saksikan hari ini disebabkan karena semakin menurunnya giat dan semangat mahasiswa
dalam mengembangkan keilmuan.
Salah satu penyebabnya adalah kemajuan tekhnologi yang cukup membuat
kebanyakan mahasiswa hari ini kini tidak lagi memiliki semangat dan gairah dalam
mengembangkan atau meningkatkan kapasitas keilmuannya. Di era yang serba digitalisasi ini
menjadikan mahasiswa lebih banyak disibukkan dengan sosial media seperti facebook,
instagram dan juga tiktok. Selain itu, ruang-ruang diskusi pun kini kiat merambat surut
dikarenakan sebagian besar mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gadget.
Apatahlagi kondisi sekarang ini pasca lockdown akibat covid-19 kian menjadikan mahasiswa
kehilangan nilai-nilai humanitas. PSBB, New Normal, hingga PPKM yang telah diterapkan
oleh pemerintah kini juga menutup ruang-ruang nalar kritis mahasiswa, bahkan ketika
mahasiswa pun mulai bersuara melalui media-media elektronik tidak hanya pemerintah yang
menjadi musuh, bahkan birokrasi kampus pun turut ikut andil dalam upaya menutup nalar
kritis mahasiswa terbukti pada kasus BEM FH UI pada tahun 2021.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi yang tidak terlepas dari dua hal
yakni sebagai organisasi gerakan dan juga sebagai organisasi kaderisasi harus melakukan
reformulasi gerakan pengembangan intelektual berangkat dari permasalahan yang telah
dijabarkan diatas. Gerakan keilmuan yang harus di lakukan oleh kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah hari ini harus dimassifkan, bukan hanya lewat kajian-kajian dan diskusi,
tetapi perlu untuk meningkatkan kapasitas intelektual melalui gerakan-gerakan literasi. Tidak
hanya lewat kajian-kajian dan diskusi, tetapi perlu untuk meningkatkan kapasitas intelektual
melalui gerakan-gerakan literasi. Tetapi sebelum itu, harus ada yang menjadi pemantik untuk
menstimulasi semangat kader-kader dalam mengembangkan keilmuan.
Pada kegiatan IMM, Haedar Nasir mengatakan IMM harus menjaga identitas sebagai
organisasi otonom yang menjadi basis intelektual sebagai gerakannya. Untuk mencapai
pembentukan akademisi islam maka dibutuhkan laboratorium untuk proses eksperimen yaitu
di forum Darul Arqam Dasar (DAD). Persoalan pendidikan bukan hanya menjadi tugas
lembaga formal saja yaitu, sekolah atau madrasah, melainkan juga tugas bersama seluruh
komponen anak bangsa, karena problem yang mendasar untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia yaitu dengan pendidikan. Dalam pengkaderan IMM difokuskan pembentukan
sumber daya yang memiliki akademik yang baik. Sebagaimana jargon yang sering
diungkapkan yaitu “Anggun dalam moral, unggul dalam intelektual.” Apalagi selama ini
banyak orang yang beranggapan bahwa organisasi mahasiswa itu kerjaannya hanya
demonstrasi dan tidak memiliki masa depan yang cerah.
“Refleksi Ilmiah : 58 Tahun Gerakan Keilmuan IMM”
DAFTAR PUSTAKA
Sani, Abdul Halim. (2011). Manifesto Gerakan Intelektual Profetik. Yogyakarta : Samudra
Biru.
Harahap, F. H., Monang, S., Muchsin. K. (2021). Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
dan Peranannya dalam Mewarnai Tradisi Intelektual Mahasiswa di Kota Medan. Warisan :
Journal of History and Cultural Heritage.
https://mahesainstitute.web.id/ojs2/index.php/warisan.
“Refleksi Ilmiah : 58 Tahun Gerakan Keilmuan IMM”
Biodata Penulis
Nama : Wahyudi
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 01 September 2001
Alamat : Jl. Bangkit I, Taman Gosyen. Hertasning
Amanah : Ketua Umum
Asal Pikom: Pikom IMM Prodi Keperawatan FKIK Unismuh Makassar