Anda di halaman 1dari 84

KONSEP DAN ASKEP PADA

BAYI RESIKO TINGGI

APRILIA SUSANTI 1863030020


B E T T Y S T E FA N I A 1 8 6 3 0 3 0 0 0 2
DIMAS PRASETIO 1863030008
JENI NUR AINI 1863030007
PENGERTIAN BAYI RISIKO TINGGI

Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan


lebih besar untuk menderita sakit dan kematian dibandingkan bayi
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya masalah yang
berhubungan dengan kondisi bayi saat kehamilan, persalinan dan
penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim. Umumnya risiko
tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari (neonatus)
sehingga dengan kondisi ini bayi memerlukan perawatan dan
pengawasan yang ketat (intensif care). Pengawasan dapat
dilakukan selama beberapa jam sampai beberapa hari. Penilaian
dan tindakan yang tepat sangat penting karena dapat mencegah
terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan
cacat bahkan kematian.
ANTE NATAL CARE (ANC)
Pengertian
ANC adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim.(Manuaba, I.B.G. 2001.) 
Tujuan
1. Pengawasan : Kesehatan Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta
& komplikasi kehamilan, menetapkan resiko kehamilan
(tinggi, meragukan dan rendah)
2. Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health
mother
3. Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
4. Mengantarkan pulihnya kesehatan Ibu optimal
Pemeriksaan Kehamilan
1. Bila HPHT tidak diketahui,
2. Usia kehamilan tentukan dengan
 Pemeriksaan Penunjang cara :
1. LABORATORIUM • TFU ( Cm x 7/8 = Usia dalam
mgg)
• Darah ( Hb, Gol darah,
• Terabanya ballotement di simpisis
Glukosa, VDRL) à 12 mgg
• Urine (Tes kehamilan, • DJJ (+) dg Dopller à 10-12 mgg
protein, glukosa, analisis) • DJJ (+) dg fetoscop à 20 mgg
• Quickening à 20 mgg
• Pemeriksaan Swab • USG
(Lendir vagina & servik) 3. Perhitungan taksiran partus
2. U S G ( Nagele) :
• H+7
• Jenis kelamin
• B (1-3) + 9, bila tanggal > 24 + B
• Taksiran kelahiran, TBJ, 1
Jumlah cairan amnion, • B (4-12) – 3
• T (1-3) + 0
• T (4-12) + 1
4. Perhitungan taksiran berat janin
• TFU – (11 belum masuk PAP)
X 155 = ….gr
• TFU – (13 sudah masuk PAP) • Kunjungan III ( 34 mgg)
X 155 = ….gr Anamnesis, pemeriksaan ulang lab.
5.   Frekuensi kehamilan TT II
• Kunjungan I (12-24 mgg) • Kunjungan IV, V, VII & VIII
Anamnesis lengkap, pemeriksaan ( 36-42 mgg)
fisik & obstetri, Pemeriksaan Anamnesis , perawatan payudara &
lab., Antopo metri, penilaian persiapan persalinan
resiko kehamilan, KIE
• Kunjungan II ( 28 – 32 mgg )
Anamnesis, USG, Penilaian
resiko kehamilan, Nasehat
perawatan payudara & Senam
hamil), TT I
INTRANATAL CARE
Pengertian.
Intranatal Care atau Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelepasan plasenta (Varney, 2006: 672).
 
Tujuan INC :
1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan
persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan
selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu
kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi
POST NATAL CARE

Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil. Masa puerpurium atau
masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus mengalami perubahan dan
pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu:


1. Immediately post partum   : 4 jam pertama
2. Early post partum   : Minggu pertama
3.Late post partum : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu:
1. Puerpurium dini
2. Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
3. Puerpurium intermedial
4. Kepulihan menyeluruh  alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8
minggu
5. Remote Puerpurium
6. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu
untuk sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

Tujuan PNC
1.       Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2.       Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3.       Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4.       Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5.       Meningkatkan peluang merawat bayi
KONSEP DAN ASKEP BERAT BAYI
LAHIR RENDAH
Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan
memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.
Klasifikasi :
a. Prematuritas murni atau dikenal dengan nama prematur. adalah neonatus
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau dikenal dengan nama
neonatus kurang bulan= sesuai dengan masa kehamilan.
Ciri-cirinya adalah:
o Berat badan kurang dari 2500 gram
o Panjang badan kurang dari 45 cm
o Lingkar kepala kurang dari 33 cm
o Lingkar dada kurang dari 33 cm
o Masa gestasinya kurang dari 37 minggu
o Kulit tipis dan transparan b. Dismaturitas adalah bayi yang lahir
o Kepala lebih besar dari badan dengan berat badan kurang dari berat
o Lanugo banyak terutama pada badan seharusnya untuk masa kehamilan.
dahi, pelipis, telinga, dan lengan Ciri-cirinya adalah:
o Lemak subkutan kurang o Pada preterm seperti pada
o Ubun-ubun dan sutura lebar prematuritas
o Labio minora belum tertutup oleh o Term dan post term akan
labia mayora (pada wanita) dan dijumpai kulit berselubung
pada laki-laki testis belum turun verniks kaseosa tipis atau tidak
o Tulang rawan dan daun telinga ada
imatur o Kulit pucat atau bernoda
o Bayi kecil, posisi masih posisi mekonium
fetal, pergerakan kurang dan o Kering keriput tipis
lemah, tangisan lemah, o Jaringan lemak di bawah kulit
pernapasan belum teratur dan tipis
sering mengalami serangan o Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
apnea o Tali pusat berwarna kuning
o Reflek tonus leher lemah, reflek kehijauan.
menghisap, dan menelan serta
reflek batuk belum sempurna.
PENATALAKSANAAN BBLR
Bayi dengan berat lahir 1750 –2499 gram
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
o Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai minum
sesudah dilahirkan.
o Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada perawatan khusus.
o Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 –2250 gram mungkin perlu perawatan
ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan
kehangatan, terutama jika kontak kulit ke kulit dapat dijaga.
o Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi
mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak
bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi
mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi
pemberian minum melalui sendok dan cangkir.
o Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum,
asupan cairan, adanya suatu tanda bahaya atau tanda-tanda adanya infeksi
bakteri berat. Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di
tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang dilakukan pada Berat Bayi Lahir
Sangat Rendah (BBLSR).
o Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi nosokomial),
harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan yang lebih
PENATALAKSANAAN BBLR
Bayi dengan berat lahir di bawah 1750 gram
• Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi
minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko.
Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke peraatan khusus
atau unit neonatal.
• Penatalaksanaan bayi dengan BBLSR:
o Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu tanda
hipoksemia.
o Lakukan perawatan kulit-ke-kulit di antara ke dua payudara ibu atau beri
pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah
berpengalaman dalam menggunakannya.
Jika tidak ada penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus
dengan handuk bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu
inti tubuh sekitar 36.5 –37.50 C dengan kaki tetap hangat dan berwarna
kemerahan.
• Jika mungkin berikan cairan IV 60 ml/kg/hari selama hari pertama kehidupan.
Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan tetes = 1 mL
sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktif, beri 2-4 mL
ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung berat badan bayi
• Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar
memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa. Lakukan
perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena kelebihan
cairan dapat berakibat fatal.
• Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum
enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi
mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
• Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada
bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai jika
perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah keluar mekonium
dan tidak terdapat apnu.
• Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau
dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
(mendekati 1 kg).
• Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan
resusitasi dengan balon dan sungkup.
• BBLR dapat dipulangkan apabila tidak terdapat tanda bahaya atau tanda
infeksi berat. Berat badan bertambah hanya dengan ASI. Suhu tubuh bertahan
pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian terbuka
• Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai: pemberian
ASI eksklusif menjaga bayi tetap hangat tanda bahaya untuk mencari
pertolongan Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum
setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.
MASALAH KEPERAWATAN BBLR
• Tidak Efektifnya Termoregulasi • Tidak Efektifnya Termoregulasi
Hal ini terjadi karena jaringan lemak Hal ini terjadi karena jaringan lemak
subkutan yang kurang dan sistem subkutan yang kurang dan sistem
termoregulasi yang imatur. Tindakan
termoregulasi yang imatur. Tindakan
yang dapat dilakukan adalah dengan
yang dapat dilakukan adalah dengan
mempertahankan temperatur pada
aksila (36,5-37,2o C). Kaji temperatur mempertahankan temperatur pada
pada axila tiap 1-4 jam, pertahankan aksila (36,5-37,2o C). Kaji
suhu lingkungan yang netral, temperatur pada axila tiap 1-4 jam,
pertahankan suhu bayi dalam inkubator, pertahankan suhu lingkungan yang
pertahankan kestabilan kebutuhan netral, pertahankan suhu bayi dalam
oksigen dengan mengkaji status inkubator, pertahankan kestabilan
respiratori. kebutuhan oksigen dengan mengkaji
• Intoleransi Aktivitas status respiratori.
Pertahankan kestabilan oksigen dengan • Intoleransi Aktivitas
cara mengobservasi nadi, ciptakan Pertahankan kestabilan oksigen
kondisi lingkungan yang nyaman, dengan cara mengobservasi nadi,
monitoring jantung dan paru serta ciptakan kondisi lingkungan yang
kurangi stimulasi. nyaman, monitoring jantung dan paru
serta kurangi stimulasi.
CARA PERAWATAN BBLR DALAM
INKUBATOR
• Inkubator tertutup:
o Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu seperti
apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen
harus selalu disediakan
o Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
o Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi.
o Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
o Pengaturan oksigen selalu diobservasi
o Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat
Celcius.
• Inkubator terbuka:
o Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada
bayi.
o Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan.
o Membungkus dengan selimut hangat
o Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
Pengkajian
a.    Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin .
Bidata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b.    Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
BBLR yaitu:
a.  Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
e.   Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
Riwayat post natal
a. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c.  Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral
atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
e.  Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
f.  Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika
kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan
perawatan yang intensif
g.  Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
h. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh
< 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu
normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur .
i. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanugo dan verniks.
j.  Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
k.  Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
l.  Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. 
m. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
o. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
p.   horax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
q. Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costae    
pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
r.  Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi
pada tali pusat.
s.  Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya
sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
t.  Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari feses.
u.  Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
v.  Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro
dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang
Diagnosa dan Intervensi
Dx : Ketidakefektifan pola nafas   b/d tidak
adekuatnya ekspansi paru Dx: Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang perubahan suhu lingkungan
efektif Tujuan : setelah dilakukan tindakan
Kriteria hasil : leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil
1.        Kebutuhan oksigen  menurun Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral
2.        Nafas spontan, adekuat hangat
3.        Tidak sesak.dan retraksi Rencana Tindakan :
Rencana Tindakan : a.    Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui
a.    Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
keadaan umum pasien b.   Rawat bayi dengan suhu lingkungan
b.   Beri posisi semifowler R/ : Mengurangi sesuai. R/: Menurunkan risiko hipotermi /
rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada hipertermi.
pasien. c.    Hindarkan bayi kontak langsung dengan
c.    Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat- benda sebagai sumber dingin/panas. R/:
obatan yang akan memperberat depresi Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda
pernapasan pada bayi  R/: mengetahui obat- sebagai sumber dingin/panas.
obatan yang memperberat depresi pernapasan d.   Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau
pada bayi perlu. R/: Memantau terjadinya peningkatan /
d.   Observasi irama, kedalaman dan frekuensi penurunan suhu tubuh.
pernafasan R/ :Mengetahui irama, kedalaman
dan frekuensi pernapasan
Diagnosa dan Intervensi
Dx: Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d
imaturitas struktur kulit Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
Tujuan : setelah dilakukan tindakan ketidakmampuan menerima nutrisi
leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit Tujuan : setelah dilakukan tindakan
baik leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram /
iritasi,Tidak plebitis hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin
Rencana tindakan : darah dalam batas normal
a.    Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui Rencana Tindakan :
keadaan umum pasien a.    Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui
b.   Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, keadaan umum pasien
iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang b.   Catat intake dan output R/: Memantau
tertekan R/: Memantau adanya kemerahan, jumlah cairan masuk dan keluar.
iritasi, rash, lesi dan lecet. c.    Berikan ASI/PASI dengan metode yang
c.    Lakukan perawatan tali pusat. R/: Menjaga tepat. R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
tali pusat dalam keadaan baik. d.   Timbang berat badan setiap hari
d.   Gunakan plester non alergi dan seminimal R/: Timbang berat badan setiap hari
mungkin R/: Menurunkan terjadinya gangguan
integritas kulit
e.    Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
f.    Kolaborasi pemberian antibiotika.
R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses
penyembuhan.
Diagnosa dan Intervensi
Dx : Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d
ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di dalam Dx : Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis
system gastrointestinal tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Tujuan : setelah dilakukan tindakan
leperawatan selama 1 x 24 jam system leperawatan selama 1 x 24 jam pasien tidak
gastrointestinal berfungsi dengan baik memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Darah
ada nyeri abdomen, tidak ada diare, nafsu rutin normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi
makan meningkat, peristaltic usus dalam batas Rencana tindakan :
normal 15-30x/menit
a.    Kaji TTV bayi R/ :untuk mengetahui
Rencana tindakan : keadaan umum pasien
a.    Kaji TTV bayi b.   Kaji adanya tanda – tanda infeksi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien R/:Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
b.   Monitor bising usus c.    Lakukan isolasi bayi lain yang menderita
R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang infeksi sesuai kebijakan insitusiR/: Tindakan
normal yang dilakukan untuk meminimalkan
c.    Monitor status cairan dan elektrolit terjadinya infeksi  yang lebih luas
R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan d.   Sebelum dan setelah menangani bayi,
elektrolit dalam tubuh lakukan pencucian tangan R/:Untuk mencegah
d.   Catat intake dan output secara akurat adanya infeksi
R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh e.    Yakinkan semua peralatan yang kontak
secara adekuat dengan bayi bersih dan steril
R/:untuk mencegah infeksi
Diagnosa dan Intervensi
Dx: Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal, status nutrisi
adekuat, tidak ada respon alergi sistemik
Rencana Tindakan :
a.    Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Amati tanda-tanda ikterus
R/:Mengrtahui tanda-tanda ikterus yang abnormal
c.    Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/: untuk mengetahui adanya tnda-tnada dehidrasi
d.   Obsevasi peningkatan bilirubin serum
R/:Mengetahui adanya peningkatan bilirubin serum atau tidak
e.    Timbang BB setiap hari
R/: mengetahui adanya peningkatan BB atau tidak
f.    Kolaborasi dalam pemberian fototerapi
R/: untuk memberikan tindakan lebih lanjut
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang dimaksud
dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada
kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya

METABOLISME BILIRUBIN
75%dari bilirubin yang ada pada BBL yang berasal dari penghancuran hemoglobin ,dan
25%dari mioglobin ,sitokrom ,katalase dan tritofan pirolase .satu gram bilirubin yang
hancur menghasilkan 35 mg bilirubin .bayi cukup bulan akan menghancurkan eritrosit
sebanyak satu gram/hari dalam bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan albumin
bebas (1 gram albumin akan mengikat 16 mg bilirubin). Bilirubin indirek larut dalam
lemak dan bila sawar otak terbuka, bilirubin akan masuk kedalam otak dan
terjadilah kernikterus. yang memudahkan terjadinya hal tersebut ialah imaturitas,
asfiksia/hipoksia, trauma lahir, BBLR (kurang dari 2500 gram), infeksi, hipoglikemia,
hiperkarbia.didalam hepar bilirubin akan diikat oleh enzim glucuronil transverse menjadi
bilirubin direk yang larut dalam air, kemudian diekskresi kesistem empedu, selanjutnya
masuk kedalam usus dan menjadi sterkobilin. sebagian di serap kembali dan keluar
melalui urin sebagai urobilinogen.
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
A Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
3. Gangguan konjugasi bilirubin.
4.   Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya Hipoalbuminemia
atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.
7. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor:
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
8. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal pada hemolisis yang
meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
9.  Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukoronil transferase (sindrom Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi protein Y
dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
10. Gangguan transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.
11. Gangguan dalam ekskresi.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar
biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat
infeksi/kerusakan hepar oleh penyebab lain.
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
B. Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:
 Faktor Maternal

_ Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)


_ Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
_ _Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
_ ASI
 Faktor Perinatal

_ Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)


_ Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
 Faktor Neonatus

_ Prematuritas
_ Faktor genetic
_ _Polisitemia
_ _Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
_ _Rendahnya asupan ASI
_ _Hipoglikemia
_ _Hipoalbuminemia
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
PATOFISIOLOGI
 Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar(85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa lain seperti
mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin
yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi
dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme
untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak
larut dalam air(bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin
dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini
beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari
albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam
glukoronat(bilirubin terkonjugasi, direk)(Sacher,2004).
 Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke sistem
empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus ,bilirubin diuraikan oleh
bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan
diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur
enterohepatik, dan darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang
ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi
sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai
senyawa larut air bersama urin(Sacher, 2004).
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
 Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul pada dewasa bila serum
bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus bila kadarnya
>7mg/dl(Cloherty et al, 2008).
 Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi kemampuan hati
normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati(karena rusak) untuk
mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati,
obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan
ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu(sekitar 2-
2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan
ini disebut ikterus atau jaundice(Murray et al,2009).

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu keruskan
otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada
permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar,
gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku,
dan akhirnya opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis,
pneumonia.
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila
nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.  Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak
10-12 mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
2.   Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada
pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3.   Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.
4.   Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan
obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti
hepatitis, serosis hati, hepatoma.
5.   Peritoneoskopi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada
pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.
6. Laparatomi
Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada
pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
PENATALAKSANAAN
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari Hiperbilir
ubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin :
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Inf
us , Albumin dan Therapi Obat.
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
Pengkajian
1.   Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
a)Riwayat kehamilan dengan komplikasi(obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi
intrauterine, infeksi intranatal)
b)Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c)Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar pada bayi sebelumnya
d)Riwayat inkompatibilitas darah
e)Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa(Etika et al,
2006).
2. Pemeriksaan Fisik :
 Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks
menyusui
yang lemah, Iritabilitas.
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
 Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus
akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan
yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih
sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar(Etika et al, 2006).
 Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah dan
sederhana adalah dengan penilaian menurut Kramer(1969). Caranya dengan jari
telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel
yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya(Mansjoer et al, 2007).
3. Pengkajian Psikososial :
 Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
4.  Pengetahuan Keluarga meliputi :
 Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal
keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan
mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1.    Risiko /defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan serta peningkatan IWL dan
defikasi sekunder fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi deficit
volume cairan dengan kriteria :
-     Jumlah intake dan output seimbang
-     Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal
-     Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL
Intervensi & Rasional :
a.       Kaji reflek hisap bayi
( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )
b.      Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat
(R: menjamin keadekuatan intake )
c.       Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces
( R : mengetahui kecukupan intake )
d.      Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah tanda-tanda dehidrasi )
e.       Timbang BB setiap hari
(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
2. Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0 C.
Intervensi dan rasionalisasi :
a.   Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam
(R : suhu terpantau secara rutin )
b.    Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan kompres dingin
serta ekstra minum
( R : mengurangi pajanan sinar sementara )
c.   Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi
( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari hipertermi ).
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
3. Risiko /Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan
integritas kulit dengan kriteria :
·     tidak terjadi decubitus
·      Kulit bersih dan lembab
Intervensi :
a.       Kaji warna kulit tiap 8 jam
(R : mengetahui adanya perubahan warna kulit )
b.      Ubah posisi setiap 2 jam
(R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu lama ).
c.       Masase daerah yang menonjol
(R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di daerah tersebut ).
d.      Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab
( R : mencegah lecet )
e.       Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin turun menjadi 7,5 mg%
fototerafi dihentikan
(R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
4. Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan perpisahan dan
penghalangan untuk gabung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan orang tua dan
bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak
mengertian proses Bounding.
Intervensi :
a.       Bawa bayi ke ibu untuk disusui
( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi )
b.      Buka tutup mata saat disusui
(R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )
c.       Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya
(R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
d.      Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ).
e.       Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
(R: mengurangi beban psikis orangtua)
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.
Tujuan : Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang tua menyatakan
mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan kooperatif dalam perawatan.
Intervensi :
a.       Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien
( R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )
b.      Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya
( R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )
c.       Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah
(R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam erawat bayi)
 
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury akibat
fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan kornea )
Intervensi :
a.       Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya
( R : mencegah iritasi yang berlebihan).
b.      Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah genetal serta bokong
ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi
hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )
c.       Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam
(R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )
d.      Buka penutup mata setiap akan disusukan.
( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).
e.       Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan
( R : memberi rasa aman pada bayi ).
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury akibat
fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan kornea )
Intervensi :
a.       Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya
( R : mencegah iritasi yang berlebihan).
b.      Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah genetal serta bokong
ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi
hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )
c.       Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam
(R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )
d.      Buka penutup mata setiap akan disusukan.
( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ).
e.       Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan
( R : memberi rasa aman pada bayi ).
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
7. Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan tranfusi
tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
a.       Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan
(R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )
b.      Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan
( R : mencegah trauma pada vena umbilical ).
c.       Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan
(R: mencegah aspirasi )
d.      Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur
( R : mencegah hipotermi
e.       Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan ditranfusikan adalah
darah segar
( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan 0
KONSEP DAN ASKEP PADA BAYI
HIPERBILIRUBIN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
8.      PK Kern Ikterus
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan
tanda-tanda awal kern ikterus bisa dipantau
Intervensi :
a.       Observasi tanda-tanda awal Kern Ikterus ( mata berputar, letargi ,
epistotonus, dll)
b.      Kolaborasi dengan dokter bila ada tanda-tanda kern ikterus.
KONSEP DAN ASKEP PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam
ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tundaksa, tunalaras
kesulitan belajar, gangguan belajar, anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi anak cacat. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka,
contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan
menjadi tulisan braile (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat (bahasa tubuh) .
1. RETARDASI MENTAL
Definisi
 Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi.
 Carter CH (dikutip) dari Toback C ), mengatakan retardasi mental adalah
suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas keemampuan yang dianggap normal.
 Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat
fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam
penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
1. RETARDASI MENTAL
Klasifikasi
Retardasi Mental Ringan (IQ 50-55 hingga 70).
 Sekitar 85 persendari mereka yang memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikandalam kelompok retardasi
mental ringan. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di
usia remaja akhir biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama
dengan level kelas 6. Ketika dewasa mereka mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan
keterampilan atau di balai karya di rumah penampungan, meskipun mereka mungkin membutuhkan
bantuan dalam masalah sosial dan keuangan. Mereka bisa menikah dan mempunyai anak.

Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)


 Sekitar 10 persen darimereka yang memiliki IQ kurang dari 70 diklasifikasikan dalam kelompokretardasi
mental sedang. Kerusakan otak dan berbagai patologi lain sering terjadi.oranng-orang yang mengalami
retardasi mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat
keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai di dalam garis, dan keterampilan
motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan,
berpergian sendiri di daerah lokal yang tidk asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di institusi
penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama keluarga atau dalam rumah-rumah
bersama yang disupervisi.
1. RETARDASI MENTAL
Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40)
 Di antara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70, sekitar 3 sampai 4 persen masuk
dalam kelompok retardasi mental parah. Orang-orang tersebut umumnya memiliki
abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor.
Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan dan membutuhkan
bantuan dan supervisi terus-menerus. Orang dewasa yang mengalami retardasi
mental parah dapat berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi
secara
 singkat di level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedikit
aktivitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka
yang parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya
memberikan sedikit stimulasi.mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat
sederhana dengan supervisi terus-menerus.
1. RETARDASI MENTAL
Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40)
 Di antara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70, sekitar 3 sampai 4 persen masuk dalam kelompok
retardasi mental parah. Orang-orang tersebut umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan
keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian besar dimasukkan dalam institusi
penampungan dan membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus. Orang dewasa yang mengalami
retardasi mental parah dapat berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara
 singkat di level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas secara mandiri
dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka relatif pasif
dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi.mereka mampu melakukan
pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus-menerus.

Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25)


 Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang mengalami retardasi mental yang masukdalam
kelompok retardasi mental sangat berat, yang membutuhkan supervisi total dan sering kali harus
diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan
neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemana pun. Tingkat kematian dimasa kanak-kanak
pada orang-orang yang mengalami retardasi mental sangat berat sangat tinggi
1. RETARDASI MENTAL
Etiologi

Infeksi dan atau intoksinasi Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab


Infeksi yang terjadi pada masa fisik lain
prenatal dapat berakibat buruk pada  Rudapaksa sebelum lahir serta trauma
perkembangan janin, yaitu rusaknya lainnya, seperti hiper radiasi, alat
jaringan otak. Begitu juga dengan kontrasepsi, dan usaha melakukan
terjadinya intoksinasi, jaringan otak abortus dapat mengakibatkan kelainan
juga dapat rusak yang pada akhirnya berupa retardasi mental.
menimbulkan retardasi mental.  Pada waktu proses kelahiran
Infeksi dapat terjadi karena masuknya (perinatal) kepala bayi dapat
rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke  mengalami tekanan sehingga timbul
dalam tubuah ibu yang sedang pendarahan di dalam otak. Mungkin
mengandung. Begitu pula halnya juga karena terjadi kekurangan
dengan intoksinasi, karena masuknya oksigen yang kemudian menyebabkan
“racun” atau obat yang semestinya terjadinya degenerasi sel-sel korteks
dibutuhkan. otak yang kelak mengakibatkan
retardasi mental.
1. RETARDASI MENTAL
Etiologi
Gangguan metabolisme, pertumbuhan Penyakit otak yang nyata
atau gizi  Dalam kelompok ini termasuk
 Semua retardasi mental yang langsung retardasi mental akibat beberapa
disebabkan oleh gangguan reaksi sel-sel otak yang nyata,
metabolisme  (misalnya gangguan yang dapat bersifat degeneratif,
metabolism karbohidrat dan protein), radang, dst. Penyakit otak yang
gangguan pertumbuhan, dan gizi
terjadi sejak lahir atau bayi dapat
buruk termasuk dalam kelompok ini.
Gangguan gizi yang berat dan menyebabkan penderita
berlangsung lama sebelum anak mengalamai keterbelakangan
berusia 4 tahun sangat mempengaruhi mental.
perkembangan otak dan dapat Penyakit atau pengaruh prenatal
mengakibatkan retardasi mental.
 Keadaan ini dapat diketahui sudah
Keadaan seperti itu dapat diperbaiki
dengan memberikan gizi yang ada sejak dalam kandungan, tetapi
mencukupi sebelum anak berusia 6 tidak diketahui etiologinya,
tahun, sesudah itu biarpun anak termasuk anomaly cranial primer
tersebut dibanjiri dengan makanan dan defek congenital yang tak
yang bergizi, inteligensi yang rendah diketahui sebabnya.
sangat sukar untuk ditingkatkan
1. RETARDASI MENTAL
Etiologi

Kelainan kromosom
 Kelainan kromosom mungkin terjadi Akibat gangguan jiwa yang berat
pada aspek jumlah maupun bentuknya.  Retardasi mental juga dapat terjadi
Kelainan pada jumlah kromosom karena adanya gangguan jiwa yang
menyebabkan sindroma down yang berat pada masa kanak-kanak.
dulu sering disebut mongoloid
Deprivasi psikososial
Prematuritas  Devripasi artinya tidak terpenuhinya
 Retardasi mental yang termasuk ini kebutuhan. Tidak terpenuhinya
termasuk retrdasi mental yang kebutuhan psikososial awal-awal
berhubungan dengan keadaan bayi perkembangan ternyata juga dapat
yang pada waktu lahir berat badannya menyebabkan terjadinya retardasi
kurang dari 2500 gram dan/atau mental pada anak.
dengan masa kehamilan kurang dari
38 minggu.
1. RETARDASI MENTAL
Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif
yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau
kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat
diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana
komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik
fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan
pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa
kanak-kanak.
 
1. RETARDASI MENTAL
Manifestasi Klinis
 Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu.

1.      Kelainan pada mata :


a.       Katarak
 Sindrom Cockayne
  Sindrom Lowe
 Galactosemia
 Sindrom Down
 Kretin
 Rubella Pranatal, dll.

b.      Bintik cherry-merah pada daerah macula


   Mukolipidosis
 Penyakit Tay-Sach 
1. RETARDASI MENTAL
c. Korioretinitis
 Lues congenital b.      Kejang pada masa neonatal
 Arginosuccinic asiduria
 Penyakit Sitomegalovirus
 Hiperammonemia I dan II
 Rubella Pranatal
 Laktik asidosis, dll.
d.      Kornea keruh
3.      Kelainan kulit
 Lues Congenital
 Sindrom Hunter
a. Bintik café-au-lait
 Atakasia-telengiektasia
 Sindrom Hurler
 Sindrom bloom
 Sindrom Lowe
 Neurofibromatosis
2.      Kejang  Tuberous selerosis
a.       Kejang umum tonik klonik 4. Kelainan rambut
     

 Defisiensi glikogen sinthesa


a. Rambut rontok
      

 Hipersilinemia  Familial laktik asidosis dengan


 Hipoglikemia, terutama yang disertai Necrotizing ensefalopati
glikogen storage disease I, III, IV, dan
b. Rambut cepat memutih
aaVI
     

 Atrofi progresif serebral hemisfer


 Phenyl ketonuria
 Ataksia telangiektasia
 Sindrom malabsobrsi methionin, dll.

Sindrom malabsorbsi methionin
1. RETARDASI MENTAL

c.       Rambut halus


 Hipotiroid
 Malnutrisi

5.      Kepala
a.       Mikrosefali
b.      Makrosefali
 Hidrosefalus
 Neuropolisakaridas
   Efusi subdural

6.      Perawakan pendek


a.       Kretin
b.      Sindrom Prader-Willi
7.      Distonia
a.       Sindrom Hallervorden-Spaz
1. RETARDASI MENTAL
Pemeriksaan  Penunjang 4.  Titer virus untuk infeksi kongenital
1. Kromosomal Kariotipe · Kelainan pendengaran tipe
· Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak sensorineural
khas ·   Neonatal hepatosplenomegali
· Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen ·   Petechie pada periode neonatal
· Terdapat beberapa kelainan kongenital ·   Chorioretinitis
· Genetalia abnormal ·    Mikroptalmia
2. EEG ( Elektro Ensefalogram) ·    Kalsifikasi intrakranial
· Gejala kejang yang dicurigai ·    Mikrosefali
· Kesulitan mengerti bahasa yang berat 5.      Serum asam urat ( uric acid serum)
·  Gout
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI
( Magnetic Resonance Imaging) ·  Sering mengamuk
·        Pembesaran kepala yang progresif 6.      Laktat dan piruvat darah
·        Tuberous sklerosis
·        Asidosis metabolik
·        Dicurigai kelainan otak yang luas
·        Kejang mioklonik
·        Kejang lokal
·        Dicurigai adanya tumor intrakranial
1. RETARDASI MENTAL
Penatalaksanaan
1. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri.
2. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan
hyperaktif.
3. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
4. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
5. Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan
6. Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan

Komplikasi
a.   Serebral palcy
b.  Gangguan kejang
c.   Gangguan kejiwaan
d.   Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e.   Defisit komunikasi
f.   Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang
mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
1. RETARDASI MENTAL
Pencegahan
 Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada, tapi bisa
melaluinpencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang
potensial dapat mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi.
Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik
selama kehamilan, dan bersalin pada tenaga kesehatan yang berwenang, maka
dapat membantu menurunkan angka kejadian retardasi mental. Demikian pula
dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja, memberikan
pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan, meningkatkan gizi
keluarga.
 Pencegahan harus sedini mungin yang dimulai sejak dari bayi, yaitu dengan
memberikan ASI. Bayi yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas, karena
komposisi ASI mempunyai mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan
bayi.
1. RETARDASI MENTAL
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah
kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak
adekuat.
4.Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar
atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen
pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
1. RETARDASI MENTAL
 Abnormalitas kromosom.
 Lakukan pengkajian fisik.
 Bantu dengan tes diagnostik misalnya:
 Lakukan pengkajian perkembangan.
analis kromosom, disfungsimetabolik,
 Dapatkan riwayat keluarga, teruma radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
mengenai retardasi mental dan gangguan  Lakukan atau bantu dengan tes
herediter dimana retardasi mental adalah intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
salah satu jenisnya yang utama Intellence, Scale, American Assiciation of
 Dapatkan riwayat kesehatan unutk Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
mendapatkan bukti-bukti adanya trauma  Observasi adanya manifestasi dini dari
prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera retardasi mental:
fisik.
 Tidak responsive terhadap kontakkontak
 Infeksi maternal prenatal (misalnya, mata buruk selama menyusui.
rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
  Penurunan aktivitas spontan
 Nutrisi tidak adekuat.
 Penurunan kesadaran terhadap suara
 Penyimpangan lingkungan.
getaran
 Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
 Peka rangsang.
 Infeksi, teruma yang melibatkan otak   Menyusui lambat.
(misalnya, meningitis, ensefalitis, campak)
atau suhu tubuh tinggi.
1. RETARDASI MENTAL
ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA DAN INTERVENSI


Diagnosa 1: Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi
kognitf.

Intervensi keperawatan dan rasional.


1. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayi
Rasional : untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak
2.  Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk
membedakan perubahan fungsi samar
Rasional : agar rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan.
3. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak
Rasional : untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri.
4. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak
Rasional : karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
5. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak mencapai kesiapan.
Rasional: untuk mengoptimalkan keterampilan perawatan diri
1. RETARDASI MENTAL
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
Diagnosa 2: Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
retardasi mental.
   Intervensi dan Intervensi
1.  Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
Rasional ; Agar keluarga mampu menerima keadaan yang sesungguhnya.
2.   Ajak kedua orang tua untuk hadir pada konferensi pemberian informasi.
Rasional : Agar orang tua mendapatkan banyak informasi tentang retardasi mental.
3.   Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri
kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat
keputusan.
Rasional : Agar mereka dapat mengambil keputusan yang terbaik bagi mereka dan anaknya.
4.     Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama
sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
Rasional : sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
5.    Tekankan karakteristik normal anak
Rasional: untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta
kelemahannya masing-masing.
2. SINDROM DOWN
DEFINISI

 Sindrom Down (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan


perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom.
 Sejak bayi baru lahir atau neonatus, Down Syndrome bisa dideteksi.
Bahkan kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya amniosentesis,
yaitu pengambilan cairan kandungan untuk diperiksa keadaan kromosom
janin bayinya.
 Dalam dunia kedokteran, Down Syndrome tidak bisa diobati secara causatif
karena kromosom yang mengalami kelainan itu sudah menyebar ke seluruh
tubuh. Yang bisa dilakukan hanya memberi latihan dan terapi fisioterapi
agar otak dan organ tubuhnya bisa dirangsang berfungsi dengan baik.
2. SINDROM DOWN
ETIOLOGI
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada
kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
• Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
• Translokasi kromosom 21 dan 15
• Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )

Tetapi semenjak ditemukan adanya kelainan kromosom pada sindrom Down pada
tahun 1959, maka sekarang perhatian lebih dipusatkan pada kejadian “non
disjunctional” sebagai penyebabnya, yaitu:
 Genetik

Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap “non disjunctional”. Bukti yang


mendukung teori ini adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga
terdapat anak dengan sindrom Down.
2. SINDROM DOWN
 Radiasi
menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom Down,
pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya konsepsi..
 Infeksi
Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya sindrom Down.
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus dapat
mengakibatkan terjadinya “non disjunctional”.
 Autoimun
Faktor lain yang juga diperkirakan sebagai etiologi sindrom Down adalah autoimun.
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid. Penelitian
Fialkow 1966 (dikutip dari Pueschel dkk.) secara konsisten mendapatkan adanya
perbedaan autoantibodi tiroid pada ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
Down dengan ibu kontrol yang umurnya sama
2. SINDROM DOWN
PATOFISIOLOGI
 Kromosom 21 yang lebih akan memberi efek ke semua sistem organ dan menyebabkan
perubahan sekuensi spektrum fenotip. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang
mengancam nyawa, dan perubahan proses hidup yang signifikan secara klinis. Sindrom Down
akan menurunkan survival prenatal dan meningkatkan morbiditas prenatal dan postnatal. Anak
– anak yang terkena biasanya mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik, maturasi,
pertumbuhan tulang dan pertumbuhan gigi yang lambat.
 Penderita dengan sindrom Down sering kali menderita hipersensitivitas terhadap proses
fisiologis tubuh, seperti hipersensitivitas terhadap pilocarpine dan respons lain yang abnormal.
Sebagai contoh, anak – anak dengan sindrom Down yang menderita leukemia sangat sensitif
terhadap methotrexate. Menurunnya buffer proses metabolik menjadi faktor predisposisi
terjadinya hiperurisemia dan meningkatnya resistensi terhadap insulin. Ini adalah penyebab
peningkatan kasus Diabetes Mellitus pada penderita Sindrom Down (Cincinnati Children's
Hospital Medical Center, 2006).
 Anak – anak yang menderita sindrom Down lebih rentan menderita leukemia, seperti Transient
Myeloproliferative Disorder dan Acute Megakaryocytic Leukemia. Hampir keseluruhan anak
yang menderita sindrom Down yang mendapat leukemia terjadi akibat mutasi hematopoietic
transcription factor gene yaitu GATA1. Leukemia pada anak – anak dengan sindrom Down
terjadi akibat mutasi yaitu trisomi 21, mutasi GATA1, dan mutasi ketiga yang berupa proses
perubahan genetik yang belum diketahui pasti (Lange BJ,1998).
2. SINDROM DOWN
 Seringkali mata menjadi sipit dengan
MANIFESTASI KLINIS
sudut bagian tengah membentuk
lipatan (epicanthal folds) (80%), white
 Penderita dengan tanda khas
Brushfield spots di sekililing lingkaran
sangat mudah dikenali dengan di sekitar iris mata (60%), medial
adanya penampilan fisik yang epicanthal folds, keratoconus,
menonjol berupa bentuk kepala strabismus, katarak (2%), dan retinal
yang relatif kecil dari normal detachment. Gangguan penglihatan
(microchephaly) dengan bagian karena adanya perubahan pada lensa
anteroposterior kepala mendatar. dan kornea.
 Sifat pada kepala, muka dan leher:  Manifestasi mulut: gangguan
penderita down syndrome mengunyah menelan dan bicara,
scrotal tongue, rahang atas kecil
mempunyai paras muka yang
(hypoplasia maxilla), keterlambatan
hampir sama seperti muka orang pertumbuhan gigi, hypodontia,
Mongol. juvenile periodontitis, dan kadang
 Pada bagian wajah biasanya timbul bibir sumbing.
tampak sela hidung yang datar.
2. SINDROM DOWN
MANIFESTASI KLINIS  Tampilan klinis otot: mempunyai
otot yang lemah menyebabkan
 Tanda klinis pada bagian tubuh
mereka menjadi lembek dan
lainnya berupa tangan yang menghadapi masalah dalam
pendek termasuk ruas jari- perkembangan motorik kasar.
jarinya serta jarak antara jari Masalah-masalah yang berkaitan
pertama dan kedua baik pada dengan masa kanak- kanak down
tangan maupun kaki melebar. syndrom mungkin mengalami
 Pada sistim pencernaan dapat masalah kelainan organ- organ
ditemui kelainan berupa dalam terutama sekali jantung dan
sumbatan pada esofagus usus.
(esophageal atresia) atau
duodenum (duodenal atresia).
2. SINDROM DOWN
PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Secara Medis.
Anak dengan kelainan ini memerlukan perhatian dan penanganan medis yang sama
dengan anak yang normal. Tetapi terdapat beberapa keadaan dimana anak dengan
sindrom Down memerlukan perhatian khusus, yaitu dalam hal:
a. Pendengarannya: sekitar 70-80 % anak syndrom down dilaporkan terdapat
gangguan pendengaran sehingga perlu dilakukan tes pendengaran sejak dini dan
secar aberkala oleh ahli THT.
b. Penyakit jantung bawaan: 30- 40% sindrom Down disertai dengan penyakit
jantung bawaan yang memerlukan penanganan jangka panjang oleh ahli jantung.
c. Penglihatan: perlu evaluasi sejak dini karena sering mengalami gangguan
penglihatan atau katarak.
d. Nutrisi: akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah maupun
obesitas pada masa remaja atau setelah dewasa sehingga butuh kerja sama dengan
ahli gizi.
e. Kelainan tulang: dapat terjadi dislokasi patela, subluksasio pangkal paha/
ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula
spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolis, maka
perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan
konsultasi neurolugis.
2. SINDROM DOWN
PENATALAKSANAAN
2. Pendidikan
a. Intervensi Dini
 Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi

lingkungan yang memadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain
itu dengan mengajari anak agar menolong diri sendiri seperti berpakaian, makan,
belajar, BAB/BAK, mandi, akan memberi anak kesempatan untuk mandiri.
b. Taman Bermain/ Taman Kanak- Kanak
 Peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus serta interaksi sosial dapat

meningkat melalui bermain dengan temannya. Dengan memberikan kesempatan


bergaul dengan lingkungan di luar rumah, maka memungkinkan anak berpartisipasi
dalam dunia yang lebih luas.
c. Pendidikan Khusus (SLB-C)
 Pengalaman yang diperoleh anak di sekolah akan membantu mereka mendapat

perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah
perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial. Sekolah hendaknya
memberikan kesempatan anak untuk menjalin hubungan persahabatan dengan orang
lain serta mempersiapkannya menjadi penduduk yang produktif.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Subyektif
a. Identitas.
Angka kejadiannya adalah 1,0- 1,2 per 1000 kelahiran hidup. Sindrom down dapat
terjadi pada semua ras. Angka kejadian pada berbagai golongan sosial ekonomi
adalah sama. Apabila umur ibu di atas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan “non disjunction” pada kromosom. Selain itu
penelitian sitogenik pada orang tua dari anak dengan sindrom Down mendapatkan
bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber dari ayahnya.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama. : Penampilan fisik yang khas dengan wajah seperti orang
Mongol, kelainan pada jantung, gangguan tumbuh kembang.
2) Riwayat penyakit. : Umumnya sindrom Down sudah dapat diketahui sejak bayi
dengan pemeriksaan dermatoglifik. Bahkan sejak antenatal sudah dapat diteksi bila
terdapat kelainan kromosom pada janin.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Terdapat peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan
sindrom Down.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Subyektif
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom Down, pernah mengalami
radiasi di daerah perut sebelum terjadinya konsepsi. Selain itu, penelitian Fialkow
1966 (dikutip dari Pueschel dkk.) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan
autoantibodi tiroid pada ibu yang melahirkan anak dengan sindrom Down dengan
ibu kontrol yang umurnya sama.
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Nutrisi.
Gangguan makan dapat terjadi pada sindrom Down yang disertai dengan kelainan
kongenital yang lain, sehingga berat badannya sulit naik pada masa bayi/
prasekolah. Tetapi setelah masa sekolah atau pada masa remaja, malah sering terjadi
obesitas.
2. Aktivitas
Seorang anak dengan sindrom down dapat lemah dan tak aktif, juga ada yang
agresif dan hiperaktif.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Subyektif
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Pada umumnya perkembangan anak dengan sindrom Down, lebih lambat
dari anak yang normal. Kebanyakan anak dengan sindrom Down disertai
dengan retardasi mental yang ringan atau sedang. Sedangkan perilaku
sosialnya mempunyai pola interaksi yang sama dengan anak normal
sebayanya, walaupun tingkat responsnya berbeda secara kuantitatif.

Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran: Compos Mentis
3) BB dan TB sekarang: untuk mengetahui pertumbuhan yang terjadi pada
anak.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Obyektif
4) HR: pada sindrom Down dapat terjadi kelainan pada jantung. Masalah
jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti
Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang diantara bilik
jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung
berlubang diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk salur
ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-
kanak down
5) RR: kelainan jantung pada sindrom Down dapat mengakibatkan sukar
bernapas.
6) LK: bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly)
dengan bagian anteroposterior kepala mendatar
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Obyektif
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala: bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan
bagian anteroposterior kepala mendatar, oksiput datar (brakisefali)
2) Wajah: paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol, pangkal
hidungnya pendek/ pesek.
3) Mata: Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk
lipatan (epicanthal folds), fisura palbebra miring ke atas (upslanting palpebral
fissure) white Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar iris mata, medial
epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak, dan retinal detachment.
Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea. Jarak
diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
4) Mulut dan Gigi: Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar
(macroglossia). Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur. Dapat terjadi gangguan
mengunyah, menelan dan bicara.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Obyektif
b. Pemeriksaan Fisik
5) Kulit: lapisan kulit biasanya tampak keriput, kulit lembut, keringdan tipis,
Xerosis, atopic dermatitis, palmoplantar hyperkeratosis, dan seborrheic dermatitis,
Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria
infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis
perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata, Vitiligo, Angular cheilitis
6) Abdomen: Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada
esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia)
7) Ekstremitas: tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari
pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Tapak tangan mereka
biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”. Otot yan
glemah menyebabkan mereka menjadi lembek dan menghadapi masalah dalam
perkembangan motorik kasar. Jari kelingking bengkok (klinodaktili)
8) Genitalia: Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes kecil), hypospadia,
cryptorchism, dan keterlambatan perkembangan pubertas
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data Obyektif
c. Pemeriksaan penunjang :
1) Pemeriksaan Radiologi: pada pemeriksaan radiologi didapatkan
“brachycephalic”, sutura dan fontanellla yang terlambat menutup. Tulang ileum dan
sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebih lebar.
2) Pemeriksaan kariotiping: untuk mengetahui adanya translokasi kromosom. Bila
ada, maka ayah dan ibunya harus diperiksa. Bila ditemukan salah satu adalah karier,
maka keluarga lainnya juga perlu diperiksa, hal ini sangat berguna untuk
pencegahan kemungkinan terulangnya kejadian sindrom Down
3) Pemeriksaan dermatoglifik: pemeriksaan pada sidik jari, telapak tangan dan kaki
yang akan menunjukkan adanya gambaran khas pada sindrom Down. Dermatoglifik
ini merupakan cara yang sederhana, mudah dan cepat, serta mempunyai ketepatan
yang cukup tinggi.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa dan Intervensi
Dx I Gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan penyapihan.
Tujuan: Pemenuhan nutrisi pada klien akan terpenuhi dalam waktu 1 bulan
Kriteria hasil: Terdapat kenaikan berat badan dan Berat badan berada pada batas
normal

Intervensi:
Pemantauan berat badan
 R/ Pemantauan berat badan yang teratur dapat menentukan perkembangan

perawatan selanjutnya
Periksa kemampuan anak untuk menelan
 R/ kemampuan anak untuk menelan mempengaruhi masuknya asupan nutrisi untuk

anak.
Beri informasi pada orang tua cara yang tepat dalam memberi makanan
 R/ suasana yang menyenangkan selama makan dapat meningkatkan nafsu makan

anak
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makan
R/ untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan nutrisi anak
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa dan Intervensi
Dx II Gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kurangnya
stimulasi di rumah dari pengasuh utam
Tujuan: klien akan mengalami kemajuan pertumbuhan dan perkembangan dalam waktu
1 bulan
Kriteria hasil: Anak sudah dapat melakukan tugas- tugas perkembangan yang pada
pertemuan sebelumnya tidak dapat ia lakukan dan Anak dapat melakukan kegiatan
yang sesuai dengan usianya

Intervensi
1) Bantu anak dalam memberikan respons yang bermakna pada lingkungan.
2) Berespon pada isyarat anak.
3) Tanggapi anak dengan semangat dan antusiasme.
4) Atur jadwal kegiatan anak setiap hari meliputi 4-5 kali stimulus setiap hari.
5) Identifikasi tujuan perkembangan yang ingin dicapai secara spesifik.
6) Konsultasi pada ahli rehab medik dan/atau terapi okopasi jika dibutuhkan
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa dan Intervensi
Dx III Kurangnya interaksi sosial anak berhubungan dengan keterbatasan fisik
dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: klien dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain dan
lingkungannya dalam waktu 1 bulan
b. Kriteria hasil:
1) Anak dapat berinteraksi dengan teman- temannya
2) Anak tidak rewel ketika berada di lingkungan baru
c. Intervensi:
1) Motivasi orang tua agar memberi kesempatan pada anak untuk bermain
dengan teman sebayanya
2) Memberi keleluasan/ kebebasan pada anak untuk berekspresi
3) Menganjurkan orang tua untuk mengikutsertakan anaknya di day care,
play group atau sekolah
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa dan Intervensi
Diagnosa V Perubahan menjadi orang tua yang berhubungan dengan sistem dukungan
yang tidak adekuat, mengalami kesulitan dalam koping terhadap stress, dan atau
kurangnya keterampilan menjadi orang tua
Tujuan: orang tua memberikan dukungan penuh terhadap anaknya.
Kriteria hasil: Orang tua dapat bersifat terbuka dan menerima keadaan anaknya
Orang tua dapat tidak merasa malu terhadap anaknya dan Orang tua menyadari
sepenuhnya bahwa peranan mereka sangat besar terhadap perkembangan anak
Intervensi:
1) Kaji interaksi anak –orang tua.
2) Sadari bahwa orang tua mempunyai tekanan yang cukup besar di rumah dan
bahwa hal ini dipersulit oleh perawatan anak di rumah sakit.
3) Jalin hubungan dengan anak, anjurkan untuk saling mengutarakan perasaan
antara orang tua dan anak.
4) Beri kesempatan orang tua mendiskusikan stressor yang mereka alami dalam
kehidupan sekarang.
5) Anjurkan mereka terlibat dalam perawatan anak.
6) Izinkan orang tua untuk berpertisipasi dalam perencanaan jadwal kegiatan anak.
7) Berikan informasi secara tertulis atau lisan pada orang tua mengenai diet, tumbuh
kembang anak dan stimulasi yang sesuai dengannya.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa dan Intervensi
Diagnosa VI Gangguan pertumbuhan pada fungsi jantung, pendengaran,
penglihatan, pendengaran, serta kelainan darah berhubungan dengan
komplikasi yang mungkin terjadi pada sindrom Down.
Tujuan: komplikasi yang terjadi dapat segera ditangani dengan baik
Kriteria hasil:
1) Gangguan fungsi pendengaran dapat ditangani dengan baik
2) Gangguan fungsi jantung dapat ditangani dengan baik
3) Gangguan fungsi penglihatan dapat ditangani dengan baik
4) Kelainan darah dapat ditangani dengan baik
Intervensi:
1) Pemantauan terhadap pertumbuhan anak
2) Dengarkan setiap keluhan orang tua mengenai pertumbuhan anaknya
3) Konsultasi dan penanganan lebih lanjut oleh dokter ahli jantung, mata,
THT dll.
2. SINDROM DOWN
ASUHAN KEPERAWATAN
Evaluasi
Diagnosa I : Mempertahankan diet yang menunjukkan masukan kalori yang
adekuat sesuai selera dan menunjukkan kemajuan penambahan berat badan.
Diagnosa II : Anak menunjukan tanda-tanda peningkatan perkembangan fisik
dan emosional.
Diagnosa III : Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik
sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain
Diagnosa IV : Orang tua lebih memahami mengenai perawatan dan kebutuhan
anak dengan sindrom Down.
Diagnosa V : Orang tua memperbaiki kemampuan koping mereka,
mengidentifikasi dan berespon dengan tepat pada kebutuhan anak mereka
dan mengungkapkan perasaan positif dengan anak.
Diagnosa VI : Komplikasi yang terjadi dapat diatasi dengan baik

Anda mungkin juga menyukai