langsung. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah benar-benar murni didirikan
oleh pimpinan pusat Muhammadiyah yang diketuai oleh Bapak H.A. Badawi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi otonom yang
memberikan sumbangsih perkaderan bagi persyarikatan Muhammadiyah. IMM berdiri
secara lokal di Yogyakarta, tanggal 14 Maret 1964 M / 29 Syawal 1384 H dan
menasional Tahun 1965. Tujuan IMM adalah "mengusahakan terbentuknya Akademisi
Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai Tujuan Muhammadiyah".
3.2 Saran
Demikian makalah yang disusun untuk memberikan penambahan refrensi dan
sangat disadari bahwa dalam makalah ini  masih memiliki kekurangan maka dari itu
kritik serta saran tetap penulis harpakna dari para pembaca untuk perbaikan
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Mila Ayuningtiyas, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa


Muhammadiyah Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2014. Skripsi. Fakultas Agama
Islam. UMS. 2015. Tidak diterbitkan.
Suratman, Pendidikan Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (studi Kasus di
IMM Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Skripsi, Fakultas Agama Islam, UMS. 2009. Tidak
diterbitkan.
http://immqw-palopo.blogspot.com/2011/04/paradigma-gerakan-intelektual-imm-
masa.html

Anda mungkin juga menyukai