Anda di halaman 1dari 48

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG

KONSELING PRANIKAH DI KECAMATAN


KARANGTENGAH DEMAK

Skripsi

Disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Semarang

Oleh :

Dimas Bayu Nur Priaji

G2A017095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2020
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa


skripsi saya dengan judul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Konseling
Pranikah di kecamatan Karangtengah” saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu
pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau
pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari dibuktikan bahwa skripsi saya adalah
hasil jiplakan, saya akan bertanggug jawab sepenuhnya dan bersedia menerima
sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang kepada saya.
Semarang, 2020

Dimas Bayu Nur Priaji

i
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KONSELING


PRANIKAH DI KECAMATAN KARANGTENGAH

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan


Dihadapan Tim penguji Skripsi
Program Studi Ilmu keperawatan
Fakultas Ilmu keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Pembimbing

Ns. Pawestri., S.Kep., M.Kes

ii
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KONSELING


PRANIKAH

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan


Tim penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

Pada tanggal , 2020

Tim Penguji:

Ns. Heryanto Adi Nugroho., M.Kep., Sp.Kom : …………………………………

Dr. Edy Soesanto., SKp., M.Kes : …………………………………

Ns. Pawestri., S.Kep., M.Kes : …………………………………

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Machmudah., M.Kep.Mat


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya Proposal
Skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Konseling
Pranikah di Kecamatan Karangtengah” telah berhasil diselesaikan. Penulisan
Proposal Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
jenjang pendidikan Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Tidak ada kata yang
terindah selain ucapan syukur atas kemudahan – kemudahan yang telah diberikan
oleh-Nya.
Banyak pihak yang telah terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd. Rektor Univeritas Muhammadiyah Semarang


2. Dr. Ir. Ali Rosyidi, MSi. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan.
3. Ns. Machmudah., M.Kep.Mat, Ketua Program Studi Ilmu keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
4. Ns. Pawestri., S.Kep., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi.
5. Ns. Heryanto Adi Nugroho., M.Kep., Sp.Kom. selaku penguji I dan Dr. Edy
Soesanto., SKp., M.Kes selaku penguji II yang senantiasa meluangkan waktu
sehingga ujian berjalan lancar.
6. Ibunda tercinta Andar Wijayanti dan Bapak Sumarno sekeluarga yang telah
memberikan semangat, kasih sayang, perhatian dan doa dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan karunia-
Nya. Adik tersayang Andria Khoirunnisa.
7. Teman–teman sejawat S1 Keperawatan Reguler angkatan 2017 Universitas
Muhammadiyah Semarang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah banyak kontribusi.
8. Terima kasih kepada Fadila Mahardini S.TP yang telah memberikan
dukungan.

iv
9. Saudara kost muslim yang telah memberikan semangat dalam proses
pembuatan skripsi ini.
10. Responden dalam penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu per satu yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan penelitian ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Kepada


semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak
pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah dihadapan Allah SWT.
Amin.

Penulis sadar bahwa apa yang penulis tulis ini masih banyak terdapat
kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf atas kesalahan yang ada,
Karena salah dan khilaf datangnya dari penulis, dan kesempurnaan hanyalah milik
ALLAH SWT. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran dari berbagai
pihak, terutama yang peduli terhadap pengembangan profesi keperawatan.
Semoga dengan tulisan yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat bagi
penyusun maupun bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum WR. Wb

Semarang, 2020

Dimas Bayu Nur Priaji

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...................................i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................ii

v
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................5
D. Manfaat penelitian...............................................................................5
E. Bidang Ilmu.........................................................................................6
F. Keaslian Penelitian..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori....................................................................................11
1. Pengertian Remaja........................................................................11
2. Batasan Usia Remaja....................................................................11
3. Perkembangan Fisik pada Remaja................................................12
B. Pengetahuan........................................................................................13
1. Pengertian.....................................................................................13
2. Tingkatan Pengetahuan.................................................................14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.........................15
C. Tinjauan Konseling Pranikah.............................................................16
1. Calon Pengantin............................................................................16
2. Pengertian Konseling Pranikah.....................................................16
3. Tujuan Konseling Pranikah..........................................................17
4. Manfaat Konseling Pranikah........................................................17
5. Langkah-langkah Konseling Pranikah..........................................18
6. Persiapan Psikologi Pranikah.......................................................18
7. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah.................................................19
8. Kesehatan Reproduksi..................................................................21
9. Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Dini.....................22
D. Kerangka Teori...................................................................................24
E. Kerangka Konsep................................................................................24

vi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian................................................................................25
B. Partisipan............................................................................................25
1. Populasi.........................................................................................25
2. Sampel..........................................................................................25
C. Definisi Operasional...........................................................................26
D. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................27
E. Etika Penelitian...................................................................................27
F. Alat Pengumpulan Data......................................................................28
G. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................28
H. Rencana Analisis Data........................................................................29

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian..........................................................................6
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................27

vii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori.............................................................................24
Skema 2.2 Kerangka Konsep..........................................................................24

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun, menurut peraturan Menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut
badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), pembatasan
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum melakukan ikatan pernikahan
(Kemenkes RI, 2012). Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia
menurut sensus penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari
jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (Infodatin, 2015).
Masa remaja merupakan tahapan antara masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Pada masa ini pubertas sampai tercapainya kematangan usia
14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Ketika memasuki usia
remaja seseorang biasa ditandai dengan mimpi basah pada laki-laki dan
menstruasi pada perempuan dan ada juga ditandai dengan tanda lainnya
sebelum masa peraliahan dari anak-anak menuju usia dimana dikatakan
remaja (Samadi, 2004).
Remaja zaman sekarang melangsungkan pernikahan di usia dini
dengan dalih berbekal rasa cinta dan kasih sayang membuat mereka yakin
melangsungkan pernikahan dini. Pernikahan dini merupakan tindakan di
bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.
Penelitian sebelumnya di Indonesia, pernikahan dini 50-20% dilakukan
oleh pasangan baru. Pernikahan dini dilakukan oleh pasangan muda yang
rata-rata umumnya berusia 18, 19, dan 20 tahun (Imas Yanti, 2014).
Faktor penyebab terjadinya pernikahan dini diantaranya ada faktor
fisiologis, psikologis, social, dan ekonomi. Secara fisiologis menjelaskan
bahwa alat reproduksi masih belum siap untuk menerima kehamilan
sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. Psikologis

1
remaja umumnya pasangan muda sulit untuk menerima suatu keadaan
yang baru. Dampak yang bisa ditimbulkan akibat pernikahan dini tersebut
bermacam-macam. Fisik anak bisa lebih cepat matang dan dewasa, namun
dari segi lain yaitu psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk
kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru
bernama keluarga, disebabkan emosi di usia remaja yang belum stabil.
Dikaji lebih dalam lagi fenomena pernikahan usia dini akan beruntut pada
masalah-masalah sosial, sebut saja kehamilan yang tidak diinginkan atau
ketidaksiapan untuk membentuk keluarga baru yang ujungnya berakhir
dengan perceraian, tindak kriminal aborsi, serta perilaku menyimpang
lainnya. Finansial usia remaja juga menimbulkan persoalan, yaitu dari sisi
pendidikan yang minim, karena minimnya pendidikan, pekerjaan semakin
sulit didapat dan hal tersebut dapat berpengaruh pada tinggi rendahnya
pendapatan keluarga (Romauli & Suryati, 2011).
Fenomena menikah di usia dini tersebut juga terjadi di masyarakat
Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. Pada tahun 2017
perkawinan di bawah umur di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak ada 6 pasang. Pasangan tersebut pada
kenyataannya masih belum siap untuk melakukan pernikahan dan
membangun bahtera rumah tangga yang baik pada umur yang masih di
bawah umur tetapi perkawinan itu tetap berlangsung. Pasa dasarnya
pasangan suami istri yang telah melangsungkan perkawinan di bawah
umur di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak tidak semua
pasangan memiliki tingkat kedewasaan atau kematangan jiwa yang bagus.
Untuk menciptakan keluarga yang senantiasa langgeng dan harmonis
banyak hal yang harus dilakukan seperti halnya melakukan konseling
pranikah.
Konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan
kepada pihak yang akan melakukan pernikahan, sehubungan dengan
rencana pernikahannya. Pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat
keputusannya agar lebih mantap dalam melakukan penyesuaian di

2
kemudian hari secara baik (Latipun, 2010). Konseling pernikahan juga
disebut dengan terapi untuk pasangan yang akan menikah. Terapi ini
digunakan untuk membantu pasangan yang belum menikah agar saling
memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling
menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik.
Penelitian ini akan difokuskan pada materi tentang pernikahan dan
bagaimana cara menghadapi perubahan setelah menikah yang biasanya
tidak di dapatkan di KUA, agar calon pasangan suami istri tidak hanya
mengandalkan bimbingan pranikah di KUA saja. Konseling pranikah juga
bertujuan sebagai fasilitas bagi pasangan untuk mempersiapakan mental
dan menolong pasangan untuk menyesuaikan diri menuju pernikahan.
Dengan adanya konseling pranikah pasangan lebih dapat percaya diri
untuk mengambil komitmen dalam pernikahan (Kertamuda & E, 2009).
Konseling pranikah telah dilaksanakan di beberapa daerah dan dirasa
cukup membuahkan hasil. Data KUA Nasional, sekitar 2 juta pasangan
menikah tiap tahunnya namun angka perceraian masih sekitar 200.000, hal
tersebut menunjukkan bahwa 10 % dari pernikahan belum berjalan dengan
baik. Penyebab dari perceraian setiap pasangan yaitu kurangnya
pengetahuan mengenai pernikahan, tidak mengetahui apa yang harus
dihindari dalam sebuah pernikahan, dan belum mengetahui cara untuk
menyukseskan pernikahan (Saleh, 2010).
Konseling pranikah tidak hanya membahas masalah psikologis dan
ekonomi menjelang pernikahan, tetapi juga menyinggung aspek kesehatan
dan seks pasangan yang mendiskusikan tentang faktor fisiologi reproduksi
manusia dalam perencanaan untuk berkeluarga. Pemeriksaan kesehatan
pranikah bertujuan mendeteksi penyakit pada calon pengantin dan
kelainan-kelainan yang bisa menular ataupun menurun ke kesehatan calon
Ibu dan bakal janin yang dikandung oleh Ibu. Kita ketahui bahwa masalah
kesehatan reproduksi masih menjadi hal yang kurang mendapatakan
perhatian dari masyarakat Indonesia sendiri (Kemenkes RI, 2015).

3
Tata cara pelaksanaan dan materi yang akan disampaikan dalam
kursus pra nikah telah diatur dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.491/11 tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.II/542 tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Pernikahan
merupakan pilihan dan tahap lanjutan seseorang dalam menjalani
kehidupan. Pernikahan bukan suatu paksakan pada setiap individu tetapi
adalah pilihan, namun suatu ikatan yang harus dijalani dengan hati yang
tulus dan tanpa ada paksan serta kesiapan diri, psikologi, kesehatan dan
materi. Kita ketahui pernikahan bukanlah hal konsekuensi mudah dan
banyak memerlukan persiapan sebelum memulainya. Saat ini Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK)
memaparkan bahwa saat ini akan ada sertifikasi untuk pernikahan serta
memberikan bekal kepada para calon pengantin. Hal tersebut dilakukan
untuk menghentikan terjadinya kemungkinan yang tidak diinginkan
setelah pernikahan. Sertifikasi yang diberikan akan membahas tentang
kesehatan reproduksi, serta penyakit yang berpotensi menular dan
menurun pada pasangan seta keturunan mereka. Peran kami di sini yaitu
salah satunya membantu berjalannya program pemerintah tersebut
(Iskandar, 2017).
Hal diatas menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian
tentang gambaran pengetahuan remaja tentang konseling pranikah di
Kecamatan Karangtengah Demak.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas dapat dirumuskan bagaimana
gambaran pengetahuan remaja tentang konseling pranikah.

4
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang konseling
pranikah.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian konsling pranikah.
b. Untuk mengetahui persiapan psikologi remaja pranikah.
c. Untuk mengetahui persiapan kesehatan remaja pranikah.
d. Untuk mengetahui Persiapan Ekonomi remaja pranikah.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi profesi kesehatan.
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk memberikan
pendidikan kesehatan kepada remaja dan calon pengantin sebelum
melaksanakan ikatan pernikahan terutama untuk persiapan menyiapkan
mental psikologi, kesehatan dan ekonomi melalui konseling yang
diberikan demi menunjang derajat kesehatan manusia kedepan dan
konseling tersebut diberikan sebagai salah satu tugas perawat yaitu
memberikan Pendidikan dan konselor kesehatan.
2. Bagi responden.
Hasil penelitian dapat memberikan edukasi bagi remaja dan calon
pengantin sebelum melakukan ikatan pernikahan sehingga dapat
memberikan persiapan lebih matang dalam melakukan pernikahan.
3. Bagi peneliti.
Penelitian ini bisa dijadikan sebuah referensi yang berguna untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
konseling pranikah pada remaja.
4. Bagi pegawai KUA
Meningkatkan pengetahuan pihak KUA terutama berkaitan pada
kemaksimalan pelayanan sehingga dapat meningkatkan mutu yang
lebih baik.

5
E. Bidang Ilmu
Penelitian ini termasuk dalam bidang Ilmu Keperawatan Komunitas

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Penelitian judul Desain Hasil
(tahun)
Silvia Roza, Pengaruh Kuantitatif Konseling
(2018) Konseling pranikah
Pranikah berpengaruh
Terhadap terhadap tingkat
Keharmonisan pemahaman
Rumah Tangga calon pengantin
Di Kua Desa di KUA Desa
Serampung Serampung
Kecamatan
Kuala Kampar
Kabupaten
Pelalawan
: Triningtyas D. Konseling Kualitatif Berdasarkan
A., & Muhayati Pranikah: Deskriftif hasil penelitian
S. (2017). Sebuah Upaya yang telah
Meredukasi dilakukan,
Budaya dapat
Pernikahan disimpulkan
Dini di bahwa
Kecamatan pernikahan dini
Pulung secara
Kabupaten keseluruhan
Ponorogo memiliki
dampak

6
psikologis bagi
pasangan usia
muda. Selain
itu, dampak lain
yang
ditimbulkan
dari pernikahan
dini adalah dari
aspek ekonomi
dan social
Umaroh, (2015) Hubungan Kuantitatif Hasil penelitian
Antara Faktor analitis yang dilakukan
Internal dan peneliti terdepat
Faktor perbedaan
Eksternal rerata anatara
Dengan sikap sebelum
Perilaku kegiatan
Seksual penyuluhan
Pranikah Pelayanan
Remaja Di Kesehatan
Indonesia Peduli Remaja
(PKPR) dengan
setelah kegiatan
penyuluhan
PKPR

7
Rido Iskandar, Urgensi Langsung dan Menunjukan
(2018) Bimbingan Tidak tingginya angka
Pranikah Langsung perceraian
Terhadap diantaranya
Tingkat disebabkan oleh
Perceraian banyaknya
pasutri yang
tidak mengikuti
bimbingan
pranikah

Wirakusuma, Pengetahuan Kuantitatif 48,1% anak


(2017) dan Perilaku Deskriptif berpengetahuan
Seksual kurang dan
Pranikah Pada 38% anak
Remaja SMA menjawab
di Wilayah dengan Benar
Kerja
Puskesmas
TampakSiring
1

1. Perbedaan penelitian ini dengan Silvia Roza (2018) adalah terletak


pada metode penelitian dimana pada penelitian sebelumnya
menggunakan metode kuantitatif sementara dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif.
2. Perbedaan penelitian dengan Triningtyas D. A., & Muhayati S. (2017)
adalah terletak pada aspek, penelitian ini ke kesehatan, kesiapan
sedangkan penelitian Triningtyas D. A., & Muhayati S. (2017) lebih ke
aspek budaya.

8
3. Perbedaan penelitian dengan Umaroh, (2015) adalah terletak pada
hubungan antara faktor eksternal dan faktor internal terhadap faktor
perilaku seksual pada remaja di Indonesia, faktor internal meliputi
tingkat Pendidikan, pengetahuan, gaya hidup dan faktor eksternal
meliputi sumber informasi, kelengkapan informasi, peran, dan tempat
tinggal.
4. Perbedaan penelitian dengan Rido Iskandar, (2018) adalah terletak
pada metode penelitian secara langsung dan tidak langsung sehingga
hasil penelitian yang menunjukan tingginya angka perceraian yang
disebabkan banyaknya pasangan pasutri yang banyak tidak mengikuti
konseling pranikah.
5. Perbedaan penelitian ini dengan Wirakusuma, (2017) adalah terletak
pada metode penelitian dimana pada penliti sebelumnya menggunakan
metode kualitatif deskriptif sedangakan pada penelitian ini
menggunakan kuantitatif deskriptif.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke masa
dewasa, yang sudah meliputi dari berbagai aspek pertumbuhan yang telah
dialami untuk mempersiapkan tujuan di masa dewasa. Perubahan
perkembangan yang dialami meliputi aspek psikis, psikososial dan fisik.
Masa remaja termasuk salah satu dari masa perlaihan perkembangan
manusia. Perubahan masa remaja atau peralihan dari masa anak-anak
menuju ke masa dewasa meliputi beberapa aspek perubahan yaitu
biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Santrock, 2007).
Dari pandangan Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) menjelaskan remaja
merupakam dimana masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa
dewasa yang mengalami berbagai perkembangan dan pertumbuhan di
semua fungsi atau aspek untuk memasuki masa dewasa (Armyati, 2011).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja dalam
(Sarwono, 2006) adalah suatu masa ketika:
a. Perkembangan individu saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perubahan perkembangan psikologi dan pola
identifikasi dari kanak-kanak sehingga menuju menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari masa ketergantungan sosial-ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif bisa diatasi secara mandiri.
2. Batasan Usia Remaja
Berdasarkan urutan proses penyesuaian menuju masa kedewasaan, ada
3 tahap perkembangan remaja yaitu: (Soetjiningsih, 2007)
a. Remaja awal (12-15 tahun).
Remaja mengalami perubahan perkembangan intelektual dan
jasmani yang sangat pesat dan intensif, sehingga minat ingin tau

10
pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja beranggapan
tidak mau untuk dianggap sebagai anak-anak lagi namun belum bisa
meninggalkan sifat kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa
remaja diumur 14 ini remaja sering merasa ragu-ragu, sunyi, kecewa,
tidak puas dan tidak stabil dalam pengontrolan sifat.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Remaja pada masa ini masih memiliki kepribadian kekanak-
kanakan tetapi pada masa ini remaja timbul unsur yang baru yaitu
keasadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.
Remaja mulai untuk menentukan nilai-nilai kehidupan dan
melakukan perenungan terhadap pemikiran yang bersifat rasional.
Perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini berisiko
akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada
remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan
penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada
masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah stabil. Remaja sudah mengenal dirinya
sendiri dan ingin hidup dengan pola hidup yang ditelah direncanakan
sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah kemana
hidupnya dan menyadari tujuan kemana hidup selanjutnya. Remaja
sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu tujuan yang
jelas yang baru ditemukannya.
3. Perkembangan Fisik pada Remaja
Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami berbagai
perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas
merupakan perubahan fisik, dimana tubuh berkembang hingga pesat
sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa. Periode ini pula
perubahan pada remaja dengan menunjukkan gejala primer dan sekunder

11
dalam pertumbuhan remaja. Diantaranya perubahan fisik tersebut
dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Ciri-ciri seks primer.
Modul kesehatan reproduksi remaja Depkes 2002 disebutkan yaitu
ciri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja laki-laki sudah bisa
melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah.
Mimpi basah terjadi pada remaja laki-laki biasanya di usia antara 10-
15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah mengalami menstruasi,
menstruasi merupakan kejadian keluarnya cairan darah dari alat
kelamin perempuan yang berupa luruhnya lapisan dinding dalam
rahim yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder.
Tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda bentuk tubuh yang
membedakan pria dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain
pertumbuhan tulang-tulang yang meliputi (badan menjadi tinggi,
anggota 16 badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh
bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi keriting, haid, dan tumbuh bulu- bulu ketiak. kemudian
Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang,
tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal
perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh rambut-
rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, rambut-
rambut di wajah bertambah tebal dan gelap, tumbuh bulu di dada.

B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek baru tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh

12
melalui panca indera mata dan pendengaran (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan seksualitas menurut Wildan dalam (Twendyasari, 2003),
adalah pengetahuan yang meliputi cara seseorang bertingkah laku atau
bersikap yang sehat dan bertanggung jawab apa yang sudah dilakukannya
dan apa akibat bagi dirinya, pasangannya, keluarga, dan masyarakat
sehingga dapat memenuhi kehidupan seksualnya dan kebahagiaan dirinya.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2007), pengetahuan yang mencakup dalam
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu ilmu yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang mirip dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, remaja bisa mengingat suatu materi
tentang hubungan seksual pranikah. Memahami merupakan tingkatan
kedua, diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dimana secara
benar tentang objek yang sudah diketahui, dan dapat mempratekkan
materi tersebut secara benar dalam kehidupan. Hal ini berarti remaja dapat
memahami suatu materi tentang konseling pranikah yang diketahui secara
benar (Notoatmodjo, 2007). Pengaplikasian sebagai tingkat pengetahuan
yang ketiga diartikan dimana sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya
terjadi. Berarti remaja mampu untuk menggunakan suatu materi tentang
konseling pranikah yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata,
sedangkan analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi yang
telah diterima atau suatu objek kedalam komponen-komponen tertentu,
tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Ini berarti remaja mampu untuk menganalisa materi
tentang konseling pranikah (Notoatmodjo, 2007).

13
Sintesis yang merupakan tingkat kelima dari pengetahuan
menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Hal ini berarti remaja
mampu untuk mensintesis tentang konseling pranikah. Ketika seseorang
telah memasuki tingkat pengetahuan yang terakhir, yaitu evaluasi maka
ini berarti bahwa remaja memiliki kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi tentang konseling pranikah (Notoatmodjo,
2007).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu tingkat
pendidikan, jenis pendidikan, informasi, budaya, dan pengalaman
(Notoatmodjo, 2003).
Tingkat Pendidikan yaitu kemampuan pembelajaran yang dimiliki
manusia untuk bekal yang sangat pokok. Macam jenis pendidikan yaitu
jenjang pendidikan secara formal yang dilakukan disekolah dan bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, sehingga jenis tingkat
pendidikan dan jenis pendidikan menghasilkan suatu perubahan dalam
pengetahuan siswa / remaja tentang konseling pranikah. Informasi juga
mempengaruhi sebuah pengetahuan yaitu dengan kurangnya informasi
tentang hubungan seksual pranikah dan cara menghindari penyakit
menular seksual menurunkan tingkat pengetahuan remaja (Notoatmodjo,
2003).
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan remaja
tentang konseling pranikah, setiap budaya yang baru akan disaring sesuai
tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut dalam suatu
daerah. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman.
Pengalaman disini bisa disimpulkan dengan umur dan tingkat pendidikan
seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan

14
didapatkan lebih luas sebagaimana dengan umur yang semakin bertambah
(Notoatmodjo, 2003).

C. Tinjauan Konseling Pranikah


1. Calon Pengantin
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin merupakan
pasangan yang akan melangsungkan hubungan pernikahan. Calon
pengantin dikatakan sebagai pasangan yang belum mempunyai ikatan
secara sah, baik secara hokum, Agama ataupun Negara dan pasangan
tersebut berproses mengikuti alur menuju pernikahan serta proses
memenuhi persyaratan guna melengkapi data-data yang diperlukan untuk
pernikahan (Depag, 2010).
Calon Pengantin terdiri dari dua kata yaitu calon dan pengantin,
yang memiliki makna sebagai berikut, “Calon merupakan individu yang
akan menjadi pengantin”. Kemudian “Pengantin merupakan orang yang
sedang melangsungkan pernikahan”. Jadi calon pengantin adalah seorang
laki-laki dan seorang perempuan yang ingin melaksanakan ikatan
pernikahan. Dengan kata lain calon pengantin ini adalah peserta yang
akan mengikuti bimbingan konseling pranikah yang diadakan oleh Kantor
Urusan Agama sebelum calon pengantin ini melangsungkan acara akad
nikah (Fatmawati, 2016).
Kelas Calon Pengantin (CATIN) adalah salah satu usaha dan
wadah kepedulian pemerintah dalam menanggulangi angka perceraian.
Permasalahan yang biasanya timbul disebabkan oleh seperti kesalahan
dalam memilih calon, tidak trpenuhinya seksualitas, sifat dan kebosanan
ritunitas. Sebab itu dibukanya kelas catin oleh Puskesmas untuk calon
pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan untuk membantu
mempersiapkan calon pengantin dalam menjalankan hubungan bahtera
rumah tangga. Bekal yang telah diberikan oleh petugas ahli tersebut dapat
menjadi petunjuk bagi calon pasangan yang akan berumah tangga didunia
dan akhirat (Nurihsan, 2009).

15
2. Pengertian Konseling Pranikah
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage
counseling) merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin.
Konseling pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang professional.
Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling menghargai,
toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi berkeluarga,
perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota
keluarganya (Willis, 2009).
Konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan suami
istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih
pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan hidupnya
baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat dalam menjalin
hubungan ke jenjang yang lebih jauh (pernikahan). Anggota keluarga
calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan
keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Kamil, 2004).
3. Tujuan Konseling Pranikah
Konseling pranikah bertujuan sebagai fasilitas bagi pasangan untuk
mempersiapkan mental dan menolong pasangan untuk menyesuaikan diri
menuju pernikahan. Dengan adanya konseling pranikah pasangan lebih
dapat memupuk diri untuk mengambil komitmen dalam menikah.
Pasangan yang memiliki komitmen lebih matang untuk menikah akan
dapat melaksanakan tanggung jawab dalam pernikahan (Manihuruk,
2012)
4. Manfaat Konseling Pranikah
Konseling pranikah memiliki banyak manfaat bagi pasangan dalam
persiapan pernikahan. Manfaat konseling pranikah secara psikologis
yaitu membantu pasangan agar lebih matang dalam mengambil
kesimpulan untuk menikah dan membantu pasangan untuk lebih paham
tentang gambaran pernikahan yang sesungguhnya. Manfaat lain secara
psikologis mengenai konseling pranikah yaitu pasangan dapat

16
mengindentifikasi kemampuan diri dalam menyelesaikan suatu masalah
yang disebabkan oleh adanya perbedaan antar pasangan yang dapat
menjadi sumber konflik.
Sedangkan manfaat konseling pranikah dari segi fisiologis adalah
dapat memudahkan pasangan untuk mengetahui status kesehatan
terutama apabila ada penyakit yang diketahui sejak dini. Individu yang
melakukan konseling dapat dibantu dalam memantau perjalanan penyakit
yang diderita. Selain itu manfaat konseling pranikah dari segi fisiologis
adalah dapat mencegah timbulnya suatu penyakit, misalnya seseorang
yang menjalani pemeriksaan mengeluh, bahwa ketika ia menstruasi
selalu merasakan kesakitan. Hal itu dapat menyebabkan penyakit pada
rahim atau kandungannya, apabila diobati maka penyakit dalam
kandungannya akan dapat di cegah (Manihuruk, 2012)
5. Langkah-langkah Konseling Pranikah
Langkah-langkah konseling yang dapat dilakukan dalam konseling
keluarg dan perkawinan menurut (Idayu, 2018) adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama membangun rapport terhadap konseli, saling
mengenal antara konselor dan juga konseli, menjelaskan tentang
asas-asas dalam konseling salah satunya adalah asas kerahasiaan
sehingga masalah konseli terjamin kerahasiaannya.
b. Pertemuan kedua konselor memberikan angket kepada konseli
untuk mengetahui permasalahan konseli sebelum melaksanakan
konseling pranikah, selain itu konselor membagikan modul
sebagai panduan. Setiap sub bab dalam modul akan dijadikan
tema. Tema pada pertemuan kedua membahas tentang pengertian
pernikahan, tujuan, hukum dan permasalahan dalam pernikahan.
c. Pertemuan ketiga membahas tentang keluarga sakinah dan juga
mengetahui perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan.
Dalam pertemuan ini konseli mencocokkan antara psikologis
dirinya dan pacarnya. Diakhir pertemuan konselor memberikan
sebuah video ceramah yang dibawakan oleh ustadz Kholid

17
Basalamah, dimana video ceramah tersebut bisa didengarkan oleh
konseli ketika di kos.
d. Pertemuan keempat konselor mengaplikasikan salah satu Teknik
dalam bimbingan konseling yaitu teknik modeling, dalam hal ini
orang tua konseling sebagai model. Konselingmengingat
bagaimana orang tua konseling memerankan peran mereka
masing-masing, dan apa yang menyebabkan keluarga konseli
tetap harmonis sampai sekarang. Konselor juga memperlihatkan
satu video tentang bagaimana membangun keluarga sakinah.
e. Pertemuan ke lima membahas tentang komunikasi dalam keluarga
dan juga bagaimana membentuk keluarga sakinah. Pada
pertemuan ini konseli diperintahkan untuk memikirkan
bagaimana ia akan menjaga komunikasi dengan suaminya dan
keluarga suami.
f. Pertemuan keenam membahas tentang bagaimana membangun
keluarga bahagia. Pada pertemuan ini konseli telah memiliki
konsep atau cara tersendiri bagaimana ia akan membangun
keluarganya agar tetap menjadi keluarga yang harmonis.
g. Pertemuan ketujuh pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir
atau pertemuan evaluasi, dimana mengevaluasi semua kegiatan
yang telah dilakukan dalam konseling pranikah, selain itu
konselor bertanya mengenai apa saja manfaat yang didapatkan
konseli selama proses konseling berlangsung.
6. Persiapan Psikologi Pranikah
Adapun pembahasan lebih rinci menganai faktor yang
mempengaruhi kesiapan psikologis pasangan dalam menghadapi
pernikahan dijelaskan sebagai berikut:
a. Personality issues (kepribadian)
Karakteristik kepribadian juga memengaruhi cara pasangan dalam
menerima satu sama lain, menilai dan memberi penjelasan mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam pernikahan (Barelds, 2005).

18
Pada tahap ini masing-masing pasangan harus berusaha membangun
kepribadian yang mampu melebur dengan kepribadian orang lain
agar mampu membentuk keintiman. Proses ini membutuhkan kontrol
emosi dan kompromi atau toleransi yang tinggi. Jika gagal maka
individu akan merasa terisolasi, sehingga toleransi juga dibutuhkan
dalam membangun hubungan pernikahan (Sari & Sunarti, 2013).
b. Komunikasi
Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh pasangan yakni
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal berperan secara
signifikan terhadap kepuasan pernikahan (Paramita & Suarya, 2018).
Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memiliki keutuhan
dalam komunikasi keluarga secara wajar serta meminimalisir
terjadinya konflik (Abdurrahman, 2020).
c. Financial Management
(Suteja  Muzaki, 2019) menjelaskan bahwa banyak persoalan yang
timbul dalam rumah tangga berkenaan dengan keuangan (financial
management). Hal ini sesuai dengan pendapat Furstenberg bahwa
konflik keuangan biasanya terjadi karena adanya perbedaan harapan
dalam masing-masing peran yang dijalankan oleh pasangan
(Williams et al., 2006), sehingga diperlukan kesiapan dari masing-
masing pasangan untuk terbuka dan saling percaya dalam hal
keuangan (Suteja  Muzaki, 2019).
7. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up)
merupakan pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan dari kedua
calon mempelai laki-laki dan perempuan yang hendak menikah. Hal ini
diperuntukan untuk mendeteksi dini adanya penyakit menular, menahun
dan kesuburan maupun kesehatan jiwa seseorang.
Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon pengantin
berpedoman pada buku saku calon pengantin (Kemenkes RI, 2018) yaitu
meliputi :

19
a. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Surrusin & Muhsin, 2014) pertumbuhan jasmani dalam
fase kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat
signifikan ketika memasuki usia remaja, karena pada usia remaja
sudah mulai tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Menurut
ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30
tahun. Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh
catin antara lain adalah :
1) Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status kesehatan melalui pengukuran dan
pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan
seluruh tubuh).
2) Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia, melalui
pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA
dan tanda-tanda anemia) (BKKBN, 2006).
b. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Kemenkes RI, 2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
1) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan
darah).
2) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah,
HIV, IMS (Sifilis), Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah
endemis), Talasemia dan pemeriksaan lain sesuai indikasi).
3) Penyakit genetik, misalnya : Talasemia, buta warna, Hemofilia
dan lain-lain

20
4) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan
Diabetes Mellitus (kencing manis), Hipertensi (tekanan darah
tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya.
5) Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual (PMS),
Hepatitis B dan HIV/AIDS.
6) Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus
Rubella. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menimbulkan
kelainan pada janin seperti kepala kecil, tuli, kelainan jantung
dan bahkan kematian. Perlu pula pemeriksaan virus Herpes
karena dapat menyebabkan cacat janin dan kelahiran prematur
(Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan kesehatan pranikah disesuaikan dengan gejala tertentu
yang dialami calon pasangan secara jujur, berani dan objektif
(Hamdani, 2012).
8. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial secaara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Informasi
yang perlu diketahui oleh calon pengantin dalam kesehatan reproduksi
antara lain adalah :
a. Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya.
b. Agar calon pengantin terlindungi dari Penyakit Infeksi Menular
Seksual (IMS), HIV/AIDS dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
memahami cara penularannya, upaya pencegahan dan pengobatan.
c. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yaitu agar aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan dan tanpa paksaan
serta mengetahui dan memahami efek samping dan komplikasi dari
masing-masing alat dan obat kontrasepsi.
d. Bagi calon pengantin berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan, persalinan, nifas serta memperoleh bayi yang sehat.

21
e. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling meghargai dan menghormati, dilakukan tanpa paksaan,
ancaman dan kekerasan (Lestari, 2017).
9. Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Dini
Peristiwa perkawinan usia dini di masyarakat tidak muncul dengan
sendirinya. Terdapat berbagai faktor yang ikut mendukung terjadinya
peningkatan kejadian perkawinan usia dini. Penelitian yang dilakukan
oleh Desiyanti pada tahun 2015 menemukan hasil ada hubungan yang
bermakna antara peran dan komunikasi orang tua, pendidikan orang tua,
dan pendidikan informan terhadap kejadian perkawinan usia dini.
Penelitian ini menjelaskan bahwa orang tua yang tidak berperan dengan
baik dan memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung menikahkan
anaknya lebih dini serta informan yang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah cenderung menerima perkawinan usia dini ini. Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan perkawinan pada usia dini (Prabantari,
2016).
a. Masalah Perekonomian Keluarga
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu dapat menjadi
faktor penyebab dilakukannya perkawinan pada usia dini. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi beban orang tua bahkan mendukung
perekonomian keluarga. Keberadaan anak perempuan sering
dianggap sebagai beban keluarga sehingga harus segera dinikahkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rafidah dkk pada tahun 2009
menemukan hasil sebagian besar responden memiliki ekonomi
keluarga yang rendah dan berisiko 1,75 kali lebih besar menikah ada
usia 20 tahun disbanding responden yang memiliki ekonomi
keluarga tinggi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Agustina F dkk pada tahun 2014 menemukan bahwa
keadaan ekonomi secara signifikan tidak berhubungan dengan
perkawinan usia dini. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian

22
dapat sebagai faktor pendukung atau tidak berpengaruh sama sekali
terhadap perkawinan usia dini.

b. Pendidikan dan Pengetahuan


Perkawinan usia dini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan
yang rendah. Seorang anak perempuan yang tidak lagi melanjutkan
pendidikan dapat mendorong anak tersebut untuk cepat menikah. Hal
ini disebabkan oleh anak tersebut tidak mengetahui tentang usia yang
sehat untuk melakukan perkawinan yang menyebabkan anak tersebut
memilih untuk cepat menikah dan memiliki anak. Tingkat
pendidikan anggota keluarga yang lain terutama orang tua juga dapat
mempengaruhi terjadinya perkawinan usia dini. (Notoatmodjo,
2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang yang tinggi
akan meningkatkan pengetahuan yang diperolehnya. Remaja dengan
tingkat pendidikan tinggi memiliki resiko lebih kecil untuk
melakukan perkawinan dini dibandingkan responden yang memiliki
latar belakang pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempengaruhi
pengetahuan yang mereka dapatkan dan dapat mempengaruhi
persepsi dan sikap orang tersebut terhadap suatu fenomena yang
sedang terjadi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Geeta Rao Gupta dari ICRW
pada tahun 2014 menemukan hasil bahwa pendidikan adalah salah
satu faktor yang menyebabkan seorang wanita menikah di usia dini
sehingga untuk meningkatkan usia pada saat menikah sebaiknya
seorang wanita menempuh pendididikan agar dapat menunda usia
perkawinannya. Penelitian yang dilakukan oleh Agtikasari, N dan
Ismarwati pada tahun 2015 menemukan hasil ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan tentang perkawinan usia dini dengan
sikap terhadap perkawinan usia dini tersebut.

23
D. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan remaja:
Jenis pendidikan Konseling Pranikah Tidak Mengetahui
Informasi
Pendidikan
Budaya
Pengalaman

Mengetahui

Persiapan konseling Pranikah


1. Pengertian Konseling Pranikah
2. Persiapan Psikologi Pranikah
3. Persiapan Kesehatan Pranikah

Skema 2.1 Kerangka Toeri


Sumber: Shofia dkk (2013), Notoadmodjo (2007)

E. Kerangka Konsep

Indikator Materi Konseling


Pengetahuan Remaja Pranikah:
1. Pengetahuan Psikologi
2. Pengetahuan Ekonomi
3. Pengetahuan Kesehatan

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu mengetahui


gambaran pengetahuan remaja tentang konseling pranikah.

24
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan peneliti untuk memperoleh suatu
data, masalah, pertanyaan atau kemungkinan kebenaran yang terjadi
selama penelitian berlangsung. Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan metode desain deskriptif, yang mana untuk mengetahui
gambaran pengetahuan (Lapau, 2012).
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berisi tentang tidak adanya
keterkaitan variabel bebas dan variabel terikat serta bersifat umum dengan
jawaban siapa, kapan, kenapa, dimana, berapa banyak (Hidayat, 2009).
Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui kuesioner
penelitian. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk memperoleh
informasi tentang gambaran pengetahuan remaja tentang konseling
pranikah pada remaja di Kecamatan Karangtengah.

B. Partisipan
1. Populasi
Populasi merupakan sebuah daerah/ wilayah yang telah
ditentukan oleh peneliti yang mencakup dari subjek ataupun objek
yang sudah mempunyai karakteristik serta kualitas yang telah
ditetapkan peneliti sehingga dapat dipelajari dan selanjutnya dapat
dijadikan acuan gambaran untuk menentukan partisipan atau
populasi (Sugiyono, 2014).
Populasi pada penelitian ini adalah remaja yang belum
melakukan ikatan pernikahan secara sah dilingkungan wilayah
kecamatan Karangtengah kabupaten Demak.
2. Sampel
Pengambilan sampel penelitian dapat digunakan teknik tertentu,
agar sampel tersebut dapat mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010).

25
Sampel adalah bagian dari kelompok atau populasi yang akan diteliti
atau bagian jumlah kriteria yang dipunyai oleh populasi. Dalam
memilih sampel peneliti membuat kriteria bagian dari sampel yang
akan diambil yang meliputi:
a. Remaja di kecamatan Karangtengah yang belum menikah.
b. Remaja yang berumur < 21 tahun.
c. Bersedia untuk menjadi responden.
d. Bersedia mengikuti alur penelitian.
Penelitian ini menggunakan pemilihan sampel yang berkaitan
dengan penerapan distribusi normal untuk variabel tunggal
(Univariat). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling.total sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dengan dimana jumlah sampel adalah sama dengan jumlah populasi
(Arikunto, 2008).

C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang meliputi konsep atau
variable yang dapat diukur serta beracuan pada indikator suatu konsep.
Definisi operasional menekankan bahwa indikator suatu variabel bisa
diukur dengan mudah. Definisi operasional dapat dibuat secara naratif
maupun table (Noor, 2017).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi operasional Cara ukur Hasil
Gambaran diri Pengetahuan dan Kuesioner. Data yang didapatkan dan
remaja tentang pandangan sikap dicatat menjadi sebuah
konseling individu terhadap diri gambaran dalam
pranikah. sendiri. presentase pengetahuan
remaja tentang konseling
pranikah.

D. Tempat dan waktu penelitian

26
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada KUA di kecamatan
Karangtengah.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dimulai dari awal penyusunan proposal sampai
dengan penyusunan laporan akhir yang dilakukan pada bulan
November 2020 - Maret 2021.

E. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut (Nursalam, 2008) berikut:
1. Persetujuan (Informence concent)
Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan yang diteliti dengan
terbuka dan kemudahan atau akomodasi disertai dengan judul
penelitian, menyetujui untuk dijadikan partisipan dalam penelitian.
2. Tanpa Nama (anominity)
Dalam menjaga kerahasiaan partisipan, peneliti tidak mencantumkan
identitas atau nama partisipan, namu menggantinya dengan tanda
huruf atau kode.
3. Kerahasiaan (confidientialy)
Kerahasiaan informasi dari partisipan dijamin oleh peneliti dan tidak
ada kebocoran dalam pemberian informasi ke pihak manapun. Hasil
penelitian berupa tulisan, rekaman dan foto hanya bisa dilihat dan
didengarkan oleh peneliti.

F. Alat Pengumpulan Data


Alat dan bahan penelitian kali ini menggunakan alat dan bahan yang
meliputi;
1. Lembar persetujuan untuk menjadi responden (informed concent).
2. Lembar dokumentasi.
3. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

27
kuesioner tentang pengetahuan remaja tentang konseling pranikah
dengan media google form.
Dalam menggunakan kuesioner tentunya menggunakan uji coba
instrument dengan uji validitas dan reabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah petunjuk untuk mengetahui seberapa
valid alat ukur yang digunakan. Uji validitas dilakukan dengan
cara menguji korelasi setiap pertanyaan yasng ada dalam
kuesioner menggunakan “product moment” (Notoatmodjo, 2010).
b. Uji Reabilitas
Uji Reliabilitas adalah untuk menentukan instrumen dalam
kuesioner apakah bisa dapat digunakan lebih dari satu kali oleh
responden yang sama, apa akan mendapatkan hasil yang di
dapatkan konsisten (Riyanto & Budiman, 2013). Uji Reliabilitas
adalah uji untuk mengetahui instrument yang telah digunakan
peneliti dalam penelitiannya sudah reliabel (Notoatmodjo, 2010).

G. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Prosedur administrasi untuk meminta surat izin ke bagian
Administrasi Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Setelah mendapatkan surat izin dari Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan untuk penelitian, selanjutnya mengajukan permohonan
untuk melakukan penelitian di KUA Karangtengah Demak.
3. Peneliti selanjutnya meminta izin serta memberikan penjelasan ke
narasumber mengenai penelitian dan keikutsertaan.
4. Peneliti menyampaikan maksud tujuan serta prosedur dari penelitian
guna mendapat persetujuan menjadi responden.
5. Peneliti melakukan pengembangan hubungan saling percaya dengan
partisipan.

28
6. Partisipan yang termasuk dalam karateristik penelitian akan dilakukan
penjelasan sebelum prosedur akan dilakukan oleh peneliti, selanjutnya
responden dalam penelitian yang sudah bersedia mengikuti alur
penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan yang
dibuat peneliti yang ditelah disediakan di google formulir.
7. Responden mengisi kuesioner yang sudah disediakan peneliti di
google formulir yang dapat diakses oleh responden.

H. Rencana Analisis Data


Menurut (Anggito & Setiawan, 2018) analisis data adalah rangkai
dari mencari sampai menyusun data yang sistematis berdasarkan data yang
telah diperoleh bisa dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
pendokumentasian yang nantinya akan di organisasikan ke dalam kategori
data, dijabarkan ke dalam subunit tertentu, melakukan sintesa, menyusun
pola, memilih bagian-bagian terpenting dari data, dan yang terkahir
menyimpulkan hasil dari data tersebut agar dapat dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengolahan data melalui
tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Editing merupakan fungsi untuk mengevaluasi kembali kelengkapan
data, kesalahan dalam pengisian dan ketetapan dari gambaran
pengetahuan remaja sehingga kemungkinan terjadi kesalahan serta
kekurangan dapat bisa dikoreksi sehingga dapat dilengkapi.
2. Coding
Kegiatan untuk memberikan tanda kode pada kelompok partisipan
dalam mempermudah jalannya pengolahan data. Data yang telah
terkumpul dapat berupa sebuah angka, maka dari itu jawaban dari
responden diberi tanda kode. Mengkode jawaban merupakan cara
untuk menaruh angka pada setiap jawaban dari responden. Tabulating

29
a. Tabulating merupakan cara memasukan data penelitian pada tabel
sesuai kriteria peneliti.
b. Entry data
Entry data adalah cara atau proses dalam memasukan data ke
dalam komputer, data yang belum dilakukan pengecekan di
komputer dapat dilakukan pengecekan ulang pada data tersebut.
c. Cleaning data
Cleaning data bisa disebut dengan pengecekan data kembali
sebelum di-entry dengan memeriksa kembali mengevaluasi
apakah ada kesalahan yang yang telah dimasukan ke dalam
komputer.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kali
menggunakanl analisis univariat. Analisis univariat merupakan
analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap variabel dari hasil
penelitian. Pengumpulanl data setelah itu dilakukan, dianalisis
menggunakan statistik deskriptif. Analisis datal yang bersifat
kategorik disajikan dalam bentukl tabulasi, dengan cara memasukan
seluruh ldata kemudian diolah secara deskriptif kuantitatif digunakan
untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan
presentase (%) dari masing-masing karakteristik dan variabel yang
telah diteliti (Notoatmodjo, 2010).

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, F. (2020). HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG.


2(2), 1–7. https://doi.org/10.24036/00291kons2020
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak.
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.
Armyati, E. O. (2011). Pengaruh Budaya “Ngangkring” Terhadap
Pengembangan Diri Remaja.
Barelds, D. P. H. (2005). Self and partner personality in intimate relationships.
European Journal of Personality, 19(6), 501–518.
https://doi.org/10.1002/per.549
BKKBN. (2006). Buku Saku Pembekalan Calon Linto dan Dara Baro (Calinda).
BKKBN Provinsi Nanggroe Aceh Darussallam.
Depag. (2010). Pedoman Konselor Keluarga Sakinah. Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji Kementerian
Agama RI.
Fatmawati, M. (2016). Pengetahuan dan Sikap Wanita Prakonsepsi Tentang Gizi
dan Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Sesudah Suscatin di Kecamatan
Ujung Tanah Tahun 2016. Makassar.
Hamdani. (2012). Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tentang Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin.
Hidayat, A. A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa
Data. Salemba Medika.
Idayu, H. (2018). KONSELING PRANIKAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KESIAPAN MENTAL MENUJU KELUARGA SAKINAH PADA
MAHASISWI PSIKOLOGI SEMESTER VIII TAHUN AJARAN 2017/20118
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA.
Imas Yanti, I. (2014). Peranan Badan Penasehatan Pembinaan Pelestarian
Perkawinan (BP4)dalam Meningkatkan Pemahaman Keluarga Sakinah
(Penelitian diBP4 KUA Tegalwaru Purwakarta). UIN Sunan Gunung Djati

31
Bandung.
Infodatin. (2015). InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.
Iskandar, Z. (2017). Peran Kursus Pra Nikah Dalam Mempersiapkan Pasangan
Suami-Istri Menuju Keluarga Sakinah. Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga
Islam, 10(1), 85. https://doi.org/10.14421/ahwal.2017.10107
Kamil, T. (2004). Tanya Jawab Seputar Keluarga Sakinah. Bagian Proyek
Pembinaan Sakinah.
Kemenkes RI. (2012). InfoDATIN: Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat
Data dan Informasi.
Kemenkes RI. (2013). Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. KEMENTERIAN
KESEHATAN RI.
Kemenkes RI. (2015). KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI
CALON PENGANTIN. KEMENTERIAN KESEHATAN RI.
Kemenkes RI. (2018). Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Kementerian Kesehatan RI.
Kertamuda, & E, F. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Salemba Humanika.
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Latipun. (2010). Psikologi Konseling. UMM Press.
Lestari, H. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Calon Pengantin Wanita
Terhadap Pentingnya Pemberian Suntikan Tetanus Toxoid Pra Nikah Di
Wilayah Kerja. Jurnal Kesehatan Dan Sains Terapan STIKes Merangin, 36–
42.
Manihuruk, V. R. (2012). Persepsi Tentang Konseling Pranikah Pada Mahasiswa
tingkat Akhir. Universitas Indonesia.
Noor, J. (2017). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah.
Kencana.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.

32
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nurihsan, A. (2009). Bimbingan Dan Konseling Dakam Berbagai Latar
Kehidupan. Rafika Aditama.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika.
Paramita, N. K. P., & Suarya, L. M. K. S. (2018). PERAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DAN EKSPRESI EMOSI TERHADAP KEPUASAN
PERKAWINAN PADA PEREMPUAN DI USIA DEWASA MADYA Ni
Kadek Pradnya Paramita dan Luh Made Karisma Sukmayanti Suarya. Jurnal
Psikologi Udayana, 5(2), 241–253.
Prabantari, I. (2016). FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN DINI DAN
DAMPAKNYA DALAM MENGASUH ANAK : STUDI KASUS DI DESA
NGERDEMAK KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN
GROBOGAN. UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA.
Riyanto, A., & Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika.
Romauli, & Suryati. (2011). Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Nuha Medika.
Saleh, A. M. (2010). Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar.
Samadi. (2004). Kesehatan Reproduksi Dan Gangguan-Gangguanya. Graha Ilmu.
Santrock, J. W. (2007). Remaja. Erlangga.
Sari, F., & Sunarti, E. (2013). Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan
Pengaruhnya terhadap Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen,
6(3), 143–153. https://doi.org/10.24156/jikk.2013.6.3.143
Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Remaja. PT. Grafindo Persada.
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya (Cetakan
II). Sagung Seto.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta.

33
Surrusin, & Muhsin, M. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan
Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Jurnal Makara Kesehatan, 29–
40.
Suteja Muzaki, J. M. (2019). Pengabdian Masyarakat Melalui Konseling
Keluarga Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(Kdrt) Di Kabupaten Cirebon. Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan,
Dan Konseling Islam, 2(Vol 2, No 1 (2019)), 33–51.
https://alisyraq.pabki.org/index.php/alisyraq/article/view/26
Twendyasari. (2003). Intensitas Mahasiswa Untuk Berperilaku Seksual Pranikah
Ditinjau Dari Pengetahuan Seksualitas Dan Religiusitas. Universitas Soegija
Pranata.
Williams, B. K., Sawyer, S. C., & Wahlstrom, C. M. (2006). Marriages, Families,
& Intimate Relationships: A Practical Introduction. Pearson.
Willis, S. S. (2009). Konseling Keluarga (Family Counseling). Alfabeta.

34
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
OKTOBER 2020 – MEI 2021
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Febuari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal
2. Ujian Proposal
3. Perbaikan Proposal
4. Pengambilan Data
5. Pengolahan Data
6. Penulisan Hasil
Penelitian
7. Sidang Hasil
Penelitian
8. Perbaikan Skripsi
9. Pengumpulan Skripsi

1
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang mengisi kuesioner di bawah ini, menyatakan bahwa saya


bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Dimas
Bayu Nur Priaji. Penelitian ini berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja
Tentang Konseling Pranikah”.

Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami


prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini.
Saya menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan
dampak negatif bagi saya. Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam
penelitian dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa


paksaan dari pihak manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi
responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk


dapat dipergunakan seperlunya.

Semarang, 2021

Responden

1
Kode responden (diisi oleh peneliti):

KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KONSELING
PRANIKAH
Tanggal
Petunjuk pengisian umum:
1. Bacalah pertanyaan terlebih dahulu.
2. Jawablah semua pertanyaan yang ada dengan jujur.
3. Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada
kolom di sebelahnya.
4. Bila Anda ingin mengganti jawaban, beri tanda sama dengan (=) pada
jawaban sebelumnya dan beri tanda checklist (√) pada jawaban
lainnya yang sesuai menurut Anda.
5. Bila ada pertanyaan yang tidak jelas dapat ditanyakan kepada
peneliti.

DATA DEMOGRAFI
1. Inisial :
2. Umur :( ) tahun
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Alamat Tinggal :( ) bersama orang tua

( ) bersama saudara
( ) asrama
( ) kost
( ) lainnya, sebutkan.................
Keterangan:
T= Tahu
TM= Tidak Mengetahui

2
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom
yang menurut
No Pernyataan T TM
1 Saya akan bertanya kepada tenaga kesehatan untuk
memperoleh informasi tentang kesehatan sebelum
melaksanakan pernikahan.
2 Saya akan mengikuti penyuluhan kesehatan terkait
informasi status kesehatan yang harus dipersiapkan sebelum
menikah.
3 Konseling pranikah memberikan manfaat bagi kesehatan
reproduksi pasangan.
4 Pencegahan terhadap penyakit yang diturunkan secara
genetik dapat dilakukan dengan menggunakan konseling
pranikah.
5 Perihal mengenai kesehatan reproduksi dan seks dibahas
dalam konseling pranikah
6 Pemeriksaan kesehatan pranikah berperan untuk mengetahui
proyeksi masa depan pernikahan terutama yang berkaitan
dengan masalah fertilitas dan genetika.
7 Proses konseling pranikah menolong pasangan
menyesuaikan diri ke dalam kehidupan pernikahan.
8 Konseling pranikah mengupayakan pasangan menjadi orang
tua yang baik dalam rumah tangga.
9 Pasangan akan sangat terbantu mengenai peranan pasangan
sebagai orang tua.
10 Konseling pranikah menjadi salah satu faktor pasangan takut
menjadi orang tua (memiliki anak).
11 Pasangan akan mempersiapkan fisik dan mental untuk
kehamilan.
12 Pasangan dapat mendiskusikan masalah keuangan pasangan
ketika melakukan konseling pranikah.
13 Konseling pranikah membahas mengenai manajemen
keuangan masing-masing pasangan.
14 Konseling pranikah menambah masalah keuangan yang
dihadapi oleh klien.
15 Pasangan akan melakukan penundaan atau melangsungkan
kehamilan sesuai kondisi Ekonomi.

3
16 Pembahasan mengenai upacara pernikahan juga merupakan
hal yang didiskusikan dalam konseling pranikah.

Mohon periksa kembali jawaban Anda!


=TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA=

Anda mungkin juga menyukai