DISUSUN OLEH:
EKA BIMA H Day (2020032020)
I GEDE W ADIGUNHA (2020032032)
RAJIV DE SUGANDI (2020032073)
FURQAN JULFIARTO. S (2020032027)
MAGVIRA HAMADI (2020032043)
Palu, … April
2021
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus yang berjudul” Asuhan
Keperawatan Pada An. P dengan DHF di ruang Perawatan Anak Catelia RSUD
UNDATA PALU ”. Terimakasih atas bimbingan dan arahan dari Pembimbing
Institusi Ns, Saka Adijaya Pendit. M,Kep dan kepada Pembimbing lahan Praktik
Sarini S.Kep,Ns sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus ini.
Tentunya juga berkat Kerjasama dari teman-teman kelompok di praktik stase
Keperawatan Anak ini.
Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih ada kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan
masukan demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan seminar kasus ini
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran secara khusus dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan DHF dan dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya profesi keperawatan.
1. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah dikenal di Indonesia
sebagai penyakit yang endemis di masyarakat, terutama sangat berbahaya
bagi kalangan anak-anak. Penyebab penyakit ini adalah virus Dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty sebagai faktor utama,
disamping nyamuk Aedes albopictus. Demam dengue dapat menyebabkan
demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Sedangkan demam berdrah
dengue (DBD) dapat menyebabkan kebocoran plasma yang mengakibatkan
perdarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba (syok), hingga bahkan
kematian (Sukana, 2003). Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan
masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah
endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke
wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai
dengan peningkatan jumlah kasus wilayah tersebut. Penyakit DBD
mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena
banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat.
Demam berdarah dengue disebut juga dengan dengue hemorragic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dan dengue shock
syndrome (DSS).
Penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus ini dapat
menyerang siapa saja, dari tingkat anak- anak hingga orang dewasa. Pada
umumnya penderita demam berdarah sebelumnya mengalami gejala yang
sangat bervariasi. Mulai demam ringan sampai gejala yang paling berat,
seperti penderita mengalami muntah-muntah atau berak darah. Biasanya
penderita demam berdarah dialami oleh bayi atau anak-anak, ditandai dengan
ruam-ruam pada kulit
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami membuat laporan
seminar kasus yang berjudul: “Asuhan Keperawatan pada An. P dengan
DHFdi Ruang Perawatan Catelia RSUD UNDATA PALU”
2. Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An. P
dengan DHFdi Ruang Perawatan Catelia RSUD UNDATA PALU.
3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memperoleh
pengalaman nyata melaksanakan asuhan keperawatan pada Asuhan
Keperawatan pada An. P dengan DHFdi Ruang Perawatan Catelia
RSUD UNDATA PALU
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menerapkan proses keperawatan yang meliputi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan
keperawatan dan evaluasi keperawatan pada Asuhan Keperawatan
pada An. P dengan DHF di Ruang Perawatan Catelia RSUD
UNDATA PALU
b. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan
dengan benar.
c. Mampu mengetahui konsep penyakit DHF.
4. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar dilapangan, dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang dan pengalaman
menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pada klien
dengan DHF.
3. Bagi Masyarakat (keluarga/klien)
Di harapkan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan
masyarakat pentingnya mengetahui tanda dan gejala DHF dan mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi melakukan pemeriksaan, pencegahan dan
perawatan pada keluarga atau penderita DHF.
4. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi referensi, evaluasi dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan khususnya bagi perawata dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan DHF di Rumah
Sakit Undata Palu.
5. Bagi ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan maternitas khususnya
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan DHF
5. Metode Penulisan
Metode penulisan laporan seminar kasus kali ini memnggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian data klien,
menentukan diagnosa keperawatan, membuat rencana tindakan, melakukan
implementasi, dan melakukan evaluasi. Pengumpulan data diperoleh melalui
tehnik sebagai berikut:
1. Wawancara.
Mengetahui perkembangan kesehatan klien dengan cara tanya jawab
langsung antara perawat, klien, dan keluarganya, untuk menumbuhkan
hubungan saling percaya antara klien dan perawat, sehingga dapat
memudahkan untuk dilakukan pengumpulan data.
2. Observasi.
Teknik ini dilakukan secara langsung untuk mengenali, mengamati, dan
memperoleh data tentang kesehatan klien yang mengalami DHF di ruang
Perawatan Catelia RSUD Undata Palu.
3. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan cara keseluruhan dari kepala
sampai kaki dan prosedur pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
4. Studi Kepustakaan.
Pada penulisan laporan seminar kasus ini penulis menggunakan data-data
dan teori yang berhubungan isi kasus seminar ini, yang terdiri dari buku-
buku, ebook dan beberapa sumber lain yang menunjang isi laporan
seminar kasus ini.
5. Studi Dokumen.
Data yang diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan
keperawatan klien seperti pencatatan medis, terapi dari dokter ataupun
langsung dari laporan perkembangan klien pada asuhan keperawatan
pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
1. Definisi
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2015).
Penyakit DBD mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan
sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga
dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue,
dandengue shock sindrom (DDS) (Widoyono, 2016).
Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF adalah
penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus( arthro podborn virus ) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus danAedes
Aegepty ) nyamuk aedes aegepty.
2. Anatomi fisiologi
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF
adalah system sirkulasi.Systemsirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan
makanan dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru kesela-sela
tubuh.Selain itu, system sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-
sisa metabolism dari sel- sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.
a. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis.Disebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada
sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan
VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyut jantung yang disebut iktus kordis.Ukurannya lebih kurang
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300
gram.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri
pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang
akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri
mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya
untuk tunika intima.Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat
darah dari pembuluh darah yang disebut vasa vasorum.
2) Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam
jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh
darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya
untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang
ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena
ini juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler.
3) kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang
sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler
yaitu; rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah
rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh
karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan
mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.
c. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair
disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada
darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan
karbon dioksida didalamnya.Darah yang banyak mengandung karbon
dioksida warnanya merah tua.Adanya oksigen dalam darah diambil
dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/metabolisme didalam tubuh.Pada tubuh yang sehat atau
orang dewasa terdapat darah seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau
kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap
orang tidak sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung
atau pembuluh darah.
Fungsi darah:
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantara leukosit dan antibody/ zat-zat racun.
3) Mengatur panas keseluruh tubuh (Hendarwanto, 2016).
3. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah
adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup
flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3,
dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain (Wijaya,2015).
4. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi
penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup,
penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah
dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit DHF ialah
meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia,
efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit. (Hendarwanto, 2016).
5. Pathway keperawatan Arbovirus ( melalui nyamuk
Aedes aegypti)
PGE2 hipotalamus
g3 termoregulator
Hipertermi
Ketidakefektifan Pefusi
Jaringan Perifer
mual, muntah
Ketidakefektifan Pola penekanan intraabodmen
Napas Ketidakseimbangan
Nyeri Akut Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari. Adapun tanda dan gejala menurut WHO dikutip dari Amin
& Hardi 2015, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif,seperti
perdarahan pada kulit (petekie, ekimosis. Epistaksis,Hematemesis, Hematuri, dan
melena)
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darahmenurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembabterutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, penderita gelisah timbulsianosis disekitar mulut.
Adapun gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada
penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktumenelan.
b. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare,konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal padasaluran tubuh dll.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
lebih atau sama dengan 20 %). (Padila. 2013)
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
15
Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole
dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif
ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi (Hendarwanto,
2016).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet, makan lunak.
c. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan
beri penderita oralit.
d. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk observasi
ketat tiap jam.
e. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
f. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol, asetosial
/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan atau asidosis.
g. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan
untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
h. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
i. Pemberianterapicairanmelaluiinfus.Pemberian cairan intra vena ( biasanya
diberikan ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan intra vena yg paling
sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter. (Effendi, 2015)
9. Komplikasi
Komplikasi DHF adalah :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dankoagulopati, trombositopenia,
16
dihubungkan dengan meningkatnyamegakoriosit muda dalam sumsum tulang dan
pendeknya masa hiduptrombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet
positif, ptekie, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke2–7, disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadikebocoran plasma, efusi cairan
serosa ke rongga pleura dan peritoneum,hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardiumvolume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.DSS juga disertai
dengan kegagalan hemostasis mengakibatkanperfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggudan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan
fungsi sel secara progresifdan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akanmeninggal dalam 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan selsel kapiler.Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besardan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yangmengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapatdibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusipleura akan terjadi dispnea, sesak napas (Effendi,
2015)
17
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
diagnose medis.
b. Keluhan utama
meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat dating ke
rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-
tanda lemah. ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dam lembab,
demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
kepala dan perut serta nyeri ulu hati.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ada kemungkinan penderita yang pernah terjangkit penyakit DHF bisa berulang
lagi.Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang di derita
dahulu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit DHF bias dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam suatu keluarga ada yang
menderita penyakit ini, kemungkinan untuk tertular besar.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan
yang kurang pencahayaan dan sinar matahari dan banyak genangan air.
g. Pola persepsi fungsional kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saatmenelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeritekan pada
ulu hati.
2) Pola eliminasi
18
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahaplanjut).
3) Pola aktifitas dan latihan
Gejala : Keluhan lemah
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4) Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri
epigastrik, nyeri otot/ sendi.
5) Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6) Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7) Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
dispnea,perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),peningkatan
hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurangdari 100.000/mm.
8) Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9) Kebersihan
upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri danlingkungan cenderung
kurang terutama untukmembersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
(Padila. 2013).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul berdasarkan NANDA 2018 :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
19
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan berkurang
e. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor pembekuan darah
(trombositopenia)
3. INTERVENSI
20
tiap 2 jam
12. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
13. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
14. Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
15. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
21
tanda nyeri) 5. Kaji tipe dan sumber
4. Menyatakan rasa nyeri untuk menentukan
nyaman setelah intervensi
nyeri berkurang 6. Ajarkan tentang teknik
5. TTV dalam batas non farmakologi
normal 7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
6. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
22
pemberian analgesik
pertama kali
7. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
23
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
6. Monitor mual dan muntah
7. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
8. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
9. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
10. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
4 Resiko Syok 1. Monitor Keadaan 1. Untuk Memonitor
Hypolemik Umum Pasien Kondisi Pasien Selama
Berhubungan Perawatan Terutama Saat
24
Dengan Dengan 2. Observasi Vital Terjadi Perdarahan.
Perdarahan Yang Sign Setiap 3 Jam Perawat Segera
Berlebihan, Atau Lebih Mengetahui Tanda-Tanda
Pindahnya Cairan 3. Jelaskan Pada Persyok/Syok
Intravaskuler Ke Pasien Dan 2. Perawat Harus Terus
Ekstravaskuler Keluarga Tanda Mengobservasi Vital Sing
Perdarahan, Dan Untuk Memastikan Tidak
Segera Laporkan Terjadi Persyok/Syok
Jika Terjadi 3. Dengan Melibatkan
Perdarahan Pasien Dan Keluarga
4. Pemberian Cairan Maka Tanda-Tanda
Intravena Perdarahan Dapat Segera
5. Pemberian Hb, Diketahui Dan Tindakan
Pcv, Trombo Yang Cepat Segera
Diberikan
4. Cairan Intavena
Diperlukan Untuk
Mengatasi Kehilangan
Cairan Tubuh Secara
Hebat
5. Untuk Mengetahui
Tingkat Kebocoran
Pembulu Darah Yang
Dialami Pasien Dan
Untuk Acuan Melakukan
Tindakan Lebih Lanjut
5 Defisien Volume 1. Awasi Vital Sign 1. Vital Sign Membantu
Cairan Berhubungan Tiap 3 Jam/Lebih Mengidentifikasi
Dengan Pindahnya Sering Fluktuasi Cairan
Cairan Intravaskuler 2. Observasi Intravaskuler
25
Ke Ekstravaskuler Capillary Refill 2. Indikasi Keadekuatan
3. Intake Dan Output. Sirkulasi Perifer
Catat Warna 3. Penurunan Haluaran
Urine/Konsentrasi, Urine Pekat Dengan
Bj Peningkatan Bj Diduga
4. Anjurkan Untuk Dehidrasi
Minum 1500-200 4. Untuk Memenuhi Cairan
Ml/Hari (Sesuai Tubuh Peroral
Toleransi) 5. Dapat Meningkatkan
5. Pemberian Cairan Cairan Tubuh, Untuk
Intravena Mencegah Terjadinya
Hypovolemic Syok
26
Melena, Epistaksis Menyebabkan Terjadinya
Perdarahan
4. Keterlibatan Pasien Dan
Keluarga Dapat
Membantu Untuk
Penanganan Dini Bila
Terjadi Perdarahan
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
28
C. Indentitas Saudara Kandung (klien anak tunggal)
29
c. Klien pernah jatuh dari ayunan pada umur 3 bulan
X X
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien
30
A. Pertumbuhan Fisik
1. BB : 1,9 kg
2. PB :-
3. Waktu tumbuh gigi : Ibu klien menatakan bahwa anaknya tumbuh gigi pertama
pada usia 8 bulan
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat ini : 6 tahun
1. Berguling :-
2. Duduk : 9 bulan
3. Merangkak : 9 bulan
4. Berdiri : 1 tahun
5. Berjalan : 1 tahun
6. Senyum pertama kali : 3 bulan
7. Bicara pertama kali : Usia 6 bulan mengatakan “mama”
V. RIWAYAT NUTRISI
A. Pemberian ASI : Ibu klien mengatakan bahwa sejak lahir hingga sebelum klien sakit
selalu diberikan asi
B. Pemberian susu formula : Ibu mengatakan bahwa sejak lahir tidal memberikan susu
formula pada anaknya.
C. Pola perubahan nutrisi
31
2. Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
3. Cara makan Makan sendiri Hanya 1 sendok saja
B. Cairan
D. Istirahat Tidur
E. Personal Hygiene
32
- Frekuensi 2x sehari Belum pernah
- Cara Gosok gigi sendiri Belum pernah
F. Aktivitas/Mobilisasi Fisik
33
Bentuk muka simetris, bentuk wajah oval, tidak ada gerakan abnormal
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
8. Mata
- Inspeksi
a. Palpebral : Tidak ada edema dan radang
b. Sclera : Tidak icterus
c. Konjungtiva : Tidak ada radang dan anemis
d. Pupil : Isokor
e. Posisi mata : Simetris kiri dan kanan
f. Penutupan kelopak mata : Spontan
g. Keadaan bulu mata : Bulu mata lentik
h. Penglihatan : Tidak ada respon saat diberi rangsangan cahaya
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada area mata
9. Hidung dan sinus
- Inspeksi
a. Posisi hidung : Hidung berada pada posisi semestinya
b. Bentuk hidung : Simetris antara lubang hidung kiri dan kanan
c. Septum : Septum hidung tidal miring atau bengkak
d. Secret/cairan : Tidak ada secret/cairan
e. Data lain : Terpasang nasogastric (NGT) pada lubang hidung sebelah kiri
10. Telinga
- Inspeksi
a. Posisi telinga : Telinga kiri dan kanan simetris
b. Ukuran/bentuk telinga : Bentuk telinga normal
c. Aurikel :
d. Lubang telinga : Lubang telinga bersih, tidak nampak secret
e. Pemakaian alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu pendengaran
- Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah telinga
11. Mulut
- Inspeksi
a. Gigi : Gigi sudah tumbuh, ada dua gigi bagian bawah, dibagian atas ada 4 gigi,
3 bagian depan dan 1 bagian belakang
b. Gusi : Tidak ada peradangan pada gigi
c. Lidah : Lidah tidal kotor
d. Bibir : Tidak syanosis, tidak pucat, tidak basah, dan tidal berbau. Kemampuan
bicara tidak ada, tidal ada respon jika diajak bicara.\
34
12. Tenggorokan
- Palpasi
Nyeri tekan tidal ada, kemampuan menelan kurang, kemampuan menelan dan
mengunyah sangat lemah. Pasien menggunakan NGT untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi makanan/minuman.
13. Leher
- Inspeksi
Tidak ada pembesaran pada kelenjar thyroid.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada leher, kaku kuduk (+)
14. Thorax dan pernapasan
- Inspeksi
a. Bentuk dada : Simetris
b. Irama pernapasan : Reguler
c. Pengembangan diwaktu bernapas : Tidak Nampak rektrasi dada
d. Tipe pernapasan : Normal
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat massa atau benjolan
- Auskultasi
Suara napas vesikuler
- Perfusi
Nyeri tekan tidak ada
15. Jantung
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan
16. Abdomen
Perut datar, tidak distensi, tidak ada nyeri tekan, peristaltic (+).
17. Genetalia dan anus : Tidak ada haemorroid
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas :
- Pergerakan kanan/kiri : kedua ekstremitas atas dan bawah mampu bergerak
dengan normal.
5 5
5 5
- Pergerakan abnormal : Tidak ada
Ekstremitas bawah :
35
- Motorik : Klien hanya berbaring ditempat tidur
- Refleks : Babinzky (+)
- Sensori : Rangsangan nyeri (+) tetapi lemah.
36
X. TEST DIAGNOSTIK
1. Hematulogi Tgl 26/3/2021
Patway kasus
PGE2 hipotalamus
g3 termoregulator
peningkatan reabsorbsi Na+ dan H20
Hipertermi
Kebocoran plasma
37
Kekurangan Vol.
Cairan
Pengumpulan data
Klasifikasi Data
Data Subjektif
Data Objektif
- S : 38,2 ⁰C
- Akral hangat
- Anak terbaring lemah
Analisa data
Do :
- S : 38,2 ⁰C
- Akral hangat
2 Ds : Perpindahan Kekurangan
38
- Ibu klien mengatakan cairan volume cairan
BAB klien cair intravaskuler
Do :
- Anak terbaring lemah
- Tugor kulit jelek
Ds :
- Ibu klien mengatakan BAB klien cair
Do :
- Anak terbaring lemah
- Tugor kulit jelek
39
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria Hasil jam
1 Hipertermi Setelah Manajemen 1. Pemeriksaa 9/6/2021 1. Menghitung D/S
B/D penyakit dilakukan Hipertermia n D/P suhu tubuh 18.00
tindakan Observasi fisik tanda 09.00 klien S:
keperawatan 1. Hitung vital adalah O: - Ibu klien
selama 3x24 jam suhu tubuh pengukura - S : 37,9 ‘C mengatakan
maka klien n fungsi TD: 80/60 badan
termoregulasi Terapeutik tubuh yang N : 28x/m anaknya
membaik 2. Lakukan paling masih terasa
dengan kreteria pendingina mendasar. hangat
hasil : n eksternal 2. air hangat 2. Melakukan - Ibu klien
- Nadi : 80- ( kompres dapat pendinginan mengatakan
120 x/menit hangat) membuka eksternal panas
- RR : 20-40 Edukasi pori-pori, ( kompres badannya
x/menit 3. Anjurkan sehingga hangat ) mulai
- Suhu : 36,5 – pasien panas pada S: menurun
37,5⁰c mengunaka tubuh bisa - Ibu klien setelah di
- Akral tidak n pakaian keluar mengatakan berikan obat
hangat yang lewat pori- bdan anaknya penurun
longgar pori msh terasa panas
Kolaborasi tersebut. hangat
4. pemberian Penggunaa O:
antipiretik n air 3. Mengajurkan - Akral masih
hangat juga pasien terasa
berguna mengunakan hangat
40
untuk pakaian yang - S : 37.6⁰c
merangsan longgar
g tubuh O: A:
agar - Akral hangat - Masalah
menurunka Hipertermi
n kontrol 4. Mengkolaborasi belum
pengatur pemberian teratasi
suhu tubuh antipiretik
lagi Paracetamol P:
3. proses 100mg/8j/IV - Lanjutkan
hilangnya S: intervensi :
panas akan - Ibu klien Manajemen
terhalangi mengatakan Hipertermia
oleh panas badan Observasi
pakaian anaknya mulai 1. Hitung suhu
tebal dan berkurang tubuh klien
tidak dapat Terapeutik
menyerap 2. Lakukan
keringat pendinginan
4. pemberian eksternal
antipiretik ( kompres
menghamb hangat)
at panas Kolaborasi
pda 4. pemberian
hipothalam antipiretik
us
41
2 Defisien Setelah 1.Awasi Vital 1. Vital Sign 9/6/2021 1. Mengawasi vital D/S
Volume Cairan dilakukan Sign Tiap 3 Membantu D/P sign 18.00
Berhubungan tindakan 09.00 S: S:
Jam/Lebih Mengidenti
Dengan keperawatan - Ibu klien - Ibu klien
Pindahnya selama 3x24 jam Sering fikasi mengatakan mengatakan
Cairan maka mobilitas 2. Observasi Fluktuasi anaknya masih anaknya
Intravaskuler fisik meningkat lemas masih
CapillaryRefill Cairan
dengan kreteria O: lemas
hasil : 3.Intake Dan Intravaskul - S : 37,9 ‘C - Ibu klien
- Klien Output. Catat er TD: 80/60 mengatakan
terpenuhi N : 28x/m mengatakan
Warna,Urine/ 2. Indikasi
kebutuhan selalu
cairannya Konsentrasi, Keadekuata 2. Mengobservasi memberikan
- Tugor kulit Bj n Sirkulasi capilarry refill anaknya
membaik 4. Anjurkan Perifer O: minum
- Tugor kulit setiap 30
Untuk 3.Penurunan jelek menit
Minum Haluaran - Crt < 2 dtk
1500-200 Urine Pekat O:
3. melnganjurkan - S : 37,5 ‘C
Ml/Hari Dengan
minum 1500 TD: 100/60
(Sesuai Peningkata 2000 ml/hari N : 28x/m
Toleransi) n Bj S: - Klien
- Ibu klien terlihat
5. Pemberian Diduga
menagatakan lemah
Cairan Dehidrasi memberikan - Tugor kulit
42
Intravena 4. Untuk anaknya jelek
- Memenuhi minum setiap - Crt < 2 dtk
30 menit
Cairan
A:
Tubuh 4. Memberikan - Masalah
Peroral cairan intravena defisiensi
S: cairan belum
5.Dapat
Terpasang infur teratasi
Meningkatkan RL
Cairan P:
- Lanjutkan
Tubuh,
intervensi :
Untuk Dukungan
Mencegah Mobilisasi
Terjadinya Observasi
Awasi Vital Sign
Hypovolem
Tiap 3
ic Syok
Jam/Lebih
Sering
2. Observasi
CapillaryRefill
3.Intake Dan
Output. Catat
43
Warna,Urine/Ko
nsentrasi, Bj
44
antipiretik - Akral hangat
S:
- Ibu klien A:
mengatakan - Masalah
panas badan Hipertermi
anaknya mulai belum
menurun teratasi
setelah di
berikan obat P:
O: - Lanjutkan
- Akral hangat intervensi
Manajemen
Hipertermia
Observasi
1. Hitung
suhu
tubuh
klien
Terapeutik
2. Lakukan
pendinginan
eksternal
( kompres
hangat)
Kolaborasi
4. pemberian
45
antipiretik
2 Defisien Setelah 1.Awasi Vital 10/6/202 1. Mengawasi vital
Volume Cairan dilakukan Sign Tiap 3 1 sign D/S
Berhubungan tindakan D/P S: 18.00
Jam/Lebih
Dengan keperawatan 9.00 - Ibu klien S:
Pindahnya selama 3x24 jam Sering mengatakan - Ibu klien
Cairan maka mobilitas 2. Observasi anaknya masih mengatakan
Intravaskuler fisik meningkat lemas anaknya
CapillaryRefill
dengan kreteria O: masih
hasil : 3.Intake Dan - S : 37,4 ‘C lemas
- Klien Output. Catat TD: 100/70 - ibu klien
terpenuhi N : 87x/m selalu
Warna,Urine/
kebutuhan memberi
cairannya Konsentrasi, 2. Mengobservasi munum
Tugor kulit Bj capilarry refill anaknya
membaik O:
- Tugor kulit O:
jelek - Tugor kulit
- Crt < 2 dtk jelek
3. Anjurkan - Crt < 2 dtk
Untuk -
Minum
A:
1500-200 - Masalah
Ml/Hari defisiensi
cairan belum
46
(Sesuai teratasi
Toleransi)
P:
S : ibu klien
- Lanjutkan
selalu intervensi :
memberi Dukungan
Mobilisasi
munum
Observasi
anaknya Awasi Vital Sign
5. Pemberian Tiap 3
Cairan Intravena Jam/Lebih
S: terpasang Sering
infus RL
2. Observasi
CapillaryRefill
3.Intake Dan
Output. Catat
Warna,Urine/Ko
nsentrasi, Bj
47
selama 3x24 jam klien - N : 90 x/menit - Ibu klien
maka 2. Lakukan - RR : 30 mengatakan
termoregulasi pendingina x/menit badan
membaik n eksternal - S : 37⁰c anaknya
dengan kreteria ( kompres - TD: 110/70 masih panas
hasil : hangat) - Ibu klien
- Nadi : 80- 4. Kolaborasi 2. Melakukan mengatakan
120 x/menit pemberian pendinginan seringb
- RR : 20-40 antipiretik eksternal mengompres
x/menit ( kompres anaknya jika
- Suhu : 36,5 – hangat) panas
37,5⁰c S:
Akral tidak - Ibu klien O:
hangat mengatakan - N : 90
anaknya sudah x/menit
di kompres - RR : 25
x/menit
4. Mengkolaborasi - S : 37⁰c
pemberian - akral hangat
antipiretik
S: A:
- Ibu klien - Masalah
mengatakan hipertermi
panas badan belum
anaknya mulai teratasi
menurun
48
setelah di P:
berikan obat - Lanjutkan
O: intervensi
- akral hangat
Manajemen
Hipertermia
Observasi
1. Hitung suhu
tubuh klien
Terapeutik
2. Lakukan
pendinginan
eksternal
( kompres
hangat)
Kolaborasi
4. pemberian
antipiretik
49
dengan kreteria O: anaknya
hasil : - S : 37 ‘C masih
- Klien TD: 80/60 lemas
terpenuhi N : 28x/m - ibu klien
kebutuhan selalu
cairannya 2.Mengobservasi memberi
Tugor kulit capilarry refill munum
membaik O: anaknya
- Tugor kulit dan sudah
jelek mau
Crt < 2 dtk makan
3. Intake Dan sedikit
Output. Catat
Warna,Urine/ - ibu klien
Konsentrasi, mengatak
Bj an BAB
S : ibu klien klien
mengatakan masih
klien bab cair
masih cair
O:
- Tugor
kulit
membaik
- Crt
membaik
50
5.
A:
- Masalah
defisiensi
cairan
belum
teratasi
P:
-
Lanjutkan
intervensi
:
Observasi
Awasi Vital Sign
Tiap 3
Jam/Lebih
Sering
2. Observasi
CapillaryRefill
3.Intake Dan
Output.
Catat
51
Warna,Ur
ine/Konse
ntrasi, Bj
52
Catatan Perkembangan
A:
- Masalah Hipertermi teratasi
P:
- Intervensi di hentikan
2 12/6/202 S:
1 - Ibu klien mengatakan anaknya masih lemas
D/P O:
13.00 - Pasien tampak lemah
- N : 120 x/menit
- RR : 24 x/menit
- S : 36,7⁰c
A:
- Masalah defisiensi cairan belum teratasi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
53
5. Pemberian Cairan Intravena
54
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (Sudoyo, 2015).
Penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus ini dapat menyerang
siapa saja, dari tingkat anak- anak hingga orang dewasa. Pada umumnya penderita
demam berdarah sebelumnya mengalami gejala yang sangat bervariasi. Mulai demam
ringan sampai gejala yang paling berat, seperti penderita mengalami muntah-muntah
atau berak darah. Biasanya penderita demam berdarah dialami oleh bayi atau anak-
anak, ditandai dengan ruam-ruam pada kulit.
2. Saran
Bagi Perawat dan Bagi petugas ruangan sebaiknya melakukan tindakan
nonfarmakologi seperti tindakan kompres hangat untuk mengatasi hipertermia
Bagi Institusi Diharapkan pihak instansi pendidikan memberikan waktu yang
cukup kepada mahasiswa dalam melakukan praktek kerja lapangan, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan perawatan khususnya
perawatan pada klien dengan DHF
55
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : Sagung Seto
Whiteley, Richard J., 2014. Infection Of Central Nervous System. 4th ed. China;Lippincott
Williams & Wilkins.
Khan M.A., Walley J.D., Witter S.N., Shah S.K., Javeed S., 2005, Tuberculosis patient
adherence to direct observation: results of a social study in Pakistan, Published by
Oxford University Press in association with The London School of Hygiene and
Tropical Medicine.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tai MLS (2013). Tuberculous meningitis: Diagnostic and radiological features,
pathogenesis and biomarkers. Department of Medicine, Faculty of Medicine,
University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. 4: 101-107.
Kliegman, Robert M.; Behrman, Richard E.; Jenson, Hal B.; Stanton BF. Diphtheria. In:
Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia PA: Saunders/Elsevier; 2007.
p. 442.
56