Anda di halaman 1dari 24

PELAKSANAAN KEGIATAN DROPPING PASIEN DENGAN

GANGGUAN JIWA RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO


PROVINSI JAWA TENGAH

Makalah Memenuhi Persyaratan Peningkatan Pendidikan Profesi Ners (Ns)


Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan (FIKKES)
Universitas Muhammadiyah Semarang

DISUSUN OLEH :

KOMARIYATUN, S.Kep, M.Kes


KASI KEPERAWATAN
RAWAT JALAN, REHABILITASI DAN KESWAMAS
NIP : 19670302 199103 2 007

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat serta Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah untuk uji penggunaan gelar yang berjudul : “Pelaksanaan Kegiatan
Dropping Pasien Dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat ujian kompetensi
penggunaan gelar Ners (Ns) di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah
. Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, kepada :
1. Dr.Alek Jusran, M.Kes selaku Direktur RSJD Dr.Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah
2. Dr.Erlina Rumanti, M.Kes , selaku Wakil Direktur Pelayanan Medis RSJD
Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
3. Ratna Dewi., S.Kep, Ns., MM, selaku Kepala Bidang Keperawatan RSJD
Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
4. Drs. Widhi Setiawan., MM selaku Kepala Bagian Umum RSJD Dr.Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
5. Rudy Widiyanto, S.Kep, Ns., M.HKes selaku Kasi Keperawatan Rawat Inap
dan Rujukan
6. Pihak – pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu penulis menhgharapkan sekali atas saran, masukan dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.

Semarang, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i


Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................4
C. Ruang Lingkup ......................................................4
D. Tujuan Penelitian ......................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 5
A. Metode Penelitian.................................................................. 5
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan.......................................... 8
BAB III PENUTUP....................................................................................... 19
A. Kesimpulan .............................................................................. 19
B. Saran......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 21
Lampiran Pendukung

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan khusus terhadap penanganan
dan penanggulangan masalah kesehatan jiwa termasuk pasien skizofrenia yang
jumlahnya mendominasi sebagai masalah utama. Rumah Sakit Jiwa
memberikan pelayanan yang komprehensif untuk orang dengan gangguan jiwa,
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semua jenis
upaya penanganan seperti psikofarmakologi, psikoterapi, terapi psikososial,
terapi psikoreligi dan terapi rehabilitasi diberikan pada klien secara
komprehensif.
RSJD Dr. Amino Gondohutomo memberikan pelayanan rawat inap
maupun rawat jalan kepada pasien dengan gangguan jiwa. Jumlah pasien yang
dirawat cenderung bertambah setiap tahunnya, meski pernah menurun di tahun
2018. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2015 adalah sebanyak 4.049 orang,
di tahun 2016 naik menjadi 4.552 orang, meningkat ditahun 2017 menjadi
5.920 orang di tahun 2017, dan cenderung turun cukup tajam di tahun 2018
menjadi 3.824. Meski cukup banyak mengalami penurunan namun jumlah
pasien yang mendapatkan pelayanan rawat inap cukup banyak (Laporan
Renstra tahun 2019-2023).
Pemberian perawatan pada pasien dengan gangguan jiwa di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang ditargetkan selama 21 hari semenjak pasien
datang sampai penjemputan pulang oleh keluarga. Standar waktu tersebut juga
dijadikan batas perawatan oleh penyelanggara asuransi BPJS sebagai
penanggung jawab pemberi layanan asuransi kesehatan masyarakat. Rata-rata
lama rawat pasien di RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang adalah
kurang dari 30 hari meskipun masih ada beberapa yang melebihi 30 hari.

1
Banyak juga kasus dimana penjemputan pasien pulang oleh keluarga
telah melewati jadwal yang telah ditentukan oleh dokter penanggung jawab
pasien. Data rekam medis dari Januari hingga Desember 2020 ada 223 pasien
yang melewati lama perawatan lebih dari 21 hari atau melebihi 30 hari. Data
pasien dropping 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut, tahun 2018 pasien
dropping mencapai angka 85 pasien, tahun 2019 ada sebanyak 80 pasien,
sedangkan pada tahun 2020 karena efek pandemi mencapai angka 41 pasien.
Kelebihan lama rawat inap atau lengt of stay (LOS) pasien menjadi
masalah yang cukup pelik untuk RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Bukan hanya menghabiskan lebih banyak anggaran perawatan dari yang
seharusnya (klaim rawat inap BPJS hanya 21 hari), namun tempat tidur yang
harusnya sudah bisa digunakan oleh pasien baru menjadi berkurang karena
pasien lama yang seharusnya sudah pulang masih mendapatkan perawatan di
ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Banyak penyebab yang menjadi alasan oleh keluarga yang membuat
mereka lama atau tidak kunjung menjemput pasien untuk pulang. Banyak
keluarga yang merasa berat untuk kemudian terus merawat pasien di rumah
baik secara finansial ataupun psikologis. Keluarga kadang masih merasa takut
untuk merawat pasien di rumah, mereka khawatir pasien sewaktu-waktu bisa
marah dan mengamuk dan meresahkan warga. Ada pula keluarga yang
menganggap pasien belum terlalu lama berada di rumah sakit meski sudah
diberikan kabar bahwa pasien telah bisa dijemput. Ada pula warga yang
melarang pasien kembali ke lingkungan mereka karena takut meresahkan
warga. Stigma dalam masyarakat terhadap pasien dengan gangguan jiwa
memang masih menjadi masalah besar yang terus diupayakan oleh tenaga
kesehatan pemecahannya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh tim pelayanan di rumah sakit
untuk mengatasi pasien yang lama perawatannya melebihi waktu seharusnya
atau pasien yang tidak kunjung dijemput pulang oleh keluarganya. Hal yang
pertama dilakukan adalah pekabaran pada anggota keluarga pasien yang
menjadi penanggung jawab pasien yang identitas dan nomer ponselnya telah

2
terdaftar di rekam medis. pekabaran pasien pulang kepada keluarga atau
penanggung jawab juga tidak hanya dilakuan sekali. Petugas melakukan
pekabaran sampai 3 kali.
Apabila sampai 3 kali pekabaran keluarga dan penanggung jawab
pasien tidak kunjung menjemput pasien pulang, maka petugas akan mendatangi
kediaman penanggung jawab dengan alamat yang tertera di rekam medis untuk
memberikan edukasi dan motovasi agar pasien segera dijemput. Upaya
kunjungan keluarga pasien oleh petugas ini disebut dengan program home
visit. Petugas bisa memberikan informasi pada keluarga dan penanggung jawab
pasien bahwa pasien bisa segera dijemput demi kebaikan pasien sendiri.
Terkadang upaya home visit sendiri juga belum mampu membuat
keluarga pasien segera menjemput pasien untuk mengatasi masalah kelebihan
lama perawatan pasien di rumah sakit. Upaya terakhir yang bisa dilakukan oleh
petugas rumah sakit adalah mengantar pasien pulang ke alamat yang tertera di
rekam medis. Biasanya program dropping pasien ini dilakukan oleh perawat
yang bertugas di rawat inap. Jarak yang jauh dan alamat yang sering sulit
dijangkau menjadi tantangan tersendiri bagi petugas dalam melakukan upaya
dropping ini. Belum lagi saat pasien diantar pulang keluarga kadang malah
menolak pasien pulang. Hal ini juga menjadi masalah yang kerap ditemui oleh
petugas dropping.
Dengan pendekatan yang baik dan melibatkan tokoh masyarakat dan
aparat di lingkungan pasien petugas akan memberikan pemahaman terhadap
keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan yang baik biasanya keluarga
akan luluh dan mengerti mengenai kondisi pasien dan mau menerima kembali
pasien ke dalam kehidupan keluarga. Upaya ini juga menjadi jurus ampuh yang
dilakukan petugas dalam melakukan upaya dropping mengantar pasien pulang.
Namun dibutuhkan effort yang lebih bagi petugas untuk dapat menemui dan
melibatkan tokoh masyarakat dan aparat daerah setempat untuk melakukannya.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena di atas maka, masalah yang ada dalam proses
pelaksanaan kegiatan dropping pasien dengan gangguan jiwa di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang adalah sebagai berikut:
1. Tingginya angka kejadian pasien yang tidak kunjung dijemput pulang oleh
keluarga di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
2. Adanya beberapa kendala yang dihadapi petugas dalam melakukan kegiatan
dropping diantaranya, alamat rumah pasien yang sulit dijangkau, keluarga
atau masyarakat yang menolak pasien kembali ke lingkungan tempat
tinggalnya.

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut diatas, maka dapat


diambil judul, “Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Dropping pasien dengan
Gangguan Jiwa di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah?”

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah pasien dengan gangguan jiwa yang di
rawat inap di RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah periode
bulan Januari – Desember 2020

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis pelaksanaan kegiatan dropping pasien dengan gangguan jiwa
di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Gambaran pelaksanaan kegiatan dropping pasien dengan
gangguan jiwa di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

4
b. Menganalisis proses pelaksanaan dropping pasien dengan gangguan jiwa
oleh petugas RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian
1. Kerangka Penelitian

Variable tunggal karakteristik responden


Dropping 1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Alamat
4. Pendidikan

2. Jenis dan Rancangan Penelitian


Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai maka
jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2010).
Data dalam rancangan ini termasuk jenis kuantitatif yaitu penyajian
data dalam bentuk angka yang dapat dihitung secara matematik dan dalam
pengolahan dilakukan dengan menggunakan rumus statistik. Pendekatan
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara cross sectional artinya
penelitian yang memberikan informasi mengenai situasi yang ada pada
satu waktu (Arikunto, 2005).

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Saerah Dr. Amino


Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, pada bulan Januari 2021. Penelitian
dilakukan selama 3 hari, mulai tanggal 4 sampai dengan 6 Januari 2021.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

6
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti, populasi pada penelitian ini adalah jumlah seluruh pasien yang
dirawat lebih dari 21 hari, di bangsal perawatan jiwa RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Arikunto (2006), apabila subjek penelitian kurang dari
100, lebih baik diambil semua sebagai sampel sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien yang
dirawat di bangsal perawatan pasien jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang dirawat di bangsal Jiwa RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah yang dirawat lebih dari 21 hari . Sedangkan kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang perawatan jiwa
atau bangsal jiwa yang dirawat kurang dari 21 hari.

5. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Sugiyono
(2007) variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk
diamati.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pasien
yang diantar pulang dengan program dropping oleh RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. sub variabel : jenis kelamin, umur
dan pendidikan pasien, pendidikan keluarga, area asal tempat tinggal
pasien atau alamat.

6. Definisi Operasional Penelitian


Definisi operasional adalah perumusan pengertian variabel yang
akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data. Ini juga

7
bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukur atau pengamatan
terhadap variabel-variabel yang bersangkutan.

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


. operasional
1. Karakteristik
Pasien

a. Jenis Identitas Studi 1) Laki-laki Nominal


Kelamin responden dokumentasi 2) Perempuan
sesuai kondisi
biologis atau
fisiknya yaitu
laki-laki atau
perempuan.

b. Umur Lama hidup Studi


seseorang yang dokumentasi 1) < 18 tahun Ordinal
dihitung sejak 2) 18-55 tahun
lahir hingga 3) > 55 tahun
dirawat di ruang
isolasi.

c. Pendidikan Jenjang Studi


pendidikan dokumentasi 1) Tidak sekolah Ordinal
formal terakhir 2) Dasar: SD/ MI-
SMP/MTS
3) Menengah:
SMA/SMK
4) Tinggi:
Akademik/perguru
an tinggi

2. Alamat Asal tempat Studi 1) Dalam kota Ordinal


tinggal pasien dokumentasi 2) Luar kota

7. Tehnik Pengumpulan Data


Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari rekapitulasi rekam medis data pasien selama
1 tahun.

8
8. Analisa Data
Data dianalisis secara univariat yang ditampilkan dalam bentuk
distribusi frekuensi menurut Notoatmojo, metode univariat adalah suatu
data atau tabel yang menggambarkan data untuk variabel.
Untuk melakukan persentase data dapat dihitung dengan rumus :
F
X = x 100%
n

Keterangan :

X = Hasil persentase.
F = Frekuensi hasil pencapaian .
n = Total seluruh observasi.
100% = Bilangan genap.

9. Pelaksanaan Penelitian
Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data.
Proses pengolahan data ini dilakukan beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap persiapan, pada tahap ini peneliti mengajukan judul,
melakukan studi pendahuluan, studi literatur.
2. Tahap Pelaksanaan, pada tahap ini dilakukan observasi nama dan
kelengkapan data pasien yang termasuk dalam populasi penelitian
3. Tahap penyusunan / perhitungan data, pada tahap ini dilakukan
penyusunan data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan
sesuai kriteria. Setelah semua data dikelompokkan selanjutnya
dilakukan penghitungan dan disajikan dalam bentuk tabel.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama di bulan Januari
2021, dilakukan pada tanggal 4 Januari 2021. Dari pengambilan data
diperoleh populasi 223 pasien, pasien yang masuk kriteria inklusi adalah

9
41 pasien. Sedangkan 182 pasien di eksklusikan karena, setelah pasien
dilakukan pekabaran selang 2 atau 3 hari kemudian pasien dijemput
keluarga. Ada juga yang saat dilakukan proses pengajuan dropping, pasien
sudah dijemput keluarga. Berikut karakteristik pasien yang dilakukan
program dropping oleh RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah :
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang dilakukan dropping selama
tahun 2020 adalah sebanyak 41 pasien, dan diperoleh data paling
banyak pasien yang dilakukan dropping adalah pasien dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 58% sedangkan untuk pasien dengan jenis
kelamin perempuan, yang dilakukan dropping adalah sebesar 42%.

JENIS KELAMIN
70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%
LAKI LAKI PEREMPUAN

Diagram 1. Karakteristik Pasien berdasarkan Jenis Kelamin

2. Usia
Berdasarkan data yang diperoleh, ada 7 pengelompokan usia
yang dilakukan. Untuk usia 0-10 tahun (anak-anak) selama tahun 2020
adalah 0% yang dilakukan dropping. Untuk usia 11-20 tahun yang
dilakukan dropping ada 24%, yang tertinggi dilakukan dropping adalah
ada pada rentang usia 21-30 tahun, sejumlah 29%. Sedangkan untuk

10
pasien dengan rentang usia 31-40 tahun ada sebanyak 19%, pasien
dengan rentang usia 41-50 ada sebanyak 15%, pasien dengan rentang
usia 51-60 tahun ada sebesar 11% dan yang paling rendah adalah
pasien lansia yang berada di rentang usia 61-70 tahun ada 2%.

USIA
12

10

0
1-10 thn 11-20 thn 21-30 thn 31-40 thn 41-50 thn 51-60 thn 61-70 thn

Diagram 2. Karakteristik Pasien berdasarkan Usia


3. Pendidikan
Meliputi pendidikan pasien dan keluarga, pasien dan keluarga dengan
pendidikan rata-rata tidak sekolah (TS) ada 10% dari jumlah
keseluruhan pasien yang dilakukan dropping. Pasien dengan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) ada sebesar 44%, menempati
prosentase paling tinggi. Pasien dengan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebesar 34%, pasien dengan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) ada 10%, dan pasien dengan pendidikan D3
ada sebesar 2%.

PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


18
16
14
12
10
8
6
11
4
2
0
TS SD SMP SMA D-3 S-1
Diagram 3. Karakteristik Pasien berdasarkan Pendidikan

4. Alamat
Berdasarkan karakteristik alamat, diambil gambaran dalam kota dan
luar kota dengan mengabaikan nama kota asal tempat tinggal. Yang
dimaksud dalam kota adalah, pasien yang berasal di area kota dan
kabupaten Semarang. Sedangkan area luar kota adalah pasien yang
berada di luar kabupaten Semarang dan kota Semarang. Pasien yang
berasal dari dalam kota Semarang ada 4 orang pasien yang berarti
sebesar 9%, dan yang berasal dari luar kota semarang ada 34 pasien
yang berarti sebesar 83%, dan pasien dengan alamat yang tidak jelas
ada sebanyak 3 pasien dengan prosentasi sebesar 8%.

ALAMAT PASIEN
35

30

25

20

15

10

0
dalam kota luar kota tidak jelas

Diagram 4. Karakteristik Pasien berdasarkan Alamat


5. Respon Keluarga dan Masyarakat
Terdapat beberapa respon keluarga ketika pasien dilakukan
dropping, data diperoleh dari laporan kegiatan dropping tahun 2020.

12
Diantaranya penolakan oleh keluarga dengan alasan tidak mampu dan
kesulitan merawat pasien. Data yang diperoleh adalah 31 keluarga
pasien bersedia menerima pasien kembali ke rumah ketika pasien
diantar pulang oleh petugas, atau sebesar 76%. Sedangkan prosentase
keluarga pasien yang menolak pasien ketika diantar oleh petugas
adalah sebesar 24% atau sejumlah 10 pasien.

Penerimaan Keluarga

76%
35
30
25
20

15 24%

10
5

0
menerima tidak menerima

Diagram 5. Respon Kelurga dalam penerimaan keluarga yang


Didroping

Untuk respon masyarakat berbanding terbalik dnegan respon


keluarga. Namun ada beberapa masyarakat yang merupakan tetangga
dekat pasien, menolak kehadiran pasien kembali ke lingkungannya,
dengan alasan merugikan lingkungan, khawatir akan kekambuhan
pasien. Dari data diperoleh sebanyak 36% masyarakat menolak,
sedangkan 64% masyarakat bersedia menerima kembali pasien ke
lingkungan tempat tinggal.

13
PENERIMAAN MASYARAKAT

64%
70%

60%

50%
36%
40%

30%

20%

10%

0%
menerima menolak

Diagram 6. Penerimaan Masyarakat terhadap Pasien yang di droping

C. Pembahasan
1. Pelasaksanaan kegiatan Dropping di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu
masalah yang kerap terjadi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah, khususnya dalam area pelayanan rawat inap adalah
adanya sejumlah pasien yang sudah boleh pulang belum kunjung
dijemput oleh keluarganya. Dalam periode Januari sampai Desember
2020 terdapat 41 pasien yang pulang dengan dropping dengan rata-rata
lama dirawat lebih dari 21 hari adalah sejumlah 223 pasien, namun
tidak semua pasien tersebut dilakukan dropping, karena ketika proses
pengajuan ada pasien yang sudah dijemput keluarga. Pasien yang
dilakukan dropping dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pasien
perempuan yang dilakukan dropping ada sebesar 42% dan pasien laki-
laki sebesar 58%. Berdasarkan data yang diperoleh, ada 7
pengelompokan usia yang dilakukan. Untuk usia 0-10 tahun (anak-
anak) selama tahun 2020 adalah 0% yang dilakukan dropping. Untuk
usia 11-20 tahun yang dilakukan dropping ada 24%, yang tertinggi
14
dilakukan dropping adalah ada pada rentang usia 21-30 tahun,
sejumlah 29%. Sedangkan untuk pasien dengan rentang usia 31-40
tahun ada sebanyak 19%, pasien dengan rentang usia 41-50 ada
sebanyak 15%, pasien dengan rentang usia 51-60 tahun ada sebesar
11% dan yang paling rendah adalah pasien lansia yang berada di
rentang usia 61-70 tahun ada 2%.
Hal tersebut menjadi sebuah kejadian yang sering berlangsung
setiap tahunnya. Hal ini juga sudah tentu menambah beban anggaran
untuk pelayanan rawat inap pasien, biaya perawatan pasien yang
seharusnya sudah pulang tetapi harus ditanggung oleh rumah sakit. Hal
ini juga menjadi catatan lengt of stay (LOS) pasien menjadi bertambah,
padahal pasien tersebut sudah baik kondisinya, bukan hanya
berdampak pada rumah sakit saja, melainkan pula untuk pasien. Pasien
yang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter tentunya memiliki
perbaikan dan kondisi yang tenang dan kooperatif serta siap kembali ke
masyarakat. Namun ketika pasien tidak kunjung dijemput dapat
membuat beban dan stressor lagi untuk pasien. Pasien bisa saja menjadi
memiliki pemikiran yang buruk seperti tidak lagi dibutuhkan dan
dianggap keberadaannya oleh keluarga, pasien merasa bosan berada di
ruang rawat inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo. Sehingga membuat
kondisi psikologisnya menjadi mundur kembali.
Hal-hal tersebut tentu menjadi perhatian pihak manajemen dan
pelayanan RSJD Dr. Amino Gondohutomo semarang. Berbagai upaya
telah dilaksanakan sebagai bagian pemecahan masalah menumpuknya
pasien yang belum kunjung dijemput oleh keluarganya. Upaya pertama
yang biasa dilakukan oleh petugas pemberi layanan pada pasien adalah
memberikan pekabaran melalui telepon pada keluarga pasien.
Keluarga atau penanggung jawab pasien akan dihubungi oleh petugas
dan diberi informasi bahwa pasien telah menerima perawatan dan
memiliki kemajuan kondisi sehingga bisa untuk dijemput pulang.
Kegiatan pekabaran biasanya dilakukan maksimal sebanyak 3 kali.

15
Apabila sampai 3 kali keluarga tidak kunjung menjemput
pasien maka petugas akan melakukan kegiatan home visit atau
kunjungan rumah. Petugas akan mengunjungi keluarga atau
penanggung jawab pasien yang alamatnya tertera di rekam medis.
Petugas akan melakukan klarifikasi penyebab keluarga tidak segera
menjemput pasien. Bukan hanya sekedar melakukan klarifikasi,
petugas juga mencoba memberikan solusi dan motivasi atas masalah
yang mungkin menjadi alasan keluarga tidak kunjung menjemput
pasien.
Terkadang upaya pekabaran dan home visit belum cukup
untuk menyelesaikan masalah pasien yang tidak segera dijemput oleh
keluarganya. Maka upaya terakhir yang bisa dilakukan petugas adalah
melaksanakan dropping atau mengantarkan pasien langsung ke alamat
tempat tinggalnya. Upaya ini sekaligus mempertemukan pasien dan
keluarga serta masyarakan dan pemberian informasi bahwa pasien
sudah bisa pulang dan kembali ke tengah-tengah mereka untuk
beraktivitas seperti biasanya. Upaya dropping merupakan upaya final
dalam menyelesaikan masalah pasien yang tidak kunjung dijemput oleh
keluarga. Dalam kurun waktu Januari sampai Desember 2020 tercatat
sudah 41 kali kegiatan dropping dilaksanakan.

2. Pemecahan Masalah Pelaksanaan Dropping Pasien


Sebagai upaya final, kegiatan dropping merupakan langkah
paling efektif dalam menyelesaikan masalah pasien yang belum
kunjung dijemput oleh keluarga atau penanggung jawabnya. Namun
tentunya kegiatan dropping membutuhkan biaya yang tidak sedikit
khususnya pasien-pasien yang alamatnya berada di luar kota Semarang.
Kegiatan dropping juga membutuhkan usaha yang lebih dari petugas
karena menghabiskan cukup banyak waktu dan tenaga untuk
mengantar pasien, terutama jika alamat yang tertera di rekam medis
pasien jauh dan cenderung sulit untuk dijangkau.

16
Diperoleh data alamat pasien, dengan pengelompokan dalam
kota dan luar kota semarang. Pasien yang berasal dari dalam kota
semarang yang dilakukan dropping adalah 9 %, yang berasal dari luar
kota semarang sebesar 91%.
Masalah yang kerap dihadapi oleh petugas dropping bukan
hanya perkara alamat yang jauh dan sulit untuk ditemukan atau
dijangkau. Justru ada hal lain yang lebih menguras tenaga dan pikiran
petugas. Yakni apabila keluarga pasien justru menolak dan tidak
menerima pasien dengan alasan tidak mampu merawat. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien dan keluarga, diperoleh
data pendidikan pasien dan keluarga adalah sebagai berikut, pasien
yang dilakukan dropping rata-rata pendidikan keluarga tidak sekolah
(TS) ada pendidikan rata-rata tidak sekolah (TS) ada 10% dari jumlah
keseluruhan pasien yang dilakukan dropping. Pasien dengan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) ada sebesar 44%, menempati
prosentase paling tinggi. Pasien dengan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebesar 34%, pasien dengan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) ada 10%, dan pasien dengan pendidikan D3
ada sebesar 2%.
Ada pula kasus dimana keluarga sanggup dan mau menerima
kembali pasien, namun sebagian warga menolak untuk kembali ke
lingkungan mereka karena khawatir pasien akan kembali meresahkan
warga. Hal ini tentu membuat petugas harus memutar otak dengan
keras untuk memberikan pengertian dan pemahaman pada warga agar
bisa menerima kembali pasien.
Bukan hanya dari pasien dan keluarga atau penanggung jawab
pasien saja, masalah dropping juga terkadang berasal dari petugas,
khususnya pasca kegiatan dropping dilakukan. Hal yang sering
dilakukan adalah masalah dokumentasi pelaporan, petugas dropping
sering terlambat mengumpulkan laporan dari waktu seharusnya.
Petugas dropping terkadang terkesan menyepelakan masalah pelaporan

17
kegiatan dropping dengan tidak kunjung membuat atau mengumpulkan
laporan kegiatan dropping. Masalah lain yang muncul adalah laporan
dropping tidak lengkap atau tidak sesuai dengan format yang diberikan.
Salah satu upaya yang dilakukan manajemen Rumah Sakit Jiwa
Dr. Amino Gondohutomo dalam pengawasan pasien saat di rumah dan
kembali ke masyarakat adalah dengan menggunakan teknologi sistem
informasi pelayanan menggunakan aplikasi. Sistem Informasi
Kontinuitas Pelayanan Pasien ( SIKOPEN ) yaitu suatu aplikasi yang
mengintegrasikan layanan kesehatan jiwa antara RSJ Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan Dinas Kesehatan serta
puskesmas di wilayah Kab / Kota. Layanan dimaksud adalah
penanganan pasien gangguan jiwa pasca rawat inap ( continue of care )
di RSJD Dr. Amino. Aplikasi ini bertujuan untuk menurunkan angka
rawat inap ulang sebelum 30 hari, menurunkan lama hari rawat inap
pasien jiwa kurang dari 21 hari, dan meningkatkan peran serta keluarga
dan puskesmas dalam mengelola pasien pasca rawat inap.
Aplikasi ini terus dikembangkan sejak dibuat tahun 2019.
Penggunapun bertambah dari yang semula hanya untuk puskesmas di
wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang, kini sudah menjangkau
Dinas Kesehatan di luar kota Semarang seperti Kabupaten Tegal,
Rembang, Pati, Kendal dan Kabupaten Semarang. Kedepannya akan
menjangkau wilayah yang lebih luas lagi sehingga secara umum
diharapkan akan mengurangi permasalahan ODGJ seperti readmission,
dan lama rawat yang melebihi batas.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan dropping merupakan proses pelayanan pasien yang
membutuhkan pendampingan petugas pada waktu pasien pulang yang
disebabkan oleh :
1. Angka kegiatan droping RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah sejumlah 41 pasien ( 18,3%) dari jumlah pasien yang mendapat
perawatan lebih 21 hari. Total pasien yang melebihi waktu rawat inap
sejumlah 223 pasien.
2. Data alamat dan penanggung jawab yang berasal dari dalam kota /
kabupaten Semarang sebesar 9% dan dari luar kota / kabupaten Semarang
sejumlah 91%.
3. Pendidikan Pasien dan keluarga sebagian besar Sekolah Dasar (SD)
sejumlah 44% dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejumlah 34%.
4. Respon keluarga dalam menerima pasien kembali kerumah sebesar 76%
dan yang menolak kembali sebesar 24%. Sedangkan respon masyarakat
dalam menerima pasien setelah droping adalah 64% dan yang menolak
pasien kembali ke masyarakat sebesar 36%.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,penulis dapat memberikan saran :
1. Mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat dalam menyikapi
pasien dengan gangguan jiwa
2. Petugas rekam medis sebaiknya melakukan pengkajian yang lebih detail
mengenai alamat pasien dan penanggung jawab sebagai antisipasi kegiatan

19
dropping.
3. Meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien dengan
gangguan jiwa melalui pendidikan kesehatan, leaflet maupun media
elektronik lainnya.
4. Keterlibatan tokoh masyarakat dan aparatur setempat sangat penting, untuk
memberi edukasi dan motivasi kepada keluarga dan warga di lingkungan
tempat tinggal pasien untuk bisa menerima pasien kembali.
5. Optimalisasi penggunaan aplikasi Sikopen melalui kordinasi dengan Dinas
Kesehatan serta puskesmas di wilayah Kab / Kota dimana pasien tinggal.

DAFTAR PUSTAKA

20
Keliat, Farida Kusumawat. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba
Medika. 2010

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 406/Menkes/SK/VI/2009


tentangPedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas.

MaramisW.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga


University Press;

Renstra RSJD Dr. Amino Gondohutomo 2019-2023. http http://ppid.rs-


amino.jatengprov.go.id/rencana-strategis/ diakses tanggal 12 Agustus 2019

Stuart dan Laraia, 2005Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA:


Mosby Company

The World Health Report 2011–Mental Health: New Understanding, New Hope.

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Yosep.2010.Keperawatan Jiwa (edisi revisi),cetakan ketiga. Jakarta.


RefikaAditama,

21

Anda mungkin juga menyukai