Anda di halaman 1dari 27

GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGIS SYSTEM PENCERNAAN

DAN METABOLIK ENDOKRIN

DISUSUN OLEH:

SRI ULFA HANDAYANI (105111101519)

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah AWT. Atas segala karunia-Nya dan
rahmat-Nya. Hanya dengan karuni-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan kami
mengucapkan terimah kasih kepada dosen yang telah membingbing dan mengarahkan kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat memahami tentang gangguan kebutuhan
nutrisi patologis sistem pencernaan dan metabolik endokrin.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, untuk menyempurnakan penulisan makalah ini, kami
sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
perbaikan makalah yang akan kami buat selanjutnya.

Makassar, 11 Desember 2020

Sri ulfa handayani


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nutrisi adalah zat-zat atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan
sisanya. Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme
tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh
kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita sehingga
bisa menyebabkan penyakit atau terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus
memperbanyak nutrisi
Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak
metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan
minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang
optimal. Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas pada pencegahan
penyakit kurang gizi dan menentukan standar kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk
hidup titik angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia internasional
dengan istilah Recommended Daily Allowence (RED).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu praktek anamnesa?
2. Apa itu Prosedur pemeriksaan fisik : Antropometri, IMT (indeks Massa Tubuh),
pemeriksaan saluran cerna bentuk abdomen, kesulitan mengunyah dan menelan,
bising usus.?
3. Bagaimana Prosedur pemeriksaan diagnostik pasien gangguan kebutuhan nutrisi
patologis sistem pencernaan dan metabolik endokrin : barium meal/barium enema,
USG abdomen, endoskopi, dan pemeriksaan gula darah?
C. Tujuan
1. MengetahuiApa itu praktek anamnesa
2. Mengetahui Apa itu Prosedur pemeriksaan fisik : Antropometri, IMT (indeks
Massa Tubuh), pemeriksaan saluran cerna bentuk abdomen, kesulitan mengunyah
dan menelan, bising usus.
3. Mengetahui Bagaimana Prosedur pemeriksaan diagnostik pasien gangguan
kebutuhan nutrisi patologis sistem pencernaan dan metabolik endokrin : barium
meal/barium enema, USG abdomen, endoskopi, dan pemeriksaan gula darah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Praktek Anamnesa


Pengertian Anamnesa ini adalah sebuah komunikasi atau juga dialogis yang
aktif antara dokter serta tenaga medis dengan pasien, sehingga kemudian komunikasi
yang aktif ini ialah bentuk komunikasi yang memiliki sifat tetapi lebih dari itu
komunikasi yang empati.
Anamnesa tersebut biasanya bentuk bidang kesehatan yang sifatnya itu ialah
pada bidang psikologi, disebabkan karna kemampuan seorang dokter atau juga tenaga
kesehatan lainnya yang berhubungan itu dengan kemampuan dalam menanggapi
cerita pasien.
Pengertian Anamnesa tersebut juga dapat atau bisa dilakukan dari beberapa
dokter terhadap pasien itu di dalam bentuk perawatan kepada pasien atau pun juga
psikologi.

Telah terdapat 2 tindakan yang bisa atau dapat dilakukan oleh Anamnesa
yakni :

Auto-anamnesa

Ini merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang secara langsung di wawancara
terhadap pasien, disebabkan karna pasien sendiri dianggap mampu untuk kemudian
menjawab seluruh pertanyaan.

Allo-anamnesa

Ini merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dengan orang lain
terhadap keluarga pasien supaya dapat memperoleh sebuah informasi yang penting
mengenai keadaan pasien. disebabkan karna hal yang demikian Biasanya untuk
memastikan bahwa keluarga pasien tersebut dapat atau bisa mengetahui mengenai
keadaan pasien.

Untuk dapat lebih mudahnya di dalam mengemukakan pendapat perhatikan


perhatikan contoh dibawah ini :

Contohnya :

a. Apakah Pasien di dalam keadaan tidak sadarkan diri


b. Apakah Pasien tidak bisa atau dapat berkomunikasi
c. Apakah Pasien dalam keadaan gangguan jiwa

Persiapan Anamnesa

Adapun persiapan yang yang melakukan anamnesa itu menguasai dengan baik
mengenai teori atau pengetahuan kedokteran.

Mustahil bagi seseorang dokter akan bisa atau dapat mengarahkan sebuah
pertanyaan-pertanyaan serta juga mengambil sebuah kesimpulan yang memiliki sifat
baik dari ilmu kedokteran.

Seseorang dokter kemudian akan merasa kebingungan disebabkan karna


kehilangan akal disaat melakukan atau tidak memiliki sebuah gambaran mengenai
penyakit yang dapat atau bisa menimbulkan keluhan atau gejala tersebut dari pasien.

Pada umumnya apabila selesai melakukan tindakan dokter atau juga dari
tenaga medis, diagnosis yang paling umum ditemukan ini ialah mengenai kemampuan
seorang dokter terhadap pasien disebabkan karna kurang nya ilmu pengetahuan
kedokteran yang memadai.

Sistematika Anamnesis

Sebuah anamnesis yang baik tentu haruslah mengikuti suatu metode atau juga
sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya ialah supaya selama
melakukan anamnesis seorang perawat tersebut tidak kehilangan arah, supaya tidak
ada pertanyaan atau pun informasi yang terlewat. Sistematika tersebut juga berguna di
dalam pembuatan status pasien supaya memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri atas :
1. Data umum pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat kebiasaan/sosial
7. Anamnesis sistem

Tahapan Pemeriksaan Anamnesa

Adapun tahapan di dalam pemeriksaan anamnesa diantaranya ialah sebagai berikut :

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik ini ialah sebuah pengumpulan data yang akurat yakni dengan cara
melakukan pemeriksaan di kondisi fisik dari pasien.

Di dalam Pemeriksaan fisik seperti ini meliputi :

1. Inspeksi ini ialah bentuk pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien yakni
dengan cara melihat atau juga memperhatikan dari keseluruhan tubuh pasien
itu dengan sistematis.
2. Palpasi ini merupakan bentuk pemeriksaan fisik yang di laksanakan dengan
cara meraba pada bagian tubuh terasa sakit atau juga yang tidak normal
3. Perkusi ini ialah bentuk dari pemeriksaan fisik yang dilakukan yakni dengan
cara mengetuk daerah tertentu dari bagian badan jari yakni dengan mendengar
suara detak jantungnya.
4. Auskultasi ini ialah suatu bentuk pemeriksaan fisik yang kemudian dilakukan
dengan mendengarkan cara bunyi-bunyi yang terjadi sehingga bisa atau dapat
di proses fisiologi atau pun juga tindakan medis dengan menggunakan alat
bantu yakni seperti stetoskop.

Tujuan Anamnesa

Guna untuk membentuk sebuah hubungan dokter itu dengan pasien maka
mempunyai beberapa tujuan ialah sebagai berikut :
Membentuk Hubungan Dokter dan Pasien

1. Melakukan sambung rasa dengan mengucapkan salam

2. Bersikap ramah dan sopan

3. Menjaga suasana yang santai tapi juga serius

4. Berbicara dengan jelas

5. Menggunakan bahasa yang mudah di mengerti dan dipahami oleh pasien

6. Menggali informasi secara detail

7. Menjadi pendengar yang baik.

8. Mengetahui bahasa non verbal

9. Mencatat hasil wawancara

10. Melakukan umpan balik

11. Melakukan cross check

12. Bersikap netral terhadap pasien

13. Wawancara tidak seperti interogasi

Menggali Informasi Medik

1. Untuk menggali sebuah informasi medik dapat menanyakan :

2. Menanyakan keluhan utama

3. Menanyakan identitas serta juga data pribadi yang berkaitan yakni dengan
latar belakang pasien.
4. Keluhan sistem pada semua badan baik yang dirasakan atau tidak, tanpa
menggali keluhan atau durasi penyakit yang di rasakan sekarang.

B. Prosedur Pemeriksaan Fisik


a. Antropomerti
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh.
Pengertian ini bersifat sangat umumsekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan
sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan
antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar
pengkajian gizi dalam asuhan medik.. Berikut ukuran antropometri:
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan
mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan
(Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh
sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena
terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi. Maka BB merupakan ukuran antropometri yang
sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi
terjamin, berat badan mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam
keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat
berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
c. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah
lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping
itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,karena
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa
dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi
dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru
akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan merupakan ukuran
tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam penilaian status gizi
tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan berat badan
(Supariasa, 2001)
d. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
Normal 18,50 – 24,99
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
e. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Nilai normal adalah 23,5 cm
LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm

f. Pengukuran Lingkar Perut


Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat
hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran
lingkar perut di Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90 Perempuan
80 > 80.

Prosedur pemeriksaan Antropomerti


1. Penimbangan berat badan
1) Pemeriksaan
 Letakkan timbangan di tempat yang datar
 Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam
keadaan seimbang
 Jelaskan prosedur penimbangan kepada pasien/Pasien yang
akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan jaket serta
Mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci, dll
2) Prosedur penimbangan
 Posisikan pasien di atas timbangan
 Geser bandul sesuai berat pasien sampai posisi jarum
seimbang.
 Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, tidak
menumpu Pada salah satu kaki, sikap tenang (JANGAN
BERGERAK-GERAK) dan Kepala tidak menunduk
(memandang lurus ke depan)
 Baca dan catat berat badan pada status
 Minta pasien turun dari alat timbang
2. Pengukuran tinggi badan
1) Persiapan (cara memasang microtoise)
 Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang
microtoise di dinding Agar tegak lurus.
 Letakan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari
bandul tersebut Dan menempel pada dinding. Dinding jangan
ada lekukan atau tonjolan (rata).
 Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan
benang berbandul Yang tergantung dan tarik sampai angka
pada jendela baca menunjukkan Angka 0 (NOL). Kemudian
dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas
microtoise.
 Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi
perekat pada posisisekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
2) Prosedur pengukuran tinggi badan
 .Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala) dan Asesori lain yang bisa mempengaruhi
hasil pengukuran.
 Pastikan alat geser berada di posisi atas.
 Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
 Posisi kepala dan bahu bagian belakang (punggung), pantat,
betis dan tumit Menempel pada dinding tempat microtoise
dipasang.
 Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi
tergantung bebas.
 Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
pasien. Pastikan alat Geser berada tepat di tengah kepala
pasien. Dalam keadaan ini bagianBelakang alat geser harus
tetap menempel pada dinding.
 Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka
yang lebih besar(keBawah) Pembacaan dilakukan tepat di
depan angka (skala) pada garis merah, Sejajar dengan mata
petugas.
 Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur
harus berdiri diAtas bangku agar hasil pembacaannya benar.
 Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
dibelakang koma(0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9
cm.
3. Pengukuran lingkar lengan atas (Lila)
1) Persiapan
 Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak
sobek
 Jika lengan pasien > 33cm, gunakan meteran kain
 Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada pasien
bahwa petugas Akan menyingsingkan baju lengan kiri pasien
sampai pangkal bahu. Bila Pasien keberatan, minta izin
pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang Tertutup.
 Pasien diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak
memegang apapun Serta otot lengan tidak tegang
 Baju pada lengan kiri (lengan yang kurang dominan)
disingsingkan ke atas Sampai pangkal bahu terlihat atau
lengan bagian atas tidak tertutup.
2) Pengukuran
 Tentukan posisi pangkal bahu.
 Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan
telapak tangan ke Arah perut.
 Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
dengan menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat
Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya
dengan sopan minta izin kepada pasien). Bila menggunakan
pita LiLA perhatikan titik nolnya.
 Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling
lengan pasien sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal
bahu dan siku).
 Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
 Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau
longgar.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita
Lila (kearah angka yang lebih besar).
4 Pengukuran panjang tungkai
1) Persiapan alat
 Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan
 Menyiapkan alat pengukuran antropometri
 Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran antropometri
2) Persiapan terapis
 Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran
 Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di bagian tubuh
yang akan diukur
 Memakai pakaian yang bersih dan rapi.
3) Persiapan pasien
 Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang
diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.
 Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi
secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan
kesopanan.
4) Pengukuran panjang segmental
 Posisi terlentang
 Gunakan titik tubuh untuk dijadikan patokan
True Length (TL) ukur tungkai dari SIAS ke Maleolus Medialis
dengan Melalui patella.
Bone Legth (BL) ukur dari Trochanter Mayor ke Tuberositas Tibia
Apperence Legth (AL) ukur dari umbilicus ke maleolus lateralis
melalui Patella.
b. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Indeks massa tubuh, merupakan perhitungan yang didapatkan dari
membagi berat badan (dalam kilogram) dengan ukuran tinggi badan
(dalam meter). Nilai IMT, merupakan salah satu acuan untuk melihat
posisi berat badan Anda.
IMT dapat dibagi menjadi kekurangan berat badan, berat badan
normal, kelebihan berat badan, dan obesitas. Nilai IMT merupakan
salah satu pengukuran, yang dilihat oleh dokter untuk menilai risiko
Anda mengalami suatu penyakit kronis, seperti jantung dan diabetes.
Cara menghitung IMT yang tepat, dapat dilihat menggunakan rumus di
bawah ini:

IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi


badan (dalam m)²

1. Untuk perempuan
Rentang nilai indeks massa tubuh untuk perempuan dewasa adalah
sebagai berikut:
Kurus: < 17 kg/m²
Normal: 17 – 23 kg/m²
Kegemukan: 23 – 27 kg/m²
Obesitas: > 27 kg/m²
2. Untuk laki-laki
Rentang nilai indeks massa tubuh untuk laki-laki dewasa adalah sebagai
berikut:
Kurus: < 18 kg/m²
Normal: 18 – 25 kg/m²
Kegemukan: 25 – 27 kg/m²
Obesitas: > 27 kg/m²
c. Pemeriksaan saluran cerna bentuk abdomen
Teknik pemeriksaan fisik abdomen tentunya diawali dengan anamnesis berkaitan
dengan keluhan pasien, baik yang berhubungan dengan keluhan gastrointestinal,
urogenital, maupun keluhan lainnya. Anamnesis kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mendapatkan
gambaran klinis organ-organ dan ruang intraabdomen.

Anatomi Cavum Abdomen


Secara anatomis, cavum abdomen dibagi menjadi, kuadran kanan atas dan bawah
serta kuadran kiri atas dan bawah. Kuadran kanan atas terdiri dari lobus kanan hepar,
kantung empedu, pilorus, sebagian duodenum, caput pankreas, kelenjar adrenal
kanan, ginjal kanan, colon bagian fleksura hepatika kanan, colon ascendens, dan
setengah bagian colon transversa.
Kuadran kanan bawah terdiri dari caecum, appendix, sebagian besar ileum, bagian
bawah colon ascendens, ovarium, tuba fallopi kanan, segmen abdominal ureter, korda
spermatika kanan, uterus (pada wanita hamil), dan vesika urinaria (saat penuh).
Kuadran kiri atas terdiri dari lobus kiri hepar, lien, lambung, jejunum, ileum
proximal, corpus dan “ekor” pankreas, ginjal dan kelenjar adrenal kiri, colon bagian
flexura lienalis, setengah bagian colon transversa dan descendens.
Kuadran kiri bawah terdiri dari colon sigmoid, setengah distal colon descendens,
ovarium dan tuba fallopi kiri, segmen abdomen ureter kiri, korda spermatika kiri,
uterus (saat hamil), dan vesika urinaria (bila penuh). 

Persiapan Pasien

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik abdomen, dokter perlu melakukan


anamnesis. Anamnesis merupakan kunci dari diagnosis. Anamnesis meliputi
keluhan utama yang dialami pada saat itu serta keluhan tambahan. Keluhan
tersebut kemudian digali lebih dalam untuk menemukan arah diagnosis.
Selain itu, dokter juga perlu menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur
pemeriksaan fisik abdomen yang akan dilakukan. Pasien juga perlu diberitahu
mengenai kemungkinan adanya rasa tidak nyaman maupun nyeri yang bertambah
pada saat pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik yang baik dilakukan secara sistematis, diawali dengan melihat
keadaan umum dan kesadaran pasien, serta tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital ini
terutama sangat penting, mengingat banyaknya kasus gangguan intraabdomen
ataupun trauma yang menyebabkan gangguan hemodinamik dan merupakan kasus
kegawatdaruratan. Tanda vital kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik umum
“head-to-toe”. Pemeriksaan fisik umum ini diawali dari kepala, leher, paru, kemudian
baru ke pemeriksaan fisik abdomen dan seterusnya.
Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik, ada baiknya untuk meminta pasien
BAK terlebih dahulu. Selain itu, tanyakan mengenai lokasi nyeri, sehingga
pada pemeriksaan palpasi, area tersebut merupakan area terakhir yang
dipalpasi. Terutama pada pasien yang nyeri, alihkan perhatian pasien dengan
mengajak pasien berbicara agar pasien merasa lebih nyaman.

Peralatan

Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan fisik abdomen meliputi,


stetoskop dan pita ukur untuk mengukur lingkar perut. Adapun pada
pemeriksaan fisik dapat melibatkan keluarga pasien atau asisten sebagai saksi
pemeriksaan fisik, terutama pada pasien yang berbeda gender dengan
pemeriksa.Pemeriksa harus mencuci tangan dengan bersih sebelum melakukan
pemeriksaan fisik. Perhatikan untuk menghangatkan tangan pemeriksa dan
stetoskop terlebih dahulu dengan cara menggesekkan kedua telapak tangan
atau memasukkan tangan pada air hangat.

Posisi Pasien
Posisi terbaik pada pemeriksaan fisik abdomen adalah supinasi dengan kedua lengan
di samping kanan dan kiri badan atau menyilang di dada. Kedua tungkai difleksikan
untuk membantu agar dinding abdomen lebih rileks. Apabila lengan diletakkan di
atas kepala, dinding abdomen akan teregang dan menjadi lebih tegang, sehingga
palpasi menjadi lebih sulit. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.

Prosedural
Prosedur pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik abdomen. Baju yang
dikenakan perlu diangkat sampai minimal setinggi garis puting, serta
menggunakan selimut untuk menutup tungkai sampai simfisis pubis. Minta
pasien untuk melipat paha dan lutut agar dinding abdomen lebih rileks.

d. Kesulitan mengunyah dan menelan


Fase oral
Tahap ini terjadi saat makanan berada di dalam mulut. Tahap ini melibatkan
proses mengunyah makanan, memindahkannya dari bagian depan ke belakang
mulut, dan persiapan menyalurkan makanan ke faring dan kerongkongan
(esofagus).
Fase faringeal
Tahap ini melibatkan 2 proses utama, yaitu pendorongan makanan dari mulut
ke esofagus, serta tahap proteksi saluran pernafasan dari makanan. Tahap ini
berlangsung dengan cepat selama beberapa detik.
Fase esofageal
Tahap ini terjadi ketika makanan sudah masuk ke dalam esofagus. Makanan
akan didorong dari bagian atas esofagus dengan gerakan seperti gelombang
(peristaltik) yang dimiliki saluran pencernaan untuk masuk ke dalam lambung.
e. Bising usus
Pemeriksaan bising usus untuk mendeteksi adanya obstruksi usus merupakan
pemeriksaan pilihan karena hanya memerlukan sedikit waktu untuk dilakukan.
Namun, hingga saat ini, akurasi pemeriksaan ini masih dipertanyakan.
Auskultasi bising usus termasuk pemeriksaan fisik abdomen standar yang bertujuan
untuk membantu dokter mengetahui kelainan pada usus, termasuk obstruksi usus.
Obstruksi usus adalah kondisi gawat yang memerlukan tatalaksana segera.
 Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik, dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan
pasien dan gejala yang dialami pasien, dan melakukan pemeriksaan pada area
perut dengan menggunakan stetoskop.
 Pemeriksaan laboratorium
Biasanya dokter juga akan menganjurkan Anda melakukan tes darah, tes urine,
atau endoskopi.
 X-Ray
Selanjutnya, dokter akan mengonfirmasi diagnosis obstruksi usus dengan
melakukan rontgen perut.
 CT scan
Tes ini dilakukan untuk mengetahui gambaran usus yang tersumbat.
 USG
Obstruksi usus yang terjadi pada anak-anak dapat dicari tahu melalui
pencitraan USG.
 Barium enema
Barium enema merupakan prosedur medis dengan memberikan cairan khusus
yang mengandung barium ke dalam dubur.
Cairan ini akan menyebar ke usus sehingga pada X-ray akan tampak berwarna
cerah atau putih. Area yang tidak dilalui barium dapat menunjukan adanya
penyumbatan usus.

C. Prosedur Pemeriksaan Diagnostik


a. Barium meal/barium enema
Barium Enema adalah salah satu bentuk tindakan medis yang digunakan untuk
mendeteksi masalah atau penyakit di organ usus besar (kolon). Tindakan
medis ini berupa pemeriksaan X-Ray atau biasa disebut juga dengan Colon X-
Ray. Dalam proses pemeriksaan barium enema sebuah cairan akan disuntikkan
ke dalam rektum melalui anus. Cairan tersebut mengandung barium yang
berfungsi untuk memudahkan X-Ray melihat masalah atau kelainan yang ada
dalam usus besar pasien. Cairan barium ini dibuat dari bubuk putih kering
seperti kapur yang dicampurkan dengan air.
X-Ray Barium Enema ini membantu dokter untuk mendeteksi kondisi seperti
polip, penyakit radang usus, tumor, peradangan, divertikula dan perubahan
dalam struktur usus.Pemeriksaan kolonoskopi dan barium enema sangat
penting digunakan oleh dokter untuk mengidentifikasi polip pada pasien.
Prosedur Pemeriksaan Barium Enema
Persiapan
Satu hari sebelum prosedur barium enema dilakukan dokter akan memberikan
saran kepada pasien untuk mengosongkan perutnya atau tidak makan. Namun
pasien masih diperbolehkan untuk minum cairan seperti air, teh atau jus. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan X-Ray melihat masalah atau kelainan dalam
usus besar pasien secara jelas.
Dokter juga biasanya menyarankan cara untuk mengosongkan isi perut pasien
sebagai berikut:
 Tidak makan setelah waktu tengah malam
 Minum obat pencahar pada malam hari sebelum X-Ray dilakukan.
Obat pencahar bisa dalam bentuk pil atau cairan
 Menggunakan Enema Kit pada malam atau beberapa jam sebelum X-
Ray dimulai guna menghilangkan residu yang ada dalam usus besar
pasien
 Jika pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan lain biasanya dokter
akan menyarankan pasien untuk tidak meminumnya sementara waktu.
Hal ini bisa langsung ditanyakan kepada dokter yang akan menangani
pasien.

Saat Pemeriksaan

Proses pemeriksaan X-Ray barium enema akan dilakukan oleh seorang


Radiolog. Berikut ini beberapa tahapannya:

 Pasien akan diminta untuk mengganti pakaian mereka dengan pakaian


yang sudah disiapkan.
 Selain itu pasien juga diminta untuk melepaskan barang-barang yang
menempel pada tubuh seperti kacamata, perhiasan dan benda logam
lainnya agar tidak menggangu hasil X-Ray.
 Pasien akan dibaringkan di sebuah meja X-Ray, lalu dokter akan
memasukan tabung yang berisikan cairan barium ke dalam rektum
pasien melalui anus.
 Pada saat proses tersebut pasien mungkin akan diminta untuk menahan
nafas ataupun berganti posisi agar cairan tersebut benar-benar masuk
ke seluruh usus besar pasien.
 Selain itu dokter juga kemungkinan akan sedikit menekan bagian perut
pasien untuk memudahkan proses X-Ray tersebut. Oleh karena itu,
pasien mungkin akan merasa tidak nyaman bahkan juga bisa terjadi
kram perut.
 Setelah cairan tersebut sudah berhasil masuk ke seluruh bagian usus
besar pasien dan hasil X-Ray yang dibutuhkan oleh Radiolog selesai
maka, cairan tersebut akan dikeluarkan melalui tabung yang sama saat
memasukan cairan.

Proses pemeriksaan biasanya berlangsung kurang lebih selama 30 sampai


60 menit

b. USG abdomen.
USG abdomen adalah suatu prosedur pemeriksaan menggunakan teknologi
gelombang suara frekuensi tinggi untuk memeriksa organ-organ utama dalam
rongga perut.
Organ-organ tersebut, termasuk kandung empedu, ginjal, hati, pankreas,
limpa, kandung kemih, hati, dan usus.
Prosedur USG abdomen
USG abdominal umumnya dilakukan di rumah sakit. Prosedur ini biasanya
akan berlangsung kurang dari 30 menit lamanya. Proses USG abdominal akan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Anda akan diminta melepas pakaian maupun aksesoris yang Anda
kenakan, seperti ikat pinggang, perhiasan, serta benda lainnya yang
berisiko mengganggu proses pemindaian.
 Anda wajib melepas pakaian dari bagian pinggang ke bawah dan
mengenakan pakaian khusus yang disediakan oleh rumah sakit.
 Anda akan diminta untuk berbaring di atas meja scanner dengan
kondisi perut yang terbuka.
 Dokter akan mengoleskan gel konduktif ke seluruh permukaan area
kulit perut yang diperiksa.
 Kemudian, dokter akan menggerakkan stik bernama transduser dengan
gerakan maju mundur secara perlahan ke area permukaan kulit perut
tertentu guna menangkap gambar organ-organ di dalamnya.
 Transduser akan menggambarkan kondisi organ dalam perut Anda
secara jelas melalui monitor.
c. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk melihat
organ tertentu, menggunakan alat khusus yang dimasukkan ke dalam tubuh.
Prosedur ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi gangguan atau masalah
di dalam tubuh, sehingga dapat mengobatinya dengan tepat. Endoskopi
dilakukan untuk mengamati kondisi organ di dalam tubuh, seperti saluran
pencernaan, pernapasan, saluran kemih, dan rahim. Endoskopi dapat dilakukan
untuk tujuan diagnostik (pemeriksaan) ataupun untuk menyembuhkan
penyakit.

Pelaksanaan Prosedur Endoskopi

Prosedur endoskopi dilakukan menggunakan alat bernama endoskop, yang


dimasukkan langsung ke dalam tubuh. Endoskop sendiri adalah alat berbentuk
tabung atau selang panjang, tipis, dan lentur, yang dilengkapi dengan kamera
dan senter pada bagian ujungnya.

Kamera dan senter ini berguna untuk melihat keadaan organ di dalam tubuh,
dan gambarnya akan ditampilkan pada monitor. Selain kamera, endoskop juga
bisa dilengkapi dengan peralatan bedah pada ujungnya, untuk melakukan
prosedur medis tertentu.

Sebelum endoskopi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara


menyeluruh, serta berbagai tes penunjang, seperti pemeriksaan darah dan
Rontgen. Dokter juga akan memberikan penjelasan mengenai cara prosedur
dilakukan serta persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien, misalnya
apakah pasien perlu berpuasa sebelumnya atau menginap di rumah sakit.

Endoskopi dapat dilakukan pada pasien dalam kondisi sadar, namun sebagian
endoskopi perlu anastesi, baik itu bius lokal atau bius total.

Lama prosedur endoskopi hanya sekitar 15-60 menit. Dokter akan


memasukkan alat endoskop ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, anus,
saluran kemih, vagina, atau melalui sayatan kecil pada kulit.
d. Gula darah
Tes gula darah bertujuan memeriksa kadar glukosa dalam tubuh Anda.
Pemeriksaan ini seringkali digunakan untuk membantu dokter dalam
mendiagnosis dan memantau penyakit diabetes..Pemeriksaan gula darah
diperlukan untuk menyediakan informasi bagi dokter yang kemudian
bermanfaat dalam menentukan pengobatan diabetes.
Secara umum, fungsi tes gula darah meliputi:
 Memantau efektivitas obat diabetes pada kadar gula darah
 Mengidentifikasi kadar gula darah, baik yang tinggi maupun rendah
 Memantau perkembangan penderita dalam mencapai target pengobatan
diabetes
 Melihat pengaruh olahraga dan pola makan terhadap kadar gula darah
 Melihat pengaruh faktor lain, seperti penyakit tertentu atau stres

Tes gula darah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengambilan darah
melalui pembuluh darah vena atau menggunakan alat khusus pengukur gula

darah (glukometer).
Tes gula darah dengan pengambilan sampel darah
 Prosedur pengambilan darah melalui pembuluh darah vena
meliputi:
 Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah
dengan cairan antiseptik untuk membunuh kuman.
 Lengan atas akan diikat oleh perban elastis agar aliran darah di
lengan dapat terkumpul.
 Setelah vena ditemukan, darah lalu akan diambil dengan jarum
suntik steril dari pembuluh darah. Pasien mungkin akan merasa
sedikit nyeri ketika jarum dimasukkan, tapi keluhan ini dapat
diredakan dengan melemaskan tangan.
 Ketika sampel darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan
bagian yang disuntik akan ditutup dengan perban.
 Tenaga medis akan memberikan tekanan selama beberapa
menit untuk mencegah memar.
 Sampel darah yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis.
Bila Anda juga dianjurkan menjalani tes gula darah dua jam setelah
makan, Anda akan diminta untuk makan segera sehabis tes gula darah
puasa. Dua jam kemudian, sampel darah Anda diambil lagi untuk
diperiksa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi adalah zat-zat atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Masalah nutrisi erat
kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh
kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh
kita sehingga bisa menyebabkan penyakit atau terkena gizi buruk oleh
karena itu kita harus memperbanyak nutrisi
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan dan ke
kurangam, oleh sebab itu penulis mengharapkan kepada pembaca
setelahembaca makalah ini saran dan kritik dari pembaca sangat
diharapkan untuk dijadikan acuan agar dalam penulisan selanjutnya
dapat lebih baik.
DAFTAR ISI
https://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wp-
content/uploads/2016/12/PENGUKURAN-ANTROPOMETRI.pdf
https://www-sehatq-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/artikel/cara-
menghitung-indeks-massa-tubuh-imt-yang-akurat/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA
%3D%3D#aoh=16079536714070&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.sehatq.com%2Fartikel%2Fcara-menghitung-indeks-
massa-tubuh-imt-yang-akurat
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/gastroentero-
hepatologi/pemeriksaan-fisik-abdomen/teknik
https://www.alodokter.com/disfagia
https://www-sehatq-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/artikel/pemeriksaa
n-bising-usus-normal-dapat-temukan-penyumbatan-usus/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA
%3D%3D#aoh=16079558988863&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.sehatq.com%2Fartikel%2Fpemeriksaan-bising-usus-
normal-dapat-temukan-penyumbatan-usus
https://idnmedis
https://wwwsehatcom.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/
artikel/prosedur-usg
https://www.alodokter.com/endoskopi-melihat-kondisi-tubuh-dari

Anda mungkin juga menyukai