KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Allamiin, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa
atas selesainya Pedoman Pelayanan Asuhan Pasien Rumah Sakit YARSI edisi pertama ini.
Pedoman ini dibuat dan disusun bersama untuk kepentingan pelayanan di Rumah Sakit YARSI.
Maksud dan tujuan disusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan bagi tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien
Rumah Sakit YARSI memandang perawatan yang diberikan adalah sebagai bagian dari suatu
sistem terpadu yang mencakup : layanan, pekerja dan professional kesehatan serta berbagai
level perawatan. Semua itu merupakan suatu proses perawatan berkelanjutan (continum of
care). Tujuannya adalah mencocokkan kebutuhan pasien dengan layanan yang tersedia,
mengkoordinasikan layanan di rumah sakit secara terpadu kepada pasien untuk kemudian
merencanakan asuhan pasien. Hasilnya adalah perbaikan hasil perawatan dan pemanfaatan
sumber daya yang ada secara lebih efisien.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh staf
yang terlibat dalam penyusunan Pedoman ini. Kami menyadari bahwa seiring berjalannya
waktu pedoman ini perlu dilakukan penyesuaian tentang mekanisme pelayanan kepada pasien
untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik di Rumah Sakit YARSI.seiring dengan
perkembangan rumah sakit. Namun demikian kami memandangnya sebagai awal yang penting
dalam upaya memajukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit YARSI.
Ditetapkan oleh
Ditujukan kepada:
Seluruh staf RS YARSI yang terlibat dalam pemberian pelayanan pasien
Dokumen Terkait:
a) Panduan Tata Naskah Dokumen Regulasi Rumah Sakit
Ya Tidak Keterangan
Direktur – Sekretariat √ Dokumen Asli
Wakil Direktur √ Salinan
DAFTAR DISTRIBUTION
DAFTAR ISI
1.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. DEFINISI…...………………………………………….…..…………………………..………….…. 5
4. BAB IV DOKUMENTASI
4.1. DOKUMENTASI …………………..……………..…………….………………….…………… 47
4.2. PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI ..……………..………………………….………… 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk
pasien. Agar dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai dengan
kebutuhan pasien, juga untuk menjalankan prinsip ”satu level perawatan yang
bermutu” keseragaman pemberian pelayanan kepada pasien tanpa membedakan
waktu, faktor ekonomi, sosial, agama, ras, suku, bangsa, maka dibutuhkan adanya
perencanaan dan koordinasi kerja yang baik.
1.1.2. Rumah sakit melayani beragam pasien dengan aneka ragam kebutuhannya.
Beberapa pasien dianggap berisiko tinggi karena usianya, kondisinya ataupun sifat
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 4 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
kritis dari kebutuhannya. Pasien anak dan pasien lanjut usia/lansia umumnya
dianggap masuk dalam kelompok risiko tinggi karena seringkali mereka tidak
dapat bicara untuk diri mereka sendiri, tidak mengerti proses pelayanan dan tidak
dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait dengan pelayanan
terhadap diri mereka sendiri. Demikian pula pasien ketakutan, bingung, koma,
peralatan yang kompleks diperlukan untuk mengatasi kondisi yang mengancam
nyawa, sifat dari pengobatan itu sendiri (penggunaan darah / produk darah),
potensi cedera pada pasien (pengekangan / restraint), maupun pasien dalam
keadaan emergency tidak dapat memahami proses pelayanan di saat pelayanan
harus diberikan dengan cepat dan efisien.
1.1.3. Pedoman dan prosedur merupakan alat penting bagi staf untuk dapat memahami
pasien-pasien dan jenis-jenis pelayanan ini sehingga dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
1.1.4. Dilain pihak pasien dengan masalah yang sama berhak mendapatkan mutu
pelayanan yang sama disemua unit di rumah sakit. Mengingat hal ini maka
diperlukan adanya kebijakan dan prosedur disetiap unit agar dapat memberikan
pelayanan yang seragam setiap hari maupun saat hari minggu atau hari libur
besar. Dengan pelayanan yang seragam akan memberikan dampak, baik pada
efisiensi dan memudahkan dalam melakukan evaluas
1.2. Definisi
1.2.1. Asuhan pasien adalah semua tindakan yang diberikan pada pasien seperti
tindakan medis dan, pengobatan, tindakan perawatan serta tindakan lainnya
yang diberikan pada pasien sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien
pulang dari rumah sakit
1.2.2. Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan individual yang dilandasi ilmu
klinik, merupakan upaya kesehatan perorangan yang meliputi aspek
pencegahan primer, pencegahan skunder meliputi deteksi dini dan pengobatan
serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik yang
secara maksimal dilakukan oleh dokter. (KepMenKes RI No.
666/MENKES/SK/VI/2007)
1.2.3. Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,
diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap
diruang rawat inap pada sarana kesehatan yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap. (KepMenKes RI No. 666/MENKES/SK/VI/2007)
1.2.4. Perawatan pasien adalah implementasi yang sistematis dari pengetahuan,
keterampilan yang spesifik yang memenuhi kebutuhan bio, psiko, sosio,
spiritual, kultural yang bertujuan mengatasi kondisi sakit maupun kelemahan
pasien.
1.2.5. Terintegrasi adalah melibatkan banyak praktisi pelayanan kesehatan dan dapat
melibatkan berbagai unit kerja dan pelayanan menjadi kesatuan yang utuh
1.2.6. Pasien risiko tinggi adalah pasien yang rentan terhadap kejadian yang dapat
membahayakan diri pasien
1.2.7. Pelayanan risiko tinggi adalah pelayanan yang rentan terhadap hal-hal yang
dapat membahayakan pasien
1.2.8. Gawat Darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang memberikan pelayanan
terutama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
1.2.9. Falsafah Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan pada
pasien sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan tanpa membedakan sosial,
ekonomi, agama dan ras akan menurunkan angka kematian dan kecacatan
1.2.10. Cedera adalah masalah kesehatan yang didapat atau dialami sebagai akibat
kecelakaan.
1.2.11. Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
1.2.12. Triage adalah pengelompokkan korban berdasarkan atas berat ringannya
trauma/penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
1.2.13. Koma adalah suatu keadaan dimana pasien tidak dapat merespon rangsangan
dari luar (disekitarnya) dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 6 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
1.2.23. Gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek yang ada pada lanjut
usia (fisik, mental, dan psikososial).
1.2.24. Disability biasanya dihubungkan dengan kehilangan kemampuan untuk
melakukan aktivitas secara normal.
1.2.25. Pasien anak adalah pasien yang berumur di bawah 13 tahun
1.2.26. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik, dan
atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan
baginya untuk melakukan kegiatan secara layaknya, yang terdiri dari
penyandang cacat fisik, cacat mental.
1.2.27. Penyandang cacat fisik anak adalah seorang anak yang mempunyai kecacatan
yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain penglihatan,
pendengaran, kemampuan bicara
1.2.28. Pasien Tunanetra adalah pasien yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi
penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan (Kaufman & Hallahan)
1.2.29. Pasien Tunarungu/Tunawicara adalah pasien yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki
hambatan dalam berbicara.
1.2.30. Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang dalam pertumbuhan dan
perkembangannya berbeda dengan anak normal lainnya. Anak-anak ini
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap lingkungannya, terutama dari
orangtua dan saudara-saudaranya yang lain.
1.3. TUJUAN
Tujuan dari pedoman pelayanan pasien ini adalah
1.3.1. Menyediakan acuan kerja untuk menjamin pemberian pelayanan yang seragam
untuk semua pasien
1.3.2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini berlaku untuk semua staf yang bertugas memberikan pelayanan pada
pasien dimanapun dalam ruang lingkup Rumah Sakit YARSI Bekasi
2.2. TANGGUNG JAWAB
2.2.1. Direktur RS YARSI bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pedoman atau
mekanisme tersebut sudah benar diimplementasikan, dipantau secara
menyeluruh dan dapat di akses juga dimengerti oleh pihak terkait
2.2.2. Wakil Direktur Pelayanan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa untuk
semua Kepala Bidang/Kepala Instalasi telah:
a. Mensosialisasikan dan melaksanakan pedoman/mekanisme tersebut di area
tanggung jawab mereka masing-masing
b. Memastikan semua staf di dalam lingkup tanggung jawab mereka tersebut
terinformasi tentang pedoman/mekanisme dan prosedur untuk identifikasi
pasien dengan benar
2.2.3. Kepala Bidang/Kepala Bagian/ Kepala Instalasi yang terlibat didalam ruang
lingkup pedoman/mekanisme pelayanan pasien ini sesuai dengan bidang
manajemennya dan harus memastikan bahwa :
6. Kualifikasi
a) Perawat :
i. Pendidikan minimal S1 Ners
ii. Memiliki pengalaman klinis sebagai profesional
pemberi asuhan (PPA) minimal 3 tahun
iii. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang rawat
minimal 2 tahun
b) Dokter :
i. Memiliki pengalaman minimal 3 tahun dalam
pelayanan klinis di rumah sakit
ii. Memiliki pengalaman sebagai dokter ruangan minimal
1 tahun.
7. Pelatihan tambahan
a) Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait
dengan penyusunan dan penerapan SPO Pelayanan
Kedokteran yang terdiri dari Panduan Praktik Klinis, Alur
Klinis (Clinical Pathway), Algoritme, Protokol, Standing Order
dan sebagainya.
b) Pelatihan Pelayanan Fokus pada Pasien (PFP) / Patient
Centered Care (PCC).
c) Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan
nasional, INA-CBG’s
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 20 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
d) Salah tindakan
e) Salah posisi
2. Penanganan dapat dengan: Prosedur cuci tangan sesuai standar,
Memastikan kesterilan alat-alat yang digunakan saat tindakan,
memastikan pasien dalam kondisi lingkungan yang aman,
Prosedur identifikasi pasien dengan benar, universal precaution,
melakukan teknik aseptic sebelum memasang alat invasive, lokasi
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
3.2.3. EARY WARNING SYSTEM (EWS)
a. Penilaian untuk mengukur peringatan dini ini menggunakan Early Warning
Score yang terdiri dari :
1. National Early Warning Score (NEWS)
a) NEWS digunakan pada pasien dewasa (berusia 16 tahun atau
lebih)
b) NEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit
akut, mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon
klinis yang tepat waktu dan sesuai.
c) NEWS tidak digunakan pada:
i. Pasien berusia kurang dari 16 tahun
ii. Pasien hamil
iii. Pasien dengan PPOK
d) NEWS juga dapat diimplementasikan untuk asesmen
prehospital pada kondisi akut oleh first responder seperti
pelayanan ambulans, pelayanan kesehatan primer,
Puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien
sebelum diterima rumah sakit tujuan.
2. Pediatric Early Warning Score (PEWS)
a) PEWS digunakan pada pasien anak/ pediatrik ( berusia saat lahir-
16 tahun)
b) PEWS dapat digunakan untuk untuk mengasesmen pengakit akut,
mendeteksi penurunan klinis, dan menginisiasi respon klinis yang
tepat waktu dan sesuai.
c) PEWS tidak digunakan pada:
i. Pasien dewasa lebih dari 16 tahun
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 32 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
n. Kegiatan EWS :
a) Tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, detak jantung,
pernapasan, dll) secara rutin dicatat di ruang perawatan di seluruh
rumah sakit secara langsung.
b) Dengan sistem skor peringatan dini setiap tanda vital dialokasikan
dengan nilai numerik dari 0 hingga 3, pada grafik observasi
berkode warna (Skor 0 paling diinginkan dan skor 3 paling tidak
diinginkan). Pemberian Skor merujuk pada Tabel EWS & Code
Blue
3.2.4. PASIEN RESUSITASI
a. Pemanggilan tim kode biru :
1. Tim kode biru dipanggil dengan cara :
a) Petugas yang menemukan pasien dengan henti jantung dan
atau henti napas langsung menekan tombol emergency
(warna merah) yang ada pada setiap kamar. Penekanan
tombol emergency ini akan langsung terhubung ke pager kode
biru.
b) Petugas yang menemukan pasien dengan henti jantung dan
atau henti napas meminta bantuan petugas lainnya untuk
menghubungi nomor universal “2222” dengan menyebutkan
4. Pembatasan Psikologis
a) Dapat meliputi: pemberitahuan secara konstan / terus-
menerus kepada pasien mengenai hal-hal yang tidak boleh
dilakukan atau memberitahukan bahwa pasien tidak
diperbolehkan melakukan hal-hal yang mereka inginkan
karena tindakan tersebut berbahaya.
b) Pembatasan ini dapat juga berupa pembatasan pilihan gaya
hidup pasien, seperti memberitahukan kepada pasien
mengenai waktu tidur dan waktu bangunnya. Contoh lainnya:
pembatasan benda-benda / peralatan milik pasien, seperti:
mengambil alat bantu jalan pasien, kacamata, pakaian sehari-
hari, atau mewajibkan pasien menggunakan seragam rumah
sakit dengan tujuan mencegah pasien untuk kabur / keluar.
c) Jika suatu tindakan memenuhi definisi restraint, hal ini tidak
secara otomatis dianggap salah / tidak dapat diterima.
d) Penggunaan restraint secara berlebihan dapat terjadi, tetapi
pengambilan keputusan untuk mengaplikasikan restraint
bukanlah suatu hal yang mudah. Suatu diskusi yang
mendalam mengenai aspek etik, hukum, praktik, dan
profesionalisme dilakukan untuk membantu tenaga kesehatan
(misalnya perawat) memahami perbedaan antara penggunaan
restraint yang salah/ tidak dapat ditolerir dengan kondisi yang
memang memerlukan tindakan restraint.
e) Tidaklah memungkinkan untuk membuat suatu daftar
mengenai jenis restraint apa saja yang dapat diterapkan
kepada pasien dikarenakan pengaplikasiannya bergantung
pada kondisi pasien saat itu.
f) Suatu pembatasan fisik/ mekanis/ kimia dapat diterapkan
pada suatu kondisi tertentu, tetapi tidak pada kondisi lainnya
b. Indikasi
1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan
dirinya sendiri dan atau orang lain
2. Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hukum) yang dirawat
di rumah sakit
3. Pasien yang membutuhkan tata laksana emergensi (segera) yang
berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien
4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di
ruangan yang aman
3.2.10. PELAYANAN PASIEN KEMOTERAPI DAN TERAPI LAIN YANG BERESIKO TINGGI
a. Pelayanan Kemoterapi
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 66 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
Oleh sebab itu, penanganan obat ini harus dilakukan secara hati-hati
oleh tenaga yang terlatih dengan teknik yang baik dan aseptis
dengan menggunakan peralatan dan ruangan yang dapat menjamin
keamanan petugas dari keterpaparan obat kanker dan juga menjaga
sterilitas produk. Tujuannya adalah untuk melindungi petugas dan
lingkungan, menjamin sterilisasi akhir dan menghindari terbuangnya
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 67 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
4. Kemoterapi neo-adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan atau tindakan yang
lain seperti pembedahan atau radiasi kemudian dilanjutkan
dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan
massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih
berhasil guna.
d. Indikasi Kemoterapi
Terdapat beberapa indikasi atau persyaratan sebelum kemoterapi
dapat dilaksanakan, antara lain :
1. Pemeriksaan lengkap tentang pasien.
a) Dapatkan informasi riwayat penyakit dahulu dan sekarang.
b) Pemeriksaan klinis lengkap, pemeriksaan laboratorium dan
radiologis.
c) Hasil pemeriksaan Histologis/Sitologi.
d) Klasifikasi stadium penyakit (I,II,III,IV) yang digunakan
(misalnya TNM/FIGO).
2. Keterangan tentang riwayat penyakit dan gejala penyakit
a) Gejala awal khususnya; kelemahan, demam, pruritus, keringat
malam, penrunan berat, nyeri visceral, nyeri tulang, batuk, dan
gangguan gastro-intestinal.
b) Pengobatan sebelumnya (pembedahan, radioterapi, dan
kemoterapi), serta hasilnya.
3. Pemeriksaan klinik
a) Tinggi badan dan berat badan untuk menghitung luas
permukaan tubuh.
b) Pemeriksaan fisik lengkap; dengan penelitian khusus
pembesaran hati, splenomegali, massa di abdomen,
pembesaran kelenjar, efusi pleura dan asites seta tanda-tanda
gangguan neurologi.
c) Pengukuran massa tumor.
4. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah perifer lengkap
b) BMP pada kasus dengan kelainan darah perifer dan untuk
penetapan stadium.
c) Fungsi liver, laju endap darah, serum kreatinin, kreatinin
clearance, asam urat darah, dan pemeriksaan lain tergantung
kebutuhan.
5. Pemeriksaan radiologis
a) Thoraks foto
b) Bone survei (mis.pada myeloma, kanker payudara)
c) Bone scan (pada kanker payudara, dimana alat tersedia)
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 69 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
Doxorubicin 100 50 25 0
Etoposide 100 50 0 0
Metrotrexaat 100 100 75 0
Vinblastine 100 50 0 0
vincristine 100 50 0 0
2. Peningkatan dosis
Namun sebaliknya apabila efek samping minimal, selama dua
siklus berturut-turut pemberian dosis dapat dinaikkan untuk
mencapai efek terapetik sebesar-besarnya.
Tabel 4 Kriteria penyesuaian dosis berdasarkan derajat
mielosupresi
Berdasarkan hitung granulosit terendah pada siklus sebelumnya
(ribu/ml)
Dosis pada siklus
Kadar granulosit Kadar trombosit
berikutnya
>1,5 >150 50% meningkat
1-1,5 100-150 25% meningkat
0,5-0,9 50-99 Tetap
0,25-0,49 25-49 25% menurun
<0,25 <25 50% menurun
1. Intravena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa
bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula perdrip IV sekitar
30-120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan
infusion pump supaya lebih akurat tetesannya.
2. Oral
Pemberian peroral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran,
Myleran, Natulan, Puri-netol, Hydrea, Tegafur, Xeloda, Gleevec.
3. Subcutan (SC) dan Intramuskular (IM)
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya
adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok
anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan,
biasanya pemberian Bleomycin.
4. Intratekal (IT)
Diberikan ke dalam canallis medulla spinalis untuk memusnahkan
tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX,
Ara.C.
5. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoenal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis
yang banyak pada kanker ganas intra abdomen, antara lain
Cisplatin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan ke dalam cavum
pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura
atau untuk menghentikan produksi efusi pleura hemoragis yang
amat banyak, contohnya Bleocin.
j. Efek samping Kemoterapi
Pada pelaksanaan kemoterapi dengan sitostatika, selain efek
terapetik yang amat mengesankan, terdapat pula efek samping yang
kadang kala sangat mengkhawatirkan. Untuk itu supaya efektif
(berdaya guna) dan efisien (tepat guna), serta mengurangi efek
samping, perlu dipertimbangkan beberapa faktor dan cara dengan
mengevaluasi beberapa prosedur klinis sebelum pelaksanaan
kemoterapi. Faktor yang harus dipertimbangkan :
1. Faktor obat
a) Pemilihan obat; obat harus sensitif terhadap tumor.
b) Dosis; harus maksimal untuk tumor namun masih dapat
ditoleransi oleh tubuh.
c) Rute pengobatan; intravenus untuk sistemik, intraarterin atau
intracaviti untuk regional kemoterapi
produk tumor yang lisis antara lain asam urat masuk dalam
peredaran darah menyebabkan hiperurisemi.
4. Pengelolaan efek samping kemoterapi
Efek samping kemoterapi sebagai akibat kemoterapi dapat
digolongkan sebagai berikut :
a) Efek samping cepat (immediate) atau akut, dapat terjadi
dalam beberpa detik sampai 30 menit misalnya : syok
anafilaktif, aritmia cordis, nyeri daerah suntikan.
b) Efek samping segera (early), terjadi 30 menit sampai 72 jam,
misalnya : mual, muntah, demam, reaksi hipersensitivitas, flu-
like syndrome, cystitis.
c) Efek samping agak lambat (intermediate), terjadi dalam 72
jam sampai beberapa hari misalnya : Depresi sumsum tulang
terjadi sesudah 1-3 minggu (untuk obat myelosupressive pada
umumnya) atau 4-6 minggu (untuk golongan nitrosourea),
stomatitis, diare, alopecia, neuropati, perifer, ileus paralitik,
toksisitas pada ginjal, penekanan sistem kekebalan tubuh.
d) Efek samping lambat (late), terjadi pada beberapa bulan
misalnya : hiperpigmentasi kulit, kerusakan pada organ vital
(Jantung-Adriamycin, Paru-Bleomycin dan Busulfan, Liver-
Metotrexate) efek pada sistem endokrin (Feminisasi,
Virilisasi), Efek karsinogenik (Kanker sekunder).
5. Pemantauan efek samping kemoterapi
Hal-hal yang perlu dipantau dari efek samping kemoterapi adalah
target organ, jenis toksititas yang terjadi, gradasi dan
penanggulangan.
a) Sumsum tulang
Efek samping sitostatik terhadap sumsum tulang perlu
mendapat perhatian utama. Semua obat sitostatik kecuali
steroid, bleomycin, dan L-Asparaginase dapat menyebabkan
supresi tulang. Toksisitas yang ditimbulkan umumnya
leucopenia dan trombositopenia. Leukopenia akan
menyebabkan infeksi yang disebut febrile neutropenia, infeksi
ini dapat berkembang menjadi septicaemia yang dapat
berakibat fatal, sedang trombositopenia terutama yang berat
dapat menyebabkan pendarahan yang dapat berakibat fatal
pula. Penanggulangannya adalah menunda pemberian atau
menyesuaikan dosis sitostastik apabila kadar leukosit darah
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 75 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
l. Uraian Tugas
Uraian tugas atau uraian pekerjaan (job description) adalah suatu
catatan yang sistematis tentang tugas, wewenang dan tanggung
jawab suatu jabatan tertentu, yang didefinisikan berdasarkan fakta-
fakta yang ada. Job Description harus dapat menjelaskan dan
berfokus pada pekerjaan itu sendiri dan bukan kepada personil yang
mengisi pekerjaan tersebut. Penyusunan job description ini sangat
penting, terutama untuk menghindarkan terjadinya perbedaan
pengertian sehingga dapat menghindari pekerjaan rangkap, serta
untuk mengetahui batas-batas tanggung jawab dan wewenang
masing-masing jabatan.
Beberapa manfaat adanya job description bagi suatu organisasi,
antara lain :
1. Bagi atasan, untuk dapat memaksimalkan peran dan tanggung
jawab bawahan dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pimpinan Organisasi, sebagai pemimpin untuk dapat memimpin
dan memberikan motivasi agar setiap personil sebagai pemegang
jabatan menghasilkan kinerja optimal.
3. Pemegang jabatan, sebagai panduan dan pedoman kerja serta
mengetahui apa yang harus dilakukan dan diharapkan dari
organisasi. Dengan adanya panduan dan pedoman kerja, segala
pikiran, usaha, dan energi dapat difokuskan dalam pekerjaan.
4. Perekrut, dalam proses rekruitmen personil bagian perekut dapat
mengetahui kandidat yang tepat dan paling cocok sesuai
kebutuhan jabatan.
5. Trainer, untuk mengetahui kebutuhan pelatihan bagi pemegang
jabatan. Dengan kebutuhan yang spesifik secara langsung
berdampak terhadap peningkatan kinerja pemegang jabatan.
6. Assessor, dalam kaitan pengukuran kinerja, assessor dapat
melakukan analisis terhadap pemegang jabatan dengan
menggunakn tool seperti competency assessment dan in-depth
interview.
7. Perencana Karir (Succession Planner), untuk menempatkan
individu sesuai dengan peran, tanggungjawab dan kebutuhan
organisasi.
8. Perencanaan dan Pengembangan Organisasi (Organization
Development dan Planner), untuk membuat perencanaan
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 83 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
m. Fasilitasi Kemoterapi
Sebelum kita memulai melaksanakan kegiatan preparasi obat
sitostatika yang aman dan menghasilkan produk yang bermutu, harus
disusun dahulu standar prosedur kerja sebagai panduan petugas
dalam melaksanakan kegiatan.
1. Standar Prosedur Kerja meliputi :
a) Fasilitas fisik yang dibutuhkan untuk melindungi petugas dan
produk
b) Pakaian pelindung yang melindungi petugas dan produk
c) Prosedur pelatihan untuk personal
d) Teknik khusus yang diperlukan untuk safe handling cytotoxic
e) Prosedur pembersihan tumpahan obat
f) Prosedur pemberian label, pengemasan, transportasi dan
pembuangan limbah cytotoxic
2. Fasilitas fisik
Fasilitas yang terdapat di ruang kemoterapi terdiri dari :
a) Clean room
Ruang sterilisasi penanganan obat kanker terdiri dari :
i. Ruang administrasi
ii. Ruang antara Yaitu ruang yang terletak antara ruang
cuci
tangan dan clean room (barrier) pada ruangan ini
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 85 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
n. Peralatan Kemoterapi
1. Ruang kemoterapi
Peralatan yang digunakan di ruang kemoterapi antara lain :
a) Spuit 1cc; 2,5cc; 5cc; 10cc; 20cc; 50cc
b) Needle no.18 dan no 21
c) Kolf infus: 100 ml, 250 ml, 500ml
d) Kassa besar
e) Kassa kecil
f) Alumunium foil
g) Chemotherapy preparation mats (alas kemoterapi)
Alas ini digunakan di meja kerja, gunanya untuk menyerap
tumpahan yang mungkin terjadi selama bekerja,
(menggunakan underpad).
h) Chemotherapy disposible bag Kantong untuk menampung
buangan selama bekerja di dalam ruang.
i) Chemotherapy waste container, Kantong pembuangan
berukuran besar (2galon) yang berfungsi sebagai kantong
pembuangan terakhir.
j) Chemotherapy spillkit, yang berisi perlengkapan untuk
mengatasi tumpahan, terdiri dari :
i. Baju pelindung
ii. Sarung tangan
iii. Tutup kepala
iv. Masker
v. Handuk/lap tebal
vi. Kantong plastic tebal
vii. Emergency kit, yang berisi perlengkapan untuk
mengatasi kecelakaan saat kemoterapi, terdiri dari :
- Cairan NaCl 0,9% 500 cc
- Larutan pencuci mata steril
- Sabun cair
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 88 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
- Larutan klorin 5%
- H2O2 3%
k) Chemocheck; chek list dan protocol kemoterapi
l) Format laporan kecelakaan
2. Ruang Perawatan
Fasilitas yang tersedia di ruang perawatan pasien yang mendapat
kemoterapi, hampir tidak ada bedanya dengan fasilitas ruang
perawatan umum. Dikhususkan, dalam penanganan ekskresi dari
pasien setelah menjalani kemoterapi, yakni : Menolong BAK, BAB,
mandi, muntah pakailah proteksi, minimal sarung tangan. Urinal,
pispot, bengkok bersihkan dengan deterjen dan air bersih.
Kemudian, untuk alat-alat tenun yang terkontaminasi, dapat
dilakukan dengan : Rendam dengan deterjen selama 1/2 - 1 jam
dan bilas dengan air bersih.
Kontaminasi dapat terjadi pada saat: Pengambilan kembali obat
melalui jarum, Mengganti botol infus/ selang, Kontak melalui
makanan/minuman, Makan, merokok di daerah persiapan, Saat
membuang alat yang terkontaminasi, Kontak dengan ekskresi
klien.
3. Ruang Farmasi
Fasilitas yang tersedia di ruang farmasi adalah semua jenis obat
kemoterapi sesuai yang diresepkan oleh dokter sesuai dengan
yang dibutuhkan pasien
o. Prosedur Pelayanan Kemoterapi
1. Pengertian
Prosedur adalah istilah lain untuk tahapan atau langkah-langkah,
biasanya terkait dengan suatu proses kerja (Contoh: Prosedur
Pencatatan Surat Keluar, Prosedur Perekrutan Karyawan,
Prosedur Pemberian Obat Kemoterapi, dan lain-lain). Prosedur
dapat bersifat baku (tertulis) dan tidak baku; namun sebaiknya
baku atau standar. Prosedur dapat diuraikan dalam bentuk
deskripsi ataupun gambar.
Operasional adalah istilah yang merujuk pada kegiatan atau kerja,
biasanya merupakan hal yang terjadi di suatu perusahaan,
termasuk RS. Operasional atau kegiatan/kerja bisa bersifat rutin
dan non rutin. Setiap operasional/kegiatan juga biasanya memiliki
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 89 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
iv. Jika kulit tidak sobek seka area dengan kassa yang
dibasahi larutan chlorin 5%. Jika kulit sobek pakai
larutan H2O2 3%
v. Catat jenis obat dan kemungkinan disiapkan anti dot
khusus
vi. Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
vii. Laporkan ke coordinator
viii. Lengkapi format kecelakaan
tahun sebelumnya
b) Mengumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar
dengan melakukan survey pasar, kemudian tentukan harga
rata-rata bahan makanan.
c) Membuat pedoman berat bersih bahan makanan yang
digunakan dan dikonversikan kedalam berat kotor.
d) Menghitung indeks harga makanan perorang perhari dengan
cara mengalikan berat kotor bahan makanan yang
digunakan dengan harga satuan sesuai konsumen (pasien
dan pekerja) yang dilayani.
e) Menghitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah
konsumen/pasien yang dilayani dalam 1 tahun dikalikan
indeks harga makanan).
f) Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada Manajer
Penunjang Medis RS YARSI untuk dilaporkan kepada
manajemen.
g) Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur
administratif yang berlaku.
e. Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci,
memotong, menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar
resep, standar bumbu dan jumlah pasien yang dilayani.
f. Pemasakan bahan makanan
Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah
(memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
1. Macam Proses Pemasakan di Instalasi Gizi RS YARSI:
a) Pemasakan dengan medium udara, seperti :
memanggang/mengoven
b) Pemasakan dengan medium air, seperti : merebus
(memasak dengan banyak air), menyetup (memasak dengan
sedikit air).
c) Pemasakan dengan menggunakan lemak, seperti
menggoreng.
d) Pemasakan langsung melalui dinding panik, seperti:
menyangrai.
g. Distribusi makanan
Adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai
dengan jenis makanan dan jumlah porsi kepada pasien dan
penunggu.
Tujuan: Konsumen/pasien mendapat makanan sesuai diet dan
ketentuan yang berlaku.
Pendistribusian Makanan di Instalasi Gizi RS YARSI adalah distribusi
makanan yang dipusatkan (sentralisasi) yaitu makanan dibagi dan
disajikan dalam alat makan diruang produksi makanan (portioning
area).
1. Tujuan
a) Tujuan umum
Memberi pelayanan gizi dan tata laksana gizi yang sesuia
dengan kebutuhan pasien
b) Tujuan khusus
i. Memberikan asupan makanan yang sesuai dengan
kondisi aktual pasien
ii. Menyusun dan memberikan intervensi gizi yang lebih
tepat
iii. Memepertahankan dan meningkatkan status gizi pasien
iv. Mempercepat proses penyembuhan
2. Sasaran : pasien
3. Mekanisme kegiatan
a) Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan
skrining/penapisan gizi oleh ahli gizi/perawat ruangan dan
penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang
berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi
khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan
metabolik; hemodialisis; anak; geriatrik; kanker dengan
kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas
menurun; sakit kritis dan sebagainya. Skrining dilakukan pada
pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS. Metoda
skrining yang digunakan di RS YARSI dengan Metode MST
(Malnutrition Screening Tools) dan untuk anak usia 1 – 14
tahun menggunakan STRONG-kids
Langkah PAGT
a. Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, antara lain riwayat gizi,
Asesmen Gizi riwayat personal, hasil laboratorium, antropometri, hasil pemeriksaan fisik klinis, diet
order dan perkiraan kebutuhan zat gizi.
b. Yang dicatat hanya yang berhubungan dengan masalah gizi saja.
a. Pernyataan diagnosis gizi dengan format PES
Diagnosis Gizi b. Pasien mungkin mempunyai banyak diagnosis gizi, lakukan kajian yang mendalam
sehingga diagnosis gizi benar-benar berkaitan dan dapat dilakukan intervensi gizi
Intervensi Gizi a. Rekomendasi diet atau rencana yang akan dilakukan sehubungan dengan diagnosis
gizi
b. Rekomendasi makanan/suplemen atau perubahan diet yang diberikan
c. Edukasi gizi
d. Konseling gizi
e. Koordinasi asuhan gizi
Indikator yang akan dimonitor untuk menentukan keberhasilan intervensi.
Umumnya berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi antara lain Berat badan,
asupan, hasil lab dan gejala klinis yang berkaitan
Monitoring:
Pada kunjungan ulang mengkaji :
Asupan total Energi, persentase Asupan KH , Protein, Lemak dari total energi, dan
asupan zat gizi terkait diagnosis gizi pasien.
Contoh formulir monitoring asupan makanan lampiran….
Riwayat diet dan perubahan BB/status gizi
Biokimia : Kadar Gula darah, ureum, lipida darah, elektrolit, Hb, dll
Monitoring& Kepatuhan terhadap anjuran gizi
Evaluasi Memilih makanan dan pola makan
Evaluasi :
1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku,
akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan
dan zat gizi
2. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi
dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute oral,
enteral maupun parenteral
3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi. Pengukuran yang terkait
dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis
4. Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi pengukuran yang terkait dengan persepsi
pasien/klien terhadap intervensi yang diberikan dan dampak pada kualitas hidupnya
e) Koordinasi pelayanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk
memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian
dari tim pelayanan kesehatan, ahli gizi harus berkolaborasi
dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan asuhan
gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan masing
masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan
pelayanan, seperti :
i. Dokter Spesialis Gizi Klinik
Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait
dengan keadaan klinis pasien
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 117 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
Sumber : Jamie Stang and Mary Story : Nutrition Education And Counseling diadaptasi dari Glanz K, Rimer T. Theory at a glance:
a guide for health promotion practice. Bethesda, MD: National Institutes of Health, National Cancer Institute; 1995 and Sandoval
WM, Heller KE, Wiese WH, Childs DA. Stages of change: a model for nutrition counseling. Top Clin Nutr 1994;9:65-69.
Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi
berkaitan juga dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan
perilaku, sehingga dalam penanganannya memerlukan perhatian yang serius dari
semua unsur yang terlibat mulai dari proses pengkajian sampai dengan
penanganannya. Untuk mendukukung penanganan nyeri yang efektif perlu
dibuat Pedoman pengkajian nyeri di RS. YARSI.
Hal yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan terkait skrining dan atau
pengkajian awal nyeri meliputi :
3.3.1. Skrining nyeri
Skrining nyeri adalah suatu upaya untuk mengidentifikasi apakah
seseorang saat ini sedang mengalami sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
a. Skrining nyeri dilakukan pada saat pengkajian awal oleh dokter,
perawat/bidan di instalasi rawat jalan, IGD, kamar bersalin maupun di
unit rawat inap dan didokumentasikan pada rekam medis pasien.
b. Jika hasil skrining pasien tidak mengatakan nyeri, maka catat hasil
screening pasien tidak nyeri, beritahu pasien/keluarga bila pasien
merasakan nyeri, segera beritahu perawat/bidan yang bertugas .
Pada kondisi ini, hanya dibutuhkan 3 kali pencatatan setiap harinya
(satu kali setiap shift)
c. Setiap pasien wajib dilakukan skrining nyeri oleh petugas kesehatan.
d. Petugas kesehatan akan menanyakan kepada pasien (subjektif) “
Apakah bapak/Ibu merasakan nyeri atau sakit?”
e. Jika hasil skrining, ditemukan pasien mengalami nyeri, selanjutnya
petugas kesehatan yang bersangkutan harus melakukan pengkajian
awal nyeri.
3.3.2. Asesmen awal nyeri
Asesmen awal nyeri dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat pasien
baru masuk di rawat jalan/rawat inap berdasarkan hasil skrining awal
nyeri pasien mengalami nyeri.Skrining awal dilakukan sebelum dilakukan
asesmen nyeri dengan menanyakan kepada pasien adakah keluhan nyeri
atau sakit.Hal yang perlu diperhatikan dalam asesmen awal nyeri adalah;
a. Untuk efektivitas pengkajian nyeri, petugas kesehatan harus
menentukan instrumen/alat ukur nyeri pengkajian nyeri yang
disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien saat pasien diperiksa.
b. Untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable, maka alat ukur
intensitas nyeri yang digunakan pada setiap pengukuran intensitas
nyeri harus sama ( misalnya jika pada awal pengkajian nyeri
menggunakan alat ukur Numerical Rating Scale (NRS) maka
selanjutnya harus menggunakan NRS) kecuali terjadi perubahan
kondisi pasien.
c. Pengkajian nyeri meliputi :
1. Lokasi (Nyerinya disebelah mana? Apakah nyerinya di satu tempat
atau menyebar?)
2. Onset dan durasi (Kapan serangan nyeri muncul? Bagaimana
nyeri muncul? Berapa lama?)
3. Frekuensi (contoh, terus menerus atau hilang timbul)
4. Kualitas/ Karakteristik (contoh, tajam, seperti ditikam, tumpul,
seperti terbakar, perasaan geli, dll )
5. Intensitas, menggunakan petunjuk pengkajian skala nyeri
(Seberapa nyerikah sekarang? Seberapa nyerikah pada saat yang
paling buruk? Seberapa nyerikah pada saat yang paling baik?)
6. Tipe nyeri (contoh, akut atau kronik) . Nyeri akut bila kejadian yang
dialami pasien kurang dari 6 bulan dan nyeri kronik lebih dari 6
bulan
7. Faktor yang mengurangi nyeri
d. Jika pasien tidak merasakan nyeri pada saat masuk rumah sakit,
informasikan ke pasien untuk memberitahukan petugas kesehatan
apabila ada rasa nyeri. Pada kondisi ini, hanya dibutuhkan 3 kali
pencatatan setiap harinya (satu kali setiap shift).
e. Hasil pengkajian nyeri didokumentasikan pada CPPT sebagai data
awal untuk melakukan intervensi/pengelolaan nyeri dan dinilai
efektivitasnya/perubahan level nyeri pengkajian ulang nyeri.
3.3.3. Asesmen Ulang Nyeri
a. Untuk menilai efektivitas pengobatan dan efek samping obat nyeri,
petugas kesehatan harus melakukan pengkajian ulang nyeri.
b. Pengkajian ulang nyeri meliputi ;
1. Frekwensi (F)
2. Karakteristik (K)
3. Intensitas (I)
4. Kualitas
5. Skala Nyeri
Hasil pengkajian ulang nyeri didokumentasikan pada rekam medis
c. Asesmen ulang nyeri dilakukan ;
1. Pada pasien yang akan dipindahkan/pindahan dari unit lain
2. Berdasarkan skor nyeri pasien:
a) Bila nyeri ringan (skor nyeri 1-3) 1 kali tiap shift
b) Bila nyeri berat (skor nyeri 4-7) setiap 3 jam
c) Bila nyeri berat (skor nyeri 8-10) setiap 1 jam
3. Setelah pemberian obat :
a) Setelah 30 menit pasien mendapatkan obat analgetik secara
bolus Intra Vena (IV) atau Intra Musculair (IM)
b) Setelah 1 jam pasien mendapatkan pemberian analgesik
melalui oral dan suppositoria.
c) Setelah 15 menit pasien mendapatkan obat analgetik secara
ILA (Intra Labbour Anestesi) dan Epidural
d) Untuk pemberian analgesik melalui infus, pengkajian ulang
nyeri dan observasi terhadap efek obat samping dilakukan
setiap jam
4. Pengkajian ulang nyeri dapat dilakukan sebelum waktu setelah
pemberian obat tetapi rasa sakit belum berkurang atau bertambah
atau sesuai instruksi DPJP.
5. Pada saat pasien akan pulang /discharge.
d. Frekuensi pengkajian harus ditingkatkan jika rasa nyeri tersebut sulit
dikontrol atau jika stimulus nyeri meningkat atau adanya perubahan
dalam intervensi pengobatan. Dalam hal ini pengkajian nyeri
dibutuhkan setiap satu atau dua jam atau lebih sering sampai
episode nyeri tersebut dapat dikontrol (contoh: nyeri setelah
dilakukannya suatu prosedur)
3.3.4. Alat Ukur Nyeri
a. Jika memungkinkan gunakan alat ukur nyeri yang sama pada setiap
pengkajian nyeri kepada pasien yang sama (jika kondisi pasien
sama)
b. Untuk konsistensi terhadap hasil ukur nyeri, petugas kesehatan
harus mendokumentasikan alat ukur yang dipilih/digunakan.
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 129 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
maupun dalam hal yuridiksi legal. Euthanasia dan bunuh diri dengan
bantuan secara definisi harus dibedakan dengan menunda atau
menghentikan perawatan medis yang tidak diinginkan, sia-sia atau
tidak tepat ketentuan perawatan paliatif, bahkan jika tindakan-
tindakan tersebut dapat memperpendek hidup.
Permintaan euthanasia dan bantuan bunuh diri muncul sebagai
akibat dara rasa sakit atau penderitaan yang dirasa pasien tidak
tertahankan. Mereka lebih memilih mati daripada meneruskan hidup
dalam keadaan tersebut.Lebih jauh lagi, banyak pasien menganggap
mereka mempunyai hak untuk mati dan bahkan hak memperoleh
bantuan untuk mati. Dokter dianggap sebagai instrumen kematian
yang paling tepat karena mereka mempunyai pengetahuan medis
dan akses kepada obat-obatan yang sesuai untuk mendapatkan
kematian yang cepat dan tanpa rasa sakit. Tentunya dokter akan
merasa enggan memenuhi permintaan tersebut karena merupakan
tindakan yang ilegal di sebagian besar negara dan dilarang dalam
sebagian besar kode etik kedokteran. Larangan tersebut merupakan
bagian dari sumpah Hippocrates dan telah dinyatakan kembali oleh
WMA dalam Declaration on Euthanasia :
Euthanasia yang merupakan tindakan mengakhiri hidup seorang
pasien dengan segera, tetaplah tidak etik bahkan jika pasien sendiri
atau keluarga dekatnya yang memintakannya. Hal ini tetap saja tidak
mencegah dokter dari kewajibannya menghormati keinginan pasien
untuk membiarkan proses kematian alami dalam keadaan sakit tahap
terminal.
Penolakan terhadap euthanasia dan bantuan bunuh diri tidak berarti
dokter tidak dapat melakukan apapun bagi pasien dengan penyakit
yang mengancam jiwa pada stadium lanjut dan dimana tindakan
kuratif tidak tepat. Pada tahun-tahun terakhir telah terjadi kemajuan
yang besar dalam perawatan paliatif untuk mengurangi rasa sakit dan
penderitaan serta meningkatkan kualitas hidup.
a. Penglihatan kabur
b. Gangguan penciuman dan perabaan
3.4.7. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
a. Pupil mata melebar
b. Tidak mampu untuk bergerak
c. Kehilangan reflek
d. Nadi cepat dan kecil
e. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok
f. Tekanan darah sangat rendah
BAB IV
DOKUMENTASI
4.1. DOKUMENTASI
Semua tindakan yang dilakukan pada pasien ditulis dalam rekam medis pasien
1. Semua staf baru akan dilatih mengenai Pedoman ini dalam program orientasi masing-
masing unit
2. Semua staf akan dilatih dan direview mengenai Pedoman Pelayanan Asuhan Pasien
satu kali setiap tahunnya atau lebih tergantung dari hasil audit klinik
Monitoring dan kepatuhan akan dilakukan setiap bulan melalui audit klinik
Lampiran – lampiran :
1. Lampiran deteksi (mengenali)
perubahan kondisi pasien)
Identifikasi tanda-tanda kegawatdaruratan dengan menetukan skor berdasarkan :
1.1. Nasional Early Warning Score (News)
1.1.1. Tabel NEWS Score
Parameter
3 2 1 0 1 2 3
Fisologis
Respiration
8 9 -11 12 - 20 21-24 ≥ 25
Rate (RR)
Saturasi
91 92 - 93 ≥ 96
Oksigen 94 - 95
Adakah
Penggunaan YA TIDAK
Oksigen
35.1 – 38.1 – ≥ 39.1
Suhu 35 36.1 – 38
36 39
Tekanan 91
90 101 - 111 - 219 ≥ 220
Darah Sistolik -100
110
111 - ≥ 131
Heart (HR) 40 41 - 50 51 – 90 91 - 110
130
Tingkat A V, P, atau U
Kesadaran
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 145 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
Mgg gestasi 28
Mgg gestasi 32
Mgg gestasi 34
Usia
Term
1 3 6 1 2 4 6 8 10 12 14
Bayi newborn
Bln Bln Bln Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn
H 120- 120- 120- 90- 110- 110- 110- 80- 80- 80- 75- 70- 70- 60- 60- 6
R 180 180 180 170 180 180 180 160 130 120 115 110 110 110 105 1
55- 55- 55- 30- 30- 25- 20- 20- 18- 18- 16- 16- 16-
RR 40-60 20-30
65 65 65 50 45 35 30 30 24 22 20 20 20
O2 Inspirasi (%) % 2
TINGKAT Alert 0
KESADARAN V/P/U 3
≥ 96 0
SpO2 94-95 1
92-93 2
91 3
≥ 25 3
21 - 24 2
RESP. RATE
12 - 20 0
9 - 11 1
8 3
≥ 39 2
SUHU 38 1
37 0
36
35.1 1
35 3
> 140 3
130
120 2
110
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 149 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
HEART 100 1
RATE (HR) 90
80
70 0
60
50 1
40 3
30
230 3
220
210
200
190
180
170 0
TD 160
SISTOLIK 150
140
130
120
110 1
100 2
90
80
70 3
60
50
atau motorik.
PAIN : Pasien akan berespon jika dirangsang sakit.
UNRESPONSIVE : Tidak berespon, jika pasien tidak memberikan respon terhadap suara, nyeri dsb.
tahun ) harus dikaji menggunakan Lembar Observasi dengan Early Warning System
(EWS).
2. Observasi EWS ini tidak digunakan pada anak-anak (usia 16 tahun) atau pasien
melalui nasal kanul atau masker yang penggunaanya secara rutin / kontinyu.
6. Pasien dikaji oleh perawat sesuai lembar observasi EWS lalu ditentukan total skor
EWS nya.
7. Total skor yang didapat dapat ditentukan menjadi resiko klinis rendah, sedang dan
tinggi.
8. Skor 3 berwarna merah adalah jika dalam satu parameter observasi terdapat warna
merah.
9. Dari hasil skor total EWS, petugas kesehatan berespon untuk menindaklanjuti
inspirasi (%) diberikan tanda (-) saja, sebagai tanda pasien tidak menggunakan
oksigen.
11. Keterangan Tingkat kesadaran AVPU :
ALERT : Pasien sadar penuh
VOICE : Pasien membuat beberapa jenis respon saat diajak
berbicara, yang terdiri dari 3 komponen yang mempengaruhi yaitu mata, suara
atau motorik.
PAIN : Pasien akan berespon jika dirangsang sakit.
UNRESPONSIVE : Tidak berespon, jika pasien tidak memberikan respon
intensif / Tim RRT, maka Tim dokter intensif / Tim RRT harus mengisi
pendokumentasiannya.
14. Selama uji coba dilaksanakan, jika lembar Observasi dengan Early Warning System
(EWS) habis dapat dimintakan ke Divisi Keperawatan sebelum lembar ini dicetak
16. Jika teman-teman mendapatkan kendala dalam pengisian lembar EWS atau yang
Keperawatan.
Terimakasih.
RS YARSI
tepat.
KARDIO- Warna kulit Pucat warna kulit abu-abu Warna kulit Abu-abu
VASKULE capillary refill 3 sianotik sianotik
normal / pink
capillary refill 1- Capilary refill 4 detik mottled
R detik
Takikardi Capillari refill 5 detik
2 detik HR 20x/menit diatas Takikardi
HR normal HR 30x/menit diatas
HR normal sesuai
sesuai dengan normal sesuai usia.
usia.
usianya. Bradikardi (
60x/menit)
RR normal RR 10x/menit RR 20 x/menit diatas RR dibawah nonmal
sesuai dengan diatas RR RR normal sesuai usia.
RESPIRA Pasien mendengku
usia. normal sesuai usia.
khusus
untuk :
TATALAKSANA PWES
PWES ≥ 5 PEWS = Total skor PEWS = 3 PEWS = 0-2
4, atau skor 3
dalam 1 kategori
Dikaji ulang oleh Kaji ulang oleh Kaji ulang oleh Lakukan
Koord / perawat PJ Koord / PJ Shift Koord / PJ Shift scoring ulang
Shift. perawat perawat. dengan
Segera lapor dokter Laporkan dan Lakukan pemeriksaan
jaga Lakukan perencanaan vital signs yang
Konsultasi dengan
konsultasi dengan pengkajian ulang
rutin.
konsulen / dokter dokter untuk dan perawatan di Dapat dirawat
yang merawat pasien menentukan ruang perawatan. diruang
Lakukan scoring Lakukan scoring
langkah perawatan
ulang tiap 1 jam tiap 4 jam
Pertimbangkan selanjutnya. biasa.
Lakukan scoring
pindah ke ruang
tiap 2 jam
NICU / PICU Jika perlu
pindahkan ke
ruang HCU
Keterangan :
1-4 : Rendah
5-6 : Sedang
>7: Tinggai
55 mm 1
65 mm 1
70 mm 1
80 mm 1
90 mm 1
100 mm 1
Stylet (mandrain):
Dewasa 1
Anak 1
Suction Catheter:
6 Fr 2
8 Fr 2
10 Fr 2
12 Fr 2
14 Fr 2
Stetoskop
Dewasa 1
Anak 1
laryngoskop handle
Dewasa 1
Anak 1
Blade Laryngoskop Lurus
Ukuran 00 (hanya di emergency, ICU, kamar 1
bersalin dan kamar operasi)
Ukuran 0 1
Ukuran 1 1
Ukuran 2 1
Blade Laryngoskop Bengkok
Ukuran 2 1
Ukuran 3 1
Ukuran 4 1
Baterai Cadangan (untuk laryngoskop)
Baterai A2 2
Baterai C 2
50mL 2
Jarum
18g Blunt 10
21g 5
23g 5
25g 5
Peralatan pengambilan sample darah
Vacuette holder 2
Jarum Vacuette 2
Tabung degan tutup merah 2
Tabung degan tutup biru 2
Tabung degan tutup ungu 2
Syring Arterial blood gas 1
Tourniquet 1
Spalk bayi
Microspore (2.5cm) 1
Leucoplast (2.5cm) 1
2.5. Isi Laci 3 – Endotracheal Tube, Nasopharyngeal Airway, Oxygen Mask And NG
Tube
Endotracheal tube
Uncuffed
Ukuran 2 2
Ukuran 2.5 2
Ukuran 3 2
Ukuran 3.5 2
Ukuran 4 2
Ukuran 4.5 2
Ukuran 5 2
Ukuran 5.5 2
Cuffed
Ukuran 5 2
Ukuran 5.5 2
Ukuran 6 2
Ukuran 6.5 2
Ukuran 7 2
Ukuran 7.5 2
Ukuran 8 2
Ukuran 8.5 2
Nasopharyngeal
Ukuran 6 1
Ukuran 7 1
Ukuran 8 1
Lubricating gel (water soluble) 5 grams 5
Macgill forceps
Dewasa 1
Anak 1
Artery forceps 1
Lidocaine spray 1
10mL syringe (for cuff inflation) 1
Non rebreathing Mask
Dewasa 1
Anak 1
Nebuliser mask
Dewasa 1
Anak 1
Simple Face mask
Dewasa 1
Anak 1
Yankaur sucker 2
Nasogastric tube
6 fr 1
8 fr 1
10 fr 1
12 fr 1
Drainage bag 1
2.6. Isi Rak Paling Bawah – Cairan IV, Pad External Pacemaker
Barang-barang Jumlah
Cadangan pad defibrillator untuk eksternal 1
pacemaker
(ICU, Emergency dan kamar operasi)
Gloves
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 163 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
Medium (box) 1
Aprons 4
Mask with eye shield 4
Normal Saline (1 L) 2
Gelofusine (500mL) 2
5% dextrose (500mL) 1
IV giving set 2
IV blood giving set 2
5% glucose ½ normal saline (500mL) 1
5% glucose ¼ normal saline (500mL) 1
Ya Tidak
Penenang
Tindakan
Ya Tidak
Kenyamanan Antikolinergik
Ya Tidak
Antiemetik
Ya Tidak
Relaksasi otot
Lain-lain …………………………………………….
Ya Tidak
Transfusi
Ya Tidak
Antibiotik, obat causative lain
Ya Tidak
Cairan / Obat intravena / Sub Cutan
Ya Tidak
Resusitasi
Ya Tidak
Mengetahui Pasien
Koma
diagnose
Keluarga / lainnya Ya Tidak
Mengerti Ya Tidak
Pasien
kondisi akhir Koma
hidup Keluarga / lainnya Ya Tidak
Potensi reaksi patologis masa berkabung dari
Ya Tidak
keluarga
Orientasi spiritual Sasaran 5 : Kebutuhan religius / spiritual dikaji
Pasien memerlukan konsultasi dan dukungan Ya Tidak
pasien dan
religius / spiritual dari kelompok religius / spiritual
keluarga, dan
Ya Tidak
keterlibatan Keluarga memerlukan konsultasi dan dukungan
kelompok religius religius / spiritual dari kelompok religius / spiritual
tertentu
Kebutuhan Sasaran 6 : Kebutuhan pelayanan pendukung lain dikaji
Pasien / keluarga / pemberi perawatan membutuhkan Ya Tidak
pelayanan
pelayanan pendukung lain termasuk terapi
pendukung untuk
komplimenter
pasien, keluarga
Pasien / keluarga membutuhkan pengaturan / tingkat Ya Tidak
dan pemberi
perawatan alternative paliative
perawatan lainnya Ya Tidak
Pasien / keluarga menghendaki perawatan di rumah
3.2. Pengkajian Ulang Pada Kondisi Akhir Kehidupan (Perbanyak salinan ini
sesuai jumlah hari rawat)
Bagian 2 Pengkajian ulang Tanggal :
Waktu
Pengkajian nyeri
Sasaran : Pasien bebas
nyeri
Gaduh Gelisah
Sasaran : Pasien tidak
gaduh gelisah
Sekresi saluran
pernafasan
Sasaran : Sekresi
berlebihan tidak
menimbulkan masalah
Mual dan Muntah
Sasaran : Pasien tidak
kesulitan BAB
Sasaran : Gangguan BAB
diatasi
Pemberian Obat-obatan
(jika obat-obatan tidak
diperlukan, beri tanda −)
Sasaran : Semua obat
diberikan dengan aman
dan tepat
Waktu
Perawatan area tekanan
Sasaran: Pasien nyaman di tempat
tidur, area tekanan dirawat.
Perawatan Saluran Cerna
Sasaran: Pasien tidak menderita
karena masalah salauran cerna
Perawatan mulut
Perawatan kulit, rambut, dan genital
Dukungan Psikologis / Pemahaman
Sasaran: Pasien / keluarga memahami
situasi yang ada
pasien / keluarga diinformasikan
perihal prosedur yang akan
dilakukan
Sentuhan, komunikasi lisan tetap
dilakukan walaupun pasien dalam
kondisi koma
Dukungan psikologis, sosial dan
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 168 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
NO KATEGORI SKOR
1. EKSPRESI WAJAH
Otot wajah relax, ekspresi neutral 0
2. TANGISAN
Tenang, tidak menangis 0
3. POLA NAPAS
Relax, nafas reguler 0
Pola nafas berubah : tidak teratur, lebih cepat dari biasanya, tersedak, 1
menahan nafas
4. TANGAN
Relax, otot-otot kaki tidak kaku, kadang-kadang tangan bergerak tidak 0
beraturan
5. KAKI
Relax, otot-otot kaki tidak kaku, Kadang-kadang kaki bergerak tidak 0
beraturan
6. KESADARAN
Tidur pulas/cepat bangun, alert dan tenang 0
4.1.2. INSTRUKSI :
Dilakukan pada semua bayi yang mengalami tindakan prosedur
menyakitkan, seperti : sirkumsisi atau pembedahan lain yang
mengakibatkan nyeri berkepanjangan
a. Observasi dilakukan setiap shift pada saat
pengukuran tanda-tanda vital
b. Observasi setiap 1 jam setelah minor prosedur
dilakukan seperti tindakan sirkumsisi, kemudian
observasi dilakukan 4 kali setiap 4 jam
c. Skor lebih dari 3 mengindikasikan adanya nyeri
4.3.2. INSTRUKSI :
a. Observasi tingkah laku pasien dan berikan skor dari
masing-masing lima kategori pengukuran (dari 0, 1
atau 2) sesuai dengan penjelasan yang diberikan
b. Jumlahkan masing-masing kategori yang telah
didapat
c. Dokumentasikan skor ...../10
4.3.3. KRITERIA :
Neonatus dan bayi usia < 3 tahun, pasien dengan keterbatasan
perkembangan mental gangguan jiwa, bisu, tuli dan gangguan
lain, lanjut usia yang tidak dapat menggunakan skor subjektif.
4.3.4. Kelompok pasien yang dapat menggunakan skala ini adalah:
a. Bayi usia 2 bulan dibawah usia empat tahun.
b. Pasien dengan keterbatasan perkembangan mental
c. Pasien lanjut usia yang tidak dapat menggunakan skor
Rumah Sakit YARSI
Kode Kendali Dokumen : Pedoman Pelayanan Tanggal Revisi : Tidak Ada Tanggal Implementasi :
Asuhan Pasien- RS YARSI........... Ditinjau Kembali Pada : Sep. 2019 September 2019
Hal. 173 dari 179
PEDOMAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN
subyektif
4.3.5. Kelompok pasien yang tidak dapat menggunakan skala ini
adalah:
a. Pasien yang dapat menggunakan alat ukur subyektif
b. Pasien yang terintubasi dan dalam pengaruh sedasi
4.3.6. Instruksi penggunaan
Observasi perilaku dan nilailah dari lima kategori pengukuran (0,1
atau 2) berdasarkan keterangan yang telah diberikan. Jumlahkan
semua nilai tersebut. Catat skor total dari nyeri tersebut dari total
skor 10.
4.3.7. Dokumentasi, Dianjurkan untuk:
a. Mencatat tipe dari alat ukur pengkajian yang digunakan
b. Mencatat nilai nyeri pasien (0-10) pada saat pengukuran
Tegangan Tonus otot wajah normal, tidak terlihat tegangan otot wajah
2
wajah yang nyata
Tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata 3
Tegangan hampir di seluruh otot wajah 4
Seluruh otot wajah tegang, meringis 5
Parameter Kriteria Nilai Skor
Tekanan darah Tekanan darah di bawah batas normal 1
Tekanan darah berada di batas normal secara konsisten 2
basal
Peningkatan tekanan darah sesekali ≥15% di atas batas 3
normal (1 – 3 kali dalam observasi selama 2 menit)
Seringnya peningkatan tekanan darah ≥15% di atas batas 4
normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit)
Peningkatan tekanan darah terus menerus ≥15% 5
Denyut Denyut jantung di bawah batas normal 1
Denyut jantung berada di batas normal secara konsisten 2
jantung basal
Peningkatan denyut jantung sesekali ≥15% di atas batas 3
normal (1 – 3 kali dalam observasi selama 2 menit)
Seringnya peningkatan denyut jantung ≥15% di atas batas 4
normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit)
Peningkatan denyut jantung terus menerus ≥15% 5
TOTAL SKOR
INTERPRETASI : 9 – 13 : Tidak Nyeri
14 – 22 : Nyeri ringan
23 – 31 : Nyeri sedang
32 – 40 : Nyeri berat terkontrol
41 – 45 : Nyeri berat tidak terkontrol
Vokalisasi
2
(untuk Pasien tidak
terpasang intubasi)
Ketegangan Otot Santai 0 Tidak ada perlawanan pada gerakan pasien
Tegang kaku 1 Ada perlawanan pada gerakan pasif
4. Sangat tegang atau Perlawanan kuat pada gerakan pasif atau tidak bisa
2
sangat kaku dilakukan gerakan pasif
JUMLAH .../8
4.6.4. Dokumetasi:
Di anjurkan untuk: Mencatat tipe dari alat ukur pengkajian yang
digunakan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 1 Maret 2019
Direktur Utama RS. YARSI