Anda di halaman 1dari 3

5.

2 MEMASANG KATETER KONDOM


Definisi
Memasang sebuah sarung kondom tipis pada penis untuk drainase urine tanpa memasukkan
kateter ke dalam uretra

Tujuan
1. Untuk mendrainase urine pada pasien interkontinensia.
2. memungkinkan pasien melakukan aktivitas fisik normalnya tanpa takut merasa malu
karena interkontinensianya.

Indikasi
Pria interkontinensia yang masih mampu buang air kecil secara spontan dan tuntas.

Perangkat Alat
1. Sarung kondom karet/kondom kateter (Ukuran sesuai) (Gambar 5.2(a))

2. Sehelai plester dan preparat kulit (mis: benzoin tingtur).


3. Kantung penampung urine dengan selang drainase.
4. Baskom berisi air hangat dan sabun.
5. Handuk dan waslap.
6. Sarung tangan sekali pakai.
7. kain.
8. Pisau cukur (Kalau perlu).

Prosedur
1. jelaskan prosedurnya pada pasien dan nilai statusnya.
R : Mengurangi kecemasan dan mendapatkan kerja sama dengan pasien.
2. Cuci tangan
R : Mengurangi transmisi mikro-organisme.
3. Berikan privasi dengan menutup pintu atau tirai di samping ranjang.
R : Beri rasa nyaman dan menjaga privasi pasien.
4. Bantu pasien berada dalam posisi telentang. lerakkan handuk besar pada tubuh bagian
atas. Lipat selimut sehingga menutupi ekstremitas bawah. Hanya alat kelamin yang
dipaparkan.
R : Memberikan kenyamanan pada pasien dan mencegah paparan bagian tubuh yang
tidak perlu
5. Periksa kondisi pasien apakah ada iritasi, ekskoriasi, bengkak atau perubahan warna kulit
atau tidak.
R : Memberikan data dasar untuk membandingkan perubahan kondisi kulit setelah
pemasangan kondom. Pasien mungkin memerlukan pemasangan kateter lewat
uretra bila ada luka pada kulit dalam jumlah yang signifikan.
6. Pakai sarung tangan sekali pakai/disposable. Lakkan perawatan perineum dan keringkan
secara menyeluruh. Cukur rambut pada pangkal penis bila diperlukan.
R : Mengangkat secret iritan. Sarung karet bergerak lebih mudah di atas kulit kering.
.Rambut yang menempel pada kondom dan tertarik ketika melepas plester akan
.menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
7. Siapkan kantung penampung urine (urine bag) dan selangnya atau siapkan kantung
tungkai untuk dhubungkan ke kondom bila diperlukan. Jepit pintu keluar drainase. Ikat
kantung penampung ke rangka ranjang atau tungkai pasien. Angkat selang drainase
melewati jeruji di samping ranjang.
R : Memudahkan akses ke peralatan drainase setelah pemasangan kondom.
8. Oleskan antiseptic ke bagian proksimal penis pada tempat dimana sarung kondom akan
diplester dan biarkan mongering selama 30 sampai 60 detik.
R:
9. Pegang penis pada pangkal penis dengan menggunakan tangan yang non-dominan dan
gulung sarung kondom pada penis dengan menggunakan tangan yang dominan.
R:
10. Berikan jarak 2,5 sampai 5 cm antara ujung glans penis dan ujung kateter kondom. Jarak
ini mencegah terjadinya iritasi ujung penis.
R : Memungkinkan urine mengalir bebas ke dalam selang pengumpul ketika pasien
.buang air kecil.
11. Lingkari batang penis dengan pita plester. Plester hanya boleh menyentuh sarung
kondom. Plester dipasang 2,5 cm dari ujung proksimal penis dan jangan melingkari atau
merekatkan plester terlalu kencang pada penis (Gambar 5.2(b)).
R : Kondom harus difiksasi agar terpasang dengan baik dan tidak lepas, tetapi jangan
.terlalu kencang karena dapat menyebabkan vasokonstriksi.
12. Hubungkan selang drainase ke ujung kateter kondom. Pastikan kondom tidak terpelintik.
Memungkinkan urine untuk ditampung dan diukur.
R : Menjaga pasien tetap kering. Kondom yang terpelintir akan menghambar aliran urine.
13. Gulung selang pada ranjang dan ikat pada seprei bawah.
R : Mencegah selang melengkung dan memungkinkan aliran urine secara bebas.
14. Letakkan pasien pada posisi yang aman dan nyaman (berbaring / duduk).
R : Memberikan kenyamanan pada pasien.
15. Lepas sarung tangan. Buang peralatan yang sudah terkontaminasi dan cuci tangan.
R : Mencegah penyebaran infeksi.
16. Kembali setelah 30-60 menit untuk memantau drainase urine.
R : Menentukan apakah terjadi proses pembuangan urine yang benar atau tidak.
17. Inspeksi kulit batang penis secara teratur untuk melihat apakah ada tanda luka/iritasi
kulit.
R : Mengindikasikan apakah kondom atau urine yang menyebabkan iritasi atau apakah
plesternya terlalu kencang.
18. Catat dan laporkan waktu pemasangan kondom, kondisi kulit dan pola berkemih.
R : Memberikan data untuk menentukan perubahan pada status eliminasi.

Anda mungkin juga menyukai