Anda di halaman 1dari 64

PROPOSAL

PENERAPAN TEKNIK GUIDED IMAGERY DALAM MENURUNKAN


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERATIF

WAHYUDI
105111100519

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
PENERAPAN TEKNIK GUIDED IMAGERY DALAM MENURUNKAN
TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERATIF

Proposal
ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Makassar

WAHYUDI
105111100519

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Wahyudi
Nim : 105111100519
Program studi : Diploma III Keperawatan
Institusi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal yang saya tulis


ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya
akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Makassar, 07 Juli 2022


Yang Membuat Pernyataan

WAHYUDI

Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Sitti Maryam Bachtiar, S.Kep., Ns., M.Kep Muhammad Purqan Nur, S.Kep., M.Kes
NIDN. 0915097603 NIDN. 0916018502

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal oleh Wahyudi NIM 105111100519 dengan judul “Penerapan


Teknik Guided Imagery Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan pada
Pasien Pre Operatif” Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan di
depan penguji Prodi Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Makassar, pada Tanggal 07 Bulan Juli dan Tahun 2022

Makassar, 07Juli 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Sitti Maryam Bachtiar, S.Kep., Ns., M.Kep Muhammad Purqan Nur, S.Kep., M.Kes
NIDN. 0915097603 NIDN. 0916018502

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal oleh Wahyudi dengan judul “Penerapan Teknik Guided Imagery


Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operatif” Telah
dipertahankan di depan penguji pada tanggal 07 bulan Juli tahun 2022.

Dewan penguji

1. Penguji Ketua
A. Nur Anna AS. S.Kep., Ns., M.Kep (.........................................)
NIDN : 0902018803

2. Penguji Anggota I
Muhammad Purqan Nur, S.Kep.M.Kes (……….…………………… )
NIDN : 0916018502

3. Penguji Anggota II
Sitti Maryam Bachtiar, S.Kep., Ns., M.Kep (………..…………...………)
NIDN :0915097603
Mengetahui,
Ketua Prodi

Ratna Mahmud, S.Kep., Ns., M.Kes


NBM : 883 575

v
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan Kepada Allah SWT


atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal yang berjudul “Penerapan Teknik Guided
Imagery Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre
Operatif” sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi D-III
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Demikian pula ucapan terima kasih yang tulus, rasa hormat dan
penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung,. M.Si, Ak. C. A Selaku


Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Prof. Dr. dr. Suryani. As’ad,. Sp. GK (K) Selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Makassar
4. Ibu Ratna Mahmud, S.,Kep.,Ns.,M.,Kes Selaku Ketua Prodi DIII
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ibu A. Nur Anna AS. S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku penguji yang telah
banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini
6. Ibu Sitti Maryam Bachtiar, S.Kep., Ns., M.Kep, serta Bapak
Muhammad Purqan Nur, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan motivasi, dan saran dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

vi
7. Ibu Nurlina, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku penasehat akademik yang
telah memberikan nasehat dan pengalaman selama menempuh
pendidikan di Prodi D-III Keperawatan Unismuh Makassar
8. Kepada kedua orang tua Ayah Frans WIrawan, Ibu Nilmawati, serta
Keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan doa sampai
sekarang.
9. Terkhusus kepada Badan Pimpinan Harian Pikom IMM Prodi
Keperawatan FKIK Unismuh yang turut mendukung dan
membersamai selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini


kemungkinan terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi menyempurnakan karya di
masa mendatang. Semoga penelitian ini bernilai ibadah disisi Allah SWT
dan dapat memberikan manfaat kepada kita semua Aamiin.

Wassalamu Alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh.

Makassar, 07 Juli 2022

Wahyudi
NIM : 105111100519

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR.............................................................................................i
SAMPUL DALAM..........................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.........................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xii
ARTI LAMBANG SINGKATAN DAN ISTILAH...........................................xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
A. Konsep Teori Guided Imagery.................................................6
B. Konsep Dasar Kecemasan....................................................10
C. Konsep Keperawatan Pre Operatif........................................21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................25
A. Rancangan Studi Kasus.........................................................25
B. Subjek Studi Kasus................................................................25
C. Fokus Studi Kasus.................................................................25
D. Definisi Operasional...............................................................25
E. Instrumen Penelitian..............................................................26
F. Metode pengumpulan Data....................................................26
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus..............................................27
H. Analisis Data dan Penyajian Data..........................................27

viii
I. Etika Studi Kasus...................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................30
LAMPIRAN.................................................................................................40

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Respon Fisiologis terhadap Ansietas..........................................15


Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif..............................................................16

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rentang respon adaptif – maladaptif.......................................13

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi..................................................................41


Lampiran 2. PSP (Penjelasan untuk mengikuti penelitian)........................42
Lampiran 3. Informed Consent..................................................................43
Lampiran 4. Lembar Wawancara...............................................................42
Lampiran 5. Penilaian tingkat kecemasan.................................................43
Lampiran 6. SOP Terapi Guided Imagery.................................................48
Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup.............................................................51

xii
ARTI LAMBANG SINGKATAN DAN ISTILAH

ANXIETY : Kecemasan

DPP : Dewan Pengurus Pusat

EKG : Elektrokardiogram

GABA : Asam Gamma-Aminobutirat

GCS : Glasgow Coma Scale

GUIDED IMAGERY : Imajinasi Terbimbing

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

HIPKABI : Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PHBS : Pola Hidup Bersih dan Sehat

PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indonesia

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

SIKI : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia

WHO : World Health Organization

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan adalah salah satu tindakan medis

yang penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan ini dilakukan

pada pasien dengan masalah kesehatan ringan hingga berat.

Tindakan operasi bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah

kecacatan, dan komplikasi sehingga prosedur ini bisa menimbulkan

rasa cemas pada pasien yang berada dalam fase pre operasi.

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya (Setiani, 2017). Kecemasan yang saya maksudkan disini

adalah adanya perasaan takut akan nyeri yang dirasakan pada saat

operasi atau adanya rasa khawatir akan terjadinya kegagalan dalam

prosedur operasi yang menyebabkan kematian, serta adanya rasa

khawatir teradap perubahan citra diri ataupun konsep diri bagi pasien

yang menjalani tindakan operasi. Kecemasan sebelum operasi bisa

menyebabkan hipertensi, peningkatan detak jantung dan dapat

menyebabkan perdarahan.

Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2014

menyebutkan dari 53% pasien pre operasi mengalami cemas (Aryani

& Shomad, 2017).Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ethiopia

oleh Bedaso & Ayalew, (2019) prevalensi kecemasan pre operatif

1
cukup tinggi 47,0%. Sementara di Indonesia, penelitian di RSUD dr.

Soekarjo Tasikmalaya menunjukkan bahwa kecemasan preoperatif

pada pasien dijumpai sebesar 71,4% (Spreckhelsen et al., 2021)

Menurut penelitian yang telah dilakukan (Ulfa, 2017), tingkat

kecemasan pasien yang menjalani operasi didapatkan hasil 20%

dengan kecemasan ringan, 73% dengan tingkat kecemasan sedang

dan 7% dengan tingkat kecemasan berat. Penelitian lain yang

dilakukan di Kota Makassar tepatnya di RSUD Kota Makassar pada

tahun 2014 ditemukan 6 orang mengalami kecemasan ringan (40%)

dan 9 orang mengalami kecemasan sedang (60%) pada pasien pre

operatif (Mukhlishah & Ubo, 2019). Hal ini perlu menjadi perhatian

penting bagi seorang perawat dalam merawat pasien khususnya pada

pasien yang sedang berada dalam tahap pre operatif.

kecemasan yang dialami oleh pasien pre operatif akan

mengakibatkan operasi tidak dapat dilaksanakan karena akan muncul

gejala peningkatan tekanan darah yang apabila tetap dilaksanakan

operasi dapat memberikan kesulitan menghentikan pendarahan

(Wiyono, 2021).Tentunya ketika terjadi pendarahan yang sulit

dihentikan akan memberikan dampak yang semakin buruk pada

pasien salah satunya adalah terjadinya syok hipovolemik.

Dengan adanya beberapa penelitian diatas sehingga Setiani

(2017) menyebutkan bahwa kecemasan adalah diagnosa

keperawatan utama yang dialami pasien pre operasi. Gejala yang

2
dialami oleh pasien adalah merasa khawatir dengan akibat dari

kondisi yang dihadapi, tampak gelisah dan sulit tidur (DPP PPNI,

2017). Maka dengan timbulnya gejala tersebut sehingga membuat

pasien mengalami gangguan kecemasan.

Dalam penerapan pasien yang mengalami kecemasan ketika

akan dilakukan tindakan operasi, maka perawat perlu memberikan

tindakan pre operatif dengan tujuan menurunkan tingkat kecemasan

pasien, salah satunya adalah guided imagery.

Guided Imagery atau imajinasi terbimbing adalah salah satu

terapi komplementer atau teknik relaksasi yang bisa digunakan

sebagai obat penenang dalam situasi sulit karena teknik ini mampu

membuat seseorang menjadi lebih tenang dan damai, serta

mengurangi tingkat kecemasan.

Dalam (Legi et al., 2019) bahwa guided imagery terbukti untuk

menurunkan kecemasan karena guided imagery berpengaruh dalam

sistem kontrol fisiologi tubuh, memberikan relaksasi dan menghasilkan

hormon endorphin untuk membuat tenang. Guided imagery telah

terbukti dapat menurunkan kecemasan dan nyeri pada pasien yang

dilakukan pembedahan, hal ini dibuktikan oleh kurangnya penggunaan

obat-obatan (Legi et al., 2019). Hal ini dikarenakan teknik guided

imagery diarahkan untuk menuntun seseorang dalam membayangkan

sebuah sensasi apa yang dilakukan oleh sistem indra tubuh dalam

3
kondisi rileks dan menyenangkan (untuk mengurangi stres, cemas,

dan nyeri).

Menurut (Wahyuningsih & Agustin, 2020), teknik guided imagery

yang dilakukan pada pasien sebelum operasi dapat berdampak positif

yaitu pasien akan mengalihkan rasa takut dan cemas dengan hal – hal

yang membuatnya senang dan bahagia sehingga melupakan

kecemasan yang sedang dialaminya. Adanya penambahan musik

instrumental yang tenang dan lingkungan yang nyaman dapat

memudahkan pasien dalam menjalani guided imagery.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mardiani &

Hermawan, 2019) diperoleh nilai rata-rata tingkat kecemasan sebesar

17,88 sebelum dilakukan terapi guided imagery, kemudian setelah

dilakukan guided imagery diperoleh nilai rata-rata kecemasan sebesar

15,74. Hal ini menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan yang

dialami oleh pasien pre operatif setelah diterapkan teknik guided

imagery. Guided imagery efektif terhadap penurunan tingkat

kecemasan pasien pra operasi sehingga terapi ini dapat menjadi

acuan bagi perawat khususnya yang bertugas di ruang operasi untuk

dapat memperhatikan aspek psikologis pasien dan mempersiapkan

pasien secara fisik dan psikologis sebelum menjalani proses operasi

(Polii & Wetik, 2020)

Berdasarkan uraian di atas maka sangat perlu bagi perawat

untuk memberikan terapi yang tepat dan menenangkan pada pasien

4
yang mengalami kecemasan sebelum menjalani tindakan operasi atau

pembedahan. Dalam hal ini terapi yang saya maksudkan adalah

guided imagery. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang penerapan teknik guided imagery dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah yaitu “Bagaimanakah teknik guided imagery dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien pre operatif menggunakan metode guided

imagery.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat

Memberikan pemahaman tentang teknik guided imagery yang

berguna untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre

operatif.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah wawasan ilmu di bidang keperawatan tentang guided

imagery serta perawat mampu menjadikan guided imagery

5
sebagai salah satu acuan dalam menurunkan tingkat kecemasan

pada pasien pre operatif khususnya perawat yang berada di ruang

bedah maupun ruang perawatan dan juga sebagai referensi

tambahan bagi para tenaga dan mahasiswa kesehatan

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan tentang pelaksanaan guided imagery dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Guided Imagery

1. Pengertian

Guided Imagery atau imajinasi terbimbing adalah salah satu

teknik relaksasi yang bisa digunakan sebagai obat penenang

dalam situasi sulit karena teknik ini mampu membuat seseorang

menjadi lebih tenang dan damai, serta mengurangi kecemasan.

Guided imagery merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk

mengkaji kekuatan pikiran seseorang ketika dalam keadaan sadar

maupun tidak sadar dengan tujuan menghasilkan sebuah

bayangan gambaran yang dapat membawa ketenangan dan

perasaan damai (Dewi & Rahmita, 2019).

Dilihat dari pengertian diatas maka saya menyimpulkan bahwa

guided imagery adalah sebuah metode yang dapat digunakan

seseorang dalam membantu orang yang mengalami nyeri maupun

gangguan mental dengan cara membimbing untuk melakukan

imajinasi atau membayangkan sebuah sensasi mengenai apa

yang dilihat, dirasakan, didengar, dicium serta dalam kondisi

relaks. Dalam melakukan teknik guided imagery penting untuk

memperhatikan 3 hal, yaitu : posisi tidur yang nyaman, pikiran

dalam keadaan tenang dan tentunya adalah lingkungan yang

nyaman.

7
2. Jenis – Jenis Guided Imagery

Guided imagery terbagi dalam beberapa jenis, yaitu :

a. Physiologically Focused Imagery yaitu memfokuskan

fisiologis, seperti fokus pada fungsi fisiologis yang

membutuhkan penyembuhan.

b. Mental Rehearsal adalah imajinasi untuk melatih mental,

seperti kesiapan seseorang dalam menjalani tindakan operasi

c. Receptive Imagerydigunakan untuk scanning tubuh untuk

penyembuhan langsung.

d. Pleasant Imagery yaitu dengan membantu seseorang untuk

membayangkan sesuatu yang menyenangkan dan

menenangkan, seperti membayangkan tempat yang tenang.

3. Tujuan Guided Imagery

Teknik guided imagery bertujuan untuk :

a. Mengurangi rasa nyeri

b. Menurunkan tingkat kecemasan

c. Mengelola stres dan koping dengan cara berkhayal

membayangkan sesuatu

d. Meningkatkan kualitas tidur

e. Menurunkan tekanan darah tinggi

f. Mengurangi sakit kepala

g. Membawa klien pada ketenangan dan keheningan

8
4. Manfaat Guided Imagery

7
Guided Imagery memiliki manfaat sebagai penyembuh yang

sangat efektif dalam mengurangi rasa nyeri serta mampu

membantu seseorang dalam mengatasi gangguan mental berupa

kecemasan, depresi, dan rasa takut yang berlebih. Oleh karena itu

guided imagery menjadi terapi yang sangat tepat dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operatif

dikarenakan teknik ini mampu memberikan rasa nyaman, tenang

dan damai pada pasien.

5. Indikasi dan Kontra Indikasi

Menurut Intening dkk (2018) indikasi dan kontra indikasi tindakan

terapi guided imagery meliputi :

Indikasi

a. Pada klien yang mengalami nyeri

b. Pada klien dengan kecemasan

c. Pada klien dengan stres

d. Pada klien dengan kesulitan tidur

e. Pada klien yang mengalami tekanan darah tinggi

Kontra Indikasi

a. Pada pasien yang sulit diajak untuk berinteraksi

b. Pada klien dengan sakit berat

6. Mekanisme Kerja Guided Imagery

8
Menurut (Ramadhanti, 2021) sampai saat ini belum diketahui

secara pasti bagaimana pemberian teknik guided imagery ini

bekerja, namun teori menjelaskan bahwa relaksasi dan imajinasi

positif mampu melemahkan psychoneuroimmunology yang

memengaruhi respon stres. Respon stres ini timbul ketika situasi

atau peristiwa (nyata atau tidak) mampu mengancam seseorang

baik secara fisik maupun kesejahteraan emosional atau tuntutan

dari suatu kondisi yang melebihi kemampuan individu.

Respon emosional seseorang terhadap kondisi yang dialami

sehingga memicu sistem limbik dan perubahan sinyal fisiologis

pada sistem saraf perifer serta otonom yang mengakibatkan

melawan stres. Mekanisme yang terjadi selama proses guided

imagery yaitu terciptanya perasaan yang tenang serta rileks pada

individu serta individu dibimbing untuk memposisikan dirinya

dengan nyaman dan menyenangkan sehingga mampu

menurunkan stres.

Guided imagery memberikan rasa rileks dan tenang sehingga

dengan imajinasi ini diharapkan dapat merubah situasi hingga

menurunkan tingkat kecemasan pasien (Ramadhanti, 2021).

7. Prosedur Tindakan Guided Imagery

Tahap Pra interaksi

9
a. Persiapan diri perawat

b. Verifikasi program

c. Persiapan lingkungan : privasi pasien dan penerangan serta

kenyamanan

Tahap Orientasi

a. Berikan salam terapeutik

b. Identifikasi data diri klien dicocokkan dengan gelang yang

digunakan oleh pasien

c. Klarifikasi kontrak sebelumnya

d. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengajukan

pertanyaan

Tahap kerja

a. Melakukan cuci tangan enam langkah

b. Atur ruangan sesuai kebutuhan

c. Lakukan penilaian tingkat kecemasan

d. Anjurkan pasien mencari posisi nyaman dan menutup

matanya

e. Kaji hal yang paling disukai oleh pasien

f. Melakukan pembimbingan dengan baik terhadap pasien

dengan cara :

1) Gunakan nama panggilan yang disukai pasien

2) Berbicara dengan nada suara ang tenang dan netral

10
3) Meminta pasien untuk memikirkan hal-hal yang

menyenangkan atau pengalaman yang membantu

penggunaan semua indera dengan suara yang lembut

(anjurkan pasien untuk menutup mata dan bimbing pasien

menemukan hal-hal yang menyenangkan)

4) Ketika pasien sudah rileks, berfokus pada bayangannya

dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi

5) Jika pasien menunjukkan tanda-tanda gelisah atau tidak

nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan

memulainya ketika pasien sudah siap

6) Relaksasi akan dirasakan seluruh tubuh, setelah 15 menit

pasien harus memperhatikan tubuhnya, catat daerah yang

tegang, daerah ini akan digantikan relaksasi. Biasanya

pasien rileks setelah menemukan hal-hal yang

menyenangkan.

7) Mengatur kembali posisi pasien senyaman mungkin

8) Mencuci tangan enam langkah

Tahap Terminasi

a. Evaluasi respon pasien

b. Simpulkan hasil tindakan

c. Anjurkan pasien agar mampu melakukan secara mandiri

d. Kontrak selanjutnya (waktu, topik/kegiatan, tempat)

11
B. Konsep Dasar Kecemasan

1. Pengertian

Anxiety atau kecemasan merupakan perasaan takut yang

disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Ansietas merupakan

pengalaman individu yang bersifat subjektif, yang sering terwujud

sebagai perilaku disfungsional yang diartikan sebagai perasaan

“kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui

dengan pasti (Varcarolis, 2007 dalam Jenita, 2017). Menurut

kemenkes RI (2016) definisi lain tentang ansietas adalah suatu

perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons,

sehingga seringkali sumber perasaan tidak santai tersebut tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Ansietas atau

kecemasan merupakan sinyal yang menyadarkan atau

memperingatkan akan adanya bahaya yang akan datang dan

membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan untuk

menghadapi ancaman (Nurhalimah, 2016).

Maka dari beberapa pengertian diatas tentang ansietas atau

kecemasan saya mengambil kesimpulan bahwa ansietas atau

kecemasan adalah adanya perasaan takut atau rasa tidak nyaman

yang dialami seseorang ketika akan menghadapi proses yang

dianggap akan membahayakan atau mengancam kehidupan dan

keselamatan individu.

12
2. Etiologi

Dalam Teguh (2015) berbagai teori telah dikembangkan

dalam menjelaskan mengenai penyebab kecemasan diantaranya

adalah :

a. Dalam pandangan psikoanalitik yang dikemukakan Sigmund

Freud, ansietas atau kecemasan disebabkan adanya konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan

superego yang dimana berfungsi untuk memperingatkan ego

tentang suatu bahaya yang harus diatasi.

b. Menurut pandangan interpersonal yang dikemukakan oleh

Sullivan kecemasan timbul karena adanya perasaan takut dari

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Hal ini

sering dikaitkan dengan trauma perkembangan seperti

perpisahan ataupun kehilangan yang menimbulkan seseorang

merasa tidak berdaya.

c. Menurut pandangan perilaku bahwa ansietas terjadi sejak

kecil dimana anak anak dihadapkan pada ketakutan yang

berlebihan sehingga memungkinkan terjadi ansietas berat

dimasa dewasa. Hal ini dianggap sebagai pembelajaran

maupun dorongan untuk menghindari rasa sakit.

d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan

merupakan hal yang biasa terjadi dalam suatu keluarga.

13
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor khusus yang disebut benzodiazepines.

Benzodiapines ini dianggap mampu membantu mengatur raca

cemas. Selain itu, penghambat asam aminobutirat-gama

neuroregulator (GABA) juga mempunyai peran dalam

mekanisme biologis yang berhubungan dengan rasa cemas.

3. Rentang respon kecemasan

Menurut Teguh (2015) rentang respon kecemasan berada

diantara respon adaptif dan maladaptif sebagai berikut :

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh

masyakarakat dan budaya yang berlaku. Hasil positif mampu

didapatkan apabila seseorang mampu menerima dan

mengatur rasa cemas yang dialaminya. Kecemasan menjadi

sebuah tantangan dan motivasi yang kuat dalam

menyelesaikan masalah. Selain itu, kecemasan menjadi

sarana dalam mendapatkan penghargaan yang tinggi dimana

strategi adaptif ini dapat digunakan seseorang untuk mengatur

kecemasan dengan cara berbicara kepada orang lain, serta

melakukan relaksasi

b. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan

seseorang untuk menyelesaikan masalah yang sulit untuk

14
diterima kalangan masyarakat dalam segi sosial dan budaya.

Ketika seseorang tidak mampu mengontrol tingkat kecemasan

yang dialami, maka seseorang menggunakan mekanisme

koping disfungsi dan tidak berkesinambungan. Koping

maladaptif ini mempunyai banyak jenis diantaranya perilaku

agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, frekuensi makan

meningkat serta perilaku-perilaku negatif lainnya.

Rentang respon kecemasan berada diantara respon

adaptif dan maladaptif seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Rentang respon adaptif – maladaptif

4. Tingkat kecemasan

Menurut Jenita (2017) tingkat kecemasan dibagi menjadi

beberapa jenis sebagai berikut :

a. Kecemasan ringan (Mild Anxiety)

Kecemasan ringan dihubungkan dengan adanya

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan

seseorang memiliki respon lebih waspada, sehingga

menyebabkan persepinya meluas dan menimbulkan indra

yang tajam. Namun, kecemasan ringan masih mampu

15
memotivasi individu untuk belajar dan memecahkan masalah

secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)

Fokus kecemasan sedang terdapat pada hal-hal yang

penting dan mengesampingkan yang lain. Seseorang yang

mengalami kecemasan sedang akan lebih selektif dalam

memperhatikan sesuatu, namun orang dengan kecemasan

sedang ini masih mampu melakukan sesuatu dengan lebih

terarah melalui arahan dari orang lain.

c. Kecemasan berat (Severe Anxiety)

Melalui sempitnya persepsi seseorang menjadi tanda

terjadinya kecemasan berat. Memiliki perhatian terpusat pada

hal yang spesifik dan tidak mampu berfikir tentang hal lain

juga menjadi tanda seseorang mengalami kecemasan berat

dimana seluruh perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangannya.

d. Panik

Kepanikan muncul disebabkan karena kehilangan kendali

diri dan detail perhatian kurang. Ketidakmampuan melakukan

apapun meski dengan perintah dapat menambah tingkat

kepanikan individu. Sebab lain seperti peningkatan aktivitas

motorik, dan berkurangnya interaksi dengan orang lain, serta

hilangnya pikiran rasional, beserta disorganisasi kepribadian.

16
5. Respon Fisiologis dan Respon Perilaku Kognitif

Menurut Teguh (2015) pasien yang mengalami kecemasan

akan memberikan respon sebagai berikut :

1) Respon Fisiologis terhadap ansietas

Tabel 1. Respon Fisiologis terhadap Ansietas


Sistem Respon

Pernapasan Frekuensi napas meningkat

Sesak napas

Pembengkakan pada tenggorokan

Sensasi tercekik

Napas dangkal

Tekanan pada dada

Kardiovaskular Palpitasi

Jantung berdebar

Peningkatan tekanan darah

Frekuensi nadi menurun

Pingsan

Neuromuskular Peningkatan refleks

Reaksi terkejut

Mata berkedip – kedip

Insomnia

Gelisah

Wajah tegang

Kelemahan umum

Gerakan yang janggal

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan

Rasa tidak nyaman pada perut

17
Tidak mau makan

Sakit perut

Mual

Nyeri ulu hati

Diare

Saluran perkemihan Sering berkemih

Tidak dapat menahan kencing

Kulit Wajah kemerahan

Telapak tangan berkeringat

Diaforesis

Gatal

Rasa panas dan dingin

Tampak pucat

2) Respon Perilaku kognitif

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif


Sistem Respon

Perilaku Gelisah

Ketegangan fisik

Reaksi terkejut

Bicara cepat

Kurang koordinasi

Cenderung mengalami cedera

Menarik diri dari hubungan interpersonal

Inhibisi

Melarikan diri dari masalah

Menghindar

Hiperventilasi

18
Sangat waspada

Kognitif Perhatian terganggu

Konsentrasi buruk

Mudah lupa

Salah dalam memberikan penilaian

Preokupasi

Hambatan berfikir

Lapang persepsi menurun

Bingung

Sangat waspada

Kesadaran diri

Kehilangan objektivitas

Takut kehilangan kendali

Takut pada gambaran visual

Takut cedera atau kematian

Sering mimpi buruk

Neuromuskular Mudah terganggu

Tidak sabar

Tegang gugup

Ketakutan

Waspada

Rasa bersalah

Mati rasa

Malu

Cemas

Kekhawatiran

19
6. Sumber Koping

Koping dapat dilakukan dengan cara menggerakkan sumber

koping di lingkungan. Hal tersebut bisa dilakukan oleh seseorang

untuk mengatasi kecemasan.

7. Mekanisme Koping

Tingkat ansietas berat dan sedang menghasilkan 2 jenis

mekanisme koping, yaitu :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu usaha yang

disadari dan berorientasi pada tindakan demi memenuhi

secara realistis tuntutan situasi stres, seperti perilaku

menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan

pemenuhan kebutuhan.

b. Mekanisme pertahanan ego dapat membantu mengatasi

kecemasan ringan dan sedang, namun berlangsung secara

tidak sadar,serta melibatkan penipuan diri, distorsi realitas dan

bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan ego yang

digunakan adalah :

1) Kompensasi

Proses dimana individu memperbaiki penurunan citra diri

dengan cara tegas menampilkan kelebihan yang

dimilikinya

20
2) Penyangkalan

Pasien memberikan pernyataaan tidak setuju dengan

reaitas dan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme

pertahanan ini merupakan mekanisme yang paling

sederhana dan kuno

3) Pemindahan

Merupakan pengalihan emosi dimana semula

ditunjukkan pada seseorang/benda tertentu yang

terkadang netral atau kurang mengancam terhadap

dirinya

4) Disosiasi

Yaitu pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku

serta kesadaran atau identitasnya.

5) Identifikasi

Proses dimana individu menciba untuk menjadi orang

yang dia kagumi dengan menirukan isi pikiran, perilaku

hingga selera orang tersebut.

6) Intelektualisasi

Pasien menggunakan logika alasan yang berlebihan

demi menghindari pengalaman yang dapat mengganggu

perasaannya.

21
7) Intojeksi

Pasien mengikuti norma dari luar sehingga ego tidak lagi

terusik oleh ancaman dari eksternal

8) Fiksasi

Pasien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu

aspek tertentu seperti emosi, perilaku dan pikiran

sehingga dapat menghalangi perkembangan selanjutnya

9) Proyeksi

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri

dengan orang lain, terutama keinginan. Perasaan

emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.

10) Rasionalisasi

Pasien memberikan keterangan bahwa sikap atau

perilakunya berdasar pada alasan yang rasional,

sehingga tidak menjatuhkan harga diri

11) Reaksi Formasi

Pasien bertingkah laku yang berlebihan sehingga

langsung bertentangan dengan keinginan atau perasaan

yang sebenarnya

12) Regresi

Pasien kembali ke perilaku yang dahulu perilaku yang

primitif)

22
13) Represi

Pasien secara tidak sadar mengesampingkan isi pikiran,

impuls dan ingatan yang menyakitkan atau

bertentangan. Hal ini merupakan pertahanan ego yang

primer dan cenderung di dukung oleh mekanisme ego

lainnya

14) Acting Out

Pasien langsung mencetuskan perasaan ketika

keinginannya sulit untuk diwujudkan

15) Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia

16) Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme

pertahanan, tetapi sebenarnya merupakan analog

represi yang disadari

17) Undoging

Tindakan atau perilaku yang menghapuskan sebagian

dari tindakan, perilaku atau komunikasi sebelumnya

merupakan mekanisme pertahanan yang terbilang

primitif.

23
8. Tanda dan Gejala Kecemasan

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

a. Merasa bingung

b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

c. Sulit berkonsentrasi

Objektif

a. Tampak gelisah

b. Tampak tegang

c. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif

a. Mengeluh pusing

b. Anoreksia

c. Palpitasi

d. Merasa tidak berdaya

Objektif

a. Frekuensi napas meningkat

b. Frekuensi nadi meningkat

c. Tekanan darah meningkat

d. Diaforesis

e. Tremor

f. Muka tampak pucat

24
g. Suara bergetar

h. Kontak mata buruk

i. Sering berkemih

j. Berorientasi pada masa lalu (SDKI, 2017)

C. Konsep Keperawatan Pre Operatif

Dalam (HIPKABI, 2014) periode pre operatif adalah fase dalam

proses pembedahan atau tindakan operasi yang dimulai pada saat

pasien diberitahu tentang perlunya operasi, termasuk prosedur

pembedahan, pemulihan, dan berlanjut sampai pasien melanjutkan

aktivitas kesehariannya.

Pada tahap ini pasien akan diberikan lembar persetujuan atau

informed consent yang akan ditandatangani oleh pasien yang

bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarga

tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan yang berguna

untuk mencegah ketidaktahuan pasien/klien tentang prosedur yang

akan dilaksanakan dan sekaligus menjadi jaminan hukum bagi pihak

rumah sakit serta petugas kesehatan.

Menurut Mersi dkk (2021) berikut ini beberapa hal yang harus

diketahui pada pasien pre operatif, yakni :

1. Data Subyektif

a. Pengetahuan dan pengertian tentang operasi yang dilakukan

1) Area yang akan dibedah

2) Jenis pembedahan

25
3) Informasi dokter mengenai kamar bedah, lama perawatan

di rumah sakit serta pembatasan setelah operasi

4) Rutinitas pre operatif

5) Rutinitas pasca operasi

6) Pemeriksaaan laboratorium

b. Pengalaman operasi yang pernah dijalani pasien

1) Sifat dan jenis pembedahan yang pernah dialami

2) Jarak waktu pembedahan antara pembedahan yang dulu

dan pembedahan yang akan dijalani saat ini

c. Keprihatinan atau perasaan spesifik tentang pembedahan

yang akan dijalani

d. Makna agama dalam hidup pasien

e. Orang yang berarti bagi pasien

1) Jarak geografis

2) Persepsi pasien mengenai dukungan yang diberikan

orang berarti baginya

f. Perubahan pola tidur

2. Data Obyektif

a. Pola bicara

1) Topik pembicaraan berulang

2) Mengubah pembicaraan secara terus-menerus

3) Mencoba menghindari pembicaraan yang menyangkut

perasaan pasien

26
b. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain

c. Fisik

1) Mengalami takikardi dan peningkatan pernapasan

2) Keringat ditelapak tangan

3) Kedua tangan tidak bisa diam

4) Sering buang air kecil

selain data diatas maka seorang perawat pre operatif harus

melakukan pemeriksaan fisik pada pasien yang akan menjalani

tindakan operasi diantaranya :

a. Status sistem pernafasan

Terganggunya pernapasan disebabkan efek anestesi serta

peningkatan mucus dapat mengakibatkan atelectasis dan

pneumonia. Maka untuk menghindari terjadinya hal tersebut

perlu untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi.

b. Status sistem kardiovaskular

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan

pada jantung maka perlu dilakukan pemeriksaan EKG

(Elektrokardiogram) untuk mendeteksi tanda-tanda disritmia

jantung utamanya pada pasien di atas 40 tahun. Tanda-tanda

vital dan auskultasi jantung perlu dilakukan dengan

memperhatikan adanya mur-mur atau iregularitas.

27
c. Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal sangat perlu untuk dikaji agar dapat

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit maka

perawat perlu untuk memantau jumlah, warna,bau, kekeruhan

atau kejernihan urine.

d. Sistem Muskuloskeletal

Ketidaknormalan pada struktur sendi atau adanya keterbatasan

pergerakan sendi juga menjadi masalah dalam posisi tubuh

pasien pada saat pembedahan. Termasuk pengkajian

neurologis yakni tingkat kesadaran atau GCS (Glasgow Coma

Scale), orientasi, fungsi sensorik dan motorik. Pengkajian ini

sebagai data dasar untuk mengetahui apabila ada tanda

kecemasan yang dialami oleh pasien.

e. Status Hidrasi

Status hidrasi pasien berguna untuk mengetahui kemungkinan

terjadi perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat

status puasa, pemberian cairan intravena, perdarahan yang

terjadi pada intra operasi dan pasca operasi, serta keluarnya

drainase dari luka yang berlebihan.

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Proposal ini menggunakan rancangan studi kasus deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Data hasil penelitian menggunakan

metode keperawatan mulai dari sebelum melakukan Teknik Guided

Imagery hingga setelah melakukan agar dapat menilai hasil dari

tindakan keperawatan tersebut.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus terdiri dari pasien yang berada pada tahap pre

operatif dengan masalah gangguan kecemasan. Adapun kriteria

inklusi dan ekslusi subjek studi kasus ini yaitu sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a. Pasien yang berada dalam tahap pre operatif

b. Pasien yang mengalami kecemasan minimal pada tingkat

sedang

c. Pasien yang sedang dirawat di ruang perawatan bedah

d. Pasien bersedia menjadi responden

2. Kriteria ekslusi

a. Pasien yang mengalami gangguan sistem indera

b. Pasien yang telah menjalani beberapa operasi

c. Partisipan terlibat dalam penelitian lain


C. Fokus Studi Kasus

Studi kasus ini berfokus pada pasien yang mengalami kecemasan

dalam tahap pre operatif.

D. Definisi Operasional

1. Kecemasan merupakan perasaan takut atau rasa khawatir akan

terjadinya kegagalan dalam prosedur operasi yang menyebabkan

kematian. Kecemasan dapat diketahui dengan melihat tanda dan

gejala yang dirasakan oleh pasien. Pada pasien yang mengalami

kecemasan biasanya akan terlihat gelisah, tremor, wajah pucat

dan terjadinya peningkatan frekuensi nadi serta tekanan darah.

Dalam menilai kecemasan maka digunakan tanda dan gejala

ansietas berdasarkan SDKI.

2. Guided imagery adalah salah satu terapi komplementer yang

digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan.Teknik ini

mengantar atau membimbing pasien untuk melakukan imajinasi

dalam keadaan rileks dengan cara membayangkan hal – hal yang

dapat membuat pasien menjadi lebih tenang seperti

membayangkan pemandangan, membayangkan sedang berada di

air terjun yang tenang dan sejuk. Hal ini dilakukan agar pasien

mampu mengurangi tingkat kecemasan dengan cara berimajinasi.

3. Pre operatif merupakan tahap pertama dalam melakukan prosedur

operasi. Pada tahap ini pasien akan mempersiapkan diri untuk

menjalani tindakan operasi. Pasien akan diberikan informed

32
consent sebagai persetujuan untuk menjalani tindakan operasi.

Pada tahap ini biasanya pasien akan mengalami gangguan

kecemasan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

tentang prosedur yang akan dijalani atau pengalaman pertama

pasien dalam menjalani prosedur operasi.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah, SOP

guided imagery (terlampir), format tanda dan gejala kecemasan

(terlampir), lembar wawancara (terlampir), lembar observasi

(terlampir).

F. Metode pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen wawancara

dan observasi. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah dengan menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria

inklusi, kemudian meminta persetujuan pasien untuk diteliti (informed

consent). Peneliti mengukur kecemasan pasien dengan melihat tanda

dan gejala ansietas yang dialami oleh pasien, kemudian menerapkan

terapi guided imagery dan setelah selesai melakukan pengukuran

kecemasan sebelum dan setelah terapi diberikan maka akan dicatat di

lembar observasi. Adapun beberapa metode pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Wawancara

33
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara tanya awab dan tatap muka langsung terhadap responden

dan sumber data. Wawancara terbagi dua yaitu :

a. Wawancara terstruktur dimana peneliti telah mengetahui

dengan pasti apa yang akan ditanyakan kepada responden

sehingga pertanyaan telah dibuat secara tersistematis.

b. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara bebas, yakni

peneliti tidak menggunakan pedoman tentang pertanyaan yang

akan diajukan, dan hanya membuat poin – poin penting yang

ingin digali dari responden.

2. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

mengatur sikap responden dan juga untuk merekam berbagai

informasi yang terjadi. Teknik ini digunakan untuk mempelajari

perilaku manusia, gejala-gejala alam, dan proses kerja.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat pelaksanaan studi kasus akan dilaksanakan di RS.TK. II

Pelamonia Makassar.

2. Studi kasus ini akan dilaksanakan pada tanggal 14- 16 Juli 2022.

H. Analisis Data dan Penyajian Data

1. Analisis data

a. Analisis Univariat

34
Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik

variabel yang diteliti. Hasil univaial terdiri dari distribusi

frekuensi dan presentase data tingkat kecemasan sebelum

dan setelah diterapkan guided imagery.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui interaksi antara

dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun

korelatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin menganalisis

perbandingan tingkat kecemasan sebelum dan setelah

penerapan teknik guided imagery.

2. Penyajian Data

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk narasi, tabel

dan presentase

I. Etika Studi Kasus

Menurut Surahman et al (2016) Beberapa prinsip etika dalam

melaksanakan studi kasus adalah sebagai berikut :

1. Beneficence

Prinsip ini mengutamakan keselamatan seseorang bahwa

pada dasarnya di atas segalanya tidak boleh membahayakan

responden atau subjek penelitian. Beneficence sendiri terbagi

menjadi empat dimensi, yaitu :

35
a. Bebas dari bahaya, yakni peneliti wajib berusaha untuk

melindungi subjek yang diteliti, terhindar dari bahaya dan

ketidaknyamanan baik fisik maupun mental.

b. Bebas dari eksploitasi, keterlibatan responden dalam

penelitian tidak seharusnya merugikan mereka atau

memaparkan mereka pada situasi yang mereka tidak

disiapkan.

c. Manfaat dari penelitian, yakni penting untuk meningkatkan

pengetahuan yang akan berdampak pada subjek penelitian,

dan lebih lagi ketika pengetahuan tersebut memberi pengaruh

bagi suatu disiplin hingga anggota masyarakat.

d. Rasio antara risiko dan manfaat, yakni peneliti dan penilai

wajib menelaah keseimbangan antara manfaat dan resiko

dalam penelitian.

2. Menghargai Martabat Manusia

a. Self Determination (Hak untuk memutuskan sendiri)

Prinsip ini mengandung arti bahwa subjek memiliki kebebasan

untuk memutuskan apakah dia ingin berpartisipasi dalam

suatu penelitian tanpa adanya paksaan, perlakuan yang tidak

adil serta resiko untuk dihukum.

b. Full Disclosure (Hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap)

Bermakna bahwa peneliti telah memberikan penjelasan penuh

tentang sifat penelitian kepada subjek penelitian.

36
3. Mendapatkan Keadilan

a. Memilah subjek dengan adil dan tidak diskriminatif

b. Perlakuan yang tidak menyalahkan mereka yang

membatalkan keikutsertaannya dalam penelitian

c. Menghargai segala persetujuan yang telah disepakati antara

peneliti dan subjek

d. Subjek dapat mengakses penelitian ketika diperlukan untuk

mengklarifikasi informasi

e. Mendapatkan penjelasan ketika tidak diberikan sebelum

penelitian yang dilakukan atau mengklarifikasi isu yang

ditimbulkan pada saat penelitian

f. Memberikan perlakuan yang penuh rasa hormat selama

penelitian

37
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, H. P., & Shomad, M. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Tentang Persiapan Fisik Pre Operasi Dalam Menurunkan Kecemasan
Pada Pasien Hernia. Keperawatan Dan Kebidanan, 9(2), 24–29.
Bedaso, A., & Ayalew, M. (2019). Preoperative anxiety among adult
patients undergoing elective surgery: A prospective survey at a
general hospital in Ethiopia. Patient Saf Surg., 0(13), 18.
https://pssjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13037-019-
0198-0(diakses pada tanggal 18 Mei 2022)
Heriana P, 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.Tangerang:
BINARUPA AKSARA.
HIPKABI, (2014). Buku Pelatihan Dasar - Dasar Keterampilan Bagi
Perawat Kamar Bedah.Jakarta: HIPKABI Press Jakarta
Intening., V., R, Ismoyowati., T., A, & Kurniawan., E., A., P., B. (2018).
Modul Praktik Keperawatan Dasar 1. Yogyakarta: STIKES Bethesda
Yakkum
Jenita., D., T., D. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: PUSTAKA
BARU PRESS.
Kementerian Kesehatan RI, 2018. (2018).
Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. In Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (p. 198).
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/20
18/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf (diakses pada tanggal 02
Juni 2022)
Legi, J. R., Sulaeman, S., & Purwanti, N. H. (2019). Pengaruh Storytelling
dan Guided-Imagery terhadap Tingkat Perubahan Kecemasan Anak
Usia Prasekolah yang Dilakukan Tindakan Invasif. Journal of
Telenursing (JOTING), 1(1), 145–156.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.496 (diakses pada tanggal 19 Mei
2022)

30
Mardiani, N., & Hermawan, B. (2019). Pengaruh Teknik Distraksi
Guidance Imagery Terhadap Tingkatan Ansietas Pada Pasien Pra
Bedah Di Rsud Linggajati Kabupaten Kuningan. Jurnal Soshum
Insentif, 136–144. https://doi.org/10.36787/jsi.v2i1.117 (diakses pada
tanggal 19 Mei 2022)
Mersi., E. et al. (2022). Keperawatan Medikal Bedah 1. Jawa Tengah:
Tahta Media Grup.
Mukhlishah Nurul Khair, Naharia La Ubo, N. M. (2019). Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar. Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar, 10(2), 85–91.
Nurhalimah, 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Polii, G. B., & Wetik, S. V. (2020). Pengaruh Guided Imagery Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre-Operasi. Jurnal Kesehatan, 9(2),
130–136.
Putri, D, M, P., & Amalia, R, N. (2019). Terapi Komplementer : Konsep
dan Aplikasi Dalam keperawatan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru
Ramadhanti, P., S. (2021). Guided Imagery for Trauma. Jawa Barat:
Guepedia.
Setiani, D. (2017). Identifikasi Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien
Fraktur di Ruang Aster dan Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2), 83–87.
https://doi.org/10.30650/jik.v5i2.55 (diakses pada tanggal 18 Mei
2022)
Spreckhelsen, T., Jalaluddin, M., Chalil, A., Muhammadiyah, U., & Utara,
S. (2021). JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 5 No. 4 Oktober 2021. 5(4),
32–41.
Surahman., Rachmat M., & Supardi , S. (2016). Metodologi Penelitian).
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Teguh., P. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

31
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tri Anjaswarni, (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Ulfa Miftakhul. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Terencana Di Rsu Dr.Saiful
Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1), 57–60.
www.jik.ub.ac.idwebsite:www.jik.ub.ac.id (diakses pada tanggal 18
Mei 2022)
Wahyuningsih, W., & Agustin, W. R. (2020). Terapi Guide Imagery
Terhadap Penurunan Kecemasan Pasien Preoperasi Sectio
Caesarea. Jurnal Keperawatan ’Aisyiyah, 7(1), 31–37.
https://doi.org/10.33867/jka.v7i1.163 (diakses pada tanggal (19 Mei
2022)
Wiyono, H. (2021). Penurunan Tingkat Kecemasan Melalui Breathing
Exercise. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(3), 481–486.
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/947 (diakses
pada tanggal (18 Mei 2022)
.

32
L
A
M
P
I
R
A
N

Lampiran 1. Lembar Observasi

40
No Waktu Tanda dan gejala Kecemasan
Pemberian Sebelum terapi Setelah Terapi
Guided Imagery Guided Imagery

Lampiran 2. PSP (Penjelasan untuk mengikuti penelitian)


1. Kami adalah penelitian berasal dari Prodi DIII Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan ini meminta

41
saudara (i) untuk berpartisipasi dalam dan sukarela dalam
penelitian yang berjudul.”Penerapan Teknik Guided Imagery Dalam
Menurunkan Kecemasan pada Pasien Pre Operatif”.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah memperoleh gambaran
penerapan teknik guided imagery dalam menurunkan kecemasan
pada pasien pre operatif
3. Prosedur pengambilan data dengan wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih
kurang 10-15 menit. Cara ini mungkin menyebabkan
ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu merasa khawatir karena
penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan keperawatan.
4. Keuntungan yang bapak dan ibu, beserta seluruh informasi yang
saudara sampaikan akan tetap dirahasiakan.
5. Nama dan jati diri bapak dan ibu beserta seluruh informasi yang
saudara sampaikan akan tetap dirahasiakan.
6. Jika bapak ibu membutuhkan informasi sehubungan dengan
penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti pada nomor HP :
085215539554

Lampiran 3. Informed Consent


Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya
telah mendapat penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai penelitian

42
yang akan dilakukan oleh Wahyudi dengan judul “Penerapan Teknik
Guided Imagery dalam Menurunkan Kecemasan pada pasien pre operatif
di Rs TK II Pelamonia”.
Saya memutuskan setuju ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya
menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Makassar, Juli 2022

Saksi yang Memberikan Persetujuan

(……………………………) (……………………………)

Peneliti

Wahyudi
105111100519

43
Lampiran 4. Lembar Wawancara
Format Pengkajian

A. Identitas Pasien
Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Pekerjaan :
No. RM :
Tanggal Pengkajian :
Tanggal Masuk RS :

Diagnosa Medis :
B. Penanggungjawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien:
C. Alasan datang/ alasan perawatan
1. Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama :
2) Riwayat keluhan utama :
2. Riwayat kesehatan dahulu :

3. Riwayat kesehatan keluarga :

42
Lampiran 5. Tanda dan Gejala Ansietas

Hasil Pemeriksaan
Tanda dan Gejala
Ya Tidak
Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Tanda dan Gejala Minor
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu

43
Lampiran 6. SOP Teknik Guided Imagery

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TERAPI GUIDED IMAGERY
Definisi Guided Imagery atau imajinasi terbimbing adalah
salah satu teknik relaksasi yang bisa digunakan
sebagai obat penenang dalam situasi sulit karena
teknik ini mampu membuat seseorang menjadi
lebih tenang dan damai, serta mengurangi
kecemasan.
Tujuan Teknik guided imagery bertujuan untuk :
a. Menurunkan tingkat kecemasan
b. Mengurangi tingkat nyeri
c. Mengelola stres dan koping dengan cara
berkhayal membayangkan sesuatu
d. Meningkatkan kualitas tidur
e. Menurunkan tekanan darah tinggi
f. Mengurangi sakit kepala
g. Membawa klien pada ketenangan dan
keheningan

Indikasi a. Pada klien yang mengalami nyeri


b. Pada klien dengan kecemasan
c. Pada klien dengan stres
d. Pada klien dengan kesulitan tidur
e. Pada klien yang mengalami tekanan darah
tinggi
Kontra Indikasi a. Pada pasien yang sulit diajak untuk berinteraksi
b. Pada klien dengan sakit berat
Tahap Pra a. Persiapan diri perawat
Interaksi b. Verifikasi program

44
c. Persiapan lingkungan : privasi pasien dan
penerangan serta kenyamanan
Tahap Orientasi a. Berikan salam terapeutik
b. Identifikasi data diri klien dicocokkan dengan
gelang yang digunakan oleh pasien
c. Klarifikasi kontrak sebelumnya
d. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
mengajukan pertanyaan
Tahap Kerja a. Melakukan cuci tangan enam langkah
b. Atur ruangan sesuai kebutuhan
c. Lakukan pengamatan tanda dan gejala
kecemasan
d. Anjurkan pasien mencari posisi nyaman dan
menutup matanya
e. Kaji hal yang paling disukai oleh pasien
f. Melakukan pembimbingan dengan baik
terhadap pasien dengan cara :
1) Gunakan nama panggilan yang disukai
pasien
2) Berbicara dengan nada suara yang tenang
dan netral
3) Meminta pasien untuk memikirkan hal-hal
yang menyenangkan atau pengalaman
yang membantu penggunaan semua indera
dengan suara yang lembut (anjurkan pasien
untuk menutup mata dan bimbing pasien
menemukan hal-hal yang menyenangkan)
4) Ketika pasien sudah rileks, berfokus pada
bayangannya dan saat itu perawat tidak

45
perlu bicara lagi
5) Jika pasien menunjukkan tanda-tanda
gelisah atau tidak nyaman, perawat harus
menghentikan latihan dan memulainya
ketika pasien sudah siap
6) Relaksasi akan dirasakan seluruh tubuh,
setelah 15 menit pasien harus
memperhatikan tubuhnya, catat daerah
yang tegang, daerah ini akan digantikan
relaksasi. Biasanya pasien rileks setelah
menemukan hal-hal yang menyenangkan.
7) Mengatur kembali posisi pasien senyaman
mungkin
8) Mencuci tangan enam langkah
Tahap Terminasi a. Evaluasi respon pasien
b. Simpulkan hasil tindakan
c. Anjurkan pasien agar mampu melakukan
secara mandiri
d. Kontrak selanjutnya (waktu, topik/kegiatan,
tempat)

46
Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
Nama : Wahyudi
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 01 September 2001
Agama : Islam
Alamat : Jl. Taman Gosyen Raya, Hertasning
Suku : Bugis
Bangsa : Indonesia
No. Telepon : 085215539554
E-Mail : wwirawan28@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Pertiwi Aska Kabupaten Sinjai Lulus 2007
2. SD Inpres Maccini Sombala Makassardari 2007 sampai tahun 2013
3. SMPN 18 Makassar dari 2013 sampai tahun 2016
4. SMAN 11 Makassar dari tahun 2016 sampai tahun 2019
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekretaris umum OSIS SMAN 11 Makassar
2. Sekretaris umum Pikom IMM Prodi Keperawatan FKIK Unismuh
Makassar
3. Ketua umum Pikom IMM Prodi Keperawatan FKIK Unismuh
Makassar

47
48

Anda mungkin juga menyukai