Anda di halaman 1dari 73

Cert. No.

EGS-09050010

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MONITORING


RESTRAIN DENGAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

PROPOSAL

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Disusun oleh:
Ira Puspita Mayasari
NIM. 1907023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2019/2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal yang disusun oleh:

Nama : Ira Puspita Mayasari

NIM : 1907023

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Monitoring Restrain

Dengan Insiden Keselamatan Pasien di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang.

Telah disetujui oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Untuk dipertahankan dihadapan tim penguji Proposal Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang.

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Eni Kusyati, S.Kep, Msi.Med) (Ns.Widiyaningsih,S.Kep,MAN)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal yang disusun oleh :

Nama : Ira Puspita Mayasari

NIM : 1907023

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Monitoring Restrain

Dengan Insiden Keselamatan Pasien di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang.

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji proposal skripsi Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

pada :

Hari :

Tanggal :

Tim penguji :

1. Ns. Susi Nurhayati,M.Kep Penguji Utama

2. Ns. Eni Kusyati, S.Kep, Msi.Med Penguji II

3. Ns.Widiyaningsih,S.Kep,MAN Penguji III

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Monitoring Restrain Dengan

Insiden Keselamatan Pasien di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang”.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan proposal ini melibatkan banyak

pihak, sehingga perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Fery Agusman,SKM,M.Kep,Sp.Kom, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Karya Husada Semarang.

2. Ns. Dwi Indah Iswanti, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Kesehatan Karya Husada Semarang.

3. Ns. Eni Kusyati, S.Kep, Msi.Med, selaku pembingbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

4. Ns.Widiyaningsih,S.Kep,MAN, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

5. Ns.Yunani,M.Kep,SpMB, selaku dosen wali yang senantiasa memberikan

dukungan dalam penyelesaian proposal ini.

6. Direktur RSJD Dr.Amino Gondohutomo yang memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan studi.

iv
7. Suami dan anak-anak yang senantiasa mendukung dalam doa dan materi serta

memotivasi dalam penyusunan proposal ini.

8. Rekan – rekan di ruang Madrim yang telah memberikan dorongan dan

motivasi dalam penyusunan proposal ini.

9. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Karya Husada Semarang yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesaikan proposal ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut

membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini, sangat jauh dari

kesempurnaan proposal penelitian ini. Akhirnya peneliti berhadap semoga

proposal penelitian ini dapat bermanfaat.

Semarang, November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

v
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL...........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................6
E. Originalitas Penelitian....................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................9
A. Tinjauan Teori................................................................................................9
1. Restrain.........................................................................................................9
2. Kepatuhan...................................................................................................19
3.Keselamatan Pasien.....................................................................................23
B. Kerangka Teori.............................................................................................40
C. Kerangka Konsep..........................................................................................41
D. Variabel Penelitian........................................................................................41
E. Hipotesis......................................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................42
A. Jenis dan Desain Penelitian..........................................................................42
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.......................................................43
C. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................45
D. Definisi Operasional.....................................................................................45
E. Alat Pengumpulan Data................................................................................46
F. Prosedur Pengumpulan Data.........................................................................47
G. Pengolahan dan Analisa Data.......................................................................49
H. Etika Penelitian ............................................................................................53
Daftar Pustaka.........................................................................................................ix

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Tabel 2.1 Penilaian Dampak

Tabel 2.2 Penilaian Probabilitas/Frekuensi

Tabel 3.1 Daftar Persebaran Sampel

Tabel 3.2 Definisi Operasional

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Inform Concent Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Observasi Kepatuhan Monitoring Restrain

Lampiran 4 Laporan Insiden keselamatan Pasien

Lampiran 5 Surat permohonan survey awal dari STIKES Karya Husada Semarang

Lampiran 6 Surat balasan survey awal dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era terkini masyarakat menunjukkan sikap semakin selektif

dalam memilih rumah sakit untuk pelayanan kesehatan dengan kualitas

terbaik di kala mereka membutuhkan layanan kesehatan. Pelayanan

kesehatan dituntut agar secara kontinyu meningkat baik dalam aspek mutu

pelayanan maupun keterjangkauan cakupan pelayanan. Rumah sakit harus

memberikan pelayanan yang optimal dan bermutu sesuai perkembangan

dan tuntutan masyarakat. Pelayanan terbaik menjadi indikator mutu utama

yang harus dicapai rumah sakit[ CITATION kem16 \l 1033 ].

Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan

pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan

risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil[CITATION Men17 \l 1033 ].

Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian yang tidak

disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan

cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak

diharapkan (KTD), kejadian tidak cedera (KTC), kejadian nyaris cedera

(KNC), kejadian potensial cedera (KPC) dan kejadian sentinel[CITATION

Men17 \l 1033 ]. Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien

1
2

mencatat adanya pelaporan kasus KTD 14,41% dan KNC 18,53% yang

disebabkan karena proses atau prosedur klinik 9,26%, medikasi 9,26%,

dan pasien jatuh 5,15%[CITATION PER11 \l 1033 ].

Dalam keperawatan jiwa, Insiden Keselamatan Pasien yang sering

terjadi antara lain: insiden akibat adanya kekerasan dan penyerangan,

adanya kebohongan ataupun menjadikan pasien sebagai korban, insiden

berupa pasien yang bunuh diri dan membahayakan dirinya sendiri, insiden

berupa pengasingan dan pengekangan bagi pasien jiwa, kejadian berupa

kecelakaaan atau jatuhnya pasien, adanya pasien yang lari dari rumah sakit

jiwa, insiden berupa pengobatan yang tidak cocok dan merugikan pasien,

dan terjadi kesalahan diagnostik[CITATION Sri19 \l 1033 ]. Di RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang menurut data dari Tim keselamatan

pasien pada tahun 2019 terdapat 14 kasus KPC karena salah menempel

nama pasien dalam resep dan salah menulis dosis obat, 8 kasus KNC

pasien lari, kasus KTD berupa 1 kasus pasien mendapat perilaku

kekerasan, 2 kasus pasien jatuh dengan injury dan 1 pasien terinjak oleh

pasien lain serta 1 kasus sentinel pasien bunuh diri.

Dalam hal pengekangan bagi pasien jiwa atau restrain memiliki

makna aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu tanpa izin untuk

membatasi gerak dari individu[CITATION Sul14 \l 1033 ][ CITATION Dwi17 \l

1033 ][ CITATION Suj17 \l 1033 ]. Insiden akibat tindakan restrain

dikarenakan restrain yang tidak sesuai SPO dan akibat ketidakpatuhan

perawat dalam monitoring restrain. Monitoring restrain adalah aktifitas

pemantauan dan tindakan yang dilakukan selama pasien dalam pengikatan


3

fisik atau restrain. Monitoring restrain bertujuan mencegah cedera pada

pasien yang dilakukan restrain, memenuhi kebutuhan dasar manusia

pasien yang dilakukan restrain, dan menjamin keselamatan pasien yang

dilakukan restrain. Prosedur monitoring restrain meliputi monitor tanda-

tanda vital, tanda-tanda cidera yang berhubungan dengan proses restrain,

dan monitor status mental. Perawat kemudian mencatat hasil monitoring

kedalam lembar monitoring restrain pada rekam medis pasien, membantu

pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada pasien meliputi nutrisi dan

hidrasi, hiegiene dan eliminasi, sirkulasi dan rentang gerak ekstrimitas.

Selanjutnya mengevalusi pengikatan fisik untuk dilaporkan kepada dokter

dan melakukan rencana tindak lanjut sesuai instruksi dokter [CITATION Dir17

\l 1033 ]

Monitoring yang seharusnya dilakukan 1 (satu) jam sekali dan

dievaluasi setiap 4 (empat) jam sekali sesuai dengan Standar Prosedur

Operasional yang telah ditetapkan. Dari penelitian sebelumnya ditemukan

adanya prosedur yang sering tidak dilakukan oleh perawat di ruangan

dalam pelaksanaan intervensi restrain adalah pengikatan dilakukan tanpa

instruksi dokter, perawat melakukan restrain tanpa melakukan pengkajian

fisik terlebih dahulu, belum efektifnya pendokumentasian tindakan restrain

di rekam medis pasien, dan perawat belum menerapkan prosedur

membantu/melatih anggota gerak untuk mencegah luka dan kekakuan

serta evaluasi restrain yang harus dilaporkan kepada dokter. Di RSJD Dr.

Amino Gondohutomo pada Januari 2017 sampai dengan bulan Oktober

2017 angka insiden keselamatan pasien 76 kasus, dengan perincian KPC 6


4

kasus, KNC 52 kasus, KTC 2 kasus, KTD 15 kasus, dan sentinel 1 kasus,

dan dari 76 Insiden keselamatan pasien tersebut terdapat 25 kasus terkait

dengan tindakan restrain, yaitu 21 kasus KNC karena petugas melakukan

restrain tidak sesuai SPO dan 4 kasus KTD pasien mengalami cedera lecet

pada pergelangan tangan karena tindakan restrain [CITATION Mus18 \l

1033 ]. Pada tahun 2019 berdasarkan data dari Tim Keselamatan Pasien

RSJD Dr.Amino Gondohutmo Semarang terdapat 5 kasus KTD pasien

mengalami luka akibat restrain.

Monitoring restrain yang selama ini dilakukan perawat belum

sepenuhnya sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku.

Evaluasi setiap empat jam yang harus dilaporkan kepada dokter untuk

menentukan rencana tindak lanjut sering kali tidak dilakukan dengan

alasan beban kerja dan faktor komunikasi. Hal tersebut mengakibatkan

pasien mengalami restrain melebihi masa durante sehingga dapat

menimbulkan insiden keselamatan pasien berupa luka atau lecet akibat

restrain. Pelaksanaan monitoring restrain dilakukan di ruang Arimbi,

Citroanggodo, Dewaruci, Endrotenoyo, Gatotkaca, Hudowo, Irawan,

Kresna, Madrim, Srikandi, RIPD dan UPIP dengan jumlah perawat

sebanyak 130 orang.

Berdasarkan data dari penelitian sebelumnya dan observasi yang

dilakukan selama bulan Januari sampai Maret 2020 masih ditemukan

perawat yang belum melakukan monitoring restrain sesuai SPO yang

berlaku. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti


5

hubungan kepatuhan perawat dalam monitoring restrain dengan insiden

keselamatan pasien di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

hubungan antara kepatuhan perawat dalam monitoring restrain dengan

insiden keselamatan pasien di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kepatuhan perawat dalam melaksanakan

monitoring restrain dengan insiden keselamatan pasien di RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan kepatuhan perawat dalam monitoring restrain di

RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang

b. Mendeskripsikan insiden keselamatan pasien di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang
6

c. Menganalisa hubungan antara kepatuhan perawat dalam monitoring

restrain dengan insiden keselamatan pasien di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi perawat

Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan perawat dalam pentingnya

monitoring restrain untuk terciptanya pelayanan yang aman dan

bermutu.

2. Manfaat bagi manajemen RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang

Memberikan informasi kepada Rumah Sakit mengenai hubungan antara

kepatuhan pelaksanaan monitoring restrain oleh perawat dengan

kejadian insiden keselamatan pasien. Manajemen Rumah Sakit akan

mendapatkan masukan dari temuan penelitian ini yang bermanfaat

untuk menentukan kebijakan terkait pelaksanaan monitoring restrain.

3. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini akan menjadi bahan tambahan referensi bahan pustaka di

perpustakaan STIKES Karya Husada Semarang.

4. Manfaat bagi peneliti


7

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam hal insiden

keselamatan pasien terutama terkait pelaksanaan monitoring restrain.

E. Originalitas Penelitian

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan penelitian:


Peneliti, Penelitian
Tahun
Susi Kepatuhanan Tidak ada hubungan Penelitian dahulu
Nurhayati, Perawat yang bermakna Variabel independenya
Suwandi dalam antara kepatuhan kepatuhan perawat dalam
2019[CITATI Implementasi perawat kamar Implementasi surgical
ON Sus19 \l Surgical bedah dalam safety Checklist,
Safety implementasi sedangkan penelitian
1033 ]
Checklist surgical safety sekarang
terhadap checklist terhadap Variabel independenya
Insiden insiden keselamatan kepatuhan perawat dalam
Keselamatan pasien ponek dengan monitoring restrain.
Pasien p value 0,131.
PONEK di RS Penelitian dahulu
Semarang menggunakan instrumen
berupa format checklist
kamar bedah, sedangkan
penelitian sekarang
menggunakan lembar
monitoring restrain sesuai
dengan standar prosedur
operasional.

Penelitian dahulu
menggunakan populasi
perawat kamar bedah
RSUD Tugurejo
Semarang, sedangkan
penelitian sekarang
menggunakan populasi
8

perawat ruang akut dan


gaduh gelisah di RSJD
Amino Gondohutomo
Semarang.

Siti Nur Hubungan Terdapat hubungan Penelitian dahulu variabel


Qomariah, Faktor komunikasi antar independenya Hubungan
Uyan Ari Komunikasi perawat dengan Faktor Komunikasi,
Lidiyah dengan Insiden Keselamatan sedangkan
2015[CITATI Insiden Pasien (p=0,001).ada Penelitian sekarang
ON Sit15 \l Keselamatan hubungan Variabel independenya
Pasien komunikasi perawat kepatuhan perawat dalam
1033 ]
dan dokter dengan monotoring restrain.
Insiden Keselamatan
Pasien (p=0,000).ada Penelitian dahulu
hubungan kmunikasi menggunakan populasi
perawat dan seluruh perawat rawat
Departemen inap RS Muhammadiyah
Penunjang Medis Gresik, sedangkan
dengan Insiden penelitian sekarang
Keselamatan menggunakan populasi
Pasien(p=0,000). perawat ruang akut dan
Ada hubungan ruang gaduh gelisah di
komunikasi perawat RSJD
dan pasien dengan AminoGondohutomo
Insiden Keselamatan Semarang.
Pasien (p=0,000).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Restrain

a. Definisi Restrain

Restrain atau pengikatan fisik secara umum mengacu pada suatu

bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi

gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali dengan

tujuan untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis bagi individu

tersebut. Pengikatan fisik merupakan alternatif terakhir jika dengan

intervensi verbal (persuasi), pengekangan kimia (biologi) mengalami

kegagalan[ CITATION Dir171 \l 1033 ].

Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada individu

tanpa izin untuk membatasi gerak dari individu[CITATION Dwi19 \l 1033 ][

CITATION Ret19 \l 1033 ]. Restrain adalah terapi dengan menggunakan

alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik

klien[CITATION Dwi16 \l 1033 ].

Restrain adalah metode manual atau peralatan mekanik, bahan

atau peralatan yang bersentuhan atau berdekatan dengan tubuh klien

sehingga klien tidak dapat berpindah dengan mudah dan membatasi

kebebasannya untuk bergerak atau menyentuh tubuh

seseorang[ CITATION Pot10 \l 1033 ].

9
10

Restrain yaitu kekuatan fisik untuk membatasi kebebasan gerak

dari individu tersebut, kekuatan fisik tersebut menggunakan alat medis,

dan tenaga manusia, Pengekangan fisik menggunakan manset pada

pergelangan tangan dan kaki dan sprei untuk pengekangan[ CITATION

Cik19 \l 1033 ].

Restrain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengekang

seseorang dengan menggunakan fisik atau alat lain. Tindakan tersebut

dilakukan untuk mengendalikan tindakan kekerasan yang timbul akibat

perilaku maladaptif dalam diri pasien, mengontrol pasien dengan

gangguan mental yang berat, mencegah cidera, dan mengurangi

tindakan agitasi serta perilaku yang agresif[ CITATION Suj17 \l 1033 ].

Secara umum, dalam psikiatrik restrain merupakan suatu bentuk

tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan

ekstremitas individu yang berperilaku diluar kendali yang bertujuan

untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis individu[ CITATION

Faj17 \l 1033 ].

b. Indikasi Restrain

Restrain dilakukan berdasarkan indikasi yaitu[ CITATION Mus18 \l 1033 ] .

1) Perilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain.

2) Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan.

3) Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan

penolakan pasien untuk istirahat, makan, dan minum.

4) Permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal.

c. Tujuan Pemasangan Restrain


11

Tujuan dilakukan restrain antara lain untuk[ CITATION Dir171 \l 1033 ] :

1) Menghindari hal-hal yang membahayakan pasien selama pemberian

asuhan keperawatan

2) Memberi perlindungan kepada pasien dari kecelakaan (jatuh dari

tempat tidur)

3) Memenuhi kebutuhan pasien akan keselamatan dan rasa aman

d. Jenis Restrain

Ada empat jenis restrain yang bisa diterapkan pada pasien antara lain

[ CITATION Rsj17 \l 1033 ] :

1) Pembatasan fisik

a) Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien,

menggerakkan pasien, atau mencegah pergerakan pasien.

b) Jika pasien dengan mudah meloloskan diri/melepaskan diri dari

pegangan staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai satu restrain.

c) Pemegangan fisik: biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan

untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik. Namun, pasien berhak

menolak prosedur ini.

d) Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan

pasien dan berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu

bentuk restrain.

e) Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prosedur

pemberian obat (melawan keinginan pasien) dianggap suatu

restrain. Sebaiknya, kalaupun terpaksa memberikan obat tanpa


12

persetujuan pasien, dipilih metode yang kurang bersifat

restriktif/sedikit mungkin menggunakan paksaan.

f) Pada beberapa keadaan dimana pasien setuju untuk menjalani

prosedur tetapi tidak dapat berdiam diri/tenang untuk

disuntik/menjalani prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan

tujuan prosedur berjalan dengan lancar dan aman. Hal ini bukan

merupakan restrain.

g) Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi dengan tujuan untuk

menenangkan/memberi kenyamanan kepada pasien tidak

dianggap sebagai restrain.

2) Pembatasan mekanis

Restrain mekanis yang melibatkan penggunaan alat misalnya:

a) Penggunaan papan fiksasi infus di tangan pasien, bertujuan untuk

stabilisasi jalur intravena, jika papan ini diikat di tempat tidur atau

keseluruhan lengan pasien dimobilisasi sehingga pasien tidak

dapat mengakses bagian tubuhnya secara bebas, maka

penggunaan papan ini dianggap sebagai restrain.

b) Limb restraint (restrain pergelangan tangan dan kaki), elbow

restraint (khusus untuk daerah siku). Yaitu alat pengaman yang

terbuat dari kain dengan ukuran lebar 5 cm, panjang 20 cm

dimana salah satu ujung terpasang tali panjang dan ujung lainnya

terpasang tali melingkar 10 cm.

c) Mummy restraint or sheet and ties (“gedong” pada bayi).


13

d) Crib nets (box bayi dengan penghalang). Tempat tidur bayi yang

terbuat dari besi dimana pintu tempat tidur/penghalang setinggi

tempat tidur tersebut.

e) Jacket restraint. Alat pengaman yang terbuat dari kain berbentuk

persegi panjang yang dimodifikasi seperti kutang dimana di

bagian depan dada terpasang 2 tali panjang yang mengarah ke kiri

dan kanan tubuh pasien. Sedangkan di bagian punggung pasien

terpasang 4 tali pengikat.

f) Belt restrain (sabuk). Pengaman sabuk pada orang dewasa: alat

pengaman pasien yang terbuat dari kain yang dipasangkan pada

anggota tubuh bagian dada dan diikatkan pada kedua sisi tempat

tidur.

g) Mitt or hand restrain (restrain tangan)

3) Pembatasan kimia

a) Melibatkan penggunaan obat-obatan untuk membatasi pasien.

b) Obat-obatan dianggap restrain hanya jika penggunaan obat-obatan

tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan

obat-obatan ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku

pasien/membatasi kebebasan bergerak pasien.

c) Pemberian obat-obatan sebagai bagian tata laksana pasien tidak

dianggap restrain. Misalnya obat-obatan psikotik untuk pasien

psikiatri, obat sedasi untuk pasien insomnia, obat anti-ansietas

untuk pasien dengan gangguan cemas, analgesik untuk nyeri.

4) Pembatasan psikologis
14

a) Pemberitahuan secara langsung dan terus menerus kepada pasien

mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau

memberitahukan bahwa pasien tidak diperbolehkan melakukan

hal-hal yang mereka inginkan karena tindakan tersebut berbahaya.

b) Pembatasan ini juga dapat berupa pembatasan pilihan gaya hidup

pasien, seperti: memberitahukan pada pasien mengenai waktu

tidur dan waktu bangunnya.

c) Tidak diperbolehkan menggunakan pembatasan kimia (obat

sebagai restrain) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk

mendisiplinkan pasien, atau sebagai terapi standar untuk pasien.

e. Dampak Tindakan Restrain

1) Dampak fisik

a) Atropi otot

b) Hilangnya/berkurangnya detensi tulang

c) Ulkus decubitus

d) Infeksi nosokomial

e) Strangulasi

f) Penurunan fungsional tubuh

g) Stress kardiak

h) Inkontinensia

2) Dampak psikologis

a) Depresi

b) Penurunan fungsi kognitif

c) Isolasi emosional
15

d) Kebingungan dan agitasi

f. Penyediaan Lingkungan Perawatan

Kenyamanan pasien yang menggunakan restrain perlu didukung

dengan lingkungan perawatan yang bekesan positif dengan cara:

1) Perawatan berpusat pada pasien, terutama yang mempunyai

kebutuhan dukungan psikologis.

2) Pencegahan kekerasan dan agresi.

3) Pencegahan ide/tindakan bunuh diri dan melukai diri sendiri.

4) Pemenuhan kebutuhan pasien dimensia.

5) Menjaga harga diri dan martabat pasien selama asuhan keperawatan.

6) Pencegahan resiko jatuh.

g. Prosedur Restrain

Prosedur dalam tindakan restrain antara lain[ CITATION Dir171 \l 1033 ]:

1) Laporkan pada dokter bahwa pasien memerlukan tindakan

pengikatan fisik atau restrain

2) Lakukan pengikatan fisik sesuai instruksi tertulis dari dokter.

3) Berikan edukasi secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang

kesulitan pasien dalam mengontrol perilakunya.

4) Lakukan pengkajian fisik pasien.

5) Lakukan pemeriksaan pakaian pasien, apakah terdapat barang-

barang berbahaya: benda tajam, korek api, selendang/slayer atau

benda lain.
16

6) Lakukan pengikatan di tempat tidur dengan alas kasur, posisi pasien

terlentang, kedua kaki lurus, kedua lengan disamping badan, berikan

bantal di daerah kepala.

7) Ikat pergelangan tangan dan kaki pasien dengan tali fiksasi

bermanset, posisi manset melingkari pergelangan tangan dan kaki

pasien, lakukan ikatan dengan simpul mati tepat diatas manset.

8) Masukkan satu ujung tali ke dalam lubang di bawah tempat tidur,

masukkan ujung yang lain ke lubang di bawah tempat tidur yang lain

yang lebih jauh dari tangan pasien, silangkan kedua ujung tali lalu

buat simpul mati dua kali.

9) Lakukan langkah 8 pada ekstremitas yang lain.

10) Hubungkan tali dari ekstremitas kiri dan ekstremitas kanan

kemudian lakukan ikatan keduanya.

11) Catat tindakan resrain yang dilakukan dalam dokumen rekam

medis pasien.

h. Monitoring Restrain

1) Definisi Monitoring Restrain

Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan

informasi tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang

dilaksanakan. Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang

diimplementasikan. Monitoring diperlukan agar kesalahan awal

dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan,

sehingga mengurangi risiko yang lebih besar[ CITATION Hum15 \l 1033

].
17

Monitoring adalah kegiatan pemantauan untuk memperoleh

informasi secara terus-menerus sehingga hasil sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan[ CITATION Apr19 \l 1033 ]. Tujuan monitoring

antara lain menjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan

sesuai dengan tujuan dan sasaran, menemukan kesalahan sedini

mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih besar, dan

melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil

monitoring mengharuskan untuk itu.

Monitoring restrain adalah aktifitas pemantauan dan tindakan

yang dilakukan selama pasien dalam pengikatan fisik atau restrain

yang bertujuan untuk mencegah cidera pada pasien yang dilakukan

restrain,memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dilakukan restrain

dan menjamin keselamatan pasien yang dilakukan restrain [ CITATION

Dir17 \l 1033 ].

2) Tujuan Monitoring Restrain :

a) Mencegah cidera pada pasien yang dilakukan restrain.

b) Memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dilakukan restrain.

c) Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan restrain.

3) Prosedur Monitoring Restrain :

a) Lakukan monitoring pasien yang di restrain setiap satu jam sekali:

(1) tanda-tanda vital

(2) tanda-tanda cidera yang berhubungan dengan proses restrain

(3) status mental


18

b) Catat hasil monitoring ke dalam lembar monitoring restrain pada

rekam medis pasien.

c) Bantu atau berikan pemenuhan kebutuhan dasar manusia

(1) nutrisi dan hidrasi

(2) higiene dan eliminasi

(3) sirkulasi dan rentang gerak ekstremitas

d) Lakukan evaluasi pengikatan fisik atau restrain

(1) paling lama 4 jam untuk pasien >18 tahun

(2) lama 2 jam untuk pasien 9-17 tahun

(3) paling lama 1 jam untuk pasien < 9 tahun

e) Laporkan kondisi pasien kepada dokter setelah dilakukan evaluasi

atau selesai masa durante pengikatan dan ditulis dalam rekam

medis pasien.

f) Melakukan rencana tindak lanjut sesuai instruksi dokter.

i. Pelepasan Restrain

Langkah dalam pelepasan restrain yaitu[ CITATION Rsj171 \l 1033 ]:

1) Edukasi pada pasien bahwa ikatan akan dilepas bila pasien mampu

mengontrol perilakunya

2) Edukasi pada pasien, petugas/perawat akan melakukan restrain

kembali bila pasien mengulang perbuatannya atau tidak mampu

mengontrol perilakunya.

3) Lakukan melepaskan ikatan secara bertahap, dimulai dari kaki kiri,

kaki kanan, tangan kiri, tangan kanan sambil mengamat status

mental pasien.
19

4) Bantu pasien untuk melakukan ROM (range of motion), mulai

ekstremitas atas, ekstremitas bawah, dan anggota tubuh yang lain.

5) Bantu pasien duduk di tempat tidur.

6) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.

7) Bantu pasien untuk berdiri, dan beraktifitas secara bertahap bila

tanda-tanda vital normal dan pasien tidak ada keluhan.

8) Catat pelepasan restrain di rekam medis pasien.

j. Restrain dilakukan oleh Petugas yang Terlatih

Penelitian Kandar dan Pambudi menemukan beberapa prosedur yang

tidak dilakukan oleh perawat dalam pelaksanaan intervensi restrain

adalah pengikatan dilakukan tanpa instruksi dokter, perawat melakukan

restrain tanpa melakukan pengkajian fisik terlebih dahulu, belum

efektifnya pendokumentasian tindakan restrain di rekam medis pasien,

dan perawat belum menerapkan prosedur membantu/melatih anggota

gerak untuk mencegah luka dan kekakuan. Ketidakpatuhan perawat

dalam melakukan prosedur dalam standar prosedur operasional

disebabkan karena kurang kompeten[ CITATION Mus18 \l 1033 ].

k. Hubungan Restrain dengan keselamatan pasien

Restrain adalah bagian dari implementasi keselamatan pasien,tujuan

dari restrain adalah untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis

bagi individu tersebut dan meningkatkan keamanan dan kenyamanan

pasien, tetapi restrain juga dapat menimbulkan efek samping

cedera[ CITATION Mus18 \l 1033 ].


20

2. Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak

mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan[ CITATION

Fit17 \l 1033 ].

Kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara

atau berperilaku seseorang dengan apa yang disarankan atau

dibebankan kepadanya. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat

sebagai seorang professional terhadap suatu anjuran, prosedur atau

peraturan yang harus dilakukan atau ditaati[ CITATION Lat18 \l 1033 ].

Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan

terapi. Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang taat

pada aturan, perintah yang telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang

harus dijalankan[ CITATION DrE18 \l 1033 ].

Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu

tindakan, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau

ditaati[ CITATION AAr17 \l 1033 ].

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan

1) Faktor Internal

a) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo Pengetahuan adalah merupakan hasil

“tahu” dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan

umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui


21

panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Dimulainya penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga[ CITATION Ver18 \l

1033 ].

b) Sikap

Sikap terbentuk karena adanya interaksi individu dengan

lingkungannya atau disebut juga karena adanya perpaduan faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti keadaan

fisiologis, emosi, motif, minat dan aspek psikologis lainnya.

Faktor eksternal seperti pengalaman, norma atau nilai dan

pendidikan. Pengaruh sosial merupakan sumber pembentukan

sikap yang paling penting yaitu orang tua, teman sebaya dan

media massa[ CITATION Ele18 \l 1033 ].

c) Kemampuan

Pengertian kemampuan (ability) merujuk pada suatu kapasitas

individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan. Setiap individu mempunyai kekuatan dan kelemahan

dalam kemampuan yang membuatnya relatif unggul dibandingkan

orang lain di dalam mengerjakan tugas atau kegiatan

tertentu[ CITATION Rie17 \l 1033 ].

d) Motivasi
22

Motivasi menurut Siagian adalah daya dorong atau keinginan bagi

seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin

demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan

pengertian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti

tercapainya pula tujuan para anggota organisasi yang

bersangkutan[ CITATION Agu15 \l 1033 ].

2) Faktor Eksternal

a) Karakteristik Organisasi

Menurut Sugito, karakteristik organisasi dapat diukur melalui

kebijakan kultur (kebijakan organisasi) dan lingkungan kerja yang

harmonis. Widanarni mendefinisikan karakteristik organisasi

sebagai wadah dimana seluruh bagian-bagian terintegrasi

menciptakan lingkungan kerja bagi tiap-tiap individu yang ada, di

dalamnya terdapat kebijakan, budaya atau kultur kerja[ CITATION

Day18 \l 1033 ].

b) Karakteristik Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai

tujuan bersama, mengenal satu dengan yang lain, dan memandang

mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut[ CITATION Far19 \l

1033 ]

c) Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan merupakan sifat tugas yang meliputi

keanekaragaman tugas dan besarnya tanggung jawab yang


23

diberikan kepada pegawai beserta umpan baliknya. karakteristik

pekerjaan terdiri enam karakter, yaitu keragaman, otonomi,

interaksi yang diperlukan, interaksi pilihan, pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan dan tanggung jawab[ CITATION

Day18 \l 1033 ].

d) Karakteristik Lingkungan

lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di

sekitar perawat pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik

maupun non fisik, yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas dan pekerjaannya sehari-hari[ CITATION

Art19 \l 1033 ].

c. Pengukuran Kepatuhan

Instrumen pengukuran kepatuhan dalam penelitian ini menggunakan

lembar observasi terstruktur yang terdiri dari beberapa poin yang

diadaptasi dari SPO Monitoring Restrain. Pengukuran menggunakan

skala ordinal dengan kategori patuh skor 100% dan kategori tidak

patuh skor <100%. Rumus yang digunakan untuk

menginterperestasikan hasil observasi adalah jumlah skor yang

diperoleh dikali 100% kemudian dibagi jumlah x bobot skor.

3. Keselamatan Pasien

a. Definisi keselamatan pasien

Keselamatan/Safety adalah Bebas dari bahaya atau risiko

(hazard). Keselamatan Pasien/Patient Safety adalah Pasien bebas dari

harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
24

potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/psikologis, cacat,

kematian, dll), terkait pelayanan kesehatan[ CITATION Kom15 \l 1033 ].

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu

sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem

tersebut meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,

kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem

tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan[ CITATION PER11 \l

1033 ].

b. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian atau situasi

yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm

(penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya

terjadi[ CITATION Kom15 \l 1033 ] .

Insiden keselamatan pasien meliputi:

1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event

Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan

pada pasien karena suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak

bertindak (“omission”), bukan karena underlying disease atau

kondisi pasien.

2) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss


25

Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak

menyebabkan cedera pada pasien.

3) Kejadian Tidak Cedera (KTC)

Insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan

cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan" (misal; pasien terima

suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau

"peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui

secara dini dan diberikan antidotumnya).

4) Kejadian potensial cidera (KPC)/reportable circumstance

Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi

belum terjadi insiden.

5) Kejadian Sentinel (Sentinel Event)

Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;

biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau

tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang

terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya)

sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan

adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang

berlaku.

c. Keselamatan Pasien dalam Keperawatan Jiwa

Aspek keselamatan pasien dalam keperawatan jiwa mencakup

berbagai hal sebagai berikut[ CITATION Sri19 \l 1033 ]:

1) Delapan Insiden Keselamatan Pasien di Keperawatan Jiwa


26

Dalam keperawatan jiwa ada delapan insiden keselamatan pasien

yang sangat sering terjadi yaitu:

a) Violence and Aggression

Violence dan Agresssion ini merupakan bentuk insiden yang

terjadi akibat adanya kekerasan dan penyerangan.

b) Patient Victimization

Adanya kebohongan ataupun menjadikan pasien sebagai korban

c) Suicide and Self-Harm

Insiden berupa pasien yang bunuh diri dan membahayakan

dirinya sendiri.

d) Seclusion and Restraint

Insiden berupa pengasingan dan pengekangan bagi pasien jiwa

e) Falls and Other Patient Accidents

Kejadian berupa kecelakaaan atau jatuhnya pasien

f) Absconding and Missing Patients

Adanya pasien yang lari dari rumah sakit jiwa

g) Adverse Medication Events

Insiden berupa pengobatan yang tidak cocok dan merugikan

pasien

h) Adverse Diagnostic Events

Terjadi adanya kesalahan diagnostik.

2) Keselamatan Pasien pada Pasien Jiwa


27

Perawatan pasien jiwa dengan menerapkan keselamatan pasien

bisa dilakukan dengan menerapkan hal-hal berikut ini:

a) Melindungi pasien dari membahayakan dirinya sendiri.

Dilakukan dengan memantau pasien dengan kecenderungan

untuk bunuh diri atau menyebabkan kerugian bagi diri mereka

sendiri dan menempatkan mereka tetap di bawah pengawasan,

mengeksplor isi pikiran mereka, mencoba untuk mengalihkan

perhatian mereka dari ide-ide bunuh diri tersebut, mencoba

untuk mengisi waktu mereka dengan kegiatan yang berbeda dan

memberi mereka harapan dalam hidup, menempatkan mereka

dalam lingkungan yang aman di bangsal jauh dari stimulator

eksternal untuk ide-ide bunuh diri dan jauhkan dari benda

berbahaya yang ia bisa gunakan untuk untuk membahayakan

dirinya sendiri.

b) Melindungi pasien dari kasus prognosis

c) Melindungi pasien dari bahaya yang dilakukan oleh orang lain

Dilakukan dengan memonitor perilaku agresif dan

memprovokasi fisik (perkelahian) agar tidak terjadi di antara

pasien, delusi dan keyakinan yang salah juga dipantau untuk

mencegah pasien dari menyebabkan kerugian bagi satu sama

lain karena delusi atau keyakinan dan dalam hal apapun kontak

fisik antara pasien perawat secepat mungkin dengan

menggunakan intervensi benar, juga pasien dari kelompok usia

yang relatif kecil dan jenis kelamin harus dipisahkan untuk


28

mencegah kekerasan seksual (laki-laki-perempuan) (dewasa-

remaja-anak-anak).

d) Melindungi pasien dari kesalahan medis atau keperawatan.

e) Melindungi pasien dari lingkungan fisik

Dilakukan dengan memastikan bahwa pasien ditempatkan dalam

tempat aman dan bebas dari benda-benda berbahaya yang

mungkin melukai pasien atau digunakan untuk menyebabkan

kerusakan baginya misalnya (Hanya peralatan makanan plastik

dapat digunakan di lingkungan, tidak ada benda tajam yang

diperbolehkan di lingkungan) Tingkat kesadaran pasien harus

dipantau untuk mencegah kemungkinan bahaya jatuh, untuk

pasien yang terancam jatuh selama tindakan pencegahan tidur

seperti sidereal, menempatkan pasien di tempat tidur klausul ke

pintu, penurunan ketinggian tidur harus dilakukan.

3) Keselamatan Pasien Selama Masa Penahanan dan Pengasingan

Hal-hal yang dilakukan dalam menjalankan patient safety

untuk pasien jiwa selama masa penahanan antara lain:

a) Jangan pernah lakukan penahanan di luar perintah medis.

b) Jangan pernah menggunakan penahanan sebagai metode

hukuman atau untuk membalas dendam pribadi.

c) Selalu memberitahu pasien alasan penahanannya

d) Pastikan bahwa penahanan tidak memblokir sirkulasi darah.

e) Periksa pasien dan ambil tanda tanda vital setiap 15 menit.

f) Pastikan suhu ruangan sesuai


29

g) Selalu lakukan penahanan pasien dalam posisi terlentang.

h) Pastikan bahwa kebutuhan fisik pasien terpenuhi.

i) Penahanan tidak berlaku pada kasus operasi mata, operasi

tulang belakang, kondisi hati, dada dan masalah pernapasan.

j) Ruangan fisik sekitarnya harus sesuai dan dilengkapi

k) Penahanan perlu adanya kamera pemantau

l) Pasien harus dimonitor pada semua waktu penahanan

Hal-hal yang dilakukan dalam menjalankan keselamatan

pasien untuk pasien jiwa selama masa pengasingan antara lain:

a) Jangan pernah menggunakan pengasingan diluar perintah medis.

b) Jangan pernah menggunakan pengasingan sebagai hukuman

atau balas dendam pribadi.

c) Selalu memberitahu pasien alasan menempatkan dia dalam

pengasingan.

d) Memeriksa pasien setiap 15 menit.

e) Pastikan bahwa ruang bebas dari bahaya.

f) Pastikan bahwa fisik ruang sekitarnya tepat dan dilengkapi

dengan kamera pemantau.

g) Pastikan bahwa kebutuhan fisik pasien terpenuhi.

h) pengasingan tidak harus dilakukan pada kasus-kasus risiko

bahaya diri, autis, jantung dan gangguan pernapasan dan pasien

fobia.

4) Keselamatan Pasien dalam Keperawatan Jiwa dikaitkan dengan 6

Sasaran Keselamatan Pasien


30

a) Identifikasi pasien

Dalam pengindentifikasian pasien jiwa, hal ini harus

diperhatikan perawat. Dalam pengidentifikasian ini, ditekankan

kepada keluarga pasien pada saat pasien masuk ke rumah sakit.

b) Komunikasi

Sasaran pasien safety komunikasi ini sangat diperlukan bagi

perawat. Karena komunikasi adalah salah satu terapi yang

efektif dalam menghadapi pasien gangguan jiwa.

c) Tepat obat

Dalam menghadapi pasien jiwa, pasien harus memperhatikan

keselamatan pasien pada obat-obatan, karena obat yang

digunakan pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan obat

NAPZA. Jadi perawat harus memperhatikan penggunaan obat,

nama obat, dosis agar tidak menimbulkan gangguan lain pada

pasien

d) Tepat pasien, tepat lokasi, tepat sasaran operasi

Sasaran ini tidak terlalu spesifik di dalam keperawatan jiwa.

e) Penurunan resiko infeksi

Infeksi nosokomial merupakan masalah yang umum yang

terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Pada pasien

gangguan jiwa, hal ini juga harus diperhatikan. Contohnya, pada

saat pemberian injeksi, perawat harus memperhatikan

penggunaan jarum suntik sekali pakai.


31

f) Resiko jatuh

Pada sasaran ini setiap pasien yang mengalami resiko jatuh

akan diberi tanda kuning.

5) Standar Pengelolaan Keselamatan Pasien dalam Keperawatan Jiwa

a) Standar 1: Falsafah dan Tujuan

Kegiatan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Jiwa merupakan

suatu keharusan untuk melindungi pasien dari kejangkitan

infeksi, dalam bentuk upaya pencegahan, surveilens. dan

pengobatan yang rasional.

b) Standar 2: Administrasi dan Pengelolaan

Harus ada panitia yang bertanggung jawab. mengatur, dan

meninjau pengendalian infeksi.

c) Standar 3: Staf dan Pimpinan

Pimpinan dan staf diberikan kewenangan dalam pengelolaan

program pengendalian infeksi.

d) Standar 4 : Fasilitas dan Peralatan

Perlengkapan untuk kebersihan Rumah Sakit Jiwa harus

disediakan, demikian pula lingkungan harus bersih.

e) Standar 5: Kebijakan dan Prosedur

Kriteria:

(1) Petugas Kebersihan

Harus ada jadwal kerja minimal 3 kali untuk membersihkan

lantai atau setiap kali ada pengotoran lantai.


32

(2) Linen

Kereta untuk membawa linen kotor harus dicuci dan

didisinfeksi secara teratur setiap hari. Linen bekas pasien

infeksi harus dipisahkan dan didisinfeksi khusus. Ruangan

serta tempat kerja laundri dibersihkan setiap hari. Staf harus

mencuci tangan secara teratur dengan anti septik. Dilarang

merokok di ruang linen. Bila linen disiapkan di luar Rumah

Sakit Jiwa. harus dipastikan bahwa proses dapat

dipertanggung jawabkan.

(3) Pengudaraan dan ventilasi

Harus dibuktikan bahwa mesin pendingin udara diperiksa

secara teratur dan terbukti bersih dari jamur dan bakteri.

Dilarang merokok di Rumah Sakit Jiwa.

(4) Pembuangan sampah

Sampah harus dibuang sedemikian rupa agar sesuai dengan

peraturan yang ada. Harus ada batasan dan prosedur

mengenai:

(a) Sampah yang terkontaminasi

Pemisahan sampah umum dan sampah medis yang

terkontaminasi

(b) Penanganan yang tepat dengan kantong, baju

pelindung. dan tempat sampah sebelum sampah

dimusnahkan.
33

(c) Harus ada tempat khusus bagi alat bekas suntik dan

dibuang dengan cara yang aman agar tidak

mecelakakan orang lain.

(5) Sumber air

(a) Kualitas air harus baik, bila mungkin berasal dari PAM,

bila berasal dari sumber lain harus dibuktikan bahwa

secara mikrobiologik dapat dipertanggung-jawabkan.

(b) Bila terdapat penampungan air maka secara berkala

harus ada pemeriksaan mengenai kebersihan dan

mikrobiologi.

f) Standar 6 : Pengembangan Staf dan Pendidikan

Semua staf berhak mendapatkan kesempatan pengembangan

kemampuan dan keterampilan melalui program pendidikan.

g) Standar 7 : Evaluasi dan Pengendalian Mutu

Harus ada prosedur untuk menilai mutu pelayanan dan ada

mekanisme untuk mengatasi masalah.

d. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Insiden keselamatan

Pasien[ CITATION Kom15 \l 1033 ]

1) Faktor eksternal/di luar Rumah sakit

a) Regulator dan ekonomi

b) Peraturan dan Kebijakan Depkes

c) Peraturan Nasional

d) Hubungan dengan organisasi lain

2) Faktor Organisasi dan manajemen


34

a) Organisasi dan manajemen

(1) Struktur organisasi

(2) Pengawasan

(3) Jenjang pengambilan keputusan

b) Kebijakan, standar, dan tujuan

(1) Penyusunan fungsi manajemen

(2) Kontrak service

(3) Sumber keuangan

(4) Pelayanan informasi

(5) Kebijakan diklat

(6) Prosedur dan kebijakan

(7) Fasilitas dan perlengkapan

(8) Manajemen resiko

(9) Manajemen K3

(10) Quality improvement

c) Administrasi

Sistem administrasi

d) Budaya keselamatan

(1) Attitude kerja

(2) Dukungan manajemen oleh seluruh staf

e) Sumber Daya Manusia

(1) Ketersediaan

(2) Tingkat pendidikan dan keterampilan staf yang berbeda

(3) Beban kerja yang optimal


35

f) Diklat

Manajemen training pelatihan/refreshing

3) Faktor Lingkungan Kerja

a) Desain dan bangunan

(1) Manajemen pemeliharaan

(2) Penilaian ergonomik

(3) fungsionalitas

b) Lingkungan

(1) Housekeeping

(2) Pengawasan lingkungan fisik

(3) Perpindahan pasien antar ruangan

c) Peralatan/sarana dan prasarana

(1) Malfungsi alat

(2) Ketidaktersediaan

(3) Manajemen pemeliharaan

(4) Fungsionalitas

(5) Desain,penggunaan dan pemeliharaan peralatan

4) Faktor Tim

a) Supervisi dan konsultasi

(1) Adanya kemauan staf junior berkomunikasi

(2) Cepat tanggap

b) Konsistensi

(1) Kesamaan tugas antar profesi

(2) Kesamaan tugas antar staf yang setingkat


36

c) Kepemimpinan dan tanggung jawab

(1) Kepemimpinan efektif

(2) Job desk jelas

d) Respon terhadap insiden

Dukungan peers setelah insiden

5) Faktor Petugas

a) Kompetensi

(1) Verifikasi kualifikasi

(2) Verifikasi pengetahuan dan keterampilan

b) Stressor fisik dan mental

(1) Motivasi

(2) Stressor mental : efek beban kerja=beban mental

(3) Stressor fisik : efek beban kerja=gangguan fisik

6) Faktor Tugas

a) Ketersediaan SPO

(1) Prosedur peninjauan dan revisi SPO

(2) Ketersediaan SPO

(3) Kualitas informasi

(4) Prosedur investigasi

b) Ketersediaan dan akurasi hasil test

(1) Test tidak dilakukan

(2) Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test

c) Faktor penunjang dalam validasi alat medis


37

(1) Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas

(2) Kalibrasi

d) Desain tugas

Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SPO

7) Faktor Pasien

a) Kondisi

Penyakit yang kompleks, berat dan multikomplikasi

b) Personal

(1) Kepribadian

(2) Bahasa

(3) Kondisi sosial

(4) Keluarga

c) Pengobatan

Mengetahui resiko yang berhubungan dengan pengobatan

d) Riwayat

(1) Riwayat medis

(2) Riwayat kepribadian

(3) Riwayat emosi

e) Hubungan staf dan pasien

Hubungan yang baik

8) Faktor Komunikasi

a) Komunikasi verbal

(1) Komunikasi antar staf junior dan senior

(2) Komunikasi antar profesi


38

(3) Komunikasi antar staf dan pasien

(4) Komunikasi antar unit departemen

b) Komunikasi tertulis

Ketidaklengkapan informasi

e. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien[ CITATION Kom15 \l 1033 ].

1) Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien di RS :

a) Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah

sakit, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk

mengurangi dampak / akibat yang tidak diharapkan.

b) Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan

mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift

kepada Atasan langsung (Paling lambat 2x24 jam), diharapkan

jangan menunda laporan.

c) Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada

Atasan langsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai

keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/ Instalasi/

Departemen / Unit).

d) Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading

risiko terhadap insiden yang dilaporkan.

e) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang

akan dilakukan sebagai berikut :

(1) Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,

waktu maksimal 1 minggu.


39

(2) Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung,

waktu maksimal 2 minggu

(3) Grade kuning : Investigasi komprehensif/Analisis akar

masalah/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari

(4) Grade merah : Investigasi komprehensif/Analisis akar

masalah / RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.

f) Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil

investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di RS .

g) Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan

Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan

investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.

h) Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan

Analisis akar masalah / Root Cause Analysis (RCA)

i) Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan

dan Rekomendasi untuk perbaikan serta "Pembelajaran" berupa :

Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian yang sama

terulang kembali.

j) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada

Direksi.

k) Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan

umpan balik kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada

seluruh unit di Rumah Sakit

l) Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing -

masing
40

m)Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.

2) Analisis Grading Resiko

Penilaian risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk

menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan Dampak dan

Probabilitasnya.

a) Dampak (Consequences)

Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat

akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai

meninggal.

Tabel 2.1 Penilaian Dampak

Tingkat Deskripsi Dampak


resiko

1 Tidak signifikan Tidak ada cedera


2 Minor Cedera ringan misal luka lecet
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
3 Moderat Cedera sedang misal luka robek
Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel), tidak berhubungan
dengan penyakit
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Mayor Cedera luas/berat misal cacat, lumpuh
Kehilangan fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (irreversibel), tidak berhubungan dengan
penyakit
5 katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit

b) Probabilitas / Frekuensi / Likelihood

Penilaian tingkat probabilitas/ frekuensi risiko adalah seberapa

seringnya insiden tersebut terjadi.

Tabel 2.2 Penilaian Probabilitas/Frekuensi


41

Tingkat
resiko
1 Sangat jarang/rare (>5 tahun/kali)
2 Jarang/Unlikely (>2-5 tahun/kali)

3 Mungkin/possible (1-2 tahun/kali)


4 Sering/likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu/bulan)

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi Insiden
Keselamatan Pasien:

1. Eksternal/di luar RS patuh


2. Organisasi/manajemen
3. Lingkungan kerja
4. Tim Kepatuhan
5. Petugas monitoring restrain
6. Tugas
7. Pasien Tidak patuh
8. Komunikasi

Insiden
keselamatan Pasien

C. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Kepatuhan perawat dalam Insiden Keselamatan


monitoring restrain Pasien
42

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam monitoring

restrain.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah yang dipengaruhi, akibat adanya

variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Insiden Keselamatan Pasien.

E. Hipotesis

Ho: Tidak ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam monitoring

restrain dengan Insiden Keselamatan Pasien.

Ha: Ada hubungan antara kepatuhan perawat dalam monitoring restrain

dengan Insiden Keselamatan Pasien.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimen

dengan desain penelitian korelasional (hubungan/asosiasi) yaitu dengan

mengkaji hubungan antara variabel kepatuhan perawat dalam monitoring

restrain dengan insiden keselamatan pasien. Pendekatan secara deskriptif

yaitu penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih

detail mengenai suatu gejala atau fenomena[ CITATION Pri16 \l 1033 ].

Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu peneliti akan

melakukan pengukuran variabel kepatuhan perawat dalam monitoring

restrain dan variabel insiden keselamatan pasien, kemudian akan

menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antara variabel.

Rancangan penelitian yang digunakan cross sectional dimana

penelitian menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat[ CITATION Sug15 \l

1033 ].Penelitian hanya digunakan dalam waktu tertentu dan tidak akan

dilakukan penelitian lain di waktu yang lain untuk

diperbandingkan[ CITATION Pri16 \l 1033 ]. Penelitian ini mengukur variabel

kepatuhan perawat dalam monitoring restrain dan variabel insiden

keselamatan pasien dalam waktu yang bersamaan dan tidak akan

dilakukan penelitian di waktu yang lain.

43
44

B. Populasi, Sampel dan Teknik sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti [

CITATION Pri16 \l 1033 ]. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

perawat rawat inap di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang yang

berjumlah 130 perawat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti(34). Sampel

pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas di bangsal rawat inap

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Apabila jumlah sampel kurang dari 10.000 dapat menggunakan

rumus formula yang lebih sederhana menggunakan rumus Slovin

[ CITATION Not12 \l 1033 ]:

N
n=
1+ N (d2)

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar sampel

d = Taraf signifikan yang ditetapkan (5%)

maka
130
n=
1+ 130 (0.052)

130
n=
45

1+ 130 (0.0025)

130
n=
1.325

n = 98.11 dibulatkan menjadi 98.

Kriteria sampel yang digunakan sebagai berikut:

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti[ CITATION

Nur15 \l 1033 ]. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

(1) Perawat yang berpendidikan minimal D3 keperawatan dan

maximal S1 Keperawatan.

(2) Perawat yang bersedia menjadi responden

(3) Perawat pelaksana yang sudah bekerja minimal 1 tahun

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab[ CITATION Nur15 \l 1033 ] . Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

(1) Perawat yang sedang cuti atau sakit

(2) Perawat yang sedang mengikuti pelatihan

(3) Perawat yang membatalkan ketersediaan menjadi responden

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yaitu suatu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara


46

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah

dalam penelitian)[ CITATION Nur15 \l 1033 ].

Tabel 3.1 Daftar persebaran sampel

No Nama Bangsal Populasi Sampel


1 Arimbi 11 11/130x98=8
2 Citroanggodo 11 11/130x98=8
3 Dewaruci 9 9/130x98=6
4 Endrotenoyo 10 10/130x98=8
5 Gatotkaca 9 9/130x98=7
6 Hudowo 9 9/130x98=7
7 Irawan 10 10/130x98=8
8 Kresna 13 13/130x98=10
9 Madrim 10 10/130x98=8
10 Srikandi 13 13/130x98=10
11 RIPD 11 11/130x98=8
12 UPIP 14 14/130x98=10
Total 130 98

C. Waktu dan Tempat Penelitian

a) Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2020 sampai Februari

2021.

b) Tempat penelitian

Tempat penelitian yaitu di ruang perawatan rawat inap RSJD Amino

Gondohutomo Semarang. Berdasarkan data pada bulan Maret 2020

pasien yang mengalami insiden akibat restrain sebanyak 2 kejadian

insiden.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan
47

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya[ CITATION Sug15 \l 1033 ].

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur skala


Penelitian Operasional
Kepatuhan Aktifitas Diukur dengan Dikategorikan ordinal
perawat pemantauan atau lembar menjadi:
dalam tindakan yang observasi 1. Tidak
monitoring dilakukan perawat sebanyak 10 patuh=100
restrain selama pasien indikator %
dalam pengikatan dengan 2. Patuh=<100
fisik/restrain kategori: %
Tidak
dilakukan=
skor 0
Dilakukan=
skor 1
Insiden kejadian atau Laporan Dikategorikan ordinal
Keselamatan situasi yang dapat Insiden berdasarkan
pasien mengakibatkan keselamatan frekuensi
atau berpotensi Pasien yang kejadian
mengakibatkan diakibatkan 1.tidak terjadi
harm (penyakit, oleh tindakan insiden
cedera, cacat, restrain. 2.terjadi
kematian dan 1.Skor 0: tidak insiden
lain-lain) yang terjadi insiden
tidak seharusnya 2.Skor 1:
terjadi pada terjadi insiden
pasien jiwa yang
dilakukan
restrain.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian
48

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengambil data

dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar Observasi tentang kepatuhan perawat dalam monitoring

restrain

Lembar observasi kepatuhan monitoring restrain diadaptasi dari SPO

Monitoring Restrain yang terdiri 10 indikator pertanyaan. Skor untuk

jawaban dilakukan diberikan skor 1 dan skor untuk jawaban yang

tidak dilakukan diberikan skor 0.

b. Laporan Insiden Keselamatan Pasien

Laporan insiden keselamatan pasien berisi tentang kejadian yang

diakibatkan oleh tindakan restrain. Skor 0 untuk tidak terjadi insiden

dan Skor 1 untuk terjadi insiden.

2. Uji Instrumen Penelitian

Uji validitas dan reliabilitas tidak dilakukan karena alat

pegumpulan data sudah baku yaitu mengadaptasi dari SPO Monitoring

Restrain RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan pedoman

pelaporan insiden keselamatan pasien.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

a. Pengumpulan Data primer

Sumber data primer pada penelitian ini yaitu hasil observasi

kepatuhan monitoring restrain pada responden di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang yang dijadikan sampel pada penelitian dan

jumlah insiden kejadian yang diakibatkan tindakan restrain.


49

b. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini didapatkan dari laporan dan

dokumen Rumah Sakit meliputi data pegawai dan data kejadian

Insiden Keselamatan Pasien.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap-tahap pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Tahap persiapan

1) Peneliti meminta surat pengantar dari STIKES Karya Husada

untuk melakukan penelitian di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang.

2) Setelah memperoleh surat ijin untuk melakukan penelitian dari

STIKES Karya Husada Semarang, peneliti mengirimkan surat

tersebut ke lokasi penelitian yaitu di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang. Semua proses birokrasi dilakukan

secara online via email atau whatsapp sesuai kebutuhan dan

peraturan masing-masing institusi.

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti datang ke RSJD Dr. Amino gondohutomo Semarang

untuk melakukan penelitian kepada responden dengan

memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.

2) Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang proses

penelitian. Peneliti memberikan informasi tentang tujuan

penelitian dan keikutsertaan dalam penelitian ini kepada sampel

penelitian, bagi yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini


50

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian

(informed consent).

3) Peneliti membagikan lembar persetujuan penelitian (informed

consent) kepada responden penelitian yang bersedia

berpartisipasi dalam penelitian untuk ditandatangani.

4) Peneliti melakukan observasi dengan dibantu fasilitator pada

masing-masing ruangan dan mengumpulkan data insiden

keselamatan pasien yang diakibatkan tindakan restrain.

c. Tahap akhir kegiatan

Peneliti mengumpulkan hasil observasi kepatuhan perawat dan data

jumlah insiden keselamatan pasien yang diakibatkan tindakan

restrain, memasukan dan mengolah hasil tersebut sebagai data

analisa yang kemudian akan dijadikan kesimpulan dalam penelitian.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini yaitu :

a. Editing

Editing adalah meneliti kembali apakah isian dalam lembar

observasi dan laporan insiden keselamatan pasien sudah lengkap dan

diisi, editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika

ada kekurangan data dapat segera dikonfirmasikan.

b. Scoring

Dilakukan dengan memberikan skor pada hasil observasi kepatuhan

perawat dan skor pada kejadian insiden yang diakibatkan restrain

untuk mempermudah dalam proses pengolahan data.


51

Kepatuhan monitoring restrain

0: tidak dilakukan

1: dilakukan

Insiden keselamatan pasien

0: tidak terjadi insiden

1: terjadi insiden

c. Coding

Tahap ini merubah data yang dikumpulkan kedalam bentuk yang

lebih ringkas. Memberi kode untuk variabel kepatuhan perawat dan

variabel insiden keselamatan pasien terhadap data yang diperoleh

dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya.

Kepatuhan perawat

1: patuh

2: tidak patuh

Insiden keselamatan pasien

1: tidak terjadi insiden

2: terjadi insiden

d. Tabulating

Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian

kedalam tabel analisis data yang berisi data yang sudah diberi kode

sesuai kriteria yang telah ditentukan.

e. Entry Data

Entry data adalah proses memasukkan data kedalam kategori

tertentu untuk dilakukan analisis data.


52

f. Cleaning

Pembersihan data, yaitu dengan memeriksa apakah data yang masuk

sudah benar atau belum.

2. Analisis Data

a. Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan setiap

variabel (variabel independen dan variabel dependen) dengan

menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi, sehingga tergambar

fenomena yang berhubungan dengan variabel yang diteliti [ CITATION

Not12 \l 1033 ] . Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan

untuk menggambarkan :

1) Kepatuhan perawat dalam monitoring restrain di RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang.

2) Insiden Keselamatan Pasien di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

menganalisis dua variabel[ CITATION Not12 \l 1033 ]. Analisis ini

berfungsi untuk mengetahui hubungan kepatuhan perawat dalam

monitoring restrain dengan Insiden Keselamatan Pasien di RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Semarang. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan salah satu uji statistik


53

tertentu. Data berskala ordinal dengan bentuk kategorik maka uji

korelasi menggunakan Chi Square. Adapun rumusnya adalah

sebagai berikut:

( f o−f h )2
k

2
∑ i−l¿ f ¿
X = h

Keterangan :

X2: Chi kuadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan

Prasyarat pada uji Chi Square adalah sebagai berikut :

1) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai

harapan (E) kurang dari 1

2) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai

harapan (E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah

keseluruhan sel.

Jika keterbatasan tersebut terjadi, maka dapat dilakukan

penggabungan terhadap kategori-kategori yang berdekatan untuk

memperbesar frekuensi nilai harapan.

Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :

1) Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, 3x4 dan seterusnya,

maka uji yang digunakan adalah Pearson Chi Square.

2) Bila tabel 2x2 dijumpai nilai E > 5, maka uji yang digunakan

adalah Contiunity correction


54

3) Bila tabel 2x2 dijumpai nilai E < 5, maka uji yang digunakan

adalah Fisher Exact

Uji signifikansi dapat dinyatakan sebagai berikut :

1) Jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka dinyatakan ada hubungan yang

bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka dinyatakan tidak ada hubungan

yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut[ CITATION Not12 \l 1033 ]. Masalah etika

yang harus diperhatikan antara lain:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian

tersebut,dan peneliti juga mempersiapkan lembar formulir persetujuan

(informed consent) kepada responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Setiap responden mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi,maka dari itu

seorang peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

dan kerahasiaan identitas responden.


55

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness).

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Lingkungan penelitian perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefit).

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subyek penelitian pada

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subyek.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kesehatan, kementerian .Permenkes no 43 tahun 2016. Jakarta :


hukor.kemkes.go.id (28 April 2020)
2. RI, Menteri Kesehatan. Pemenkes RI no.11 tahun 2017. Jakarta : persi.or.id (19
November 2019)
3. Najihah .Budaya keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan di Rumah
Sakit:Literatur Review.Indonesia : Journal Of Islamic Nursing, 2018, Vol. 3.
4. Marpaung, Sri Harvita Sari. Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Di
Rumah Sakit Jiwa. Magelang : s.n., 2019.
5. Dwi Septiani Putri, Veny Elita,Ganis Indriati.Pengaruh Tindakan Restraint
Terhadap Skor Rufa Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan. Riau :
Universitas Riau Press, 2018.
6. Saputra, Dwi.Pengalaman Pasien Gangguan Jiwa Selama Mengalami Restrain
Ekstremitas di Rumah Sakit Jiwa Arif Zainudin Surakarta. Surakarta :
eprints.ums.ac.id, 2017.
7. Sujarwo, Livana PH.Gambaran Dampak Tindakan Restrain Pasien Gangguan
Jiwa. Semarang : Jurnal Ilmiah Stikes Kendal, 2017, Vol. 7.
8. Tengah, Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa. SPO Monitoring Pengikatan Fisik. Semarang : s.n., 2017.
9. Mustaqin, Luky Dwiantoro.Restrain yang Efektif untuk Mencegah Cidera.
Semarang : Undip Semarang, 2018, Vol. 10. 2549-8118.
10. Susi Nurhayati, Suwandi. Kepatuhan Perawat Dalam Implementasi Surgical
Safety Checklist Terhadap Insiden Keselamatan Pasien Ponek di Rumah
Sakit Semarang. Semarang : Jurnal SMART Keperawatan, 2019, Vol. 6.
11. Siti Nur Qomariah, Uyan Ari Lidiyah.Hubungan Faktor Komunikasi dengan
Insiden Keselamatan Pasien. Gresik : Journals of Ners Comunity, 2015, Vol.
06.
12. Gondohutomo, Direktur Rsjd Amino. SPO Pengikatan Fisik / Restrain.
Semarang : s.n., 2017.
14. Retno Yuli Hastuti, Nurwulan Agustina,Widiyatmoko.Pengaruh Restrain
Terhadap Penurunan Skore Panss EC Pada Pasien Skizofrenia Dengan
Perilaku Kekerasan. Semarang : Jurnal keperawatan Jiwa, 2019, Vol. 7.
15. Dwi Indah Iswanti, Sri Puji Lestari. Persepsi Klien Perilaku Kekerasan
Terhadap Tindakan Restrain Mekanik Di RSJD Dr.Amino Gondohutomo
Jawa Tengah. Semarang : Jurnal Keperawatan Jiwa, 2016, Vol. 4.
16. Potter, Perry.(2010). Fundamental Of Nursing:Consep,Proses and Practise.
Jakarta : EGC.
17. Narindrianisa, Cikal Septepin. kemampuan Perawat Melakukan Tindakan
Restrain Pada Pasien Amuk di Unit Gawat Darurat RSJD Dr.Arif Zainudin
Surakarta. Surakarta : eprints.ums.ac.id, 2019.
18. Faradhila, Fajar.Pengalaman Perawat Dalam Penanganan Pasien Amuk
Dengan Restrain Extremitas Di Rumah sakit Jiwa Arif Zainudin Surakarta.
Surakarta : eprints.ums.ac.id, 2017.
19. Gondohutomo, Rsjd Amino. Panduan Pelayanan Restrain. Semarang : s.n.,
2017.
20. Humas. Pengertian Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Pemerintah.
setkab.go.id. [Online] juli 24, 2015. [Cited: Juni 08, 2020.]
21. Faot, Aprilia. Monitoring dan Evaluasi Kebijakan. www.kompasiana.com.
[Online] Kompasiana, Mei 14, 2019. [Cited: Juni 08, 2020.]
22. Gondohutomo, Rsjd Amino. SPO Pelepasan Pengikatan Fisik/Restrain.
Semarang : s.n., 2017.
23. Rachmawati, Fitri. Hubungan Fungsi Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat
Menjalankan SOP Identifikasi Pasien di RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang. Palembang : Jurnal ARSI, 2017, Vol. 3.
24. Latifah Ratnawati, Sondang Sianturi.Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Hand Hiegiene. Semarang :
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 2018, Vol. 9.
25. Dr.Elsye Maria Rosa, Mkep. Kepatuhan (Compliance). mars.umy.ac.id.
[Online] UMY Magister Administrasi Rumah Sakit, Januari 27, 2018. [Cited:
Juni 08, 2020.]
26. A.Arifianto, MT Arifin,RH Widyastuti.Kepatuhan perawat Dalam
Menerapkan Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pengurangan Resiko Infeksi
Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Rumah Sakit Roemani
Muhamadiyah Semarang. Semarang : Undip Press, 2017.
27. Diana, Vera.Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan
(Study Pada Siswa Kelas IV Dan V Di SDN 1 Tamanbali Bangli Tahun 2018.
Denpasar : Poltekkes Denpasar Repository, 2018.
28. Elen Debora, Wan Nishfa Dewi,Yulia Irvani Dewi. Hubungan pengetahuan
Perawat Tentang Kejadian Nyaris Cedera Dengan Sikap Melaporkan
Kejadian Nyaris Cedera. Jakarta : Jurnal Ners Indonesia, 2018, Vol. 8.
29. Amalia, Riezky. Pengaruh Motivasi ,Kemampuan Dan Komitmen
Organisasional Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam
(RSI) Aisyiyah Malang. Malang : Adbis : Jurnal Administrasi dan Bisnis,
2017.
30. Yudiarso, Agus Wahyu. Analisis Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kualitas Pelayanan Perawat Pada RSM Ahmad Dahlan Kediri.
Kediri : Revitalisasi Jurnal Ilmu Manajemen, 2015, Vol. 4.
31. Dayat Ikhsan Hajati, Dwi Wahyu A,Hj.Nurul Wahyuni.Pengaruh
Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan Dan Karakteristik Organisasi
terhadap Kinerja Pegawai (Studi pada Politeknik Kotabaru). Banjarmasin :
Jurnal Bisnis dan Pembangunan, 2018, Vol. 7.
32. Yuliani, Farida. Karakteristik Kelompok Pendukung ASI dengan Kelancaran
ASI. Mojokerto : Jurnal Biomedika, 2019, Vol. 12.
33. Arti Silviani, Erry R.Pangestu. Pengaruh Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan
Lingkungan kerja Terhadap Kinerja Perawat RSUD Pantura M.A Sentot
Patrol Indramayu. Bandung : Unpas Repository, 2019.
34. (KKPRS), Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP)(Patient Safety Incident Report). Jakarta :
s.n., 2015.
35. Priyono.(2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya : Zifatama
Publishing
36. Notoadmodjo.(2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
37. Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
38. Nursalam.(2015). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Nama :
Responden :
Di tempat,
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian “Hubungan Kepatuhan

Perawat Dalam Monitoring Restrain Dengan Insiden Keselamatan Pasien di RSJD

Dr.Amino Gondohutomo Semarang” yang akan dilakukan dalam rangka

penyusunan Skripsi untuk memenuhi sebagai syarat S1 Keperawatan STIKES

KARYA HUSADA SEMARANG, penulis bermaksud mengumpulkan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya

mohon kesediaan dan kerelaan para responden bersedia mengikuti segala proses

pengambilan data. Saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan.

Kerahasiaan Identitas dan jawaban para responden akan penulis jamin sepenuhnya

dan hanya untuk dipergunakan keperluan penelitian.

Atas bantuan dan kerja sama yang baik, penulis ucapkan terimakasih dan

mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan dihati responden.

Semarang..........................

Hormat Saya
Ira Puspita Mayasari

Lampiran 2

INFORM CONCENT MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Hubungan

Kepatuhan Perawat Dalam Monitoring Restrain Dengan Insiden Keselamatan

Pasien, saya bersedia dalam berpartisipasi menjadi responden penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Karya

Husada Semarang yang bernama Ira Puspita Mayasari dengan judul penelitian

“Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Monitoring Restrain Dengan Insiden

Keselamatan Pasien di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang”.

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berpengaruh buruk

terhadapsaya. Oleh karena itu, saya bersedia menjadi responden pada penelitian

ini.

Semarang,

…………………2020

Responden

( )
Lampiran 3

Lembar Observasi Kepatuhan Monitoring Restrain

(Diisi oleh peneliti atau fasilitator dengan memberikan tanda √ pada “ya” untuk
dilakukan dengan benar dan “tidak” untuk tidak dilakukan dengan benar)

Nama Responden:

Kode:

No Indikator ya tidak

1 Melakukan monitoring tanda-tanda vital pasien yang di restrain 1


jam sekali

2 Melakukan monitoring tanda-tanda cidera yang berhubungan


dengan proses restrain 1 jam sekali

3 Melakukan monitoring status mental pasien yang di restrain 1


jam sekali

4 Mencatat hasil monitoring ke dalam lembar monitoring fiksasi


pada rekam medis pasien

5 Membantu pemenuhan nutrisi dan hidrasi pada pasien yang di


restrain

6 Membantu hiegiene dan eliminasi pada pasien yang di restrain

7 Membantu sirkulasi dan rentang gerak ekstremitas pada pasien


yang di restrain

8 Melakukan evaluasi restrain paling lama 4 jam untuk pasien >18


tahun/paling lama 2 jam untuk pasien 9-17 tahun/paling lama 1
jam untuk pasien <9 tahun
9 Melaporkan kondisi pasien setelah dilakukan evaluasi/selesai
masa durante pengikatan dan ditulis dalam rekam medis pasien
10 Melakukan rencana tindak lanjut sesuai instruksi dokter

Lampiran 4

Laporan Insiden Keselamatan Pasien

No Tanggal Nama Pasien Ruang Jenis Insiden akibat restrain


Lampiran 5

Surat Permohonan Survey Awal


Lampiran 6

Surat Balasan Survey Awal

Anda mungkin juga menyukai