Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL APRRAISAL

MODEL SUPERVISI KLINIS YANG DAPAT MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN


KEPERAWATAN : A SYSTEMATIC REVIEW OF THE LITERATURE

Disusun dalam rangka memenuhi tugas ujian tengah semester (UTS)


mata kuliah Evidence Based Practice of Nursing

OLEH:
MERLINA PRAHARA NITA
132024153019

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN
Penilaian Critical Appraisal
Nama Mata Ajar : Evidence Based Practice of Nursing
Nama Tugas : Critical Appraisal
Nama Mahasiswa : Merlina Prahara Nita
Nim : 132024153019
Jumlah Kata : 1.500
Aspek yang
No Bobot Kriteria penilaian
dinilai
1 Pendahuluan 10% Menjelaskan topik, tujuan, dan alat yang digunakan untuk
mengkritisi jurnal. Memberikan deskripsi singkat
makalah dan deskripsi singkat jurnal yang ditelaah secara
spesifik dan relevan

2 Kritik Artikel 80% Deskripsi dan kritik jurnal/artikel menggunakan alat


kritik (tool yang tepat):
Analisa tidak logis Sangat koheren dan
logis
Pemilihan tool Tool tepat
yang tidak sesuai
Ide susah dipahami Ide lugas dan jelas
3 Kesimpulan 10% Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi atas
kritik jurnal
4 Pengurangan 5% Nilai akan mendapatkan pengurangan jika kriteria berikut
tidak terpenuhi :
nilai
Jumlah kata kurang atau lebih dari batas toleransi 5% dari
1500
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar,
termasuk tanda baca.

Catatan: Makalah tidak akan dinilai jika terbukti bukan karya sendiri
Nilai Total :
Komentar dosen
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.............................................................................................................................

DAFTAR ISI

i
Lembar Penilaian ..................................................................................................................i

Daftar isi ................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

BAB 2 CRITICAL APPRAISAL..........................................................................................3

2.1 Ulasan Penilaian Kritis...........................................................................................3

BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9

LAMPIRAN JURNAL..........................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical appraisal atau penilaian kritis terhadap suatu artikel jurnal ilmiah yang

sudah terbit merupapakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembuatan systematic

review. Kualitas sebuah artikel systematic review sangat bergantung pada tingkat

kepercayaan atau kualitas dari studi utama yang dimasukkan dalam ulasan (Holly, Salmond

and Saimbert, 2012).

Selain itu, ada beberapa alasan lain kenapa penilaian kritis terhadap artikel jurnal

perlu dilakukan, seperti: (1) Tidak semua artikel berkualitas baik; (2) Kalau pun studinya

bagus, tapi tidak bisa atau sulit diaplikasikan; (3) pertanyaan penelitiannya mungkin tidak

terlalu fokus sehingga menjadi bias. Oleh karena itu, penilaian kritis menjadi hal yang

sangat penting sebelum memutuskan untuk menggunakan sebuah hasil riset atau tidak.

Masing-masing jenis studi mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal

kekuatan bukti yang mereka berikan. Beberapa jenis studi atau penelitian yang sering

dibahas, meliputi: meta-analisis, eksperimental (RCT: randomized controlled trials),

eksperimen semu, eksperimen noneksperimental (penelitian deskriptif dan korelasional),

meta-sintesis, dan kualitatif (Newhouse et al., 2007).

Penulis akan fokus menilai secara kritis pada artikel jenis systematic review dalam

makalah ini. Sebagai pemandu dalam berpikir dan menuliskan hasil penilaian, penulis

menggunakan daftar pertanyaan (tool) yang diadaptasi dari Crombie, The Pocket Guide to

Critical Appraisal; pendekatan penilaian kritis yang digunakan oleh Pusat Oxford untuk

1
2

Evidence Medicine, checklist dari Cochrane Centre, checklist editor BMJ dan checklist dari

Pusat EPPI (CEBMa, 2014).

Studi systematic review yang dipilih dalam penilaian kritis ini berjudul, “Model

Supervisi Klinis Yang Dapat Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan” terpublikasi di

Departemen Ilmu Keperawatan, Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2017. Artikel

ini merupakan karya 2 peneliti, yaitu: Dewi Suryaningsih dan Luky Dwiantoro.

Artikel tersebut merupakan rangkuman hasil penelitian primer sebelumnya yang

fokus menjelaskan model supervisi model proctor yang memiliki 3 fungsi, yaitu : normatif,

formatif dan restoratif. Tujuannya untuk mengidentifikasi model supervisi klinis yang dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan

menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat.

Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan profesi lini terdepan yang bersinggungan

langsung dengan pasien dan keluarga. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan

menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan

yang bermutu dan paripurna (Nursalam, 2014). Indikator mutu pelayanan keperawatan

meliputi aspek pelayanan, tingkat efisiensi, kepuasan pasien, cakupan pelayanan, dan

keselamatan pasien. Oleh karena itu perlu fungsi manajemen yang dapat memberikan proses

dalam peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan

merupakan suatu proses perubahan dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan

pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengaturan, ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu.


3

. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau

tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan

melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan, ketenagaan,

pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu. Salah satu fungsi manajemen ialah directing

dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan.

Supervisi klinis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi capaian indikator

mutu pelayanan keperawatan berkontribusi terhadap penurunan resiko yang terjadi. Oleh

karena itu supervisi dalam rangka peningkatan manajemen keperawatan dapat

menghidarkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan.


BAB 2
CRITICAL APPRAISAL
2.1 Ulasan Penilaian Kritis

Ulasan penilaian Kritis terhadap artikel yang telah dipilih di atas, diurutkan sesuai

pertanyaan pemandu dalam tool yang sesuai, seperti berikut ini:

1. Did the review address a clearly focused question?

Ya, penelitian atau studi sytematic review ini diawali sebuah pertanyaan yang jelas dan

terfokus. Peneliti menjelaskan pada bagian pendahuluan mengenai mutu pelayanan

keperawatan, Mutu pelayanan keperawatan memiliki beberapa outcome yang menjadi

indikator dalam menentukan mutu pelayanan keperawatan. Oleh karena itu rendahnya

indikator dari mutu pelayanan keperawatan dapat menurunkan kualitas mutu pelayanan

kesehatan. Terkait dengan kepuasan pasien sebagai indikator mutu pelayanan

keperawatan mendapatkan hasil penelitian bahwa pasien merasa tidak puas dengan

perawat dikarenakan pemberian informasi untuk pasien, intervensi keperawatan,

penanganan nyeri, dan respon yang kurang terhadap kebutuhan pasien.

Dari penjelasan diatas didapatkan anggapan atau hipotesis awal mengenai

diperlukannya fungsi manajemen yang dapat memberikan proses dalam peningkatan

mutu pelayanan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu

proses perubahan atau tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai

tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengaturan, ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu.

Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana didalamnya terdapat kegiatan

supervisi keperawatan. Fakta bahwa supervisi keperawatan di berbagai rumah sakit

sudah dilakukan namun belum optimal. Supervisi klinis merupakan salah satu faktor

4
5

yang mempengaruhi capaian indikator mutu pelayanan keperawatan berkontribusi

terhadap penurunan resiko yang terjadi. Oleh karena itu supervisi dalam rangka

peningkatan manajemen keperawatan dapat menghidarkan terjadinya kejadian yang

tidak diharapkan.

Bila pertanyaan studi di atas dibedah dalam format pertanyaan PEO, maka

hasilnya seperti berikut ini:

 P (populasi dan masalahnya): Manager perawat dengan mutu pelayanan

keperawatan

 E (exposure): Model supervisi keperawatan

 O (outcome atau tema): Model supervisi klinis yang dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan

2. Did the authors look for the right type of papers?

Ya, pencarian literatur yang diulas dalam studi tersebut telah dilakukan secara

komprehensif dan relevan dengan topik yang ditetapkan. Systematic review ini

dilakukan menggunakan protokol baku yang disebut: Preferred reporting items for

systematic review and meta-analysis protocols (PRISMA-P).

Penelusuran dilakukan menggunakan Elseiver ScienceDirect, EBSCO E-Journal,

Proquest E-Journals, dengan kata kunci variabel yang dipilih. Artikel yang ditemukan

dari masing-masing pencarian berdasarkan publication date 2007-2017 dengan kata

kunci Clinical supervision for nurse, Clinical Supervision models, Effectiveness of

clinical supervision, Quality of Nursing Care. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan

kriteria inklusi kemudian dilakukan analisis critical appraisal sesuai dengan pendekatan
6

penelitian RCT, dan Systematic Review. Alat ukur yang dipakai adalah critical appraisal

skills programme (CSAP).

3. Do you think all the important, relevant studies were included?

Ya, proses pencarian literatur dilakukan sistematis dan bila dilakukan kembali

(reproduksi) akan mendaptakan temuan yang serupa. Pencarian literatur pada semua

database yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, menggunakan kata kunci

berikut ini: ‘mutu’( kualitas, derajad, fase), ‘pelayanan’ (servis, jasa, perbaikan).

Medical Subject Headings (MeSH) digunakan untuk menemukan padanan kata atau

istilah yang tersedia pada database.

Bila kata kunci di atas dijabarkan dalam format Boolan Operator (AND, OR,

NOT), maka kombinasinya seperti berikut ini: “Mutu and pelayanan” or “servis” or

“jasa” or “perbaikan”

4. Did the review’s authors do enough to assess quality of the included studies?

Ya, peneliti telah menetapkan kriteria tentang studi yang layak dimasukkan dalam

systematic review ini sehingga tidak mengurangi terjadinya bias. Sistematic review

dengan jenis design penelitian yang di review terdiri dari jurnal penelitian dengan

Sistematic review and metaanalysis, RCT, cohort study, surveys, dan case report yang

didasarkan atas tingkatan evidance. Menurut penulis, ada satu kekurangan dalam proses

penetapan kunci dalam proses pencarian literatur di atas, yaitu tidak menggunakan

kamus Thesaurus.

5. If the results of the review have been combined, was it reasonable to do so?
7

Tidak jelas disebutkan, karena variasi topik studi yang dilibatkan model supervisi klinis.

Artikel ini me-review studi yang meneliti model supervisi klinis yang dapat meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan.

6. What are the overall results of the review?

Supervisi klinis dalam pelaksanaannya harus berdasarkan evidance based nursing

practice agar pelaksanaan supervisi klinis dapat dilaksanakan secara efektif. Supervisi

model proctor merupakan supervisi klinik yang efektif karena mengandung tiga fungsi

yaitu fungsi normatif dalam upaya pengembangan profesionalitas; fungsi formatif dalam

upaya pengembangan keterampilan dan pengetahuan; dan fungsi restoratif dalam upaya

memberikan dukungan. Selain itu supervisi klinis yang tetap relevan sampai saat ini

yaitu supervisi reflektif. Proses reflektif mengharuskan perawat belajar dari refleksi.

Setiap opini, memori, dan pengalaman dalam praktek dievaluasi secara kritis.

7. How precise are the results?

Proses reflektif mengharuskan perawat belajar dari refleksi. Setiap opini, memori, dan

pengalaman dalam praktek dievaluasi secara kritis. Oleh karena itu modifikasi sintesis

dari kedua model supervisi klinis tersebut dapat menjadi efektif dalam meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan.

8. Can the results be applied to the local population?

Penelitian ini mengidentifikasi 3 model supervisi, yaitu : supervisi klinis model proctor,

supervisi klinis model reflektif dan supervisi klinis model modifikasi reflektif proctor.

Hasil penelitian atau review tersebut tentu saja bisa diterapkan dalam praktik
8

keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan manager dapat

menerapkan model supervisi yang tepat.

9. Were all important outcomes considered?

Ya. Semua hasil dapat dipertimbangkan, namun yang paling di rekomendasikan adalah

model proctor. Karena model proctor lebih baik untuk meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

10. Are the benefits worth the harms and costs?

Dalam penelitian ini tidak ada biaya yang dikeluarkan.


BAB 3

KESIMPULAN

Artikel systematic review ini memberikan gambaran yang fokus tentang model supervisi

klinis yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. . Hasil review berhasil

mengidentifikasi mengidentifikasi 3 model supervisi, yaitu : supervisi klinis model proctor,

supervisi klinis model reflektif dan supervisi klinis model modifikasi reflektif proctor.

Menurut penulis, ada kelemahan dalam studi yang dibahas ini karena tidak menjelaskan

secara detail komponen tiap studi yang dilibatkan, seperti , ukuran sampel, ukuran hasil, ukuran

efek, dan batasan.

Hasil penelitian atau review ini bisa diterapkan dalam praktik keperawatan. Hasil penelitian

atau review tersebut tentu saja bisa diterapkan dalam praktik keperawatan dalam meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan manager dapat menerapkan model supervisi yang lebih tepat.

9
DAFTAR PUSTAKA

CEBMa (2014) Critical Appraisal of a Meta-analysis or Systematic Review, Center for


Evidence-Based Management. Available at: http://www.cebma.org/wp-content/uploads/Critical-
Appraisal-Question-for-a-SR-or-MA.

Dewi Suryaningsih, Luky Dwiantoro (2017). Model Supervisi Klinis yang dapat Meningkatkan
Mutu Pelayanan Keperawatan. Departemen Ilmu Keperawatan, Universitas
DiponegoromSemarang.

Holly, C., Salmond, S. W. and Saimbert, M. K. (2012) Comprehensive Systematic Review for
Advanced Nursing Practice. New York: Springer Publishing Company.

Newhouse, R. P., Sigma Theta Tau International, Johns Hopkins Hospital, & Johns Hopkins
University (Eds.). (2007). Johns Hopkins nursing evidence-based practice model and guidelines.
Indianapolis: Sigma Theta Tau International Honor Society of Nursing

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika.

Lampiran Jurnal
10
Model Supervisi Klinis Yang Dapat Meningkatkan
Mutu Pelayanan Keperawatan

Dewi Suryaningsih1, Luky Dwiantoro2

1
Mahasiswa Magister Manajemen Keperawatan, Departemen Ilmu Keperawatan, Universitas
Diponegoro Semarang. Email: suryaningsihdewi90@gmail.com
2
Dosen Magister Keperawatan, Departemen Ilmu Keperawatan, Universitas Diponegoro
Semarang

Abstrak

Latar belakang: Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Mutu
pelayanan keperawatan memiliki beberapa outcome yang menjadi indikator mutu pelayanan
keperawatan. Indikator mutu pelayanan keperawatan meliputi aspek pelayanan, tingkat efisiensi,
kepuasan pasien, cakupan pelayanan, dan keselamatan pasien. Oleh karena itu perlu adanya
fungsi manajemen yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Supervisi klinis
merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Tujuan: Mengidentifikasi model supervisi klinis yang dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.

Metode: Systematic literatur review dilaksanakan dengan menelusuri artikel/jurnal melalui


Elseiver ScienceDirect, EBSCO E-Journal, dan Proquest E-Journals. Jurnal yang sudah
terkumpul kemudian dilakukan critical appraisal tool sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Hasil: Supervisi klinis dalam pelaksanaannya harus berdasarkan evidance based nursing
practice agar pelaksanaan supervisi klinis dapat dilaksanakan secara efektif. Supervisi model
proctor merupakan supervisi klinik yang efektif karena mengandung tiga fungsi yaitu fungsi
normatif dalam upaya pengembangan profesionalitas; fungsi formatif dalam upaya
pengembangan keterampilan dan pengetahuan; dan fungsi restoratif dalam upaya memberikan
dukungan. Selain itu supervisi klinis yang tetap relevan sampai saat ini yaitu supervisi reflektif.
Proses reflektif mengharuskan perawat belajar dari refleksi. Setiap opini, memori, dan
pengalaman dalam praktek dievaluasi secara kritis. Oleh karena itu modifikasi sintesis dari
kedua model supervisi klinis tersebut dapat menjadi efektif dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.

Kesimpulan: pelaksanaan supervisi klinis modifikasi reflektif proctors dapat meningkatkan


mutu pelayanan keperawatan.

11
Kata Kunci : Clinical supervision for nurse, Clinical Supervision models, Effectiveness of
clinical supervision, Quality of Nursing Care.
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu
faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena
keperawatan merupakan profesi lini terdepan yang bersinggungan langsung dengan pasien dan
keluarga. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan keperawatan yang bermutu dan
paripurna (Nursalam, 2014).

Kualitas mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit salah satunya bergantung pada kualitas
dalam melakukan tindakan praktek keperawatan (Supriyanto & Ratna, 2011). Organisasi
pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang
sesuai dengan harapan pasien. Semakin baik penilaian pasien, maka semakin baik pula mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit tersebut (Donabedian, 1980). Mutu pelayanan keperawatan
memiliki beberapa outcome yang menjadi indikator dalam menentukan mutu pelayanan
keperawatan. Indikator tersebut meliputi aspek pelayanan, tingkat efisiensi, kepuasan pasien,
cakupan pelayanan, dan keselamatan pasien (Nursalam, 2014). Oleh karena itu rendahnya
indikator dari mutu pelayanan keperawatan dapat menurunkan kualitas mutu pelayanan
kesehatan.

Data dari beberapa penelitian menyatakan bahwa masih rendahnya mutu pelayanan keperawatan
yang ditandai dengan rendahny capaian indikator mutu pelayanan keperawatan. Beberapa
indikator mutu pelayanan keperawatan yang masih rendah ditunjukkan dengan angka infeksi
nosokomial yang masih tinggi. Di negara berkembang angka kejadian infeksi nosokomial
sebesar 12,7% di Malaysia, 17,7% di Taiwan (Djoyosugito, 2007). Di Indonesia kejadian infeksi
nosokomial sebesar 6-16% (Jeyamohan, 2010). Indikator mutu pelayanan keperawatan lainnya
yang masih menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu kejadian pasien jatuh. Insiden
keselamatan pasien di Canterbury New Zealend selama tahun 2009 hingga 2010 terdapat 378
laporan dengan rincian yaitu kesalahan pasien 5 laporan, kesalahan peralatan 9 laporan,
kesalahan terkait manajemen 126 laporan, kesalahan pengobatan 17 laporan, pasien jatuh 130
laporan, pasien kabur 3 laporan, serangan fisik 1 laporan, kejadian infeksi 8 laporan, dan lain-

12
lain 15 laporan (Todd, 2010). Data kejadian pasien jatuh di Indonesia berdasarkan Kongres XII
PERSI tahun 2012 melaporkan bahwa kejadia pasien jatuh tercatat sebesar 14% padahal untuk
mewujudkan keselamatan pasien angka kejadian pasien jatuh seharusnya 0%. Hal ini
membuktikan bahwa kejadian pasien jatuh termasuk dalam tiga besar insiden medis rumah sakit
dan menduduki peringkat kedua setelah medicine error (Komariah, 2012). Terkait dengan
kepuasan pasien sebagai indikator mutu pelayanan keperawatan terdapat hasil penelitian bahwa
pasien merasa tidak puas dengan perawat terkait dengan penyediaan informasi untuk pasien,
rencana keperawatan, penanganan nyeri, dan respon yang kurang terhadap kebutuhan pasien
(Mien Li, 2016).

Oleh karena itu perlu fungsi manajemen yang dapat memberikan proses dalam peningkatan
mutu pelayanan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan,
ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu. Salah satu fungsi manajemen ialah
directing dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan. Fakta bahwa supervisi
keperawatan di berbagai rumah sakit sudah dilakukan namun belum optimal. Kegiatan supervisi
lebih banyak pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi, dan
penilaian (Mularso, 2006).

Supervisi klinis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi capaian indikator mutu
pelayanan keperawatan berkontribusi terhadap penurunan resiko yang terjadi. Oleh karena itu
supervisi dalam rangka peningkatan manajemen keperawatan dapat menghidarkan terjadinya
kejadian yang tidak diharapkan.

METODE
Sistematic review dengan jenis design penelitian yang di review terdiri dari jurnal penelitian
dengan Sistematic review and metaanalysis, RCT, cohort study, surveys, dan case report yang
didasarkan atas tingkatan evidance. Kriteria inklusi yaitu semua jenis penelitian yang akan
direview yakni penelitian yang menggunakan penerapan supervisi klinis untuk meningkatkan
kualitas mutu pelayanan keperawatan; dan kriteria ekslusi yaitu penelitian yang tidak

13
melaporkan data asli, bukan tindakan yang termasuk kategori supervisi, serta supervisi pada
mahasiswa praktik.

Pencarian literatur melalui penelusuran artikel penelitian yang sudah terpublikasi dengan
populasi yaitu manager perawat dengan pelaksanaan supervisi klinis. Penelusuran dilakukan
menggunakan Elseiver ScienceDirect, EBSCO E-Journal, Proquest E-Journals, dengan kata
kunci variabel yang dipilih. Artikel yang ditemukan dari masing-masing pencarian berdasarkan
publication date 2007-2017 dengan kata kunci Clinical supervision for nurse, Clinical
Supervision models, Effectiveness of clinical supervision, Quality of Nursing Care.

Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dilakukan analisis critical
appraisal sesuai dengan pendekatan penelitian RCT, dan Systematic Review. Alat ukur yang
dipakai adalah critical appraisal skills programme (CSAP). Ekstraksi data penelitian dilakukan
dengan membaca hasil dari penelitian kemudian diambil intisarinya yang meliputi judul
penelitian, nama peneliti dan tahun penelitian, jurnal penerbit, tujuan penelitian, dan metode
penelitiannya, serta hasil akhir dari penelitian. Semua bagian tersebut dimasukan dalam sebuah
tabel agar mempermudah dalam membaca hasil ekstraksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisis artikel didapatkan bahwa jenis supervisi klinis yang paling efektif adalah:

A.Supervisi Klinis Model Proctor


Penelitian dari Brunerro, S. & Stein Parburry, J. (2008) mendapatkan bahwa pelaksanaan
supervisi klinis memberikan dukungan sebaya dan membantu menghilangkan stress kerja
bagi perawat melalui fungsi restoratif, supervisi klinis sebagai sarana untuk
mempromosikan pengembangan profesional melalui fungsi normatif, dan supervisi klinis
dapat menjadi sarana dalam pengembangan keterampilan dan pengetahuan melalui fungsi
formatif. Pada penelitian dari Dawson, M., et al (2012) Supervisi klinis dinilai dapat
meningkatkan kualitas perawatan. Mengidentifikasi perbaikan Supervisi klinis melalui
pemberdayaan melalui pendidikan (formatif), pengembangan sumber daya profesional
(normatif), dan peningkatan dokumentasi yang efisien, serta membantu supervisee yang
tidak termotivasi (restoratif). Ketiga fungsi diatas dapat diterapkan oleh supervisor dalam

14
supervisi klinis atas dasar dari refleksi pengalaman sebagai supervisor dalam
memperhatikan kesadaran diri, keterampilan dan teknik mengajar, dan praktik
dilapangan.

Penelitian dari Dawson, M., et al (2012) tentang efektifitas supervisi klinis yang berfokus
pada supervisee mengevaluasi pengalaman supervisi klinis dengan menggunakan alat
MCSS (The Manchester Clinical Supervision Scale) hasil penelitiaan menunjukkan
bahwa dukungan, pengembangan keterampilan dan pengetahuan, serta peningkatan
keprofesionalitas mendapatkan skor yang tertinggi. Skor tinggi dalam skala sub dalam
MCSS (The Manchester Clinical Supervision Scale) menunjukkan tingkat efektifitas
yang tinggi dalam proses supervisi klini (Cruz, 2011).

Penelitian lainnya dari Winstanley, J., & White, E. (2013) dengan mengadopsi
keperawatan model proctor yang terdiri dari tiga fungsi meliputi normatif, formatif, dan
restoratif. Penerapan supervisi klinis ini memiliki manfaat untuk meningkatkan perasaan
termotivasi dan kesejahteraan pribadi, selain itu dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran diri dalam menyelesaikan masalah klinis, meningkatkan kepercayaan diri,
menekan ketegangan emosional, meningkatkan nilai moral, meningkatkan kepuasan
kerja, menurunkan angka kehadiran, serta dapat meningkatkan partisipasi.

B.Supervisi Klinis Model Reflektif


Model refleksi tetap relevan sampai saat ini (Benner, 1984: Atkins & Murphy, 1993,
1997). Dalam praktik reflektif secara terperinci dijelaskan oleh Driscrool (2000), dalam
supervisi klinis merupakan proses refleksi yang dipandu, dimana supervisor membantu
supervisee dengan menggunakan pertanyaan pemicu untuk membimbing perawat melalui
proses reflektif yang aktif dengan tujuan untuk lebih memahami praktik keperawatan dan
bagaimana hal itu dapat mempengaruhi individu perawat/ kepribadian individu.

Hasil penelitian dari Wright, J. (2012) Praktik reflektif dapat memberikan dukungan
dalam supervisi klinis dalam pembelajaran dan pengembangan praktik. Setiap opini,
memori, pengalaman dalam praktek klinik dievaluasi secara kritis melalui proses
reflektif. Tujuan dari praktik reflektif yaitu mempelajari tindakan yang dilakukan
sebelumnya untuk mengetahui tindakan apa yang harus ditingkatkan dikemudian hari,
15
melalui praktek reflektif dapat mengungkapkan kendala dalam praktek yang dilakukan,
supervisee bisa mengungkapkan informasi yang lebih personal antara lain keadaan emosi,
psikologi, pengalaman yang menjadi hambatan dalam melaksanakan perannya. Oleh
karena itu dalam proses supervisi klinis disarankan untuk menerapkan praktik reflektif
dengan harapan bahwa tidak ada budaya menghakimi melainkan ada proses evaluasi
untuk mengetahui pada bagian mana yang harus di atasi dan ditingkatkan.

Penelitian dari Dawson, M., et al (2012) tentang pengalaman supervisi klinis dari segi
perspektif supervisee dengan menggunakan alat ukur MCSS (The Manchester Clinical
Supervision Scale) menunjukkan penyediaan waktu dan dukungan pribadi dari supervisor
mendapatkan skor yang paling rendah. Oleh karena itu dalam kegiatan supervisi klinis
penyediaan waktu dan dukungan pribadi perlu untuk ditingkatkan.

Penggabungan kedua model supervisi klinis diperlukan dalam mencapai pelaksanaan


supervisi klinis yang efektif.

C. Modifikasi Reflektif Proctor


Efektifitas supervisi keperawatan melalui evidenced based dan hasil sintesa menyatakan
supervisi yang paling efektif adalah supervisi Proctor. Supervisi Proctor terdiri 3 fungsi
yaitu fungsi normatif, formatif, dan restoratif (Lynch et al, 2010). Dalam fungsi formatif
terdapat praktik reflektif namun dalam Proctor reflektif tidak mengeksplore tentang
pengalaman personal (Dawson, M., et al 2012). Oleh karena itu perlu adanya model
reflektif dalam supervisi klinis untuk mengidentifikasi pengalaman personal dari objek
yang akan disupervisi. Hal ini didukung oleh penelitian Edward et al (2005) bahwa dalam
pelaksanaan supervisi klinis dengan memberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah pribadi sesuai dengan tingkat kebutuhan.

16
Fungsi Pengembangan
Normatif profesionalitas

Fungsi Keterampilan &


Proctor Formatif Pengetahuan
Supervisi
Klinis

Fungsi Dukungan/
Restoratif Fasilitasi

Evaluasi
Reflektif Pengalaman
Praktek

Gambar 1. Supervisi Klinis Modifikasi Reflektif Proctor

KESIMPULAN
Pengembangan dari supervisi klinis menjadi fokus dalam pengembangan mutu pelayanan
keperawatan, oleh karena itu kesenjangan antara teori berdasarkan evidence-based nursing practice
dengan pelaksanaan praktik supervisi klinis di lapangan harus berkesinambungan agar tercapainya
pelaksanaan supervisi klinis yang efektif. Tentunya dalam proses tersebut membutuhkan kerja sama
yang baik antara supervisor, supervisee, managemen, organisasi dan policy yang ada.
Efektifitas supervisi keperawatan melalui evidence based literature review mendapatkan
supervisi yang paling efektif adalah supervisi proctor. Supervisi proctor terdiri dari 3 fungsi yaitu fungsi
normatif, formatif, dan restoratif. Dalam fungsi formatif terdapat pratik reflektif namun dalam proctor
reflektif tidak mengeksplore tentang pengalaman personal. Oleh karena itu perlu adanya model
supervisi reflektif untuk mengidentifikasi pengalaman personal dari objek yang akan disupervisi.

DAFTAR PUSTAKA
Bifarin, O., & Stonehouse, D., (2017): Clinical Supervision: an Important Part Of Every
Nurse’s Practice, British Journal of Nursing, Vol 26, 331-335.

Brunnerro, S. & Stein Parburry, J., (2008): The Effectiveness of Clinical Supervision in Nursing:
an Evidenced Based Literature Review, Australian Journal of Nursing, Vol. 25, 87–94.

17
Butterworth T, Bishop V, Carson J., (1996): First steps towards evaluating clinical supervision
in nursing and health visiting. 1. Theory, policy, and practice development, A review,
Journal of clinical nursing, 5, 2, 127-32.

Dawson, M., Phillips, Bev., & Leggat, S, G., (2012): Effetive clinical supervision for regional
allied health professionals – the supervisee’s perspective, Australian Health Review, 91–
97.

Dawson, M., Phillips, Bev., & Leggat, S, G., (2012): Effetive clinical supervision for regional
allied health professionals – the supervisor’s perspective, Australian Health Review, 91–
97.

Donabedian, A., (1980): Aspects of medical care administration, Harvad:

University, Press.

Edwards D, Cooper L, Burnard P et al., (2005): Factors influencing the effectiveness of clinical
supervision, Article first published online.

Feng, X. Q., Acord, L., Cheng, Y. J., Zeng, J. H., & Song, J. P., (2011): The relationship
between management safety commitment and patient safety culture, International Nursing
Review.

Kurniadi A., (2013): Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya (Teori, konsep, dan aplikasi),
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Li, Mien., (2016): Hospitalized patients’ satisfaction with their nursing care: An integrative
Review, Singapore nursing Journal.

Lynch L., Hancox, K., Happer, B.,& Parker., (2008): Clinical supervision for nurse, United
Kingdom; Willey-Blackwell.

McMahon, M., & Simons, R., (2004): Supervision training for professional counselors: An
exploratory study, Conselor education and Supervision.

Nursalam., (2014): Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional,


Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Medika.

Pearce, P., Philips, B., Dawson, M., & Leggat, S. G., (2013): Content of Clinical Supervision
Sessions for Nurse and Allied Health Professionals. A systematic Review, Clinical
governance: an intenational Journal.

Royal College of Nursing., (2001): Clinical Supervision in the workplace:

guidance for occupational health nurses, London: The Royal College of Nursing.

18
Sharrock, J., Javen, L., & McDonald, S., (2013): Clinical Supervision for Transition to
Advanced Practice, Perspective in Psychiatric Care. 118-125.

Siswanto., (2010): Systematic Review Sebagai Metode Penelitian Untuk Mensintesis Hasil –
Hasil Penelitian, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 13. 326-333.

Sri Haryati, Rr Tutik., (2010): Mengenal Sistematic Review Theory dan Studi Kasus, Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol 13. 124 -132.

Suali & Bachtiar., (2009): Manajemen keperawatan dengan aplikasi pendekatan praktis,
Jakarta: Erlangga.

Sugiharto & Sigit A., (2012): Manajemen Keperawatan: Aplikasi MPKP di rumah sakit, Jakarta:
EGC.

Suyanto., (2008): Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di Rumah Sakit,


Jogjakarta: Mitra Cendekia Jogjakarta.

Swanburg, R. C., (1990): Introduction management and leaership for clinical nurses, Ed. 2,
Toronto: Joners and Barlett Publisher.

Winstanley, J., & White, E., (2003): Clinical Supervision: Models, Measure, and Best Practice,
Nurse Researcher, Vol. 10, 7-38.

Wright J., (2012): Clinical Supervision: a review of the evidence base, Nursing standard, RCN
Publishing, Vol. 27, 44-50.

19

Anda mungkin juga menyukai