Anda di halaman 1dari 26

Manajemen

Patient Safety
INFEKSI NOSOKO,IAL
OLEH

NURLINA, S. Kep. Ns. M. Kep


Patofisiologi Penyakit Infeksi
Infeksi akan dimulai dari tempat masuknya mikroorganisme dan akan
menimbulkan infeksi setempat (lokal) dan menimbulkan gejala klinis
yang terbatas. Sebagai contoh luka operasi di perut yang mengalami
infeksi, daerah sekitar akan menjadi merah, panas, dan nyeri.

Infeksi umum akan terjadi jika organisme memasuki aliran darah dan
akan menimbulkan gejala klinis sistemik berupa demam, menggigil,
penurunan tekanan darah, atau gangguan mental. Keadaan ini dapat
berkembang menjadi sepsis, suatu keadaan yang berbahaya, karena
menyerang berbagai organ dengan cepat dan bersifat progresif.
Keadaan ini kadang-kadang disebut “keracunan darah” yang dapat
menyebabkan kematian penderita.
Patofisiologi Penyakit Infeksi
• Infeksi nosokomial rumah sakit dapat terjadi akibat
tindakan pembedahan, penggunaan kateter
• pada saluran kemih, hidung, mulut atau yang
dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Selain itu benda-
benda yang berasal dari hidung atau mulut yang
terhirup masuk ke dalam paru-paru. Penularan oleh
populasi kuman rumah sakit terhadap seseorang pasien
yang memang sudah lemah fisiknya tidak dapat
dihindarkan. Lingkungan rumah sakit harus diusahakan
agar sebersih mungkin, dan sesteril mungkin. Hal
tersebut tidak selalu bisa sepenuhnya terlaksana,
karenanya tak mungkin infeksi nosokomial ini bisa
diberantas secara total (Yohanes,2010).
DIAGNOSIS INFEKSI
NOSOKOMIAL
• Diagnosis Infeksi Nosokomial fasilitas
pelayanan kesehatan
• Jika diduga telah terjadi infeksi, penderita
rawat inap akan mengalami demam yang
tidak diketahui penyebabnya. Pada orang
lanjut usia, demam bisa tidak terjadi.
Adanya napas yang cepat dan gangguan
mental (bingung) merupakan gejala awal
infeksi.
 
PENENTUAN DIAGNOSIS
INFEKSI NOSOKOMIAL
Diagnosis infeksi nosokomial fasilitas pelayanan kesehatandapat
ditentukan dengan :
a. Mengevaluasi gejala dan tanda infeksi
b. Memeriksa luka dan tempat masuk kateter untuk melihat
adanya warna kemerahan, pembengkakan, adanya nanah atau
abses.
c. Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap untuk mengetahui
apakah ada penyakit tersamar (underliying disease)
d. Pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan darah lengkap
urinalisis, biakan kuman dari luka, darah, dahak, urine atau cairan
tubuh untuk menemukan organisme penyebabnya.
e. Pemeriksaan sinar-X dada jika diduga terjadi pneumonia
f. Melakukan pemeriksaan ulang atas semua tata laksana dan tindakan yang
sudah dilakukan.
JENIS DAN FAKTOR RESIKO
INFEKSI
Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Layanan Kesehatan “
Healthcare associaterd infections (HAIs)
Semua penderita rawat inap di rumah sakit berisiko untuk
mendapatkan infeksi dari pengobatan atau tindakan operatif yang
diterimanya.
a. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan, terutama rumah sakit mencakup:
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
2) Infeksi aliran darah (IAD)
3) Infeksi saluran kemih (ISK)
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Faktor Resiko HAIs
Faktor Risiko HAIs: 
1) Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.
2) Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita
dengan penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat
imunosupresan.
3) Gangguan/Interupsi barier anatomis:
• Kateter urine: meningkatkan infeksi saluran kemih (ISK)
• Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO)
Surgical Site Infection” (SSI)
• Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator
associated Pneumonia” (VAP)
• Kanula vena dan arteri: Plebitis
• Luka bakar dan trauma
Faktor Resiko HAIs
4)Implantasi benda asing
• Pemakaian implant pada operasi
tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung
• “cerebrospinal fluid shunts”
• “valvular / vascular prostheses”
5) Perubahan mikroflora normal:
pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan
timbulnya bakteri resisten terhadap berbagai antimikroba.
PROSES PENULARAN
PENYAKIT
PROSES PENULARAN PENYAKIT
• Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi
sangat penting karena apabila satu mata rantai
dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat
dicegah atau dihentikan.
• Rantai Infeksi merupakan rangkaian yang
harus ada untuk menimbulkan infeksi. Dalam
melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi dengan efektif, perlu
dipahami secara cermat rantai infeksi.
KOMPONEN RANTAI
PENULARAN INFEKSI
A. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi.
Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan
parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau
“load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau
laboratoriummikrobiologi,semakin cepat pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya bisa dilaksanakan.
B. Reservoir adalah wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia.
Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyakadalah pada manusia, alat
medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-
bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat,
permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina
juga merupakan reservoir.
KOMPONEN RANTAI
PENULARAN INFEKSI
Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan
seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia
atau binatang yang tidak menunjukkan gejala penyakit
tetapi ada mikroorganisme patogen dalam tubuh mereka
yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang
dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan
gejala infeksi. Untuk berkembang biak dengan cepat,
organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya
(Perry & Potter, 2005)
KOMPONEN RANTAI
PENULARAN INFEKSI
C. Tempat keluar (Port of exit) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta. Setelah
mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang
biak, mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke
pejamu lain dan menyebabkan penyakit.
D. Cara penularan (Mode of transmision) adalah metode transport
mikroorganisme dari
• wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
• Ada beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak
langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan,
air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan
binatang pengerat). Secara langsung misalnya; darah/cairan tubuh, dan
hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang,
benda-benda mati, dan udara.
KOMPONEN RANTAI
PENULARAN INFEKSI
E. Portal masuk (Port of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu
yang rentan dapat
• melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau
melalui kulit yang tidak utuh.
• Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah
bagian rentan terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan
tempat masuk mikroorganisme. Mikroorganisme dapat masuk melalui rute
yang sama untuk keluarnya mikroorganisme.
F. Penjamu Rentan (host susceptibility) adalah seseorang dengan kekebalan
tubuh menurun
• sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, lukabakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan.
• Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen
infeksius. Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu
terhadap mikroorganisme patogen.
Cara penularan infeksi (Uliyah
dkk, •2006; Yohanes, 2010)
a. Penularan secara kontak
• Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak
langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi
berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to
person pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral.
Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan
objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda
mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya
kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
b. Penularan melalui common vehicle.
• Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh
kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu
pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk
darah, cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan
sebagainya.
Cara penularan infeksi (Uliyah
dkk, 2006; Yohanes, 2010)
c. Penularan melalui udara dan inhalasi
• Penularan terjadi, karena mikroorganisme mempunyai ukuran
yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak
yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas
akan membentuk debu yang dapat menyebar jauh
(Staphylococcus) dan tuberkulosis.
d. Penularan dengan perantara vektor
• Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut
penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis
dari mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella
dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme
masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya
parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik,
misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea).
Cara penularan infeksi (Uliyah
dkk, 2006; Yohanes, 2010)
e. Penularan melalui makanan dan minuman
• Penyebaran mikroba patogen dapat melalui
makanan atau minuman yang disajikan untuk
penderita. Mikroba patogen dapat ikut
menyertainya sehingga menimbulkan gejala baik
ringan maupun berat.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi Klinis
Demam sering merupakan tanda pertama infeksi. Gejala dan tanda dari
adanya infeksi adalah:
1. Demam
2. Nafas cepat
3. Kebingungan mental
4. Tekanan darah rendah
5. Urine out-put menurun
6. Sel darah putih tinggi
• 7. Pasien dengan urinary tract infection (infeksi saluran kemih), mungkin
ada rasa sakit ketika kencing dan darah dalam air seni
• 8. Radang paru-paru (pneumoni), mungkin termasuk kesulitan bernafas
dan ketidakmampuan
• untuk batuk
• 9. Infeksi lokal: terjadi pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada
kulit atau luka sekitar bedah atau luka, yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan di bagian bawah otot, atau bisa juga menyebabkan sepsis.
MANIFESTASI KLINIK
7. Pasien dengan urinary tract infection (infeksi saluran
kemih), mungkin ada rasa sakit ketika kencing dan darah
dalam air seni
8. Radang paru-paru (pneumoni), mungkin termasuk
kesulitan bernafas dan ketidakmampuan untuk batuk
9. Infeksi lokal: terjadi pembengkakan, kemerahan, dan
kesakitan pada kulit atau luka sekitar bedah atau luka,
yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan di bagian
bawah otot, atau bisa juga menyebabkan sepsis.
DAMPAK INFEKSI
NOSOKOMIAL
Dampak Infeksi Nosokomial/HAIs
Infeksi nosokomial/HAIs memberikan dampak sebagai berikut:
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat
menyebabkan cacat yang permanen serta kematian
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi
HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak
mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit,
pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan
lainnya, serta tuntutan hukum.
PROSES INFEKSI
NOSOKOMIAL
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada
klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas
mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir
penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan
infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan. Berbagai komponen dari sistem imun
memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat
baik, yang jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas.
PROSES INFEKSI
Secara umum proses infeksi, yaitu :
1. Periode/Masa Inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya
gejala pertama. Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu,
mumps/gondongan 18 hari.

2.Tahap Prodormal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam
ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini,
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
PROSES INFEKSI
3. Tahap Sakit
• Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik
terhadap jenis infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan
dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan
dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan
kelenjar parotid dan saliva.
4. Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.
Tindakan pencegahan infeksi

3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda


mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,
terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat
kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh
darah atau cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan
dilakukan.
4.  Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah,
cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan
kotoran.
Tindakan pencegahan infeksi

5. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan


semua mikroorganisme (bakteri, jamur,
parasit, dan virus) termasuk bakteri
endospora dari benda mati.
6.  Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan
sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyebab penyakit dari
benda mati.
ASSALAMU ALAIKUM WR. WB 

Anda mungkin juga menyukai