Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN. D DENGAN


DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEMONIA
DI RUANG PEDIATRIC SURGERY
RS PREMIER SURABAYA

Oleh :
KELOMPOK 2B (GERBONG 4)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
LAPORAN SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN. D DENGAN
DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEMONIA
DI RUANG PEDIATRIC SURGERY
RS PREMIER SURABAYA

Oleh :

Dwi Hesti M (1930021)


Septa Rezita (1930080)
Merlina Prahara (1930051)
Novinda Andi Ani (1930064)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh:
1. Dwi Hesti M (1930021)
2. Septa Rezita (1930080)
3. Merlina Prahara (1930051)
4. Novinda Andi Ani (1930064)

Judul: Laporan Seminar Kasus Asuhan Keperawatan Anak Pada


An. D dengan Diagnosa Medis Bronkopnemonia di
Ruang Pediatric Surgery RS Premier Surabaya

Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus dari Ruang Paediatric/Surgical


Rumah Sakit Premier Surabaya pada hari_____,____ __________ ________

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Dwi Ernawati, M.Kep., Ns Muji Rinawati, S.Kep., Ns


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah seminar
kasus dengan tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasus ini dibuat sebagai
salah satu tugas dari Prodi Profesi di Stikes Hang Tuah Surabaya. Makalah
seminar kasus ini berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Pada An. D dengan
Diagnosa Medis Bronkopnemonia di Ruang Pediatric Surgery RS Premier
Surabaya”.
Dalam penyusunan makalah seminar kasus ini, penulis mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hartono Tanto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Premier Surabaya.
2. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya.
3. Nuh Huda, M.Kep.,Ns.,Sp.KMB selaku Kepala Program Pendidikan Profesi
Ners Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
4. Dwi Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing institusi yang telah
meluangkan waktu untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
penyusunan makalah seminar ini.
5. Janny Prihastuti, S.Kep., Ns., MARS. selaku Manajer Keperawatan Rumah
Sakit Premier Surabaya.
6. Easter, S.Kep., Ns. selaku Diklat Pendidikan Rumah Sakit Premier
Surabaya.
7. Muji Rinawati, S.Kep., Ns selaku kepala ruangan dan pembimbing lahan
yang penuh kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, kritik dan
bimbingan demi kesempurnaan penyusunan makalah seminar kasus ini.
Penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan
literatur, sehingga makalah seminar kasus ini dibuat dengan sederhana dan isinya
jauh dari sempurna. Semoga seluruh budi baik yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya penulis
berharap bahwa makalah seminar kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 08 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Balakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis.................................................................................3
1.4.2 Manfaat Bagi Klien...................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Definisi.......................................................................................................4
2.2 Etiologi.......................................................................................................4
2.3 Klasifikasi..................................................................................................4
2.4 Patofisiologi...............................................................................................5
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................8
2.8 Komplikasi.................................................................................................9
2.9 WOC........................................................................................................10
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................11
2.10.1 Pengkajian................................................................................................11
2.10.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................14
2.10.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................15
2.10.4 Implementasi Keperawatan......................................................................20
2.10.5 Evaluasi....................................................................................................20
BAB 3 KASUS dan ASUHAN KEPERAWATAN..........................................21
BAB 4 PENUTUP...............................................................................................39
4.1 Kesimpulan..............................................................................................39
4.2 Saran........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia merupakan radang yang menyerang paru-paru dimana
daerah konsolidasi atau area putih pada paru-paru terdapat cairan atau seluler yang
tersebar luas disekitar bronkus dan bukan bercorak lobaris (Wijaya & Putri,
2013). Bronkopneumonia dapat dijumpai pada bayi dan anak dibawah usia 6
tahun. Istilah untuk Bronkopneumonia digunakan dalam menggambarkan
pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau
lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Smeltzer &
Bare, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 , hampir 6juta
anak balita meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut disebabkan oleh
pneumonia sebagai salah satu pembunuh balita di dunia. Berdasarkan data Badan
PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), pada tahun 2015 terdapat kurang lebih 14%
dari 147.000 anak dibawah usia 5 tahun di Indonesia meninggal karena
pneumonia. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa dua sampai tiga anak anak
dari usia lima tahun meninggal karena pneumonia setiap jam nya. Hal tersebut
menyebabkan pneumonia sebagai kematian utama bagi anak dibawah usia 5
tahun di Indonesia. (www.idai.or.id, diakses pada 12 Mei 2020). Di Indonesia,
prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5% (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar
penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan
46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat crude fatality rate (CFR) yang
tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, 2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5%
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pneumonia merupakan penyebab mortalitas
terbanyak pada anak-anak diseluruh dunia. Pada tahun 2013 diperkirakan
935.000 anak di bawah 5 tahun meninggal akibat pneumonia. Dari hasil
pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Dinas
Kesehatan Kota Surabaya tahun 2013, cakupan penemuan penderita ISPA
pneumonia balita di Jawa Timur sebesar 31,81% dengan jumlah penderita yang
dilaporkan oleh kabupaten/kota sebesar 97.735 orang balita. Di Surabaya tercatat
sebanyak 4.665 (20,78%) balita yang menderita ISPA Pneumonia pada tahun
2013.
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami
Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan jalan
napas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi
aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit (Nurarif & Kusuma, 2015).
Proses peradangan dari proses penyakit bronchopneumonia menimbulkan
manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah satunya
adalah gangguan pertukaran gas. Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau
kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler (PPNI, 2017).

Tingginya kasus anak yang mengalami Bronkopneumonia, menunjukkan


pentingnya pemberian intervensi yang tepat untuk menangani permasalahan
yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia. Adapun rencana keperawatan yang
peneliti lakukan untuk menangani masalah gangguan pertukaran gas pada anak
yaitu meliputi pengkajian yang berfokus pada pemeriksaan fisik untuk melihat
tandatanda gangguan pertukaran gas yang berupa sianosis, gelisah, pernapasan
cuping hidung dan pola napas abnormal (PPNI, 2017), kemudian intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu monitor tanda-tanda vital, memberikan
posisi, monitor respirasi dan O2. Monitor pola napas, mencatat pergerakan dada,
kolaborasi pemberian oksigen bila perlu dan auskultasi suara napas tambahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan data-data tersebut kelompok mengangkat judul seminar kasus
keperawatan anak ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An.A dengan
Bronkopneumonia di Ruang Pediatrik Rumah Sakit Premier Surabaya”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat menambah wawasan atau informasi mengenai asuhan keperawatan
anak dengan diagnose medis Bronkopnemonia
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada klien denganbronkopneumonia


2. Melakukan analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnose
keperawatan pada klien denganbronkopneumonia
3. Menetapkan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan
bronkopneumonia
4. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
bronkopneumonia
5. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah diakukan pada klien denganbronkopneumonia
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan


oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas
tinggi gelisah dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk kering
dan produktif .(Hidayat, 2009 dalam Wulandari dewi & Meira Wulandari hal :
266)

Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang


meluas sampai bronkioli atau penyebaran langsung melalui saluran pernapasan
melalui hematogen sampai ke bronkus.(Sujono & Riyadi, 2009)

Bronkopneumonia adalah suatu radang paru-paru yang mempunyai


penyebaran bercak, teratur dlam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru.(Smeltzer, 2003 dalam Wulandari, Dewi &
Meira Erawati 2016 )

2.1.2 Etiologi Bronkopneumonia

Pernyebab terjadinya bronchopneumonia dapat di sebakan dari eberapa


factor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain:

1. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza,


dan Klebsiela mycoplasma pneumonia
2. Virus : virus adena virus parainfluenza, virus influenza.
3. Jamur/fungi : Histoplasma, capsutu, koksidiodes.
4. Protozoa : penumokistis katini
5. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/ isi lambung, keracunan hidrikarbon
(minyak tanah/ bensin).(Riyadi, 2011 dalam Wulandari, Dewi & Meira
Erawati 2016 hal : 268).

Factor resiko penebab bronkhopneumonia antara lain :

1. Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)


2. Kekurangan nutrisi
3. Tidak mendapat asi yang cukup
4. Polusi udara dan kepadatan tempat tinggal.

2.1.3 Manifestasi klinik

Tanda dan gejala bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas.


2. Demam (390C-400C) adang- kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
3. Anak sangat geliasah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
4. Pernapsan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping idung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
5. Kadang- kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya
serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
benyebabkan ateletakss absorbs. (Wijyaningsih, 2013 dalam Wulandari,
Dewi & Meira Erawati 2016 hal : 268)

2.1.4 Tanda dan gejala bronkopneumonia

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan seperti : Nyeri pleuritik, Nafas
dangkal dan mendengkur, Takipnea (Nafas Cepat)
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi : Mengecil, kemudian
menjadi hilang dan juga terdengar Krekels, ronkhi paru.
3. Gerakan dada tidak simetris.
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium.
5. Diafoesis.
6. Anoreksia.
7. Malaise.
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat.
9. Gelisah.
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan.
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas.(Wijayaningsih, 2013
dalam Wulandari, Dewi & Meira Erawati 2016 hal 268)

2.1.5 Patofisologi bronkopneumonia

Bronkopnuemona merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan


oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernpasan
sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringan sekitarnya.
Inlamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba
di alveoi membentuk suatu proses peradanan yang meliputi empat stadium, yaitu:

a. Stdium I (4-12 jam pertama/kongesti)


Disebut hieremia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang
berlangsung pada daerah bar yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningktan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi
b. Stadium II/Hepatiasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus erisi olhe sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehigga warna paru menjadi merah dan
pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan betambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yitu selama 48 jam.
c. Stadium III/ hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang teradi sewaktu sel-se darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositostis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mula dirsorbsi, lobus masi tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
d. Stadium IV/ resousi (7-12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisi diabsorbsi oleh magrofag
sehingg jaringan kembali ke struktrunya semula. Inflamasi pada bronkus di tandai
adanya penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batu produkif, ronchi posiif
dan mual. (Wijayaningsih, 2013 dalam Wulandari, Dewi & Meira Erawati 2016
hal 270 )
2.1.6 Diganosa Banding

Diagnose banding yang mungkin muncul pada penyakit


bronkopneumonia antara lain sebagai berikut :

Table 2.1 Diagnosis Banding Bronkopneumonia


Diagnosis Gambaran yang membedakan
Infark paru Sering hemoptysis, demam ringan/
tidak ada
Edema paru Tidak ada demam, bunyi jantung S3, dan
lain-lain
Penyakit radang lain Gejala URT yang berhubungan, ruam,
Vaskulitis kerusakan ginjal eosinophil, IgE
meningkat
Eosinofilia paru Gambaran sistemik lain : ruam,
Penyakit jaringan ikat atropati, dan lain-lain
Alveoitis alergik akut Perubahan foto toraks bilateral 4-6 jam
setelah terapar
Tuberkolosis Kavitasi pada toraks, keadaan akut
lebih rigan
Penyakit intraabdoen Nyeri pleuritik pada dada bagian
bawah, foto toraks normal
Sumber : (Wijayaningsih, 2013 dalam Wulandari, Dewi & Meira Erawati
2016 hal 270 )

Diagnosis banding yang mungkin muncul pada penyakit bronkopneumonia adalah


sebagai berikut :

1. infark paru : sering hemoptis, demam ringan ,tidak ada


2. Edema paru : tidal ada demam, bunyi jantung S3, dan lain-lain
3. Penyakit radang lain

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi bronkupneumonia adalah sebagai berikut:

1. Atelectasis
Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru akibat kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan
secret akibat berkurangnya daya kembang paru-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstuksi bronkus intrinsic.
2. Empisema
Empisema dalah suatu keadaan di mana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru
Abses paru adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endocarditis
Endocariditis dalah peradangan pada katupendokardial.
6. Meningitis
Meningitis adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.
(Ngastiyah,2012 Wulandari, Dewi & Meira Erawati 2016 hal 271).

2.1.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus.

2. Laboratorium
Leukositosis dapat mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergeseran ke
kiri.
3. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
4. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2.
5. LED meningkat.
6. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
7. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
8. Bilirubin mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sistoplasmik. (Padila, 2013 dalam Wulandari,
Dewi & Meira Erawati 2016 hal : 270)
2.1.9 Penatalaksanaan

Penataasanaan medis pada pasien bronkopneumonia adalah

1. Pasien diposisikan semi fowler 450 untuk inspirasi maksiml


2. Pemberian oksigen 1-5 lpm
3. Infus KDN 1 500 ml/24 jam. jumlah cairan sesuai dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
4. Pemberian ventolin yaitu bonkodiator untuk melebarkan bronkus.
5. Pemberian antibiotic diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu
sampai pasien tidak mengalami sesak nafas lagi selama tiga hari dan tidak
ada komplikasi lain.
6. Pemberian anipiretik untuk menurunkan demam
7. Pengobatan simtomatis, Nebulizer, Fisioerpi dada

2.1.10 Dampak Masalah

Masalah yang perlu di perhatikan saat anak menderita bronkopnemonia


adalah ketidakefektifan jalan nafas, gangguan suhu tubuh, resiko terjadinya
komplikasi dan kurang pengetahuan .

1. Ketidakefektifan jalan nafas


Penyakit bronkopnemnia mnyebabkan anak sesak nafas. Anak sering
mengeluh susah untuk bernafas. Jika keadaan ini tidak diperatikan atau di atasi
maka anak akan mengalami hipoksia dan bisa saja meninggal kerna kekurangan
oksigen.
2. Gangguan suhu tubuh
Bronkopneumonia biasanya diawali dengan adaya gangguan pada sstem
pernfasan kemudian dapat mengakibatkan demam tinggi arena adanya infeksi
pada daerah paru-paru. Walapaun sudah diberikan obat penurun panas jika
infeksinya masih ada maka akan susah untuk menurukan suhu tubuh biasanya
anak di berikan antibotik untuk maslah ini
3. Resiko terjadinya komplikasi
Penyakit bronkopnemoia dapat menyebabkan anak menjadi lemas karena
sesak nafas yang dialami anak dan bakteri yang ada di dalam paru-paru pasien
akan menyebar ke organ-organ penting anak.
4. Kurang pengetahuan
Terjadinya kurang pengetahuan pada keluarga akan mengakibatkan
pnularan penyakit yang baru dari anggota keluarga yang lain.

2.2 Konsep Anak

2.2.1 Pengertian Tumbuh Kembang

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan ukuran


sel secara kuanttatif, diamana sel tersebut mensntesis prten bau yang nantinya
akan menunjukan pertambahan seperti umur, tinggi badan, berat badan, dan
pertumbuhan gigi ( Maryunani, 2010) sedangkan perkembangan adalah
peningkatan kompeksitas fungsi dan keahlin (kualitas) dan merupakan aspek
tingkah lau pertumbuhan. Contohnya: kemampuan berjalan, berbicara dan berlari
(Marmi dan Rahardjo, 2012)

2.2.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 2,5 Tahun.


Petrumbuhan dan perkembangan pada tahun kedua pada anak mengaami
beberpa prlambatan dalam prtumbuhan fisik, dimana pada taun kedua anak kan
mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 -2,5 kg dan panjan badn 6-10 cm,
kemudian pertumbuhan ota juga akan mengalami perlambatan yaitu kenaikan
lingkar keala hanya 2 cm, untuk pertumbuhn gigi terdapat tambahan 8 buah gigi
susu termasuk gigi geraham pertama, dan gigi taring sehingga seluruhnya
berjumlah 1-16 buah

Perkembanggan motorik, bahasa, dan adaptasi sosial

Dalam perkembangan motorik kasar anak sudah mampu melangka dan


berjalan dengan tegak, pada sekitar umur 2,5 tahun anak sudah mampu berlari
kecil, menendang bola dan mulai melompat menggunakan kedua kaki,berdiri
dengan satu kaki selama 1 atau 2 detik, dan meakukan beberaa langkahh dengan
berjinjit. Perkembangan motorik halus mampu mencba menususn atau membuat
menara kubus. Kemampuan bahasa pada anak sudah mulai di tunjukkan dengan
anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata, kemampuan meniru dan
megenal serta responsive terhadap oran lain sangat tinggi,mampu menunjukkan
dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan. Pada perkembangan adaptasi social mulai membantu
kegiatan rumah, menyuap boneka, mulai menggosok gigi serta mencooba
memakai baju. (Hidayat, Alimul 2009)

2.3 Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah sebuah proses yang memiliki alasan yang berencana


atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggl di rumah sakit, menjalani
terapi dan perawatan sampa pmulangannya kembali ke ruamah. Selama proses
tersebut, anak dan orang tua dapat mengalam bebagai kejadian yang menurut
beberapa penelitian di tunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan
penuh dengan stress. Perasaan yang serin muncul yaitu cemas, marah, sedih takut
dan rasa bersalah (Wong, 2000 dalam Wulandari, Dewi & Meira Erawati 2016
hal 88).

2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hospitalisasi Pada Anak

1. Berpisah dengan orang tua.

2. Fantasi-fantasi tentang kegelapan, monster, pembunuhan, dan binatang


buas diawali dengan yang asing.

3. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diijinkan.

4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

5. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian.


2.3.2 Reaksi Hospitalisasi Pada Usia Toddler

Menurut (Nusalam, 2005 dalam buku ajar keperawatan anak 2016 hal : 90)
stress yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak usia 6-30 bulan adalah
cemas karena perpisahan. Apabila perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa
kehilangan pda anak akn orang yang di kenal dan lingkungannya sehingga akan
menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

Respon prilaku pada anak akibat pepisahan yang di alami dibagi menjadi 3 tahap
yaitu :

a. Tahap Protes (Phase of Protest)

Pada tahap ini anak akan menangis kuat, menjerit, memanggil ibunya atau
menggunkan tngkah laku agresif, seperti menendang, menggigit, memukul,
mencubit, mencoba untuk membuat orangtua tetap tinggal dan menolak perhatian
orang lain. Secara verbal anak biasanya marah, seperti mengatak pergi. Hal
terebut akan terus berlangsung sampai beberapa jam dan jika merasa kelelahan
anak akan berhenti sendiri.

b. Tahap putus asa (Phase of Despair)


Pada tahap ini anak nampk tegang, tangisnya berkurang, tidak aktif kurang
berminat untuk berbain, tidak d nfsu makan, menarik dri, tidak mau
berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi (missal mengompol atau menghisap ibu
jari).
c. Tahap menolak (Phase of Denial)
Pada tahap ini, secara samar-samar anak menerima perpisahan, mulai
tertarikdengan apa yang ada di sekitarnya, dan membina hubungan dangkal
dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini biasanya terjadi setelah
perpisahan yang lama.

2.4 Imunisasi

2.4.1 Pengertian

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan


anakdengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untukmencegah terhadap pada penyakit tertentu.(Hidayat, 2011 )

2.4.2 Lokasi pemberian

Vaksin BCG cara pemberian melalui intra cutan di daerah


muskulusdeltoideus, vaksin DPT cara pemberian melalui intra muscular, vaksin
Hepatitis B cara pemberian mealui intra muskuler, vaksin polio cara pemberian
melalui mulut, vaksin campak cara pemberian melalui subkutan di daerah lengan
kira atas (hidayat, 2012).
2.4.3 Jenis Vaksin Imunisasi

Vaksin life attenuated diproduksi di laboratorium dengan


memodifikasivirus atau bakteri penyebab penyakit. Vaksin mikroorganisme yang
dihasilkanmasih memiliki kemampuan bereplikasi dan menimbulkan kekebalan
tetapi tidakmenyebabakan penyakit. Vaksin ini berkembangbiak dalam tubuh
resipien,supaya dapat menimbulkan respon imun. Secara teoritis, dapat berubah
menjadipatogenik seperti semula, yaitu vaksin polio hidup (oral). Imunitas aktif
tidakdapat berkembang karena pengaruh antibodi yang beredar. Contoh vaksin
darivirus hidup adalah campak, gondongan, rubella, polio, rotavirus, yellow
fever.Contoh vaksin dari bakteri hidup adalah BCG, tipoid oral.Vaksin inactivated
dihasilkan dengan membiakkan bakteri atau virus,kemudian dibuat tidak aktif.
Vaksin tidak hidup dan tidak dapat tumbuh sehinggaseluruh dosis dimasukkan
dalam suntikan. Respon imun protektif timbul setelahdosis kedua atau ketiga.
Contoh vaksin yang berasal dari seluruh sel virusinactivated adalah influenza,
polio, rabies, dan hepatitis A. Contoh vaksin yangberasal dari seluruh bakteri
inactivated pertusis, kolera, tipoid, dan lepra. (Hidayat. 2011)

1. BCG

Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi


yangdigunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinyapenyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG. Vaksin BCG diberikan melalui intracutan tepat
diinsersio. Dosis yang di berikan pada BCG 0,05cc.

2. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang di gunakan


untukmencegah terjadinya penyakit hepatitis. Waktu pemberian imunisasi ini
diberikanmelalui intramuskular. Dosis yang di berikan pada hepatitis B 0,5cc.

3. Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang di gunakan untuk


mencagahterjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan
padaanak. Cara pemberian di teteskan pada mulut. Di berikan 2 tetes.

4. DPT

Imunisasi DPT (diphteria, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi


yangdigunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan
tetanus.Imunisasi ini di berikan melalui intramuskular. Dosis yang di berikan
padaimunisasi ini 0,5cc.

5. Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk


mencegahterjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit
menular.Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Dosis yang di berikan
0,5cc.

6. Hepatitis A

Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi yang digunakan


untukmencegah terjadinya penyakit hepatiitis A. Pemberian imunisasi ini dapat
dibrikanuntuk usia diatas 2 tahun. Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix
(berisivirus hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan
daninterval 4 minggu, booster pada 6 minggu setelahnya. Jika menggunakan
vaksinMSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada usia 6 dan 12 bulan.

2.5 Nutrisi Pada Anak Usia Toddler

2.5.1 Pengertian

Kebtuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam


membantu proses pertumbhan dan perkembangan pada anak. Nutrient adalah zat
gizi yang di butuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. ( Wulandari,
Dewi & Meira Erawati 2016)

2.5.2 Tujuan Pemberian Nutrisi

Pemberian zat gizi kepada bayi dan anak,bertujuan sebagai berikut :

1. Memberikan gizi yang cukup untuk kebutuhan, memelihara kesehatan dan


memulihkannya bila sakit, melaksanakan berbagai aktivitas, pertumbuhan
dan perkembangan jaman dan psikomotor.
2. Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai, dan
menentukan makanan yang diperlukan.
2.5.3 Karakteristik Kebutuhan Nutrisianak usia toddler

1. Kecepatan pertumbuhan berkurang secara drastic sehingga kebutuhan anak


usia ini terhada kaori, protein, dan cairan menurun
2. Kebutuhan kalori 102 kkal/ kgBB/ hard an kbutuhan protein 1,2 gram/
kgBB/ hari.
3. Pemberian susu tidak lebih dari 1 liter/ hari untuk membantu menjamin
asuan makanan yang kay zat besi. Pemeriksaan hematokrit harus dlakukan
untuk screening anemia.
4. Anak toddler dengan diet vegetarian tidak menerima protein yang cukup,
harus d rujik ke ahli gizi.

Pola dan pilihan makan pada usia toodler sebagai berikut :

1. Pada uisa 2,5 tahun anak lebih suka memiih makanannya sendiri lebih
menyukai makanan dalam porsi kecil (makanan yang enak dan
mengundang selera)
2. Pada masa in anak lebih menyukai jenis makanan dalam piring daripada
makanan yang di campur
3. Pada masa ini orang tua harus menganjurkan anak untuk menggunakan
alat makan tetapi menyadari bahwa todler lebih menyukai menggunakan
tangan.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan

2.6.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan. (Nursalam, 2011)

1. Identitas :

Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.


Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada
paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak berhasil. Anak
laki-laki adalah faktor resiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia (DepKes
RI. 2004) Hal ini disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih
kecil dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya
tahan tubuh anak laki-laki dan perempuan. (Sunyataningkamto, 2004)

2. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama :

Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, batuk-batuk


disertai bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan cuping hidung, serta sianosis
sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare, anoreksia dan
muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan


bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

3) Riwayat penyakit dahulu

Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernafasan atas


riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan panjang yang
di sertai degan wheezing pada pneumonia

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia di dalam keluarga yang lain


(yang tinggal di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan) sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri, virus, dan
jamur

5. Riwayat kesehatan lingkungan

Bronkopneumoni di tularkan melalui Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan


kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernafasan yang terkontaminasi
dan melalui percikn mucus.

6. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum : sesak nafas, adanya peningkatan suhu tubuh,batuk pilek.
2) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak nafas, pernafasan cuping hidung, pernapasan nagkal, pergerakan
simetris, terdapat mucus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
3) Sistem cardiovascular (Blood/ B2)
kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak di temukan
4) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif
wajah klien tanpak meringis, menangis, merintih.
5) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder/B4)
Tidak ada gangguan eliminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria ,kareana
awal terjadinya syok.
6) Pencernaan/ Gastrointestinal (Bowel/ B5)
Mual muntah, penurunan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran
mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
7) Integument (Bone/B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.
7. Pemeriksaan tingkat perkembangan :
1) Adaptasi social

Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mampu mentolelir perpisahan dari
orang asing dan meniru orang tua

2) Bahasa

Pada anak usia toddler (1-3 tahun) mengatakan empat sampai enam kata
termasuk nama-nama “meminta” objek dengan menunjukknya, memahami
peritah sederana. Dapat menggunkan gerakan berabat tangan mengatakan
“tidak” dan menggunakan kata “tidak” meskipun menyetujui permintaan.

3) Motorik halus
Pada anak usia toddler (1-3 tahun) yang secara konsta menjatuhkan objek
ke lantai, membangun meara dari dua kotak, memegang dua kotak dalam
satu tangan, melepaskan butir-butir kedalam leher botol yang sempit,
mencoret- coret secar spntan, menggunakn cangkir dengan baik tetapi
memutarkan sendok.
4) Motorik Kasar
Pada anak todler (1-3 tahun) mampu berjalan tanpa bantuan (basanya sej
usia 1,3 bulan ).
2.6.2 Analisa data

Setelah dilakukan pengkajian, tahap selanjutnya adaah pengelompokan


data dan kemudain dilakukan analisa data. Setelah data adalah tahap menari
kesimpulan mengenai masalah / kebutuhan spesifik pasien sehingga perawatan
yang efektif dapat di rencanakan dan diberikan (Hidayat, Aziz, 2008).

2.6.3 Diagnosa keperawatan

Penilaian klinik mengenai responindvidu, orang tua dan komunitas


terhadap masalah keseatan / proses kehidupan yang actual dan potensial yang
memberikan dasar untuk memeilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang merupakan tanggung jawab perawat menurut Wilkinson, M Judith dkk.
(2012) dan Taylor, Cynhia M ( 2010 ) adalah sebagai berikut :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan broncopneumonia (D.0003 :


SDKI)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan infeksi saluran napas (D.0001
: SDKI)
3. Hipertermia berhubungan dengan Infeksi saluran napas (D.0005)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makan (D.00019)
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit

2.6.4 Perencanaan

Adapun perencanaan diagnose keperawatan pada diagnose medis


bronkopneumonia (Wilkinson, M Judith dkk. 2012 dan Taylor, Cynhia M . 2010 )
adalah sebagai berikut :

a. Diagnosa keperawatan 1 : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


infeksi saluran napas (D.0001 : SDKI)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan
napas efektif, dengan kriteria hasil :
1. Batuk berkurang/tidak ada batuk
2. Sputum pada hidung tidak ada
3. Sputum pada mulut tidak ada
4. Suara napas tambahan ronchii di
dada sebelah kanan tidak ada
5. RR dalam batas normal :
(RR : 20-30x/menit)

Intervensi:

1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)


2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum
4. Monitor kemampuan batuk efektif
5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Kolaborasi pemberian nebulizer (ventolin ½ amp : pulmicort ½ amp 3x1)

b. Diagnosa keperawatan 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


broncopneumonia (D.0003 : SDKI)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan


ada perbaikan ventilasi dan oksigenasi pada klien dengan kriteria hasil:
1. Suhu dalam batas normal 36-37,50C
2. Nadi dalam batas normal 100x/menit
3. Klien tidak sesak/ sesak berkurang
4. Tidak terdapat cuping hidung
5. Sp02 95-100%
6. PO2 dalam bats normal (80-100mmHg)

Intervensi:
1. Observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Distres pernafasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea
sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi
jaringan.
2. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan
sentral.
Rasional: Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi.
Sedangkan sianosis daun telinga, membfran mukosa dan kulit sekitar
mulut ( membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.
3. Kaji status mental dan penurunan kesadaran
Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen sebagai
petunjuk hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebal.
4. Monitor frekuensi jantung atau irama
Rasional: Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi
tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia.
5. Tinggikan kepala dan atur posisi lien senyaman mungkin.
Rasional : untuk meningkatkan inspirasi maksimal.
6. Jelaskan kepada orang tua penyebab gangguan pertukaran gas
Rasional: gangguan pertukaran gas dapat disebabkan adanya secret yang
menghalangi jaan nafas sehingga udara masuk dan keuar tidak efektif
7. Ajarkan batuk efektif
Rasional : pengeluaran secret dapat memperbaiki ventilasi
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi oksigen dengan benar,
misalnya: dengan nasal prong, masker, masker venturi
Rasional: Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2, di atas 60
mmHg (normal PO2 80-100 MmHg), oksigen diberikan dengan metode
yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien

C. Diagnosa 3 : Hipetermia berhubungan dengan Proses infeksi (D.0130,SDKI)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


suhu tubuh pasien dalam batas normal dengan kriteria hasil :
1.akral hangat
2. kulit tidak kemerahan
3. suhu 36.5 oC – 37.5OC
Intervensi :
1. Observasi suhu tubuh klien
Rasional: hasil observasi menunjukkan keberhasian dari tindakan
keperawatan yang dilakukan
2. kompres air hangat
Rasional : untuk menurunan suhu tubuh ke keadaan normal
3. Jelaskan kepada orang tua penyebab demam
Rasional: kompres air hangat mampu membantu tubh tubuh untuk
mengeluarkan panas dengan cara konduksi
4. Ajarkan ke orang tua klien untuk memperthankan asupan cairan
Rasional: agar orang tua dapat memahami asupan cairan tubuh yang di
butukan klien
5. Anjurkan orang tua untuk memberikan pakaian tipis dan menyerap
keringat
Rasional: pakaian tipis mempercepat penurunn suhu dengan radiasi
6. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian antipireti antibiotik
Rasional: antipiretik mengandung paracetmol yang dapa membantu untuk
menurunkan panas
Antibiotic mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri
7. Koaborasikan pemberian caira infus D5 ¼ salin 500/24 jam
Rasional: pengganti kebutuhan cairan tubuh yang hilang.

d. Diagnosa 4 : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan


makanan (SDKI, 2017)
Tujuan :Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
1. Berat badan anak stabil
2. Turgor ulit eleastis
3. Nafsu makan meningkat
4. Anak tidak lemas tidak ada muntah
5. Hb dalam batas normal 11,5-16,5 g/dl

Intervensi:

1. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya: sputum


banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.
Rasional: sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakiibat mual,
dispnea dapat merangsang pusat pengaturan maan di medulal oblongata.
2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan
atau bantu kebersihan mulut setelah muntah. Setelah tindakan aerosol dan
drainase postural, dan sebelum makan.
3. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
4. Auskultasi bunyi bising usus.
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak apabila proses infeksi berat atau
memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau
menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
5. Ajarkan kepada orang tua untuk memberikan makan sedikit-sedikit tapisering
Rasional: tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
6. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi pada anak
Rasional: untuk meningkatkan nafsu makan dan pemenuhan nutrisi klien

2.6.5 Implementasi keperawatan


Implemetasi keperawatan merupakan bagian dari proses tindakan asuhan
keperawatan, hal ini termasuk dalam kategori prilaku untuk mencapai sebuah
tujuan dan hasil yang dperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesikan.
2.6.6 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap asuhan keperwatan yang telah
diberikan atau dilaksanakn dengan berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai.
Pada bagian ini akan di ketahui apakah perencanaan sudah mencapai sebagian
atau akan timbul masalah lain yang baru.
2.7 WOC Bronkopnemonia
Etiologi
FAKTOR RESIKO

 Penderita sakit berat yang


dirawat di RS
 Orang yang mengalami Bakteri, Virus Aspirasi sekresi orofaringeal, Aspirasi flora normal yang ada dalam mulut
penurunan
sistem pertahanan tubuh
Inhalasi dan invasi mikroba ke saluran pernapasan
Adanya percikan saliva/mukus ke alveoli
Iritasi jalan napas

Penyebaran kuman di alveoli


Disfungsional silia

Peradangan alveoli
Inflamasi bronkus
Edema antara kapiler dan alveoli

Peningkatan sel PMN


Pengerasan dinding paru

Penumpukan eksudat serosa di bronkial dan bronkiolus terminal

Ekstrapasasi eksudat serosa ke


dalam alveoli

Konsolidasi daerah
paru
BRONKOPNEUMONIA

B1 B2 B3 B4

Infeksi Hipoksia jaringan Oksigen dalam


Kuman berlebih di Kollaps alveoli pulmonary otak tubuh
bronkus menurun

Proses peradangan Penurunan ratio Penurunan volume Iskemia jaringan otak Anoksi
dinding bronkus ventilasi ekspirasi paksa jaringan

Kapasitas difusi Infark otak


Akumulasi sekret di menurun Peningkatan volume residu Penimbunan asam laktat
bronkus
Suplai oksigen Peradangan
CO selaput otak Tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
Obstruksi menurun
menurun
jalan nafas
Kerja napas meningkat
Ketidakcukupan pengisian Edema jaringan otak
sistem arteri Asidosis Oliguria
MK : Bersihan jalan Metabolik
nafas tidak efektif Dyspnea
Defisit fungsi neurologis Produksi
MK : Gg. Perfusi MK : Gg. urine
MK : jaringan Keseimbanga menurun
Pola nafas tidak efektif Kerusakan sistem n asam basa
Kerusakan pertukaran motorik dan sensorik
gas MK : Gg. Eliminasi
urine
Kaku kuduk, syncope

Stimulasi chemoreseptor
hipothalamus MK :
Defisit pemenuhan ADL
Reaksi peningkatan panas tubuh Defisit perawatan diri
Resti cidera
Demam

B5 B6 Psikososial
MK : Gg. Keseimbangan suhu tubuh
Suplai O2 ke jaringan Adanya sesak napas
Mukus bronkus Kuman terbawa di saluran menurun Perubahan status kesehatan
meningkat pencernaan

Hipoperfusi jaringan
Bau mulut tidak
Infeksi saluran pencernaan Ketidaktahuan
sedap
Metabolisme Koping individu tidak efektif
anaerob
Anoreksia Peningkatan peristaltik
usus
Kelemahan Fisik,
MK :
Fatigue
Intake tidak Ansietas
adekuat Malabsorpsi Kurang pengetahuan

MK : Intoleransi
MK: Perubahan nutrisi Diare aktifitas
kurang dari kebutuhan
tubuh
MK : Gg. Keseimbangan
cairan dan elektrolit
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini berisi tentang hasil studi kasus “Asuhan Keperawatan Pada An.
D Berusia 1 Tahun Dengan Diagnose Medis Bronkopnemonia Di Ruang Pediatrik
RS Premier Surabaya”

3.1 Pengkajian

Ruangan : Pediatrik Tgl/jam pengkajian :

Dx medis : Bronchopneumonia 08 Mei 2020/10.00 WIB

No. Register : xxxxx Anamnesa diperoleh dari :

Tgl/jam MRS : 1. Wawancara dengan Ibu pasien


2. Rekam medis pasien
08 Mei 2020/08.30 WIB
3.1.1.13 Identitas Pasien
Nama : An.D
Umur/tanggal lahir : 1 tahun/1 April 2019
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Golongan darah :O
Bahasa yang dipakai : Bahasa Indonesia
Anak ke :2
Jumlah saudara :1
Alamat : Surabaya

Identitas Orang Tua


Nama ayah : Tn.A Nama ibu : Ny.A

Umur : 30 Tahun Umur : 29 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa

Pendidikan : Diploma III Pendidikan : Diploma III

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : ± 3 juta/bulan Penghasilan : ± 2,5 juta/bulan

Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya


3.1.2.13 Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas.

3.1.3.13 Riwayat penyakit sekarang

Ibu pasien mengatakan An. D batuk pilek dan demamnaik turun sejak tanggal
30 April 2020 tidak diperiksakan ke fasilitas kesehatan dan pada tanggal 8 Mei
2020 saat setelah selesai menyusui, pasien batuk-batuk dan terlihat kesulitan
bernafas sehingga ibu pasien membawa An. D ke IGD RS Premier Surabaya dan
diperiksa tanda-tanda vital N :142x/mnt RR : 70x/mnt S : 37.9 C, di UGD pasien
mendapatkan terapi oksigen dengan nasal kanul 1 lpm, dan mendapatkan terapi
parenteral yaitu D5 1/4 NS 1000cc/24jam 8tpm, Pct drop 0.6 ml 3x1 (oral),
Ampicilin 100 mg 3x1 (iv), Gentamicin 10 mg 1x1 (iv), Dexa 0.75 mg 3x1 (iv).
Pemeriksaan Thorax AP dengan hasilnya yaitu BP disertai kecurigaan pneumonia
lobaris lobus superior paru kanan & hiperin flated lobus interior paru bilateral,
kemudian pada pukul 08.30 WIB pasien dibawa ke ruang pediatrik. Pada tanggal
08 Mei 2020 pukul 10.00 WIB dilakukan pengkajian didapatkan data TTV N :
136x/mnt RR : 38x/mnt S : 37.8 oC, pasien tampak batuk-batuk, terdapat suara
napas tambahan ronchi di thorak kanan dan tampak kesulitan bernapas, pasien
terpasang nasal kanul 1 lpm.

3.1.4.13 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


A. Prenatal Care

Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya selama hamil An.D selalu rutin
memeriksakan kehamilannya ke bidan dan pemeriksaan yang dijalankan oleh ibu
pasien sebanyak 4x. Ibu pasien mengatakan bahwa selama masa kehamilan An.D
ibu mengkonsumsi obat vitamin dan obat untuk penambah darah. Ibu pasien
mengatakan bahwa selama kehamilan An.D tidak pernah mengalami gangguan,
hanya saja keluhan yang dirasakan adalah sakit kepala.Kehamilan An.D sekitar 37
minggu.
B. Natal Care
Ibu pasien mengatakakan persalinan dilakukan di RS Leona dan ditolong oleh
tenaga medis yaitu Bidan. Persalinan secara normal dengan usia kehamilan 37
minggu. Saat lahir anak langsung menangis dan warna kulit saat lahir berwarna
merah muda, apgar score tidak tahu, Berat badan lahir yaitu 3700 gram, dengan
panjang badan lahir 46 cm. Pasien mendapatkan ASI sejak lahir sampai sekarang.

C. Post Natal Care


Ibu pasien mengatakan bahwa An. D diberikan ASI penuh sampai usia 6
bulan dan ditambah makanan pendamping. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya tidak mempunyai penyakit selama baru lahir.
3.1.1.5 Riwayat Masa Lampau
Ibu pasien mengatakan An.D baru pertama kali dirawat dirumah sakit, tidak
pernah mendapatkan pengobatan khusus sebelumnya, dan tidak pernah
mendapatkan tindakan operasi. An.D tidak memiliki riwayat alergi baik makanan
maupun obat-obatan, tidak pernah mengalami kecelakaan dan sudah
mendapatkan imunisasi lengkap.

Pengkajian Keluarga
Genogram (Sesuai Dengan Penyakit)
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: tinggal 1 rumah

Dari Genogram diatas dapat disimpulkan bahwa An. D memiliki 1 seorang


kakak yang berjenis kelamin laki-laki, dan An.D adalah anak kedua. Ayah dari
An.D merupakan anak pertama dan memiliki 1 orang saudara laki-laki dan
semuanya masih hidup. Ibu An.A merupakan anak kedua dari 2 orang
bersaudara,. Kakek dan nenek An.D. dari ayah dan ibu masih hidup. An.D tinggal
bersama kedua orangtua. Didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit seperti seperti kanker paru-paru, riwayat asma, dan
pneumonia dan penyakit yang sama seperti pasien.

3.1.1.7 RIWAYAT SOSIAL


A. Yang Mengasuh Anak
Ibu pasien mengatakan yang mengasuh pasien adalah ia sendiri (ibu pasien)
dan ayah pasien, hubungan pasien dengan anggota keluarga baik, ibu pasien
mengatakan tinggal di lingkungan rumah yang ramah.
B. Hubungan Dengan Anggota Keluarga
Ibu pasien mengatakanbahwa hubungan anaknya dengan anggota keluarga
yang lain baik.
C. Hubungan Dengan Teman Sebaya
Ibu pasien mengatakan bahwa hubungan anaknya dnegan teman sebayanya
baik.
D. Pembawaan Secara Umum
Pembawaan secara umum pasien An. D jika berada di rumah sakit aktif dalam
bertingkah.
3.1.1.8 Kebutuhan Dasar
A. Pola persepsi Sehat-Pelaksanaan Sehat
SMRS :
Ibu pasien mengatakan belum mengetahui penyakit yang diderita anaknya
saat ini, ibu mengira hanya batuk- batuk biasa dan tidak mengetahui tentang
penyakit brokopnemonia.
MRS:
Ibu pasien mengatakan bahwa setelah masuk rumah sakit, ibu pasien
menyerahkan kesehatan anaknya pada tenaga kesehatan dan pihak rumah
sakit.
B. Pola Nutrisi
(makanan yang disukai/tidak, selera, alat makan, jam makan,dsb)
SMRS :
Ibu pasien mengatakan bahwa An.D mendapatkan ASI dari lahir hingga
sekarang. Frekuensi makan 3 kali dalam sehari, yaitu pagi, siang dan malam
dan pasien sering makan udapan roti. Minum yang diminum An.D adalah
susu ± 1000cc/hari.
MRS :
Ibu pasien mengatakan bahwa selama di rumah sakit, An. D makan makanan
yang telah disediakan oleh rumah sakit. Pada saat makan, An.D
menghabiskan 1/ 4 porsi. Untuk minum kesehariannya AnD lebih suka
minum ASI ibu.
C. Pola Tidur
(kebiasaan sebelum tidur, perlu dibicarakan cerita, benda-benda yang dibawa
tidur)
SMRS :
Ibu pasien mengatakan biasanya tidur malam pada jam 20.00 WIB/21.00
WIB dan akan bangun setiap empat atau lima jam karena ingin ASI. Sebelum
tidur biasanya ibu mnggendongnya hingga tertidur sambil menyusuinya.
MRS :
Ibu pasien mengatakan bahwa ketika berada di rumah sakit An. N sulit tidur,
sebentar tidur lalu bangun dan menangis namun bisa teratasi ketika dengan
menyusui.
D. Pola Aktivitas/Bermain
SMRS:
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya jika berada di rumah aktivitas yang
dilakukan yaitu bermain bersama teman di sekitar rumah dan
kakaknya.Sebelum sakit An. D biasanya mandi dua kali dalam sehari. An.D
juga selalu mencuci rambutnya setiap kali mandi.
MRS:
Ibu pasien mengatakan ketika masuk rumah sakit ini anaknya kebanyakan
rewel dan nangis. Hanya jalan- jalan digendong ibu di sekitar ruang kamar
nya dan bermain bersama nenek dan ayahnya di tempat tidur.Saat ini aktivitas
bermain terbatas karena kondisi fisik yang lemah dan terpasang Infus. An.D
mandi dengan cara diseka dua kali dalam sehari, namun tidak dapat mencuci
rambutnya.
E. Pola Eliminasi
SMRS:
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya ketika berada di rumah, BAB 2x/hari,
lembek berwarna kuning kecoklatan dan BAK di diapers mengganti 5x/hari.
MRS:
Ibu pasien mengatakan bahwa ketika berada di rumah sakit ini sudah BAB 1
kali dan BAK di diapers mengganti sebanyak 1 kali.
F. Pola Kognitif Perseptual
Ibu mengatakan selalu mengajak bicara tentang segala sesuatu di sekitar Ibu
sambil menunjuk dan memberi nama benda atau bagian tubuhnya yang
berbeda. Pegang jari dan bantu An. D menunjuk hidungnya seperti yang Ibu
katakan "Ini hidung adik". An.D juga sudah bisa merespon jika saat
menyanyikan lagu tentang kalau kau suka hati tepuk tangan si An.D juga
mengikuti arahan saat tepuk tangan.
G. Pola Koping Toleransi Stress
SMRS:
Ibu pasien mengatakan ketika sakit An. D anak rewel sehingga orang tua
menghibur dengan memutarkan murrotal.
MRS:
Ibu pasien mengatakan anaknya berada di rumah sakit hanya bisa mengajari
anak untuk berdoa dengan mengajak An. D menengadahkan tangannya, dan
memutarkan murrotal di ruang kamarnya.

3.1.9 KEADAAN UMUM (PENAMPILAN UMUM)


A. Cara Masuk
Pasien masuk di ruang Pediatrik dari IGD dengan keadan sadar, terpasangg
infus pada tangan kanannya, pasien di gendong oleh ibunya dan
menggunakan kursi roda.
B. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien sesak napas, lemah, kesadaran composmentis.

3.1.10 TANDA-TANDA VITAL


Suhu/nadi : N :136x/mnt / S : 37.8 oC
RR/SpO2 : RR 38x/mnt / SpO2 : 98% (dengan nasal kanul 1 lpm)
BB : 10,7 kg

3.1.11 PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Kepala dan Rambut
Saat pemeriksaan dibagian kepala, didapatkan ingkar Kepala 35 cm, tidak
ada tanda-tanda hidrosefalus, Tidak ada luka atau bekas luka pada kulit
kepala, rambut tumbuh rata, tidak ada rambut rontok, warna rambut hitam,
kulit kepala bersih.
B. Mata
Pemeriksaan pada mata konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik,
reflek cahaya +/+ , pupil isokor.
C. Hidung
Tidak devisiasi septum nasal, ada pernafasan cuping hidung, adanya
sputum, tidak ada benjolan/polip.
D. Telinga
Telinga kanan dan telinga kiri simetris, bersih, tidak ada serumen, Fungsi
pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.
E. Mulut Dan Tenggorokan
Lidah bersih, gigi bersih, uvulan ditengah warna kemerahan, membran
mukosa lembab, pasien tampak batuk-batuk dan mengeluarkan sputum
dari mulut.
F. Tengkuk Dan Leher
Tidak ada benjolan pada leher, Tidak ada kaku kuduk, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
G. Thorax
Bentuk dada normochest, tidak ada nyeri tekan, perkusi sonor, RR :
38x/menit, terdengar suara napas tambahan ronchii di dada sebelah kanan,
pola napas cepat dan dangkal, bunyi jantung S1 S2 tunggal, CRT < 2 detik,
irama jantung regular, nadi 136x/menit teraba kuat dan cepat.
H. Punggung
Tidak terdapat luka, bentuk tulang belakang normal, tidak ada kelainan
tulang belakang (skoliosis, lordosis, kifosis).
I. Pemeriksaan Abdomen
Bentuk perut tampak soepel, tidak ada nyeri perut, suara perkusi pada
bagian atas saat pasien posisi supinasi adalah timpani dan pada bagian
samping suara redup. Bising usus : 11x/menit.
Palpasi :
Kuadran I : tidak teraba hepatomegali
Kuadran II : tidak teraba organ
Kuadran III : tidak teraba splenomegali
Kuadran IV : tidak ada nyeri tekan pada titi mc.burney
J. Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya (Genetalia Dan Anus)
Genetalia bersih, tidak ada luka atau bekas luka pada anus, tidak terpasang
kateter.
K. Pemeriksaan Muskuloskeletal
a. Kemampuan pergerakan sendi bebas
b. Ekstremitas atas tidak ada luka atau bekas luka pada ekstremitas atas
kanan dan kiri. Pergerakan sendi bebas
c. Ekstremitas bawah tidak ada luka atau bekas luka pada ekstremitas atas
kanan dan kiri. Pergerakan sendi bebas
d. Tulang belakang: tidak terdapat gangguan pada tulang belakang
Kekuatan Otot
55555 55555
55555 55555
L. Pemeriksaan Neurologi
Kesadaran kompos mentis, kejang (-), tumor (-), kaku kuduk, orientasi
lingkungan baik. Reflek fisiologis trisep (+)/(+), bisep (+)/(+), patela
(+)/(+), achilles (+)/(+), babinsky (+)/(+), brudzinky (+)/(+)
a. Nervus I Olfaktorius
Penciuman normal, penciuman lubang hidung sebelah kiri dan kanan
tidak terganggu, pasienmampu mengenali bau minyak kayu putih,
membedakan bau minyak kayu putih dan parfum dengan mata
tertutup
b. Nervus II Optikus
Tajam penglihatan pasien normal, pasien dapat melihat dengan jelas
dengan jarak 30 cm benda buku yang dibawa oleh perawat, pasien
mampu menyebutkan warna merah pada gambar buah apel.
c. Nervus III Okulomotorius, Nervus IV Troclearis, Nervus VI
Abdusen
Pupil bulat, isokor, diameter kiri kanan 3 mm, reflek pupil terhadap
cahaya normal, kemampuan pupil dalam membesar dan mengecil
normal dan seimbang antara kiri dan kanan, gerakan bola mata
normal
d. Nervus V Trigeminus
Tidak terdapat gangguan sensorik pada wajah sebelah kanan dan
kiri. Pasien mengatakan merasakan ketika diberi sentuhan/olesan
dengan tisu pada bagian dahi kanan-kiri, pipi kanan-kiri dan dagu.
Kekuatan gigitan rahang terasa kuat sebelah kiri dan kanan
e. Nervus VII Fasialis
Saat posisi diam tinggi alis sebelah kiri dan kanan sama, saat dahi
dikerutkan kerutan dahi sebelah kiri dan kanan sama, saat disuruh
senyum, garis senyum simetris kanan kiri, saat alis diangkat posisi
alis sama, saat pasien diperintah menutup mata dan alis diangkat
oleh perawat tidak terdapat kelemahan pada alis sebelah kanan
maupun kiri. Saat diperintah untuk tersenyum, senyum pasien
simetri. Pasien tidak merasakan kesulitan saat diperintah meringis.
Produksi air mata normal
f. Nervus VIII Vestibulokoklearis
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran, pendengaran kiri
dan kanan seimbang, tidak memiliki riwayat vertigo
g. Nervus IX Glosofaringeus
Pasien mengatakan tidak ada gangguan menelan
h. Nervus X Fagus
Pasien dapat membuka mulut dan mengatakan “A” dan saat dilihat
uvula terangkat kiri dan kanan sama
i. Nervus XI Asesorius
Bahu sebalah kanan dapat mengangkat secara maksimal, tidak
terdapat kelemahan saat diberikan tekanan oleh perawat. Pasien
mampu menoleh ke kiri dan kanan secara maksimal
j. Nervus XII Hipoglosus
Pasien dapat membuka mulut, dan saat diperintah menjulurkan lidah
tidak cenderung jatuh ke satu sisi
M. Pemeriksaan Integumen
Warna kulit sawo matang, Akral HKM (Hangat, Kering, Merah), Turgor
kulit normal (dapat kembali dengan cepat), tidak ada luka, tidak ada bekas
luka, tidak ada kelainan kulit.
3.1.12 TINGKAT PERKEMBANGAN
A. Adaptasi Sosial
Pasien hari pertama masuk RS sehingga An.D masih perlu untuk adaptasi
dengan lingkungan yang baru.
B. Bahasa
Ibu pasien mengatakan pasien bisa diajak berbicara menggunakan bahasa
Indonesia.
C. Motorik Halus
An.D mampu menggelindingkan bola ke arah Ibu dan mampu menunjuk
kakaknya di sebuah foto keluarga sesuai arahan.
D. Motorik Kasar
Ibu mengatakan An. D sudah bisa memegang peralatan makan, dan
kadang jika orangtua atau siapapun yang didekatnya makan selalu minta
sendok dan menirukan makan menggunakan sendok.
Kesimpulan dan Pemeriksaan Perkembangan : Normal.
E. Perkembangan Sosial
Ibu mengatakan An. D mampu berkumpul bermain dengan teman
sebayanya.
F. Perkembangan Kognitif
Ibu mengatakan An. D termasuk anak yang suka banyak bicara selalu
menceritakan kepada oranglain tentang hal apa saja yang terjadi dan apa
yang telah dilakukan sebelumnya.
G. Perkembangan Psikoseksual
Ibu mengatakan bahwa An. D jika menangis dia lebih suka menyusui
ibunya daripada minum susu dengan botol susu.
3.1.5.13 Pemeriksaan Pen
Jenis
Tanggal Hasil Normal
Pemeriksaan
08 Mei WBC 11,3 10ˆ3/uL 4.0-10.010ˆ3/uL
Eritrosit 3.05 10ˆ6/Ul 3.500.000-
2020
5.500.000/uL
Hemoglobin 12.4 gr/dL 12.0-16.0 gr/dL
HCT 45 % 37,0-54%
Trombosit 296.000/uL 150.000-400.000/uL
PCT 0,35 % 0,108-0,282 %
Limfosit 15 % 20-40%
Monosit 0,84 10ˆ3/uL 0,12-1,2 10ˆ3/uL
Neutrofil 31,5% 50,0-70,0 %
Eosinofil 0,2 10ˆ3/uL 0,02-0,5 10ˆ3/uL
Basofil 0,07 10ˆ3/uL 0,0-0,1 10ˆ3/uL
PLT 320 10^3/uL 150-450 10^3/uL
pH 7,27 7,35 – 7,45
PCO2 50 mmHg 32 – 45 mmHg
PO2 85 mmHg 75 – 100 mmHg

Pemeriksaan Thorax AP dengan hasilnya :


BP disertai kecurigaan pneumonia lobaris lobus superior paru kanan &
hiperin flated lobus interior paru bilateral.

3.1.13 Terapi
D5 1/4 NS 1000cc/24jam 8tpm
Pct drop 0.6 ml 3x1 (oral)
Ampicilin 100 mg 3x1 (iv)
Gentamicin 10 mg 1x1 (iv)
Dexa 0.75 mg 3x1 (iv)
Nebulizer = Ventolin ½ amp : Pulmicort ½ amp 3x1
3.2 Analisa Data
Nama klien : An.D Ruangan/kamar : Pediatrik
Umur : 1 tahun No. Register : xxxxx
No. Data Penyebab Masalah
1. DS : Bronkopneumonia Gangguan
Ibu pasien mengatakan pertukaran gas
anaknya sesak napas (D.0003 : SDKI)
DO :
 Px tampak sesak napas
 Pola napas cepat dan
dangkal
 Ada napas cuping
hidung
 Terdengar suara napas
tambahan ronchii di
dada sebelah kanan
 TTV :
N = 136x/menit
RR = 38x/menit
(dengan nasal kanul 1
lpm)
S = 37,8 ̊C
SpO2 = 98% (dengan
nasal kanul 1 lpm)
 Hasil thorax AP :
BP disertai kecurigaan
pneumonia lobaris
lobus superior paru
kanan & hiperin flated
lobus interior paru
bilateral.
 Hasil laboratorium :
pH : 7,27
PCO2 : 50 mmHg
PO2 : 85 mmHg
2. DS : Infeksi saluran napas Bersihan jalan napas
Ibu mengatakan anaknya tidak efektif
batuk-batuk (D.0001 : SDKI)
DO :
 Px tampak batuk
 Ada sputum pada
hidung
 Ada sputum pada
mulut
 Terdengar suara napas
tambahan ronchii di
dada sebelah kanan
 Pola napas cepat dan
dangkal
 RR = 38x/menit
(dengan nasal kanul 1
lpm)
3. DS : Proses infeksi Hipertermia
Ibu pasien mengatakan (D.0130 : SDKI)
anaknya demam naik turun
sejak tanggal 30 April
2020 – 08 Mei 2020
DO :
 Kulit teraba hangat
 TTV :
N = 136x/menit
S = 37,8 ̊C
RR = 38x/menit
(dengan nasal kanul 1
lpm)
SpO2 = 98% (dengan
nasal kanul 1 lpm)
 Hasil laboratorium :
WBC : 11,3 10^3/uL
PLT : 320 10^3/uL
4. DS : Kondisi klinis yang Defisit pengetahuan
 Ibu pasien mengatakan baru dihadapi oleh tentang manajemen
belum mengetahui klien pneumonia
penyakit yang diderita (D.0111 : SDKI)
anaknya saat ini
 Ibu pasien mengira
hanya batuk- batuk
biasa
 Ibu pasien mengatakan
tidak mengetahui
tentang penyakit
brokopnemonia
DO :
 Px batuk pilek sejak
tanggal 30 April 2020 –
08 Mei 2020 (±8 hari)
tidak diperiksakan di
fasilitas kesehatan
5. DS : - Factor risiko : Risiko infeksi
DO : Penyakit paru (0142 : SDKI)
 TTV : (bronkopneumonia)
N = 136x/menit
S = 37,8 ̊C
RR = 38x/menit
(dengan nasal kanul 1
lpm)
SpO2 = 98% (dengan
nasal kanul 1 lpm)
 Hasil thorax AP :
BP disertai kecurigaan
pneumonia lobaris
lobus superior paru
kanan & hiperin flated
lobus interior paru
bilateral
 Hasil laboratorium :
WBC : 11,3 10^3/uL
PLT : 320 10^3/uL
Limfosit : 15%
Neutrofil 31,5%
3.3 Prioritas Masalah
Nama klien : An.D Ruangan/kamar : Pediatrik
Umur : 1 tahun No. Register : xxxxx
Diagnosa Tanggal Nama
No.
Keperawatan Ditemukan Teratasi Perawat
1. Gangguan pertukaran 08 Mei 2020 Dipertahankan Ns.
gas berhubungan
dengan
broncopneumonia
2. Bersihan jalan napas 08 Mei 2020 Dipertahankan Ns.
tidak efektif
berhubungan dengan
infeksi saluran napas
3. Risiko infeksi 08 Mei 2020 Dipertahankan Ns.
3.4 Intervensi Keperawatan
Nama klien : An. D No. Register : xxxxx Hari rawat ke : 1
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor  Memantau kondisi umum
pertukaran gas keperawatan selama 3x24 jam tanda-tanda vital pasien
berhubungan diharapkan gangguan pertukaran  Memantau kemampuan
dengan gas berkurang, dengan kriteria 2. Monitor pasien dalam
broncopneumonia hasil : frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya mempertahankan kebutuhan
1. Px tidak sesak napas napas oksigen dalam tubuh
2. Pola napas teratur  Pola pernapasan yang
3. Tidak ada napas cuping berubah pada kasus
hidung 3. Monitor pola bronkopneumoni dapat
4. Tidak ada suara napas napas (seperti bradipnea, takipnea, terjadi akibat gangguan
tambahan hiperventilasi, kussmaul, dll) pertukaran gas yang terjadi
5. TTV dalam batas normal antara sel dan alveoli
(Nadi : 80-100x/menit, RR :  Pneumonia dapat
20-30x/menit, S : 36,5-37,5 menyebabkan adanya
̊C, SpO2 : 95-100%) sputum pada parenkim paru
6. Hasil laboratorium dalam 4. Auskultasi sehingga mengganggu
batas normal : bunyi napas pertukaran gas dan
(pH : 7,35-7,45, PCO2 : 32- terdengar suara napas
45 mmHg, PO2 : 75-100 tambahan
mmHg)  Membantu mencukupi
kebutuhan tubuh akan
oksigen
5. Kolaborasi
dengan tim medis lain (dokter) dalam
pemberian oksigen tambahan : nasal
kanul 1 lpm
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas (frekuensi,  Pola pernapasan yang
napas tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, usaha napas) berubah pada kasus
berhubungan diharapkan bersihan jalan napas bronkopneumoni dapat
dengan infeksi efektif, dengan kriteria hasil : terjadi akibat gangguan
saluran napas 6. pertukaran gas yang terjadi
batuk antara sel dan alveoli
7. 2. Monitor bunyi napas tambahan  Bunyi napas tambahan pada
8. lapang paru dapat
9. mengindikasikan adanya
di dada sebelah kanan tidak sekret/sputum dalam
ada parenkim paru
10. 3. Monitor sputum  Memantau warna dan
(RR : 20-30x/menit) jumlah produksi sputum
4. Monitor kemampuan batuk efektif  Batuk efektif dapat
mempermudah
mengeluarkan
sekret/sputum dalam paru
5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu  Fisioterapi dada dilakukan
agar sputum yang
menempel pada parenkim
paru dapat meluruh
sehingga dapat dikeluarkan
6. Berikan nebulizer (ventolin ½ amp :  Melonggarkan jalan napas
pulmicort ½ amp 3x1) sesuai advise dan meluruhkan
dokter sekret/sputum pada saluran
pernapasan sehingga dapat
mudah dikeluarkan

7. Berikan (Dexa 0.75 mg 3x1 (IV)  Dexametashone dapat


sesuai advise dokter mengobati masalah
pernapasan
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi  Memantau kondisi pasien
keperawatan selama 3x24 jam, (Perubahan pada TTV, tampak ikterik,
diharapkan infeksi tidak terjadi penurunan kesadaran, sesak napas, kulit
dengan kriteria hasil : pucat, sianosis)
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung  Mencegah terjadinya
(Perubahan pada TTV, infeksi nosokomial antara
tampak ikterik, penurunan pasien dan pengunjung
kesadaran, sesak napas, kulit 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah  Mencegah terjadinya
pucat, sianosis, dll) kontak dengan pasien dan lingkungan infeksi nosokomial antara
2. Hasil laboratorium dalam pasien nakes dengan pasien
batas normal 4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Asupan nutrisi yang cukup
(WBC : 4,0-10,0 10^3/uL, dapat meningkatkan status
PLT : 150-450 10^3/uL, imunitas pasien sehingga
Limfosit : 20-40%, dapat
Neutrofil : 50-70%) mencegah/memperbaiki
kondisi pasien
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan  Cairan yang cukup untuk
mencegah terjadinya
kekurangan cairan akibat
adanya proses metabolisme
tubuh melawan infeksi
dalam tubuh

6. Berikan terapi sesuai advise dokter (Pct  Mencegah perburukan


drop 0.6 ml 3x1 P.O, Ampicilin 100 mg infeksi akibat adanya
3x1 IV, Gentamicin 10 mg 1x1 IV) broncopneumonia pada
pasien
BAB 4
PENUTUP

Berdasarkan hasil pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara


langsung pada pasien dengan diagnosa medis Bronkopnemonia di Ruang
Pediatric Surgery Rs Premier Surabaya, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapat tentang asuhan keperawatan pada pasien
Bronkopnemonia, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.


Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna.
Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit
menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan
antibiotik yang tidak berhasil. Anak laki-laki adalah faktor resiko yang
mempengaruhi kesakitan pneumonia (DepKes RI. 2004) Hal ini
disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil
dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam
daya tahan tubuh anak laki-laki dan perempuan. (Sunyataningkamto,
2004)
2. Keluhan utama : Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal, batuk-batuk disertai bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai
muntah dan diare, anoreksia dan muntah.
Riwayat penyakit sekarang : Bronkopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh
dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
Riwayat penyakit dahulu : Penderita biasanya sering mengalami penyakit
saluran pernafasan atas riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan
gejala bertahap dan panjang yang di sertai degan wheezing pada
pneumonia
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat adanya penyakit bronkopneumonia
di dalam keluarga yang lain (yang tinggal di dalam satu rumah atau beda
rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena
ditularkan melalui bakteri, virus, dan jamur
Riwayat kesehatan lingkungan : Bronkopneumoni di tularkan melalui
Bakteri, Virus, Protozoa dan Bahan kimia dan penyebaran melalui
makan, peralatan pernafasan yang terkontaminasi dan melalui percikn
mucus.
3. Diagnosa yang mungkin muncul
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan broncopneumonia
(D.0003 : SDKI)
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan infeksi saluran napas
(D.0001 : SDKI)
3) Hipertermia berhubungan dengan Infeksi saluran napas (D.0005)
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makan (D.00019)
5) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan orangtua tentang
penyakit
4.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan, maka penulis menyampaikan saran-saran


sebagai berikut :

1. Bagi keluarga pasien dengan diagnosa medis Bronkopeneumoni

mengalami beberapa masalah kesehatan dan terganggung pada psikis nya

sehingga keluarga diharapkan untuk memberikan dukungan karena

dukungan dari keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika

menghadapi masalah kesehatan dan sebagai tindakan preventif untuk

mengurangi stress dimana pandangan hidup menjadi lebih luas dan tidak

mudah stress dan dukungan keluarga sangat diperlukan dalam perawatan

pasien, dapat membantu menurunkan kecemasan pasien, meningkatkan

semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani pengobatan.

2. Bagi perawat kembangkan dan tingkatkan pemahaman tentang konsep

manusia secara komperehensif sehingga mampu memberikan asuhan

keperawatan dengan baik .


3. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan

dalam bidang pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai